Aiki Genri Dr.DiahSyafitriHandayani, M.Lit

14

3.2. Aiki Genri

Aiki genri berarti prinsip keselarasan energi. Aiki adalah hukum alam, hukum keselarasan energi ini menyatakan bahwa segala sesuatu adalah sebuah kesatuan, apapun dialam semesta jagat raya ini pada dasarnya menyatu, tidak terpisahkan. Ke-semuanya saling terikat, memiliki hubungan saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga bekerjaberinteraksi secara harmonis, mengalir, tidak berkonflik, semua bergerak sesuai fungsi, dan perwujudan dari keselarasan energi itu menjadi hampir tidak terbatas. Jadi, keadaan harmonis adalah fitrahoriginal state atau keadaan asal dari segala sesuatu dialam ini, tidak terkecuali manusia. Namun pada kenyataannya. Kebanyakan manusia dengan ke-egoisannya memilih untuk tidak mengindahkan hukum alam tersebut dan berbuat semena-mena terhadap makhluk ciptaan yang lain, sesamanya bahkan pada diri sendiri sehingga menimbulkan kejahatan dan membawa kehancuran. 3.2.1. Awase Awase atau awaseru berarti proses penyatuan atau “ blending “, awase adalah pintu pertama dalam proses keselarasan energi. Kepekaan dapat dilatih, kembali lagi latihannya dimulai dari hati. Biasakanlah untuk menjaga hati yang terbuka untuk mau menerima orang lain dan keadaan yang dihadapi secara apa adanya. Kita akan sulit untuk menempatkan diri kita “bersatu” dan tidak berkonflik dengan orang lain jika kita tidak memulai dengan bersikap mau menerima. Setelah menjaga sikap hati yang mau menerima keadaan apa adanya, pusatkan perhatian anda kepada partner latihan anda, pancarkan Ki anda, 15 sambutlah apapun yang diberikandihadapkan kepada kita, jangan bersikap pasif menunggu. Dengan menjaga sikap “proaktif menerima” ini, maka kita akan dapat menilai keadaan dengan tepat dan penilaian yang tepat akan membuat keputusan bergerak yang diambil akan tepat, selaras dengan keadaan yang harus dihadapi. Pembahasan lebih lanjut tentang awase, masuk kedalam jenis-jenis awase. 1. Tai no Awase, penyatuan tubuh, atau badaniah. Dilakukan dengan menyatukan arah tenaga sehingga dua arah tenaga yang memiliki kecenderungan konflik, menjadi searah dan hilang potensi konfliknya. 2. Ki no Awase, penyatuan pada tingkat energi, dimana proses penyatuan terjadi ditingkat yang lebih halus, dimana energi pikiran fokus belum secara penuh terealisasi dalam bentuk tenaga fisik. 3. Shin no Awase, atau penyatuan hati, dimana seseorang telah mampu menyatukan hatinya dengan orang lain, menempatkan hatinya sedemikian rupa sehingga keinginan berkonflik lawannya hilang. 3.2.2.Musubi Musubimusubu yang artinya terikat atau keterikatan, pada hakikatnya dalam sebuah kesatuan, komponen-komponennya akan terikat satu sama lain, ikatan ini memungkinkan terjalinnya hubungan saling mempengaruhi satu sama lain dalam keadaan harmonis. Dalam kondisi alamiahnya musubiketerikatan dari tiap-tiap komponen dialam semsta ini terjaga dengan harmonis disebabkan keberserahan- diri terhadap hukum Sang Pencipta yang berlaku. 16 Manusia-lah yang seringkali menjadi sumber ketidakharmonisan dialam ini, dikarenakan sifat manusia yang egois hubungan yang harmonis bisa berubah menjadi sebuah berntuk pemaksaan kehendak yang pada akhirnya hanya akan membawa ketidakseimbangan dan kehancuran bagi seluruh komponen alam termasuk dirinya sendiri. Inilah sebabnya manusia lewat Aikido kembali belajar, melatih dirinya untuk dapat menjaga ikatan yang harmonis dengan dirinya, sesamanya, makhluk ciptaan yang lain dan Sang Pencipta. 3.2.3. Nagare Arti kata nagare adalah mengalir, dalam konteks aikigenri, pemahamannya adalah jika sesuatu benda itu menyatu dan memiliki keterikatan yang kuat satu sama lain, akan dengan sendirinya bergerak tanpa bergesekanfriksi atau benturan satu dengan yang lainnya, atau dalam arti kata lain: bergerak mengalir. Dari segi latihan Aikido secara teknis, jika seseorang dalam bergerak telah dapat melakukan awase penyatuan dengan benar dan menjaga musubi keterikatan dengan partnernya, maka dengan sendirinya gerak yang dilakukan oleh si nage dapat lebih bebas dan tidak akan menimbulkan friksi dengan uke, gerakan seperti ini diistilahkan gerak mengalir nagare no waza. Dalam pembahasan tentang nagare dikenal istilah “ki no Nagare” ini mengacu pada keadaan badaniah yang dapat bergerak tanpa terjadi benturan atau resistensi dari kedua pihak disebabkan keselarasan yang terjadi sudah pada tingkat energi. 17 Dalam kondisi nagare, kondisi hati dapat digambarkan bergerak layaknya air yang mengalir mencapai tujuannya dengan cara senantiasamenyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapi, tetap terarah pada tujuan awal namun tidak memaksakan kehendak, tidak mengantisipasi keadaan, tidak juga terlambat beradaptasi, faktor gerak badaniah pada tingakatan ini menjadi tidak signifikan, bisa tetap ada, bisa juga tidak. 3.2.4. Takemusu Aiki Jika dalam sebuah proses keselarasan semua komponennya telah dapat menyatu, terikat erat, dan bergerak mengalir sebagai satu kesatuan, tidak konflik satu sama lain, niscaya keharmonisan hubungan antara komponen-komponen itu akan terwujud dalam bentuk yang hampir tidak terbatas. Sebagai gambaran saja bahwa pada saat seseorang sampai pada tahap Takemusu Aiki maka tidak lagi harmonis itu terlihat hanya pada teknik yang dilakukannya, melainkan sikap sehari-harinya, tindak-tanduk perilakunya, dari gerak-gerik yang terlihat, hingga yang tidak terlihat, seperti kerja sistem pernafasan, pencernaan, peredaran darah dan bahkan aspek spiritual kehidupannya mencerminkan sebuah keharmonisan, seseorang itu tidak lagi berusaha untuk harmonis, melainkan ia adalah perwujudan dari harmoni itu sendiri. 18 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan