2.2 Kayu Ulin Eusideroxylon zwageri T. et B.
Ulin Eusideroxylon zwageri T. et B. yang dikenal juga dengan nama kayu besi borneo, belian Kalimantan, bulian ataupun onglen Sumatera,
merupakan salah satu pohon penyusun hutan tropika basah yang tersebar di Sumatera Bagian Selatan, Kepulauan Bangka Belitung dan hampir seluruh
wilayah Kalimantan. Kayu ini mempunyai serat lurus dan termasuk kayu kelas I dalam hal kekuatan dan keawetannya. Pohon Ulin pada umumnya
memiliki diameter batang sampai 100 cm bahkan kadang-kadang bisa mencapai 150 cm, sedangkan tinggi pohon sampai 35 m. Batang pohon Ulin
biasanya tumbuh lurus dan berbanir sampai tinggi 4 m. Kulit luar berwarna coklat kemerahan sampai coklat tua, memiliki tebal 2-9 cm. Kayu teras
berwarna coklat kehitaman sedangkan kayu gubal berwarna coklat kekuningan dengan tebal 1-5 cm, permukaan kayu licin dan mengkilap
Martawijaya et al. 1989. Tabel 2 Komposisi kimia kayu Ulin
Jenis Analisa Kadar
Selulosa 58,1
Lignin 28,9
Pentosan 12,7
Abu 1,0
Silika 0,5
Sumber: Martawijaya et al. 1989
Klasifikasi Ulin menurut Nurhasybi 2000 adalah: Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae Kelas
: Dicotiledoneae Ordo
: Laurales Family : Lauraceae
Genus : Eusideroxylon
Species : Eusideroxylon zwageri T. et B. Kayu Ulin merupakan jenis kayu yang tidak mudah lapuk baik di
dalam air maupun di daratan. Karena itu, kayu ini diburu untuk bahan
bangunan, terutama sebagai penyangga rumah yang didirikan di atas daerah berawa di Pulau Kalimantan. Akibat terus diperjualbelikan, keberadaan kayu
Ulin semakin sulit diperoleh dan harganya semakin mahal. Di sejumlah daerah kayu Ulin dilarang untuk dikomersialkan. Kayu yang diperdagangkan
dan terkenal karena kekuatannya adalah kayu-kayu yang usianya ratusan tahun yang diambil dari habitat aslinya di hutan alam. Meski harganya relatif
mahal sampai saat ini belum banyak yang membudidayakan tanaman Ulin Margianto 2009.
Kayu Ulin tahan terhadap serangan rayap dan serangga penggerek, karena mempunyai zat ekstraktif eusiderin turunan dari phenolic yang
beracun Syafii 1987. Kayu Ulin memiliki kelas awet dan kelas kuat I. Oleh karena itu, jenis ini banyak digunakan untuk konstruksi berat, konstruksi di
laut, jembatan, bantalan rel kereta api, perkapalan, dan perabot di luar rumah Pandit Kurniawan 2008.
Kayu Ulin merupakan tanaman apendiks II CITES, yaitu suatu jenis yang pada saat ini tidak termasuk kedalam kategori terancam punah namun
memiliki kemungkinan untuk terancam punah jika perdagangannya tidak diatur. Jenis ini boleh diperdagangkan untuk lokal dan beberapa ekspor
selama management authority dari negara pengekspor mengeluarkan izin ekspor berdasarkan saran scientific authority yang telah mengadakan kajian
yang menyimpulkan bahwa perdagangan jenis tumbuhan tersebut tidak akan
membahayakan kelestariannya di alam Soehartono Mardiastuti 2003. 2.3 Rayap Tanah
Coptotermes curvignathus Holmgren
Rayap adalah serangga pemakan selulosa yang termasuk ke dalam Ordo Blatodea, tubuhnya berukuran kecil sampai sedang, hidup dalam kelompok
sosial dengan sistem kasta. Dalam setiap koloni rayap, umumnya terdapat tiga kasta, yaitu kasta pekerja, kasta prajurit, dan kasta reproduktif Borror et al.
1992. Menurut Supriana 1994, kasta pekerja umumnya berjumlah paling banyak dalam koloni dan berfungsi sebagai pencari dan pemberi makan bagi
seluruh anggota reproduktif raja atau ratu yang berfungsi untuk berkembang biak, dan kasta prajurit berfungsi untuk menjaga koloni dari serangan musuh,
seperti semut. Makanan dari kasta pekerja disampaikan kepada kasta prajurit dan kasta reproduktif melalui anus atau mulut.
