25 Dari uji anova pertumbuhan populasi Spirulina pada hari ke 9 perlakuan nutrien
dan cahaya tidak memberikan pengaruh yang nyata, namun interaksi antara nutrien dan cahaya memberikan pengaruh nyata p0.05.
Perlakuan MT3, KT2, KT3 dan KT4 mencapai eksponensial akhir pada hari ke 12. Dari hasil uji statistik terdapat perbedaan yang nyata p0.05 pada
nutrien, intensitas cahaya maupun interaksinya. Perlakuan MT3 nutrien MT dengan intensitas cahaya 3000 lux menunjukkan pertumbuhan populasi tertinggi
0.611 OD diikuti perlakuan KT4 0.580 OD, KT3 0.399 OD, KT2 0.372 OD, MT2 0.275 OD dan MT4 0.143 OD. Populasi Spirulina platensis pada
perlakuan MT3 tidak berbeda nyata P0.05 terhadap perlakuan KT4, namun berbeda nyata terhadap perlakuan lain.
Berat kering perlakuan MT2 dan MT4 tertinggi dicapai pada hari ke 9 yaitu 2.7325 dan 2.5283 mg mL
-1
masing-masing dan tidak berbeda nyata P0.05. Berat kering tertinggi perlakuan MT3, KT2, KT3 dan KT4 dicapai pada
hari ke 12 sebesar 2.7917, 3.0958, 3.4067 dan 3.4167 mg mL
-1
masing-masing Lampiran 2. Terdapat perbedaan yang nyata terhadap perlakuan pupuk, namun
tidak berbeda nyata terhadap perlakuan cahaya maupun interaksinya. Berat kering Spirulina perlakuan MT3 tidak berbeda nyata terhadap perlakuan KT4 P0.05.
Hasil pengukuran kandungan ekstrak kasar fikosianin pada fase eksponensial akhir dan stasioner tercantum dalam Tabel 2. Kandungan ekstrak
kasar fikosianin Spirulina pada fase eksponensial akhir berkisar antara 0.0143- 0.0359 mg mL
-1
. Kandungan ekstrak kasar fikosianin tertinggi dicapai oleh perlakuan KT2 0.0359 mg mL
-1
diikuti selanjutnya oleh KT4 0.0355 mg mL
-1
, MT3 0.0251 mg mL
-1
, KT3 0.0181 mg mL
-1
, MT4 0.0150 mg mL
-1
dan terendah MT2 0.0143 mg mL
-1
. Dari uji anova perlakuan KT2 tidak berbeda nyata p0.05 terhadap perlakuan KT4 dan MT3, namun berbeda nyata p0,05
terhadap perlakuan MT2, MT4 dan KT3.
Tabel 2 Kandungan ekstrak kasar fikosianin Spirulina platensis pada fase eksponensial akhir dan stasioner
Perlakuan
Ekstrak kasar fikosianin mg mL
-1
Fase eksponensial akhir Fase stasioner
MT2 MT3
MT4 KT2
KT3 KT4
0.0143
b
0.0251
a
0.0150
b
0.0359
a
0.0181
b
0.0355
a
0.0071 0.0085
0.0071 0.0050
0.0081 0.0119
Huruf sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada P0.05. MT2=medium
MT, intensitas cahaya 2000 lux; MT3=medium MT, intensitas cahaya 3000 lux; MT4=medium MT, intensitas cahaya 4000 lux; KT2=medium KT, intensitas cahaya 2000 lux; KT3=medium KT,
intensitas cahaya 3000 lux; KT4=medium KT, intensitas cahaya 4000 lux.
Kualitas air terukur selama penelitian disajikan pada Tabel 3. Temperatur media kultur terukur berkisar antara 27-29
o
C dan pH berkisar antara 9.11-10.25.
26 Tabel 3 Data kualitas air media kultur Spirulina platensis selama pemeliharaan
Perlakuan Temperatur
pH
o
C MT2
27-28 9.24 - 9.61
MT3 27-28
9.28 - 9.58 MT4
28-29 9.11 - 9.27
KT2 27-28
9.93 - 10.17 KT3
27-28 9.91 - 10.22
KT4 28-29
9.87 - 10.25
MT2=medium MT, intensitas cahaya 2000 lux; MT3=medium MT, intensitas cahaya 3000 lux; MT4=medium MT, intensitas cahaya 4000 lux; KT2=medium KT, intensitas cahaya 2000 lux;
KT3=medium KT, intensitas cahaya 3000 lux; KT4=medium KT, intensitas cahaya 4000 lux.
2. Ekstraksi dan pemurnian fikosianin
Ekstraksi dengan tiga pelarut berbeda Untuk menghasilkan biomasa yang cukup, maka dilakukan kultur massal
Spirulina dengan volume kultur 1000 L 1 m
3
dengan menggunakan nutrien MT dengan intensitas cahaya 3000 lux dan nutrien KT dengan intensitas cahaya 4000
lux sebagai perbandingan. Tabel 4 memperlihatkan hasil kultur massal Spirulina dengan menggunakan nutrien KT dan MT dengan intensitas cahaya yang berbeda.
Dari kultur massal Spirulina diperoleh produksi biomas Spirulina tertinggi diperoleh pada perlakuan dengan menggunakan nutrien MT dan intensitas cahaya
3000 lux sebesar 320.24 g m
-3
berat basah dengan berat kering 95.37 g m
-3
sementara nutrien KT menghasilkan 97.42 g m
-3
berat basah dan 17.51 g m
-3
berat kering.
Tabel 4 Produksi kultur massal Spirulina platensis dengan nutrien berbeda dan
kualitas air media kultur selama pemeliharaan Parameter
KT 4 MT3
pH awal
8 8
tengah 10
10 akhir
10 10
Temperatur air
o
C 24
– 27 24 - 27
Temperatur udara
o
C 28
– 30 28 - 30
Berat biomas basah g m
-3
97.42 320.24
Berat biomas kering g m
-3
17.51 95.37
KT4 = medium KT, intensitas cahaya 4000 lux; MT3 = medium MT, intensitas cahaya 3000 lux.
Hasil ekstraksi fikosianin dengan menggunakan 3 pelarut ekstraksi air, 0.1M Na buffer fosfat pH 7 dan 1 CaCl
2
tertera pada Tabel 5. Data hasil pengukuran ekstrak fikosianin dengan spektrofotometer dan perhitungan
konsentrasi fikosianin PC, mg mL
-1
, tingkat kemurnian ekstraksi fikosianin
27 extraction purity, EP dan produksi hasil ekstraksi fikosianin Yield, mg g
-1
dengan pelarut berbeda tercantum pada Lampiran 3. Tabel 5 Hasil ekstraksi fikosianin dengan menggunakan beberapa pelarut berbeda
Parameter KT4
MT3 Air
0.1 M Na buffer
fosfat 1 CaCl
2
Air 0.1 M Na
buffer fosfat
1 CaCl
2
PC mg mL
-1
0.1331
a
0.4662
d
0.1170
a
0.1718
b
0.3486
c
0.1833
b
EP 0.2972
a
0.9024
c
0.4663
b
0.4968
b
0.8871
c
0.5529
b
Yield mg g
-1
3.3264
a
11.6212
d
2.9153
a
4.2858
b
8.7018
c
4.5633
b
Huruf sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada P0.05. KT4 = medium KT, intensitas cahaya 4000 lux; MT3 = medium MT, intensitas cahaya 3000 lux.
Ekstraksi fikosianin biomas kering Spirulina dari medium KT4 dan MT3 dengan menggunakan pelarut 0.1 M Na buffer fosfat pH 7 menghasilkan
konsentrasi fikosianin sebesar 0.4662 mg mL
-1
dan 0.3486 mg mL
-1
masing- masing. Dari hasil uji statistik terdapat perbedaan yang nyata p0.05 hasil
ekstraksi fikosianin dengan menggunakan pelarut Na buffer fosfat terhadap pelarut air dan CaCl
2
. Tingkat kemurnian ekstrak kasar fikosianin EP pada penelitian ini dengan
menggunakan pelarut 0.1 M Na buffer fosfat menghasilkan nilai yang cukup tinggi pada KT4 0.9024 dan tidak berbeda nyata terhadap MT3 0.8871, namun
berbeda nyata P0.05 terhadap pelarut air 0.2972 dan 0.4968, dan 1 CaCl
2
0.4663 dan 0.5529. Pemurnian fikosianin
Hasil ekstraksi kasar fikosianin dari hasil kultur medium MT3 dengan menggunakan pelarut 0.1M Na buffer fosfat pH 7 selanjutnya didialisis dengan
menggunakan Snake skin Dialysis Tubing 3500 MWCO pada suhu 4-5
o
C selama 24 jam, selanjutnya dibekukan dalam freezer -80
o
C dan dikeringbekukan dengan freeze dryer selama 24 jam. Hasil murni fikosianin Spirulina dari kultur dengan
menggunakan medium MT3 diperoleh berat rata-rata sebesar 45.02 mg g
-1
Lampiran 4. Bila dihitung dari berat kering Spirulina kadar air 0 yang diekstraksi, maka fikosianin hasil pemurnian ini adalah sebesar 4.76.
3. Kandungan protein dan berat molekul protein fikosianin
Dari pengukuran protein standar BSA dengan beberapa konsentrasi dengan metode Bradford akan terbentuk kurva standar pada spektrofotometer.
Selanjutnya sampel protein fikosianin yang diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer UV Vis ini menghasilkan perhitungan kandungan protein
sebesar 26.64. Secara lengkap perhitungan kandungan protein fikosianin dapat dilihat dalam Lampiran 5.
Pengujian karakterisasi fikosianin selanjutnya dilakukan dengan menggunakan SDS PAGE untuk mengetahui berat molekul protein yang