Menurut Tambunan dan Nandika 1989, di dalam hidupnya rayap mempunyai 4 sifat yang khas, yaitu:
1. Trophalaksis, yaitu sifat rayap untuk saling menjilat dan melakukan pertukaran makanan melalui anus dan mulut.
2. Cryptobiotic, yaitu sifat menyembunyikan diri, menjauhkan diri dari cahaya dan gangguan. Sifat ini tidak berlaku pada rayap yang bersayap.
3. Cannibalism, yaitu sifat rayap untuk memakan sesamanya yang telah lemah atau sakit. Sifat ini menonjol dalam keadaan kekurangan makanan.
4. Necrophagy, yaitu sifat rayap yang memakan bangkai sesamanya. Rayap tanah merupakan rayap yang masuk ke dalam kayu melalui tanah
atau lorong-lorong pelindung yang dibangunnya. Untuk hidupnya diperlukan kelembaban tertentu secara tetap. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
persediaan air, rayap selalu berhubungan dengan tanah dan membuat sarang di dalam tanah Nandika et al. 2003.
Menurut Tarumingkeng 2001, rayap tanah merupakan serangga sosial yang hanya dapat hidup jika berada di dalam koloninya, karena di dalam
koloninya terdapat bahan-bahan dan proses-proses yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Rayap tanah sangat ganas dan dapat menyerang
obyek-obyek berjarak 200 meter dari sarangnya. Untuk mencapai kayu sasarannya mereka bahkan dapat menembus tembok yang tebalnya beberapa
centimeter, dengan bantuan enzim yang dikeluarkan dari mulutnya. Jenis rayap ini biasannya menyerang kayu yang berhubungan dengan tanah,
misalnya bantalan rel kereta api ataupun tiang listrik. Meskipun demikian rayap ini juga menyerang kayu yang tidak berhubungan dengan tanah melalui
terowongan yang dibuat dari dalam tanah. Sistematika jenis rayap ini adalah: Kelas
: Insekta Ordo
: Isoptera Famili
: Rhinotermitidae Subfamili : Coptotermitinae
Genus : Coptotermes
Spesies : Coptotermes curvignathus Holmgren Rayap tanah mudah menyerang kayu sehat atau kayu busuk yang ada di
dalam atau di atas tanah lembab, juga dapat membentuk saluran-saluran yang terlindung pada pondasi-pondasi atau penghalang-penghalang lain yang tidak
dapat ditembus serta dapat mendirikan sarang berbentuk seperti menara langsung dari tanah. Saluran-saluran dan menara-menara yang terbuat dari
tanah yang halus akan dicerna sebagian, kemudian direkatkan bersama dengan ekskresi serangga, memungkinkan rayap tersebut menciptakan
kondisi kelembaban dalam kayu yang cocok, jika tidak kayu akan kering sehingga tahan terhadap serangan dari jenis rayap ini Hunt Garratt 1986.
Rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren kasta prajurit memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kepala berwarna kuning, antena, labrum,
dan pronotum kuning pucat; antena terdiri dari 15 segmen, segmen kedua dan keempat sama panjangnya, mandibel berbentuk seperti arit dan melengkung
di ujungnya, batas antar sebelah dalam dari mandibel sama sekali rata; panjang kepala dengan mandibel 2,46-2,66 mm, panjang kepala tanpa
mandibel 1,56-1,68 mm; lebar kepala 1,40-1,44 mm dengan lebar pronotum 1,00-1,03 mm dan panjangnya 0,56 mm; panjang badan 5,5-6,0 mm; bagian
abdomen ditutupi dengan rambut yang menyerupai duri; abdomen berwarna putih kekuning-kuningan Nandika et al. 2003.
Berdasarkan hasil analisis molekuler dan analisis morfologi menunjukkan bahwa rayap masuk dalam golongan kecoak yang berkerabat
dekat dengan Cryptocercus. Kekerabatan rayap dan Cryptocercus merupakan kerabat dekat dari Ordo Blatodea sehingga konsekuensi dari analisis filogeni
tersebut diusulkan bahwa isoptera tidak digunakan lagi untuk nama kelompok rayap dan sekaligus ditempatkan suku termitidae untuk mengakomodasi
semua jenis rayap dan tingkatan famili yang ada sekarang diturunkan tingkatan taksonnya Inward et al. 2007.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN