Realisasi Pengutipan Retribusi Perparkiran Di Kota Medan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

(1)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

090200382

IMAM NUGROHO DAMANIK

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

REALISASI PENGUTIPAN RETRIBUSI PERPARKIRAN DI KOTA MEDAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

090200382

IMAM NUGROHO DAMANIK

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

NIP. 196002141987032002

SURIA NINGSIH, SH., M.Hum

Pembimbing I Pembimbing II

Suria Ningsih, SH., M.Hum

NIP. 196002141987032002 NIP. 197104301997022001

Afrita, SH., M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ABSTRAK

REALISASI PENGUTIPAN RETRIBUSI PERPARKIRAN DI KOTA MEDAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Imam Nugroho Damanik* Suriah Ningsih**

Afrita***

Salah satu dari berbagai jenis retribusi daerah yang dikelola satuan kerja pemerintah Kota Medan adalah Retribusi Parkir. Didalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang N0 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menyebutkan : Objek pajak bermotor adalah kepemilikian dan penguasaan kendaraan. Didalam undang-undang tersebut juga terdapat Pajak parkir yang menyebutkan : Objek pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik di sediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pelaksanaan retribusi perparkiran. Bagaimana realisasi pengutipan retribusi perparkiran di Kota Medan ditinjau dari perspektif hukum administrasi Negara. Metode pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normative yang merupakan studi dokumen, menggunakan pendekatan perundangundangan

Pengenaan tarif parkir oleh petugas parkir di lokasi tersebut untuk kendaraan yang diparkir lama atau sebentar adalah sama disebabkan karena petugas parkir sulit untuk menghitung waktu parkir untuk setiap kendaraan yang diparkir. Penerimaan dan penyetoran dari retribusi parkir harus dicatat dan dibukukan sesuai dengan jumlah yang diterima dan disetor serta dari jumlah pemakaian karcis terakhir. Semua hasil pungutan retribusi parkir tersebut di atas setiap hari harus disetor ke Bank Sumut Medan selambat-lambatnya 1x24 jam setelah penerimaan retribusi dan menyampaikan tembusan bukti setorannya pada Dinas Pendapatan Kota Medan selambat-lambatnya 2x24 jam setelah penyetoran itu dilakukan.

Kata Kunci : Pengutipan Retribusi Perparkiran

* Mahasiswa

** Dosen Pembimbing II, Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara ***Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum USU


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul Realisasi Pengutipan Retribusi Perparkiran Di Kota Medan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara

Di dalam menyelesaikan skripsi ini, telah mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. DR. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin, SH, MH, DFM selaku pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak M. Husni, SH, MH selaku pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara dan sekaligus Dosen Pembimbing I penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Ibu Afrita SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II Penulis yang telah memberikan pengarahan dalam proses pengerjaaan skripsi ini.

7. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu khususnya dalam bidang hukum.

8. Kedua orang tua penulis Ayahanda Drs. K. Damanik dan Ibunda PW N. Turnip, yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun material sehingga terselesaikanya skripsi ini.


(5)

9. Teman-Teman stambuk 2009 yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan. Oleh karena itu penulis meminta maaf kepada pembaca skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan dari penulis. Besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kita semua dan semoga doa yang telah diberikan mendapatkan berkah dari Tuhan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan perkembangan hukum di negara Republik Indonesia.

Medan, Oktober 2013 Hormat Saya


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 8

E. Tinjauan Kepustakaan ... 8

F. Metode Penelitian ... 17

G. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPARKIRAN ... 21

A. Gambaran Umum Kantor Badan Pengelola Perparkiran Kota Medan ... 21

B. Visi dan Misi Pengelola Perparkiran Kota Medan ... 29

C. Target dan Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir dari Tahun 2010 s/d Tahun 2012 Beserta Pajak Parkir ... 31

D. Pengertian Retribusi Perparkiran ... 37

BAB III REALISASI PENGUTIPAN PERPARKIRAN DI KOTA MEDAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA ... 40

A. Dasar Hukum Retribusi Perparkiran ... 40

B. Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pelayanan Parkir ... 46

C. Kendala Dalam Pengutipan Retribusi Perparkiran ... 49

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA


(7)

ABSTRAK

REALISASI PENGUTIPAN RETRIBUSI PERPARKIRAN DI KOTA MEDAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Imam Nugroho Damanik* Suriah Ningsih**

Afrita***

Salah satu dari berbagai jenis retribusi daerah yang dikelola satuan kerja pemerintah Kota Medan adalah Retribusi Parkir. Didalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang N0 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menyebutkan : Objek pajak bermotor adalah kepemilikian dan penguasaan kendaraan. Didalam undang-undang tersebut juga terdapat Pajak parkir yang menyebutkan : Objek pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik di sediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pelaksanaan retribusi perparkiran. Bagaimana realisasi pengutipan retribusi perparkiran di Kota Medan ditinjau dari perspektif hukum administrasi Negara. Metode pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normative yang merupakan studi dokumen, menggunakan pendekatan perundangundangan

Pengenaan tarif parkir oleh petugas parkir di lokasi tersebut untuk kendaraan yang diparkir lama atau sebentar adalah sama disebabkan karena petugas parkir sulit untuk menghitung waktu parkir untuk setiap kendaraan yang diparkir. Penerimaan dan penyetoran dari retribusi parkir harus dicatat dan dibukukan sesuai dengan jumlah yang diterima dan disetor serta dari jumlah pemakaian karcis terakhir. Semua hasil pungutan retribusi parkir tersebut di atas setiap hari harus disetor ke Bank Sumut Medan selambat-lambatnya 1x24 jam setelah penerimaan retribusi dan menyampaikan tembusan bukti setorannya pada Dinas Pendapatan Kota Medan selambat-lambatnya 2x24 jam setelah penyetoran itu dilakukan.

Kata Kunci : Pengutipan Retribusi Perparkiran

* Mahasiswa

** Dosen Pembimbing II, Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara ***Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum USU


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otonomi daerah berdasarkan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dapat diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri daerahnya sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya. Kewenangan daerah tersebut mencakup seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain. Namun dampak dari otonomi mengakibatkan pendapatan daerah terjadi perubahan, baik di tingkat Propinsi maupun di Kabupaten/Kota dimana penyediaan sumber dana dalam penyelenggaraan pemerintahannya harus dikelola sendiri.

Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia melahirkan Otonomi Daerah dimana penyelenggaraan Otonomi Daerah membuat setiap daerah mempunyai hak-hak dalam pelaksanaan otonomi daerah tersebut, hak-hak tersebut antara lain mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya, memilih pemimpin daerah, mengelola sumber daya daerah, memungut pajak dan retribusi daerah serta mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber pendapatan lain yang sah. Daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk mengatur dirinya sendiri, dengan maksud dan tujuan antara lain agar lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat serta memudahkan masyarakat untuk mengawasi penggunaan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Sejalan dengan kewenangan tersebut, Pemerintah Daerah diharapkan lebih mampu menggali dan mengelola sumber-sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya.

Pelaksanaan Pembangunan Daerah tidak terlepas dari kebijakan dan aturan daerah serta implementasi pelaksanaannya di tengah-tengah masyarakat, oleh


(9)

karena itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam proses pelaksanaan Pemerintahan Daerah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan otonomi daerah adalah :1 a. Manusia pelaksan

b. Keuangan Daerah c. Peralatan

d. Organisasi dan manajemen”

Dari unsur di atas, faktor manusia pelaksana adalah faktor yang sangat penting dalam proses implementasi suatu rencana program dan kebijakan yang telah ditetapkan . Selain hal diatas, aparat Pemerintah Daerah pemegang peranan dalam pelaksanaan pembangunan daerah, terutama di tingkat masyarakat bawah. Para pegawai inilah yang pada akhirnya menjadi pelaksana kegiatan usaha pemerintah di semua sektor pembangunan. Oleh karena itu keberhasilan program pemerintah tidak terlepas dari dukungan-dukungan aparat pemerintah itu sendiri, sehingga target PAD yang di tetapkan dapat lebih dimaksimalkan dengan kinerja pegawai yang ada.

Retribusi yang dipungut biaya oleh Pemerintah Kota Medan berkaitan dengan retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan. Pajak dan Retribusi Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang sangat penting artinya baik bagi daerah provinsi maupun daerah kabupaten dan kota sebagai sumber dana bagi pelaksanaan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat. Peraturan Pajak dan Retribusi yang mengatur tentang Pajak daerah dan retribusi daerah tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009. Penerimaan Retribusi Daerah yang dikelola oleh beberapa satuan kerja Pemerintah Kota Medan diperoleh dari pos-pos retribusi daerah yang dikelola oleh beberapa satuan kerja Pemerintah Kota Medan.

Satuan kerja yang mengelola pos-pos Retribusi Daerah antara lain : Dinas Kesehatan, Dinas Bina Marga dan Pemukiman, Dinas Tata Kota, Dinas Perhubungan, Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota, Dinas Pertanian dan

1

Kaho, Yosef Riwo.1997. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pungutan


(10)

Peternakan, Catatan Sipil, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Perikanan, dan Kelautan Dinas Pasar serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan , satuan kerja tersebut memperoleh retribusi mulai dari retribusi jasa umum , jasa usaha dan retribusi perizinan.”2 Salah satu dari berbagai jenis retribusi daerah yang dikelola satuan kerja pemerintah Kota Medan adalah Retribusi Parkir. Didalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, menyebutkan: Objek pajak bermotor adalah kepemilikian dan penguasaan kendaraan. Didalam undang-undang tersebut juga terdapat Pajak parkir yang menyebutkan: Objek pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik di sediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan. Pasal 62 UU ayat (1) Pajak daerah dan Retribusi Daerah. Sedangkan pengertian retribusi pelayanan parkir di Tepi Jalan Umum : “Penyediaan pelayanan Parkir di Tepi jalan Umum yang ditentukan dan/ atau diselenggarakan oleh Pemerintah daerah sesuai dengan ketetntuan peraturan Perundang-undangan. Pasal 24 ayat (1) Bab VIII Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2011 tentang Retribusi Jasa Umum. Sementara itu Yosef riwu Kaho, menyatakan bahwa : “Keunggulan utama sektor retribusi atas sektor pajak adalah karena pemungutan retribusi berdasarkan pada kontraprestasi, dimana tidak ditentukan secara limitatif.3

Parkir merupakan salah satu potensi utama pendapatan daerah yang potensial.Akibatnya, belakangan ini marak terjadi pembukaan lahan parkir, baik legal maupun illegal, di tempat sarana aktivitas masyrakat yang dilakukan secara perorangan maupun badan. Pembukaan lahan parkir dinilai merupakan usaha investasi yang menguntungkan Profil maraknya pembukaan lahan parkir yang dianggap sebagai investasi yang menguntungkan bagi pengelolanya hampir terjadi di setiap daerah/kota yang ada di negeri ini, termasuk Medan. Di kota Medan, kita tidak perlu kesulitan lagi mencari tempat/ lahan parkir. Dimana ada tempat kosong, disitu dapat dijadikan tempat parkir. Hampir setiap tempat kosong yang

2

Data dan target realisasi penerimaan Daerah Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Medan Tahun 2012

3


(11)

menjadi tempat aktivitas masyarakat dijadikan tempat parkir oleh perorangan maupun badan, baik legal maupun illegal.4

Dalam meyikapi peluang investasi diatas, si pengelola parkir dalam melaksanakan atau menyediakan pelayanan perparkiran haruslah menggunakan hukum jual beli antara penjual dan pembeli. Sebagaimana pada hukum jual-beli, pembeli adalah raja dan penjual adalah bawahan, tentu selaku penjual, penjual haruslah mengupayakan memberi pelayanan sebaik mungkin terhadap pembeli, termasuk produk yang dijual, komunikasi, dengan tujuan si pembeli merasa nyaman atau puas terhadap pelayanan yang diberikan si penjual yang mana berujung pada penetapan si penjual tadi menjadi pelanggan tetap bagi si pembeli.

Demikian jugalah halnya dengan perparkiran. Juru parkir selaku penyedia layanan dan pemilik kendaraan, baik beroda dua maupun empat, sebagai konsumen/ penikmat layanan. Selaku penyedia layanan, lazimnya haruslah mengupayakan memberi pelayanan secara optimal dengan harapan agar si konsumen merasa puas terhadap pelayanan parkir yang diberikan. Pelayanan yang dapat diberikan oleh pengelola parkir kepada pengguna jasa parkir bisa meliputi tarif harga parkir, petugas parkir, sarana/tempat parkir, dan lain sebagainya. Jika pelayanan parkir dapat diberikan dengan baik, tentunya peluang usaha investasi akan terjawab dengan sendirinya dan berdampak pada kesejahteraan pihak-pihak yang terkait. Dimana akhirnya berujung pada peningkatan pendapatan asli daerah.

Pendapatan asli daerah yang berkaitan dengan peningkatan jumlah kendaraan adalah retribusi perparkiran dan dianggap cukup berpotensi memberikan kontribusi dalam menunjang pemasukan keuangan daerah. Pemanfaatan retribusi parkir di daerah diharapkan mampu dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga dapat dipergunakan secara efisien untuk memperbaiki sarana dan prasarana kota, khususnya perbaikan fasilitas parkir, sehingga akan meningkatkan kualitas dari penyelenggaraan fasilitas parkir.

Pembinaan dan pengelolaan perparkiran merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan secara terpadu dan terkoordinasi di daerah. Hal ini dilakukan untuk menjamin terselenggaranya pembinaan yang berhasil mewujudkan penataan

4


(12)

lingkungan perkotaan, kelancaran lalu lintas jalan, ketertiban administrasi pendapatan daerah, serta mampu mengurangi beban sosial melalui penyerapan tenaga kerja.5 Pemerintah daerah mempunyai tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam membina pengelolaan perparkiran di wilayahnya, yang pada hakekatnya merupakan bagian dari kegiatan pelayanan umum. Sebagai imbalan penyelenggaraan pelayanan umum dimaksud, pemerintah daerah memiliki hak menerima dana dari masyarakat berupa retribusi/sewa dan pajak sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah6

Kegiatan perparkiran, dalam hal ini kegiatan pemungutan retribusi parkir yang bertujuan untuk mendongkrak PAD Kota dari sektor dan Retribusi, memuat banyak permasalahan-permasalah di dalamnya baik tantangan serta hambatan baik dari sisi pelaksanaan kegiatan pemungutan retribusi perparkiran maupun pengelolaan Pendapatan retribusi itu sendiri, seperti permasalahan Organisasi dan Manajemen yang ada di Dinas serta UPT (Unit pelaksana Teknis) Perparkiran di pemerintah Kota Medan, Sumber Daya Manusia yang melaksanakan kebijakan, Infrastruktur berupa kelengkapan dan kesiapan peralatan yang akan menopang proses kegiatan tersebut serta dari sisi kematangan kebijakan tentang perparkiran itu sendiri.

Tabel 1.

Target dan Realisasi Penerimaan PAD dari sektor Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum

Tahun Target Realisasi %

2004 1.650.000.000,- 1.650.027.250,- 100 2005 1.400.000.000,- 1.296.782.100,- 92,63 2006 1.598.000.000,- 1.296.194.520,- 81.09 2007 1.918.080.000,- 1.371.524.700,- 74.51 2008 1.918.000.000,- 1.431.701.200,- 74.64 2009 2.000.000.000,- 1.165.558.500,- 58.28 2010 2.000.000.000,- 1.432.186.000,- 71.61 2011 1.400.000.000,- 1.370.895.500,- 97.92 2012 1.630.000.000,- 1.520.247.000,- 93.27 2013 2.523.500.000,-

Sumber : Data diolah dari Dinas PPKA Kota Medan per Desember

5

SK Mendagri No. 34 Tahun 1980

6


(13)

Karena retribusi merupakan pendapatan negara dan merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah, maka pemerintah, dalam hal ini Pemerintah Daerah sangat memperhatikan sekali kebijakan dan pelaksanaan Pengelolaan Parkir Daerah guna meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang didalamnya termasuk unsur pengelolaan tempat parkir dan retribusi. Bertambahnya jumlah penduduk dan jumlah kendaraan motor dan mobil dari tahun ke tahun, tidak diiringi oleh perluasan jalan dan penyediaan sarana parkir yang cukup, manajemen parkir kendaran yang baik, pelayanan yang memuaskan oleh petugas parkir yang di tunjuk oleh Pemerintah Kota Medan serta tidak kalah pentingnya yakni keamanan dan pertanggung jawaban dari sistim perparkiran yangada. Di tambah lagi kondisi perparkiran yang tidak tertata, kebocoran retribusi dan pajak parkir sehingga tidak masuk kek Kas Negara.

Penyelenggaraan Kegiatan pemungutan pajak dan Retribusi parkir, tidaklah semata-mata untuk mengejar pemasukan PAD, tetapi yang tidak kalah pentingnya yakni pemenuhan kebutuhan masyarakat akan wilayah parkir yang ideal dan refresentatif sebagai salah satu unsur yang menopang kegiatan aktifitas warga Kota Medan, haruslah di sediakan oleh Pemerintah Kota Medan, disamping itu pula pertanggung jawaban petugas parkir akan sistim keamanan dan pengelolan retribusi yang menerapkan asaz Akuntabilitas dan Transparansi pengelolaan haruslah diterapkan di lembaga Organisasi Pemerintah yang menangani kegiatan ini, mengingat hal ini untuk memberikan pelayanan, kenyamanan ,penyediaan fasilitas yang menyangkut sarana dan prasarana parkir serta kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dalam hal mengelola Pajak dan Retribusi Parkir. Berbagai kondisi yang ideal dan di harapkan masyarakat tersebut haruslah di rumuskan dan terwakili dalam setiap kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Kota Medan. Tentunya dalam menyelenggarakan peran serta tugas-tugas yang diemban Pemerintah dalam kegiatan perparkiran ini banyak menemui tantangan dan hambatan, baik dari sisi kebijakan, SDM, Perangkat dan fasilitas Organisasi Komunikasi, serta Kemampuan dan keterampilan dari Pemerintah itu sendiri. Untuk mencapai tugas-tugas yang harus dilaksanakan diperlukan suatu kemampuan pelaksana yang terampil, cakap,


(14)

mampu melaksanakan tugas dengan baik, sesuai aturan, efektif dan efesien dimana menerapkan prinsip-prinsip Good Governence dalam bidang perparkiran sehingga dapat mencapai target yang telah ditentukan.

Pemerintah Kota Medan melalui Dinas Perhubungan Kota Medan dan Lembaga Tekhnis yang ada (UPT Perparkiran, merupakan unit Pelaksana Teknis dibawah naungan Dinas Perhubungan), sebagai organisasi Pemerintah yang menangani permasalahan dan kebutuhan warga kota terhadap penyediaan sarana dan prasaran parkir. Di samping itu kebijakan serta strategi di terapkan untuk melaksanakan program-program kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan perparkiran kendaraan seperti yang dilakukan di Tepi jalan Umum, pusat-pusat pertokoan, hiburan, pasar serta pusat keramaian lainnya, yang dengan maksud dan tujuan meningkatkan PAD dan pelayanan ke pada masyarakat serta menciptakan ketertiban di jalan raya.

B. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan retribusi perparkiran ditinjau dari perspektif Hukum Administrasi Negara?

2. Bagaimana realisasi pengutipan retribusi perparkiran di Kota Medan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan retribusi perparkiran ditinjau dari perspektif Hukum Administrasi Negara.

b. Untuk mengetahui realisasi pengutipan retribusi perparkiran di Kota Medan.


(15)

2. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

a. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan sehingga lebih bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

b. Secara Praktis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat dam masukan, serta ide dalam mengimplementasikan kebijakan perparkiran khususnya di lingkungan Pemerintah Kota Medan serta Dinas Perhubungan Kota Medan sebagai Lembaga Pelaksana Teknis.

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran dan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis baik di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulis tidak menemukan judul tentang studi tentang realisasi pengutipan retribusi perparkiran di kota medan ditinjau dari perspektif hukum administrasi Negara Berdasarkan penelitian dan pemeriksaan terhadap inventarisasi skripsi di Perpustakaan Fakultas Hukum USU yang dilakukan oleh Penulis, ada beberapa skripsi yang membahas mengenai perizinan, namun dengan redaksi judul yang berbeda dan pendekatan sudut pandang yang berbeda pula, sehingga dengan kata lain judul ini belum pernah ditulis sebelumnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dalam negara hukum modern tugas pokok negara tidak saja terletak pada pelaksanaan hukum, tetapi juga mencapai keadilan social (sociale gerechtigheid) bagi seluruh rakyat. Sebagai negara berdasar atas hukum, negara Indonesia didirikan untuk melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia. Selain itu adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Upaya memajukan kesejahteraan umum obyektif yang membuat negara Indonesia terkategori sebagai negara hukum modern (moderne rechtsstaat) ataupun bercorak welfare state


(16)

(welvaarstaat; wohlfahrtsstaat) ditujukan untuk merealisasikan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual.7

Sehubungan dengan hal tersebut, terkandung makna bahwa negara atau pemerintah Indonesia mempunyai kewajiban yang mutlak untuk menyelenggarakan kesejahteraan rakyat. Untuk menyelenggarakan kesejahteraan rakyat tersebut, pajak berperan sangat sentral dalam memenuhi kebutuhan anggaran untuk itu.

Sejak awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, cita desentralisasi senantiasa menjadi bagian dalam praktik pemerintahan Negara. Pasal 18 UUD RI 1945 perubahan kedua tahun 2000, ditegaskan bahwa pemerintah terdiri atas pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang diatur dengan undang-undang, langkah-langkah penting sudah dilakukan oleh Pemerintah, seperti lahirnya berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintahan daerah. Melalui undang-undang tersebut bangsa Indonesia menyelenggarakan pemerintahan daerah dalam sistem administrasi pemerintahannya.8

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004, dalam undang-undang tersebut juga disebutkan bahwa : “Daerah otonom, atau yang selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

The Liang Gie seperti dikutip oleh Hanif Nurcholis menjelaskan bahwa: “Otonomi daerah adalah wewenang untuk menyelenggarakan kepentingan sekelompok penduduk yang berdiam dalam suatu lingkungan wilayah tertentu yang mencakup mengatur, mengurus, mengendalikan, dan mengembangkan berbagai hal yang perlu bagi kehidupan penduduk.”9

7

Tjip Ismail, Pengaturan Pajak Daerah Indonesia, Yellow Printing, Jakarta, 2007, hal 73

8

Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Gramedia, Jakarta, 2007, hal. 7.

9


(17)

Berdasarkan asas umum pemerintahan yang menjadi urusan pemerintahan daerah meliputi hal berikut:

1. Bidang legislasi, yakni atas prakarsa sendiri membuat peraturan daerah (Perda) dan peraturan kepala daerah.

2. Masalah perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintah daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

3. Perencanaan APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah.10

Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Daerah diberikan kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan retribusi daerah. Dengan demikian pungutan daerah itu meliputi pajak daerah dan retribusi daerah.

Jenis pajak kabupaten/kota yang dipungut adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan c, dan pajak parkir. Dasar hukum pemungutan pajak daerah adalah hukum pajak daerah (Peraturan Daerah), dengan batasan pada Pasal 5A ayat (2) Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Syarat yang ditentukan adalah peraturan daerah yang di pergunakan untuk mengatur Pajak Daerah substansinya harus selaras dengan substansi peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.

Pasal 4 ayat (3) menyebutkan Peraturan Daerah yang dibuat dan dipergunakan sebagai dasar pemungutan pajak daerah sekurang-kurangnya mengatur ketentuan mengenai nama, objek, dan subjek pajak; dasar pengenaan pajak, tarif, dan cara perhitungan pajak; wilayah pemungutan; penetapan; tata cara pembayaran dan penagihan; kadaluarsa.

10

Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta 2008, hal 9


(18)

Pajak adalah iuran kepada negara, yang dapat dipaksakan dan terhutang oleh yang wajib membayarnya, menurut peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung ditunjuk dan yang digunakan adalah untuk membiayai pengeluaran umum, berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.11

Bangsa Indonesia sebagai negara hukum maka dalam segala tindakannya juga harus berdasarkan atas aturan hukum termasuk bidang perpajakan. Hal ini menjadi syarat mutlak untuk memungut pajak dari masyarakat karena pemungutan pajak yang tidak didasari hukum adalah perampokan. Ketentuan Pasal 23A UUD RI 1945 bahwa Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara harus diatur dengan undang-undang, merupakan landasan yuridis konstitusional bagi Negara untuk memungut pajak.

Pengertian hukum pajak secara umum terdapat beberapa pendapat Menurut Rochmat Soemitro menyatakan bahwa: “Hukum pajak ialah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak. Hukum pajak menerangkan: siapa wajib pajak (subyek) dan apa kewajiban-kewajiban mereka terhadap pemerintah, hak-hak pemerintah, obyek-obyek apa yang dikenakan pemerintah, cara penagihan, cara pengajuan keberatan-keberatan, dan sebagainya.”12

Hukum Pajak dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu hukum pajak material dan hukum pajak formal. Pembedaan ini berdasarkan pada pemikiran bahwa yang menimbulkan hutang pajak adalah hukum pajak material dan bukan hukum pajak formal. Menurut Jajat Djuhadiat, dijelaskan sebagai berikut :

a. Hukum Pajak Material

Hukum pajak material adalah hukum pajak yang memuat norma-norma yang menerangkan keadaan, perbuatan, dan peristiwa hukum yang harus dikenakan pajak atau dapat dikatakan pula segala sesuatu tentang timbulnya, besarnya, dan hapusnya utang pajak, serta hubungan hukum

11

Eko Lasmana, Sistem Perpajakan di Indonesia, Jakarta: Prima Campus Grafika, 1992. hal. 8

12


(19)

antara pemerintah dan wajib pajak, yaitu mengenai subjek pajak, wajib pajak, obyek pajak dan tarif.

b. Hukum Pajak Formal

Hukum Pajak Formal ialah hukum pajak yang memuat peraturan-peraturan mengenai cara-cara hukum pajak material menjadi kenyataan.13

Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro, dalam bukunya Pajak dan Pembangunan, seperti dikutip R. Santoso Brotodihardjo bahwa pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

antara lain adalah mengenai surat pemberitahuan, surat ketetapan pajak, surat tagihan, pembukuan, surat keberatan/minta banding, pembayaran/penagihan pajak (dengan paksa), cara menghitung pajak, sanksi administrasi, ketentuan hukum pidana, penyidikan dan lain-lain.

Ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak menurut R. Santoso Brotodihardjo adalah :

1. Pajak dipungut berdasarkan/ dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun daerah. 4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila

dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan yang tidak budgeter, yaitu mengatur.14

13

Jajat Djuhadiat S, Modul DPT III Pengantar Hukum Pajak, (Jakarta : Departemen Keuangan-BPLK, 1993), hal 15.

14


(20)

Fungsi pajak menurut Rochmat Soemitro ada 3, yaitu :15 1. Fungsi Budgeter;

2. Fungsi Mengatur;

3. Untuk menanggulangi Inflasi;

Fungsi yang pertama, dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut : “... pajak-pajak mempunyai tujuan untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknya dalam kas negara, dengan maksud untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Dikatakan bahwa pajak dalam hal demikian mempunyai fungsi budgeter.”16

Adapun fungsi ketiga, yaitu pajak juga dapat digunakan untuk menanggulangi inflasi ini, dimana dapat dilakukan apabila tepat penggunaannya, sehingga merupakan alat yang ampuh untuk mengatur perekonomian negara. Untuk menguatkan pendapat tersebut, ditunjukkan bahwa dalam APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), pajak-pajak Daerah dan pajak Pemerintah Pusat yang diserahkan kepada Daerah, disamping subsidi, merupakan sumber pendapatan daerah yang penting. Sedangkan fungsi yang kedua merupakan alat untuk mencapai tujuan tertentu, seperti alat untuk menarik modal, yaitu dengan menerbitkan undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (sekarang kedua undang-undang tersebut telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal);memberikan pembebasan pajak (tax holiday) atau dengan memberikan Keringanan Pajak, dengan tarif yang lebih rendah daripada biasanya;alat untuk mendorong digunakannya bentuk Koperasi sebagai bentuk usaha dengan cara membebaskan dari pengenaan pajak untuk jangka waktu 10 tahun dihitung sejak saat didirikannya; untuk memberikan proteksi terhadap barang-barang industri produksi dalam negeri, dengan mengenakan barang-barang import dengan pajak yang tinggi.

15

Rochmat Soemitro, Pengantar Singkat Hukum Pajak, PT. Eresco, Bandung. 1988. Cetakan-2, hal .2-3.

16


(21)

Pajak yang dijadikan sebagai sasaran studi dapat didekati dari berbagai sudut, seperti :17

1. Segi Ekonomi, mempelajari pajak dalam dampak ekonominya terhadap masyarakat, pengaruh pajak terhadap penghasilan seseorang, pengaruh pajak terhadap pola konsumsi, pengaruh pajak terhadap harga pokok, pengaruh pajak terhadap permintaan (demand) dan penawaran (supply);

2. Segi Pembangunan, disini pajak-pajak akan dinilai fungsinya dan dikaji dampaknya terhadap pembangunan;

3. Segi Penerapan Praktis, yang diutamakan adalah penerapannya, siapa yang dikenakan, apa yang dikenakan, berapa besarnya pajak, bagaimana cara menghitungnya, tanpa banyak menghiraukan segi hukumnya, apakah ada kepastian hukum;

4. Segi Hukum, lebih menitik beratkan kepada perikatan (verbintenis), pada hak dan kewajiban wajib pajak, subjek pajak dalam hubungannya dengan subjek hukum. Hak penguasa untuk mengenakan pajak. Timbulnya hutang pajak, hapusnya hutang pajak, penagihan pajak dengan paksa, sanksi administratif maupun sanksi pidana, penyidikan, pembukuan. Soal keberatan, soal minta banding, ordonansi Kepatutan, daluwarsa.

Berkaitan dengan pemungutan pajak, asas pemungutan pajak yang lebih dikenal dengan The Four Maxims, dengan uraian sebagai berikut:

1. Pembagian tekanan pajak di antara subjek pajak masing-masing hendaknya dilakukan seimbang dengan kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya masing-masing, di bawah perlindungan pemerintah (asas pembagian/asas kepentingan). Dalam asas “equality” ini tidak diperbolehkan suatu negara mengadakan diskriminasi di antara sesama wajib pajak, dalam keadaan yang sama, para wajib pajak harus dikenakan pajak yang sama pula;

2. Pajak yang harus dibayar oleh seseorang harus terang (certain) dan tidak mengenal kompromis (not arbitrary). Dalam asas “certainty” ini,

17


(22)

kepastian hukum yang dipentingkan adalah yang mengenai subjek objek, besarnya pajak, dan juga ketentuan mengenai waktu pembayarannya; 3. “Every tax ought to be levied at the time, or in the manner, in which it is

most likely to be convenient for the contributor to pay it”. Teknik

pemungutan pajak yang dianjurkan ini (yang juga disebut “convenience of

payment”) menetapkan bahwa pajak hendaknya dipungut pada saat yang

paling baik bagi para wajib pajak, yaitu saat sedekat dekatnya dengan detik diterimanya penghasilan yang bersangkutan;

4. “Every tax ought to be so contrived as both to take out and to keep out of

the pockets of the people as little as possible over and above what it brings into to public treasury of the State”. Asas efisiensi ini menetapkan bahwa

pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat-hematnya; jangan sekali-kali biaya pemungutan melebihi pemasukan pajaknya.18

Sebagaimana diuraikan di atas, dengan demikian pemungutan pajak yang dilakukan, setidaknya harus memperhatikan 4 asas pokok pemungutan, yaitu adanya keseimbangan dan keadilan “equality”, adanya kejelasan “certainty” atas substansi dari pungutan, ketepatan pelaksanaan pembayaran “convenience of

payment”, dan efisiensi pemungutan. Pajak Daerah Kabupaten dan Kota, oleh

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal 2 ayat (2) telah disebutkan jenisnya, terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan c, dan pajak parkir.

Dengan Peraturan Daerah, kepada Daerah diberikan kewenangan untuk : 1. Menetapkan jenis pajak lain selain sebagaimana tersebut di atas, setelah

memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Pasal 2 ayat (4), yang secara lengkap dikutip sebagai berikut :

a. Bersifat pajak dan bukan Retribusi;

b. Obyek pajak terletak atau terdapat di wilayah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta

18


(23)

hanya melayani masyarakat di wilayah Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan;

c. Obyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum;

d. Obyek pajak bukan merupakan obyek pajak Provinsi dan/atau obyek pajak Pusat;

e. Potensinya memadai;

f. Tidak memberikan dampak ekonomi yang neagtif;

g. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat; dan h. Menjaga kelestarian lingkungan.

2. Menetapkan jenis dan tarif pajak daerah Pasal 3 ayat (3) bersambung dengan Pasal 4 ayat (1)

Sejalan dengan kriteria Undang-undang Nomor 34 tahun 2000, terdapat kriteria dari K.J. Davey, memberikan beberapa kriteria umum tentang perpajakan terutama di daerah :

a. Kecukupan dan elastisitas: penerimaan dari suatu pajak harus menghasilkan penerimaan yang cukup besar sehingga diharapkan mampu membiayai sebagian atau keseluruhan biaya pelayanan yang akan dikeluarkan.

b. Pemerataan: Prinsipnya adalah beban pengeluaran pemerintah daerah haruslah dipikul oleh semua golongan dalam masyarakat sesuai dengan kekayaan dan kesanggupannya.

c. Kelayakan administrasi: Berbagai jenis pajak ataupun pungutan di daerah sangat berbeda-beda mengenai jumlah, integritas, dan keputusan yang diperlukan dalam administrasinya. Untuk itu, diperlukan administrasi perpajakan yang mudah dan sederhana.

d. Kesepakatan politis: Pada akhirnya, keputusan pembebanan pajak sangat bergantung pada kepekaan masyarakat, pandangan masyarakat secara umum tentang pajak, dan nilai-nilai yang berlaku pada masyarakat di suatu daerah. Oleh karenanya dibutuhkan suatu kesepakatan bersama bila dirasakan perrlu dalam pengambilan keputusan perpajakan.


(24)

e. Distorsi terhadap perekonomian: Implikasi pajak atau pungutan yang secara minimal berpengaruh terhadap perekonomian. Pada dasarnya setiap pajak atau pungutan akan menimbulkan suatu beban, baik bagi konsumen maupun produsen. Persoalannya, jangan sampai suatu pajak atau pungutan menimbulkan beban tambahan (extra burden) yang berlebihan, sehingga akan merugikan masyarakat secara menyeluruh (dead-weight loss).19

Berdasarkan cara pemungutannya Pajak Daerah kabupaten/kota dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu :

a. Pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu, misalnya Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir.

b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu saja, misalnya Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Pengambilan dan Pengelolaan Bahan Galian Golongan C.20

F. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normative yang merupakan studi dokumen, menggunakan pendekatan perundangundangan. Dalam penelitian ini yang diteliti adalah sampai sejauh mana hukum positif tertulis yang ada itu sinkron atau serasi satu sama lain. Hal ini dapat dilakukan melalui 2 (dua) jalur, yaitu :

19

Raksaka Mahi, Tinjauan terhadap UU No. 34 Tahun 2000. Secara Teori dan Praktek

serta Arah Perubahannya, Makalah Workshop : “Dampak Pelaksanaan UUNo. 34 Tahun 2000 Terhadap Dunia Usaha/ Iklim investasi dan Arah Perubahannya”, Jakarta, 21 Februari 2002.

20

Wirawan B.Ilyas & Richard Burton, Hukum Pajak Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta, 2007, hal 19.


(25)

a. Vertikal, melihat apakah suatu peraturan perundang-undangan berlaku bagi suatu bidang kehidupan tertentu tidak saling bertentangan antara satu dengan yang lain apabila dilihat dari sudut vertikal atau hierarki peraturan perundang-undangan yang ada.

b. Horisontal, apabila yang ditinjau adalah peraturan perundangundangan yang berkedudukan sederajat dan yang mengatur bidang yang sama.21

Kegiatan dalam penelitian hukum normatif meliputi : a. Memilih Pasal-Pasal yang bersifat norma hukum.

b. Menyusun sistematika dari pasal-pasal tersebut sehingga menghasilkan klasifikasi tertentu.

c. Menganalisis Pasal-Pasal tersebut dengan menggunakan asas-asas hukum yang ada.

d. Menyusun suatu konstruksi dengan persyaratan : 1) Mencakup semua bahan hukum yang diteliti 2) Konsisten

3) Memenuhi syarat-syarat esteti 4) Sederhana22

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis yakni suatu penelitian yang berusaha menggambarkan masalah hukum, sistem hukum dan mengkajinya atau menganalisisnya sesuai dengan kebutuhan dari penelitian ini.

3. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari: Data Sekunder. Data sekunder diperoleh dari bahan pustaka dan dokumentasi merupakan data dasar dalam penelitian hukum normatif, yang menjadi pijakan untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian. Apabila dilihat dari sisi kekuatan mengikatnya data sekunder di bidang hukum dapat dibedakan menjadi :

21

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 2007, hal 94-96

22

Ronny Hanijito Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998, hal 33.


(26)

a. Bahan-bahan hukum primer, meliputi : Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah.

b. Bahan-bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan atau membahas lebih lanjut hal-hal yang telah diteliti pada bahan-bahan hukum pimer, meliputi, bahan-bahan hukum yang diperoleh dari teks, jurnal, kasus-kasus, desertasi, hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Kepustakaan. Dalam hal ini, alat pengumpul data kepustakaan dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder, dapat dilakukan dengan melihat dan memperoleh buku-buku referensi mengenai pajak daerah, laporan-laporan hasil penelitian terdahulu, karya-karya ilmiah lainnya.

5. Teknik Analisa Data

Dalam melakukan analisa data, maka data yang diperoleh dianalisa secara kualitatif atau bersifat analisis data kualitatif normatif atau studi dokumenter dengan menggunakan buku-buku literatur yang berhubungan dengan sistem pemungutan pajak dalam era otonomi daerah. Data yang telah dianalisis ini kemudian akan disajikan dalam sebuah penulisan skripsi

G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi yang berjudul Realisasi Pengutipan Retribusi Perparkiran Di Kota Medan Ditinjau Dari Perspektif Hukum Administrasi Negara sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penulisan, metode penelitian dan Sistematika Penulisan


(27)

BAB II PELAKSANAAN RETRIBUSI PERPARKIRAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Pada bab ini akan membahas mengenai Gambaran Umum Kantor Badan Pengelola Perparkiran Kota Medan, Visi dan Misi Pengelola Perparkiran Kota Medan dan Target dan Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir Dari Tahun 2010 S/D Tahun 2012 Beserta Pajak Parkir, pengertian retribusi perparkiran.

BAB III REALISASI PENGUTIPAN RETRIBUSI PERPARKIRAN DI KOTA MEDAN

Pada bab ini akan membahas tentang Dasar Hukum Retribusi Perparkiran, Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Pelayanan Parkir, Kendala dalam Pengutipan Retribusi Perparkiran dan Upaya yang dilakukan terhadap Pengutipan Pengutipan Retribusi Perparkiran

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dan saran terhadap hasil analisis yang dilakukan. Kesimpulan merupakan intisari dari pembahasan terhadap permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini, sedangkan saran yang ada diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi para pembacanya dan dapat berguna bagi pihak-pihak yang terlibat dalam perpakiran di Kota Medan.


(28)

A. Gambaran Umum Kantor Badan Pengelola Perparkiran Kota Medan

Badan Pengelola Perparkiran adalah merupakan suatu lembaga atau unit kerja yang ada di bawah naungan Pemerintah Daerah Kota Medan. 23

Maka sejak didirikannya kantor BPP tersebut pada tahun 1981 dengan menempati sebuah bangunan berukuran 15x20 meter di sekitar terminal bus kota Amplas yang dikelola oleh DLLAJ (Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan) kota Medan dengan dilengkapi beberapa fasilitas. Untuk menjalankan atau mengoperasikan kegiatan kantor BPP tersebut maka Walikota Medan mengangkat seorang pimpinan dengan jabatan sebagai Ketua BPP dengan dibantu oleh 8 orang staf.

Kantor BPP ini berdiri berdasarkan Perda Nomor 7 Tahun 1981 tentang Pembentukan Badan Pengelola Perparkiran Daerah Kota Medan yang ditetapkan yaitu tanggal 7 Mei 1981. Sesuai dengan Perda tersebut maka dalam pelaksanaannya kemudian Pemerintah Kota Medan menunjuk orang-orang yang dianggap dapat melaksanakan tugas-tugas dalam hal pengelolaan perparkiran sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 642/67/1981 tanggal 10 Mei 1981 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Kota Medan. Kemudian juklak ini dirubah untuk pertama kalinya dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 642/32/1982 tanggal 14 April 1982. Kemudian dirubah lagi dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 496.541/76/1999 tanggal 15 Maret 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 1998 tentang Retribusi di Tepi Jalan Umum dan Tempat Khusus Parkir.

Kedudukan jabatan di Kantor BPP ini bukan merupakan jabatan struktural ataupun fungsional, namun khusus untuk jabatan Ketua yaitu Baharuddin Nur, SH dan Bendahara berasal dari Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kota Medan, dan

20 September 2013


(29)

dari tugas yang dijalankan yang bersangkutan memperoleh kompensasi dari pemasukan retribusi parkir secara bulanan sebesar 15% yang ditetapkan melalui surat keputusan Walikota Medan. Kantor unit kerja BPP di dalam menjalankan tugasnya bekerja sama dengan beberapa instansi pemerintah yaitu Dispenda, DLLAJ, Polantas, Bagian Tata Pemerintahan, Bagian Hukum dan Bagian Keuangan Pemerintah Kota Medan.

Kemudian melalui Surat Keputusan Walikota Medan ditetapkan untuk masing-masing instansi pemerintah ini dijadikan sebagai Badan Pembina BPP yang diketuai langsung oleh Sekretaris Daerah Kota Medan, dan badan ini bertugas memberi pembinaan sesuai dengan kepeningan dinas/unit kerjanya masing-masing dan terkoordinasi serta terpadu dalam memberikan masukan atas pelaksanaan perparkiran di Kota Medan dan sebagai kompensasi hasil kerja Badan Pembina ini adalah sebesar 10% dari pemasukan retribusi parkir untuk setiap bulannya.24

Dalam kurun waktu selama dua puluh tujuh tahun sejak didirikannya unit kerja BPP ini (1981-2008), unit kerja ini telah tiga belas kali ganti pimpinan dan berpindah-pindah alamat sebanyak empat kali yaitu di Jl. Candi Mendut , Jl. Brigjend Katamso, Jl. Nibung Raya, dan sekarang beralamat di Jl. Balai Kota No.10 yang dipimpin dengan seorang Kepala bukan lagi Ketua yaitu Mustafa Sutan Nasution, S.Sos dan dibantu oleh sekretaris dan empat seksi.

25

Kantor Badan Pengelola Perparkiran Kota Medan memiliki wilayah kerja yaitu meliputi seluruh Kota Medan. Yang dibagi dalam empat sektor yaitu Sektor Medan bagian Utara, Sektor Medan bagian Selatan, Sektor Medan bagian Timur dan Sektor Medan Bagian Barat. Di dalam masing-masing sektor tersebut termasuk di dalamnya lahan parkir tepi jalan umum, izin parkir tepi jalan, tempat khusus parkir, perizinan pelataran parkir dan parkir insidentil seperti Rumah Sakit, Perkantoran, Kolam renang, Kebun binatang, Pusat Perbelanjaan

24

Ibid.

25

Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 642/67/1981 tanggal 10 Mei 1981 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Kota Medan


(30)

diantaranya Plaza-plaza, Medan Fair, Medan Mall, Carefour, Sun Plaza, Palladium, Ramayana dan lain sebagainya.26

Objek Parkir Pengelola Perparkiran Kota Medan

Sumber : Badan Pengelola Perparkiran Kota Medan

Struktur Organisasi Kantor Pengelola Perparkiran Kota Medan. Susunan struktur organisasi unit kerja BPP ini yaitu:

1. Kepala

2. Sekretaris terdiri dari: a) Bagian Perencanaan b) Bagian Umum

c) Bagian Keuangan 3. Seksi terdiri dari: a) Seksi Pengawasan

b) Seksi Pendapatan

c) Seksi Pelaksana Parkir Harian Tepi Jalan dan Peralatan

26 Ibid Lokasi Milik Pemko Lokasi Milik Pemko Lokasi Non Pemko Tidak dikelola P. Perparkiran Dikelola

P. Perparkiran Parkir Harian Tepi Jalan Umum

Izin Parkir Tepi Jalan Langganan Bulanan Tepi Jalan Tempat Khusus Parkir Asset Dipisahkan Dikelola P. Perparkiran

- Medan Fair Plaza - Pusat Pasar - Medan Plaza - Ramayana

- PD. Pasar - Kolam Renang - Kebun Binatang

Parkir Insidential

- Plaza-Plaza - Rumah Sakit - Perkantoran


(31)

d) Seksi Pelaksana Parkir Bulanan Khusus.

BAGAN ORGANISASI PENGELOLA PERPARKIRAN KOTA MEDAN

Sumber : Badan Pengelolaan Perparkiran Kota Medan Adapun tugas-tugas yang dijalankan sebagai: 1. Kepala

Kepala diangkat langsung oleh Walikota Medan Yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil dikalangan Pemerintah Kota Medan melalui Surat Keputusan. Tugas-tugas yang harus dijalankan yaitu:

a. Memimpin unit kerja BPP secara langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota Medan.

b. Mengadakan rapat kerja dengan seluruh staf yang dipimpin yaitu satu minggu sekali untuk mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan secara intensif.

c. Mengajukan kebutuhan personalia sebagai pembantu/staf kepada Walikota untuk mendapat persetujuan.

Walikota

Kepala

sekretaris

Bagian perencanaan

Bagian Umum

Bagian Keuangan

Seksi Pengawasan

Seksi Pendapatan

Seksi Pelaksanaan Parkir Harian Tepi Jalan

Dan Pelataran

Seksi Pelaksanaan Parkir


(32)

d. Membuat laporan hasil kerja yang telah dicapai kepada Walikota dalam setiap bulannya.

e. Melakukan koordinasi dengan Badan Pembina BPP yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Walikota Medan serta melaporkan bila terdapat hambatan-hambatan di dalam pelaksanaan retribusi perparkiran kepada Walikota.

f. Mengupayakan langkah-langkah ekstensifikasi dalam rangka meningkatkan pemasukan retribusi perparkiran dengan berkoordinasi dengan Dinas Pendapatan Kota Medan.

2. Sekretaris

Sekretaris merupakan unsur staf dipimpin oleh seorang Sekretaris yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Pengelola Perparkiran. Sekretaris mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok pengelola perparkiran di bidang ketatausahaan yang meliputi perencanaan, pengelolaan administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kerumahtanggaan dan urusan umum lainnya. Untuk melaksanakan tugas, sekretaris mempunyai fungsi:

1. Menyusun rencana kegiatan kerja

2. Memberikan pelayanan teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi Pengelola Perparkiran

3. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Pengelola Perparkiran sesuai dengan bidang tugasnya.

Tugas dan Fungsi dari masing-masing sekretaris: 27 a. Sekretaris Bagian Perencanaan

Tugas:

Melaksanakan sebagian tugas Sekretaris di bidang perencanaan. Fungsi

a. Melaksanakan kegiatan pendataan dan penelitian/survey yang berhubungan dengan perparkiran

27


(33)

b. Melaksanakan pendataan, penelitian dan merencanakan pengembangan wilayah perparkiran dan pengadaan sarana parkir

c. Merencanakan pengaturan dan system perparkiran

d. Merencanakan penggunaan tenaga kerja dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat

e. Menyusun program dan rencana kerja serta melakukan evaluasi pelaksanaan rencana/program kerja

f. Menyusun laporan atas rencana/program kerja yang belum atau yang sudah dilaksanakan

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Pengelola Perpakiran sesuai dengan bidang tugasnya b. Sekretaris Bagian Umum Tugas

a. Melaksanakan sebagian tugas Sekretaris di bidang pengelolaan surat menyurat, perlengkapan, administrasi kepegawaian, kerumahtanggaan dan urusan umum lainnya.

Fungsi

a. Menyelenggarakan kegiatan di bidang surat menyurat, perlengkapan, kerumahanggaan dan urusan umum lainnya

b. Mempersiapkan pelaksanaan kegiatan upacara resmi

c. Menyiapkan surat penetapan dan perizinan pengelolaan perparkiran d. Menyelenggarakan administrasi kepegawaian

e. Menyusun dan menyampaikan laporan kepada atasan sesuai dengan bidang tugasnya

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Pengelola Perparkiran sesuai dengan bidang tugasnya

c. Sekretaris Bagian Keuangan Tugas:

Melaksanakan sebagian tugas Sekretaris di bidang pengelolaan keuangan dan perbendaharaan serta menyusun rencana laporan keuangan


(34)

Fungsi:

a. Menyusun dan menyiapkan anggaran pendaptan dan belanja b. Melaksanakan anggaran belanja sesuai dengan pagu anggaran

c. Menyelenggarakan penyimpanan dan pengaman berkas serta menerima dan menyetorkan hasil penerimaan retribusi parkir dan mengadministrasikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

d. Menyiapkan dokumen penerimaan dan mengurus administrasi permintaan uang untuk dipertanggungjawabkan ke kas daerah

e. Melaksakan pembayaran uang yang berhubungan dengan bidang tugasnya termasuk membayar gaji dan kesejahteraan lainnya

f. Menyusun laporan dan menyampaikan kepada atasan sesuai dengan bidang tugasnya

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Pengelola Perparkiran sesuai dengan bidang tugasnya 3. Seksi-Seksi

Tugas dan Fungsi dari masing-masing Seksi: a. Seksi Pengawasan

Tugas:

Melaksanakan sebagian tugas Pengelola Perparkiran di bidang pengawasan Fungsi:

a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan pemerikasaan dan pengawasan teknis penyelenggaraan perparkiran di lapangan

c. Menyusun laporan dan menyampaikan kepada atasan sesuai dengan bidang tugasnya

d. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Pegelola Perparkiran sesuai dengan bidang tugasnya

b. Seksi Pendapatan Tugas:


(35)

Fungsi:

a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan monitoring, menganalisa dan mengevaluasi penerimaan c. Menyiapkan surat tagihan dan Surat Pengakuan Hutang (SPH) kepada

pelaksana di lapangan

d. Menyusun laporan dan menyampaikan kepada atasan sesuai dengan bidang tugasnya

e. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Pegelola Perparkian sesuai dengan bidang tugasnya

f. Seksi Pelaksana Parkir Harian Tepi Jalan dan Peralatan Tugas:

a. Melaksanakan sebagian tugas Pengelola Perparkiran di bidang pelaksana parkir harian tepi jalan dan peralatan

Fungsi:

a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan tertib parkir harian tepi jalan dan peralatan

c. Menerima laporan dari masing-masing penanggung jawab lapangan atas pelaksanaan pengelolaan parkir harian, khusus dan peralatan

d. Menyiapkan perhitungan realisasi pengelolaan parkir harian, parkir khusus dan parkir peralatan

e. Menginventarisasi, menganalisa, mengevaluasi dan melaporkan kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan pemungutan retribusi parkir harian, parkir khusus dan parkir peralatan

f. Menyusun laporan dan menyampaikan kepada atasan sesuai dengan bidang tugasnya

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Pengelola Perparkiran sesuai dengan bidang tugasnya

d. Seksi Pelaksana Parkir Bulanan Khusus Tugas:

a. Melaksanakan sebagian tugas Pengelola Perparkiran di bidang pelaksana parkir bulanan khusus


(36)

Fungsi:

a. Menyusun rencana kegiatan kerja

b. Melaksanakan tertib parkir bulanan khusus

c. Menerima laporan pelaksanaan pengelolaan izin khusus parkir dan langganan bulanan dari masing-masing penanggung jawab lapngan

d. Menyiapkan perhitungan realisasi pengelolaan izin khusus parkir dan langganan bulanan

e. Menginventarisasi, menganalisa, mengevaluasi dan melaporkan kendala-kendala yang terjadi dalm pelaksanaan parkir khusus dan langganan bulanan

f. Menyusun laporan dan menyampaikan kepada atasan sesuai dengan bidang tugasnya

g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan bidang tugasnya

B. Visi dan Misi Pengelola Perparkiran Kota Medan

1. Visi:

Mewujudkan tertib perparkiran yang nyaman bagi pengguna jasa parkir dalam rangka memperlancar arus lalu lintas serta peningkatan penerimaan PAD dari retribusi parkir.

Misi:

1. Merencanakan dan menata kembali sistem perparkiran untuk menunjang kelancaran lalu lintas dan mengoptimalkan fungsi jalan. 2. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) karyawan

pengelola yang berkualitas dan profesional.

3. Memberdayakan juru parkir untuk turut berperan serta memberhasilkan ketertiban, keamanan dan kebersihan.

4. Mengadakan intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan retribusi parkir dalam upaya peningkatan PAD dari retribusi parkir


(37)

Perwujudan visi tersebut hanya mungkin terlaksana manakala kondisi fisik ruang dan struktur ruang kota terbentuk sesuai tatanan dan arahan pemanfaatannya.

Konteks visi tersebut mengharuskan Unit Pengelola Perparkiran Kota Medan sebagai suatu instansi yang mengelola dalam bidang perparkiran, untuk berupaya mengimplementasikannya sehingga Kota Medan sebagai Kota Jasa mampu mewujudkan situasi yang genah, merenah, dan tumaninah. Oleh karena itulah Unit Pengelolaan Perparkiran Kota Medan harus mampu menopang sekaligus mengimplementasikan bidang tugasnya sedemikian rupa sehingga setiap Misi yang telah dirumuskan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Berdasarkan tujuan tersebut, maka dikeluarkanlah Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 7 tahun 2002 tentang Retibusi Pelayanan Parkir Ditepi Jalan Umum, Tempat Khusus parkir dan perizinan pelataran parkir. Yang harus diimplementasikan oleh Unit Pengelolaan Perparkiran Kota Medan agar dapat mengelola perparkiran di kota Medan sehingga nyaman, tertib dan aman.

Kebijakan merupakan salah satu faktor penting dalam pengaturan pelaksanan kinerja pegawai, karena dengan adanya suatu kebijakan akan memudahkan pegawai untuk melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. Keteraturan dalam pekerjaan akan terlihat dengan adanya suatu struktur hirarki dan aturan-aturan formal yang akan mengikat seluruh pegawai dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Kinerja pegawai merupakan hasil kerja dari para pegawai, baik secara kualitas maupun secara kuantitas dalam melaksanakan tugasnya. Sehubungan dengan itu kinerja pegawai mempunyai arti yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan dan pencapaian tujuan organisasi. 28

28

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 7 tahun 2002 tentang Retibusi Pelayanan Parkir Ditepi Jalan Umum, Tempat Khusus parkir dan perizinan pelataran parkir


(38)

C. Target dan Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir Dari Tahun 2010 S/D Tahun 2012 Beserta Pajak Parkir

Pajak parkir merupakan kutipan parkir yang dilakukan di pelataran parkir milik perseorangan atau usaha yang dilakukan berdasarkan perizinan yang diterbitkan Pengelola Perparkiran. Kutipan pajak parkir sebesar 20% diserahkan ke Dinas Pendapatan Kota Medan yang nampak seperti tabel di bawah ini: Target Dan Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir Dari Tahun 2004 S/D Tahun 2012 Beserta Pajak Parkir29

No

Tahun

Anggaran Target (Rp) Realisasi (Rp)

Persentase Realisasi (%) Pajak Parkir yang disetor 20% Ke Dispenda 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10. 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1.114.296.000 1.716.000.000 1.760.500.000 1.900.000.000 3.550.000.000 5.500.000.000 6.000.000.000 6.000.000.000 6.500.000.000 6.750.000.000 999.476.700 1.506.724.500 1.506.265.300 1.961.913.500 3.752.976.600 4.670.151.000 4.833.124.800 4.220.556.080 5.717.820.850 6.816.963.175 87,34 87,40 85,56 103,26 105,72 84,91 80,55 70,34 87,97 91,65 199.895.340 301.344.900 301.253.060 392.382.700 750.595.320 934.030.220 966.624.960 844.111.216 1.143.564.170 1.363.392.635 Sumber :Kantor Badan Pengelola Perparkiran Kota Medan

Penerimaan dan penyetoran dari retribusi parkir harus dicatat dan dibukukan sesuai dengan jumlah yang diterima dan disetor serta dari jumlah pemakaian karcis terakhir. Semua hasil pungutan retribusi parkir tersebut di atas setiap hari harus disetor ke Bank Sumut Medan selambat-lambatnya 1x24 jam setelah penerimaan retribusi dan menyampaikan tembusan bukti setorannya pada Dinas Pendapatan Kota Medan selambat-lambatnya 2x24 jam setelah penyetoran itu dilakukan. Pengelola dalam melaksanakan tugasnya melakukan koordinasi dengan unit kerja atau instansi terkait dan bertanggungjawab kepada Walikota Medan. Pengelola pemungutan retribusi perparkiran berkewajiban dan bertanggungjawab atas ketentuan, keamanan dan ketertiban perparkiran dalm wilayah Kota Medan.

29

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 7 tahun 2002 tentang Retibusi Pelayanan Parkir Ditepi Jalan Umum, Tempat Khusus parkir dan perizinan pelataran parkir


(39)

ALUR PENYETORAN HASIL RETRIBUSI PARKIR PENGELOLA PERPARKIRAN KOTA MEDAN

Sumber : Kantor Badan Pengelola Perparkiran Kota Meda

Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat yang menggunakan jasa parkir dalam membayar retribusi menjadi salah satu faktor tidak tercapainya target. Hal ini berdampak terhadap berkurangnya pemasukan retribusi dari perparkiran yang masuk ke kas daerah. Adapun masyarakat yang tidak bersedia membayar atau dipungut retribusinya bukan hanya dari masyarakat biasa akan tetapi dari pegawai instansi pemerintah sendiripun terkadang enggan membayar retribusi parkirnya, begitu juga dengan berbagai pengurus organisasi kepemudaan.

KAS PEMKO MEDAN

Kasir

Pengelolaan Perpakiran

Pengamat Parkir PelaksanaanParkir

Bulanan Khusus

Jalan P. Perpakiran

Pemegang Izin Parkir

Peralatan Perparkira

n

Langganan Bulanan

Retribusi Perizinan peralatan parkir

Parkir Insidentil


(40)

Hal ini disebabkan kurang adanya penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat dari penerimaan retribusi parkir bagi pembangunan di daerahnya. Permasalahan yang ada yaitu petugas parkir yang bertugas di tempat itu hanya memberikan karcis kepada pemilik atau pengemudi kendaraan bermotor kalau meminta karcis tersebut setelah pemilik atau pengemudi kendaraan tersebut keluar dari lokasi parkir, sementara seharusnya pembayaran retribusi dilakukan pada saat kendaraan memasuki lokasi parkir dan retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah Daerah (SKRD) dalam bentuk kupon atau karcis serta pemilik atau pengemudi kendaraan yang menempatkan kendaraannya di suatu tempat parkir baik di tepi jalan umum maupun tempat khusus wajib menyimpan karcis yang diberikan petugas parkir selama kendaraan tersebut masih di parkiran.

Padahal Pemerintah Kota Medan melihat jumlah hasil dari retribusi perparkiran perparkiran yaitu dari berapakah jumlah kupon/karcis yang habis. Tetapi apabila karcis yang diberikan hanya sedikit maka otomatis akan sedikit uang hasil retribusi parkir yang akan masuk ke kas daerah. Memang kenyataan di lapangan adalah penyelewengan dari uang hasil parkir tersebut yang banyak masuk ke kantong petugas parkir di tempat itu dan diberikan kepada pihak lain yaitu preman. Dan masalah yang lain adalah para petugas parkir tersebut banyak yang tidak memakai seragam parkir ketika bertugas, sehingga pemilik atau pengemudi kendaraan yang memarkirkan kendaraannya tidak dapat membedakan antara petugas parkir atau preman. Dan juga penulis pernah melihat percekcokan antara pemilik atau pengemudi kendaraan dengan petugas parkir di tempat parkir tersebut. Tidak adanya garis atau pembatas suatu petak parkir dan tidak adanya rambu parkir dan marka jalan, hal itu merupakan permasalahan yang penting untuk dicarikan pemecahannya karena dapat mempengaruhi hasil retribusi parkir dari lokasi tersebut yang masuk ke kas daerah.

Tarif yang telah ditetapkan oleh Perda terhadap setiap kendaraan bermotor untuk jenis roda dua, roda tiga, roda empat/enam dikaitkan dengan kelas jalan dan pemakai waktu parkir dan oleh BPP telah dipersiapkan karcisnya (dicetak)


(41)

kemudian selanjutnya diponds oleh Dispenda, dan untuk mendapatkan karcis yang telah diponds tersebut pihak Pengelola Perparkiran membuat formulir kebutuhan karcis dimaksud sejumlah lembaran/blok tertentu, formulir tersebut kemudian ditandatangani oleh Pengelola Perparkiran sebagai penerima, Kasi Pemeriksaan Dispenda dan diketahui oleh Kepala Dispenda. Struktur besarnya tarif retribusi menurut Perda Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002 bab XIII Pasal 24 dan Pasal 25: Besarnya tarif parkir untuk setiap kendaraan di tepi jalan umum adalah sebagai berikut:

a) Kendaraan bermotor roda 3 (tiga):

- Untuk sekali parkir 2 (dua) jam pertama... Rp. 300 - Untuk setiap 1 (satu) jam berikutnya... Rp. 100 b) Kendaraan bermotor roda 4 (empat):

- Untuk sekali parkir 2 (dua) jam pertama... Rp. 1.000 - Untuk setiap 1 (satu) jam berikutnya... Rp. 500

c) Kendaraan bermotor jenis mobil barang Pick Up, GVW, ukuran 3 ton ke bawah:

- Untuk sekali parkir 2 (dua) jam pertama... Rp. 1.300 - Untuk setiap 1 (satu) jam berikutnya... Rp. 500 d) Kendaraan bermotor jenis mobil bis ukuran besar atau truck atau mobil tangki

GVW 3 (tiga) ton ke atas:

- Untuk parkir 2 (dua) jam pertama... Rp. 2.000 - Untuk setiap 1 (satu) jam berikutnya... Rp. 1.000 e) Kendaraan bermotor roda 2 (dua):

- Untuk parkir 2 (dua) jam pertama... Rp. 300 - Untuk setiap 1 (satu) jam berikutnya... Rp. 200 f) Untuk berlangganan bulanan:

- Roda tiga dan empat atau mobil penumpang... Rp. 65.000 - Mobil taksi... Rp. 26.000 - Jenis mobil barang atau Pick Up GVW di bawah tiga ton... Rp. 90.000 - Jenis mobil bis atau truck atau tangki GVW di atas tiga ton... Rp.130.000 - Roda dua... Rp. 13.500


(42)

g) Perparkiran yang bersifat insidentil (temporer) di tempat-tempat acara hiburan, pertandingan olah raga dan lain-lain untuk satu kali parkir:

- Kendaraan bermotor roda tiga dan empat... Rp. 1.000 - Kendaraan bermotor roda dua... Rp. 500

Besarnya tarif parkir untuk setiap kendaraan di tempat khusus parkir adalah sebagai berikut:

a) Kendaraan bermotor roda dua setiap parkir... Rp. 500 b) Kendaraan bermotor roda tiga dan empat setiap parkir... Rp. 1.000 c) Kendaraan bermotor yang mempunyai roda lebih dari empat.... Rp. 2.000 d) Berlangganan bulanan:

- Kendaraan bermotor roda tiga atau empat...… Rp. 96.000 - Kendaraan bermotor roda dua...… Rp. 39.000 - Kendaraan bermotor yang mempunyai roda lebih dari empat. Rp.162.000

Dari uraian di atas telah dijelaskan bahwa tarif yang diberlakukan untuk masing-masing kendaraan adalah berbeda apakah berdasarkan kelas jalan atau pemakai waktu parkir. Tetapi dari beberapa lokasi parkir yang penulis teliti terlihat bahwa terjadi penyimpangan yaitu petugas parkir mengenakan tarif parkir dengan jumlah yang sama untuk kendaraan yang diparkir lama atau hanya sebentar dengan alasan petugas parkir tersebut sulit untuk menghitung waktu parkir untuk setiap kendaraan yang diparkir dikarenakan banyaknya jumlah kendaraan yang diparkir. Hal itu dapat mempengaruhi pendapatan dari hasil retribusi perparkiran di lokasi tersebut. Padahal prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur besarnya tarif retribusi parkir di tepi jalan umum didasarkan atas tujuan untuk mengendalikan dan penggunaan jasa pelayanan dalam rangka memperlancar lalu lintas jalan dengan tetap memperhatikan biaya penyelenggaraan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan yang meliputi biaya biaya pengadaan marka, biaya pengadaan rambu-rambu, biaya operasional, pemeliharaan, administrasi dan biaya transportasi. Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi tempat khusus parkir, didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan


(43)

yang pantas diterima oleh pengusaha yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

Dan juga untuk kendaraan roda dua apabila parkir di lokasi tersebut dibebaskan dari pembayaran retribusi parkir. Alasan yang didapat dari key informan dari berbagai lahan parkir yaitu karena banyaknya kendaraan roda dua yang diparkir tidak hanya sekali parkir saja tetapi kadang-kadang sampai beberapa kali. Dikarenakan hal itulah kemudian yang jadi pertimbangan bagi petugas parkir untuk membebaskan parkir bagi setiap kendaraan roda dua yang parkir di lokasi tersebut atas dasar rasa kasihan. Hal ini mungkin menguntungkan bagi salah satu pihak, tetapi merugikan dipihak lain atau dapat menjadi keuntungan bagi setiap pemilik atau pengemudi kendaraan beroda dua yang parkir di tempat tersebut karena dapat parkir sebanyak mungkin karena bebas dari parkir, tetapi dipihak Pemerintah Kota Medan mengalami kerugian karena itu mempengaruhi hasil retribusi perparkiran yang masuk ke kas daerah.

Pemilik atau pengemudi kendaraan yang memarkirkan kendaraan banyak yang sudah merasa aman ketika kendaraannya diparkirkan dikarenakan telah ada petugas parkir di lokasi tersebut. Padahal petugas yang bertugas di lokasi tersebut hanya bertugas untuk menjaga ketertiban kendaraan yang diparkir dengan didasarkan kepada Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2002 Pasal 13 ayat 2 yaitu Petugas Parkir dibebaskan dari tuntutan hukum atas kerusakan, kehilangan kendaraan serta barang-barang di dalamnya.

Hal inilah yang menjadi permasalahan utma di dalam perparkiran. Karena pemilik atau pengemudi kendaraan yang ketika kendaraan yang diparkir itu rusak atau hilang, maka ia akan menyalahkan petugas parkir di lokasi tersebut. Dan itulah yang banyak penulis lihat dari berbeberapa lokasi parkir di Kota Medan. Kalau begitu penulis melihat retribusi parkir yang dibayar untuk kendaraan yang diparkir hanya untuk penyediaan pelayanan parkir saja dan tidak ada fasilitas keamanan yang diberikan oleh petugas parkir. Jadi dari hal itu otomatis pemilik atau pengemudi kendaraan harus menambah fasilitas keamanan di kendaraan yang diparkir agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.


(44)

D. Pengertian Retribusi Perparkiran

Faktor keuangan penting dalam setiap kegiatan pemerintah, karena hampir tidak ada pemerintah yang tidak membutuhkan biaya. Demikian juga bagi Pemerintah Daerah, keuangan merupakan faktor penting dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerah. Hal ini didukung pendapat Riwo Kaho yang menyatakan: “ Faktor keuangan merupakan faktor esensial dalam mengatur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya, ini berarti dalam penyelenggaraan urusan rumah tangganya daerah membutuhkan dana”30

Sejalan dengan pendapat tersebut, pendapat lain dikemukakan Machfud Sidik tentang pengertian retribusi:Retribusi Daerah adalah pungutan sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.31

Pengelolaan keuangan daerah mempunyai pengaruh yang besar bagi kemajuan daerah, sebab itu faktor keuangan menentukan lancar tidaknya roda pemerintahan. Semakin baik pengelolaannya semakin berdaya guna pemakaian uang tersebut bagi masyarakat, sehingga setiap kebijaksanaan yang ditempuh dapat menyebabkan kemakmuran atau sebaliknya apabila pengelolaan keuangan daerah yang tidak teratur dapat memunculkan kerugian yang besar pada proses Pembangunan Daerah yang bersangkutan.

Sejalan dengan pendapat di atas, pengertian retribusi daerah menurut Riwo Kaho adalah: “Pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemakain jasa atau karena mendapatkan jasa yang diberikan oleh daerah. “32

a. Pungutan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat.

Sehingga dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur retribusi terdiri dari :

b. Pungutan adalah sebagai pembayaran jasa atau prestasi yang diberikan secara langsung oleh pemerintah kepada wajib retribusi.

c. Digunakan untuk pembiayaan kegiatan pemerintah atau pelayanan.

30

Kaho, Yosef Riwo.1997. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pungutan

Retribusi Daerah. Jilid 2 .Garamedia.Jakarta hal 124

31

Sidik, Mahfud.1997.Undang-Undang Pajak daerah dan Retribusi daerah : Implikasinya terhadap Penerimaan Daerah.Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan Jendral pajak. Jakarta.hal 18

32


(45)

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menjelaskan tentang pengertian parkir yakni, kegiatan menghentikan kendaraan dengan beberapa lamanya.33

Pada prinsipnya pungutan dengan nama retribusi sama dengan pajak, yaitu 4 (empat) unsur-unsur dalam pengertian pajak sama dengan retribusi, sedangkan imbalan (kontrak-prestasi) dalam retribusi. Langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi. Unsur yang melekat pada pengertian retribusi adalah:

Salah satu bentuk dari Retribusi Daerah adalah Retribusi Parkir. Retribusi Parkir dipungut dari orang-orang yang menggunakan jasa parkir. Adapun mengenai pengertian Parkir dalam Peraturan Daerah Kota Medan Tentang Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum adalah: “Keadaan tidak bergerak suatu kendaraan bermotor yang bersifat sementara”. Peraturan daerah Kota Medan Nomor : 7 tahun 2002 Tentang retibusi pelayanan parkir ditepi jalan umum, tempat Khusus Parkir dan perizinan pelataran parkir.

34

1. Pungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang 2. Sifat pungutannya dapat dipaksakan

3. Pemungutannya dilakukan oleh negara

4. Digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum

5. Kontra-prestasi (imbalan) langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi.

“Parkir adalah menghentikan kendaran bermotor untuk beberapa saat lamanya”.35

Dari kedua pengertian di atas dapat di katakan bahwa “Parkir adalah memberhentikan kendaraan untuk sementara pada tempat yang telah di sediakan”. Dari uraian terdahulu jika digabung, pemungutan retribusi parkir disini adalah keseluruhan aktifitas untuk menarik atau memungut retribusi parkir sesuai dengan yang digariskan dalam rangka usaha untuk memperoleh pemasukan balas jasa dari

33

Kamus Besar Bahasa Indonesia.ed.Ketiga 2002.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Balai Pustaka.Jakarta.712

34

Wirawan B. Ilyas, Hukum Pajak, Jakarta: Salemba Empat, 2001. hal 6


(46)

sarana atau faisilitas yang telah disediakan oleh pemerintah daerah dalam hal ini pemerintah daerah kota Medan.

Selanjutnya untuk menjamin kelancaran jalannya pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum dalam memenuhi anggaran daerah, maka yang ditunjuk instansi yang membantu pemerintah kota Medan khususnya dikecamatan Medan Baru dalam hal pengelolaan, pungutan dan pengawasan retribusi parkir tepi jalan umum tersebut dalam hal ini UPTD parkir kota Medan hal ini berdasarkan peraturan daerah kota Medan nomor 7 tahun 2002.

Pemungutan retribusi daeah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan dalam penyelenggaraan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Undang-undang yang mengatur tentang pajak dan retribusi daerah adalah Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah berisi penentuan tarif dan tata cara pemungutan pajak dan retribusi daerah ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dasar Hukum Pengelolan Perparkiran Kota Medan meliputi:

1. Keputusan Mendagri RI No.43 Tahun 1980 tentang pedoman pengelolaan perparkiran di daerah.

2. Keputusan Mendagri RI No.73 Tahun 1999 tentang pedoman penyelenggaraan perparkiran di daerah.


(47)

A. Dasar Hukum Retribusi Perparkiran

3. Peraturan Daerah No.7 Tahun 1981 tentang pembentukan Badan Pengelola Perparkiran Kota Medan.

4. Peraturan Daerah No.10 Tahun 1998 tentang retribusi parkir di tepi jalan umumdan tempat khusus parkir.

5. Peraturan Daerah No.11 Tahun 2001 tentang pembentukan organisasi dan data kerja pengelola perparkiran Kota Medan.

6. Peraturan Daerah No.7 Tahun 2002 tentang retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum, tempat khusus parkir dan perizinan pelataran parkir. 7. Keputusan Walikota Medan No.26 Tahun 2002 tentang Harga Tanda

Parkir (HTP) dan petunjuk tekhnis pengelolaan perparkiran di luar badan jalan dan tempat khusus parkir di Kota Medan.

8. Peraturan Daerah Kota Medan No.4 Tahun 2002 tentang pajak daerah Kota Medan.

9. Keputusan Walikota Medan tentang penetapan jalan-jalan sebagai lokasi parkir, yaitu:

a. No.418/SK/1983 Tgl. 16 September 1983 b. No.539/SK/1983 Tgl. 14 November 1983 c. No.551.11/322/Sk/1985 Tgl. 20 Juli 1985 d. No.551.11/029/SK/1987 Tgl. 08 Januari 1987 e. No.974/2836/SK/1991 Tgl. 28 November 1991 f. No.974/3145/SK/1994 Tgl. 25 November 1994 g. No.974/1029/K/2003 Tgl. 17 Juli 2003


(48)

Istilah-istilah dalam Peraturan Daerah Kota Medan tentang Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, Tempat Khusus Parkir dan Perizinan Pelataran Parkir.

1. Daerah adalah Kota Medan.

2. Pemeintah Daerah adalah Pemerintah Kota Medan. 3. Kepala Daerah adalah Walikota Medan.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan.

5. Pengelola Perparkiran adalah Pengelola Perparkiran Kota Medan. 6. Kepala Pengelola Perparkiran adalah Kepala Pengelola Perparkiran

Kota Medan.

7. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu dibidang retribusi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 8. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau

pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. 9. Parkir adalah memberhentikan dan menempatkan kendaraan bermotor

atau kendaraan tidak bermotor dalam satu waktu tertentu di tempat parkir yang telah disediakan untuk itu.

10. Pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah. 11. Jalan adalah setiap jalan dalam bentuk apapun yang terbuka untuk lalu

lintas umum.

12. Tempat Khusus Parkir adalah penyediaan pelayanan di tempat parkir yang khusus disediakan, dimiliki dan atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang disediakan dan dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah dan Pihak Swasta.

13. Pelataran Parkir adalah penyediaan pelayanan tempat parkir yang disediakan oleh pihak ketiga dengan memungut bayaran.


(49)

14. Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

15. Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

16. Perizinan Tertentu adalah kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 17. Rambu Parkir dan Marka Jalan adalah semua tanda, baik berupa

simbol atau tulisan dan garis yang sifatnya memberi penjelasan tentang tata cara, tekhnik ketertiban, pemakaian tempat dan tarif parkir.

18. Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang dapat bergerak di atas jalan dan digerakkan oleh Peralatan tekhnik yang berada pada kendaraan itu.

19. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap kendaraan yang dapat bergerak di atas jalan dan tidak digerakkan oleh peralatan tekhnik pada kendaraan itu, tetapi digerakkan oleh tenaga penghela.

20. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.

21. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma,kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya.


(1)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil Penyajian dan Analisis Data yang telah dikemukakan pada Bab III, Penulis dapat menarik Beberapa Kesimpulan, yaitu: 1. Badan Pengelola Perparkiran adalah merupakan suatu lembaga atau unit kerja

yang ada di bawah naungan Pemerintah Daerah Kota Medan. 41

2. Penerimaan dan penyetoran dari retribusi parkir harus dicatat dan dibukukan sesuai dengan jumlah yang diterima dan disetor serta dari jumlah pemakaian karcis terakhir. Semua hasil pungutan retribusi parkir tersebut di atas setiap hari harus disetor ke Bank Sumut Medan selambat-lambatnya 1x24 jam setelah penerimaan retribusi dan menyampaikan tembusan bukti setorannya pada Dinas Pendapatan Kota Medan selambat-lambatnya 2x24 jam setelah penyetoran itu dilakukan.

Kantor BPP ini berdiri berdasarkan Perda Nomor 7 Tahun 1981 tentang Pembentukan Badan Pengelola Perparkiran Daerah Kota Medan yang ditetapkan yaitu tanggal 7 Mei 1981. Sesuai dengan Perda tersebut maka dalam pelaksanaannya kemudian Pemerintah Kota Medan menunjuk orang-orang yang dianggap dapat melaksanakan tugas-tugas dalam hal pengelolaan perparkiran sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 642/67/1981 tanggal 10 Mei 1981 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Kota Medan. Kemudian juklak ini dirubah untuk pertama kalinya dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 642/32/1982 tanggal 14 April 1982. Kemudian dirubah lagi dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Walikota Medan Nomor 496.541/76/1999 tanggal 15 Maret 1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 1998 tentang Retribusi di Tepi Jalan Umum dan Tempat Khusus Parkir.

20 September 2013


(2)

B. Saran

Parkir Kota Medan dapat lebih tercapai secara efektif dan efesien serta pencapaian target PAD yang maksimal, maka yang perlu diperhatikan oleh pemerintah kota Medan beserta perangkatnya yakni:

1. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perparkiran Dinas Perhubungan Kota Medan selayaknya terus melakukan peningkatan pengawasan kepada seluruh pelaksana pemungutan retribusi di wilayah Kota Medan dan meningkatkan komunikasi dan koordinasi antar lembaga Pemerintah, swasta dan masyarakat guna meningkatkan pelayanan yang prima yang menerapkan prinsip-prinsip

Good Governance, serta peningkatan peran serta kepedulian masyarakat

dalam mengawasi jalannya pemungutan retribusi parkir oleh pemerintah kota Medan

2. Dinas Perhubungan dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) perparkiran diharapkan lebih meningkatkan kerjasama dengan pihak pihak yang turut membangun tercapainya proses akuntabilitas dan tranparansi kegiatan pemerintahan seperti Media massa, lembaga penelitian, Perguruan tinggi, LSM dan lainnya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Data dan target realisasi penerimaan Daerah Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Medan Tahun 2012

Tjip Ismail, Pengaturan Pajak Daerah Indonesia, Yellow Printing, Jakarta, 2007 Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah,

Gramedia, Jakarta, 2007.

Jajat Djuhadiat S, Modul DPT III Pengantar Hukum Pajak, Jakarta : Departemen Keuangan-BPLK, 1993.

Kaho, Yosef Riwo.Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Pungutan

Retribusi Daerah.1997. Jilid 2 .Garamedia.Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia.ed.Ketiga 2002.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka.Jakarta.

R. Santoso Brotodihardjo, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco, Bandung, 1995. Soemitro, Rochmat, Pengantar Singkat Hukum Pajak, PT. Eresco, Bandung.

1988. Cetakan-2.

Raksaka Mahi, Tinjauan terhadap UU No. 34 Tahun 2000. Secara Teori dan

Praktek serta Arah Perubahannya, Makalah Workshop : “Dampak Pelaksanaan UUNo. 34 Tahun 2000 Terhadap Dunia Usaha/ Iklim investasi dan Arah Perubahannya”, Jakarta, 21 Februari 2002.

Ronny Hanijito Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998.

Sunarno, Siswanto, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta 2008

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press, 2007.

Sidik, Mahfud.1997.Undang-Undang Pajak daerah dan Retribusi daerah : Implikasinya terhadap Penerimaan Daerah.Direktorat Pajak Bumi dan Bangunan Jendral pajak. Jakarta.

Wirawan B.Ilyas & Richard Burton, Hukum Pajak Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta, 2007.


(4)

B. Peraturan Perundangn-Undangan Undang-Undang Dasar 1945

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang No 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah

SK Mendagri No. 34 Tahun 1980

Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, 1998

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor : 7 Tahun 2002 tentang Retibusi pelayanan parkir ditepi jalan umum, tempat Khusus Parkir dan perizinan pelataran parkir

Peraturan Daerah No.7 Tahun 1981 tentang pembentukan Badan Pengelola Perparkiran Kota Medan.

Peraturan Daerah No.10 Tahun 1998 tentang retribusi parkir di tepi jalan umumdan tempat khusus parkir.

Peraturan Daerah No.11 Tahun 2001 tentang pembentukan organisasi dan data kerja pengelola perparkiran Kota Medan.

Keputusan Walikota Medan No.26 Tahun 2002 tentang Harga Tanda Parkir (HTP) dan petunjuk tekhnis pengelolaan perparkiran di luar badan jalan dan tempat khusus parkir di Kota Medan.

Peraturan Daerah Kota Medan No.4 Tahun 2002 tentang pajak daerah Kota Medan.

Keputusan Walikota Medan tentang penetapan jalan-jalan sebagai lokasi parkir, yaitu:

1. No.418/SK/1983 Tgl. 16 September 1983 2. No.539/SK/1983 Tgl. 14 November 1983 3. No.551.11/322/Sk/1985 Tgl. 20 Juli 1985 4. No.551.11/029/SK/1987 Tgl. 08 Januari 1987 5. No.974/2836/SK/1991 Tgl. 28 November 1991 6. No.974/3145/SK/1994 Tgl. 25 November 1994 7. No.974/1029/K/2003 Tgl. 17 Juli 2003


(5)

C. Internet

tanggal 20 September 2013

Harian Analisa, 18 Maret 2012

D. Wawancara


(6)

LEMBAR PENGESAHAN

REALISASI PENGUTIPAN RETRIBUSI PERPARKIRAN DI KOTA MEDAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

090200382

IMAM NUGROHO DAMANIK

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara

NIP. 196002141987032002 SURIA NINGSIH, SH., M.Hum

Pembimbing I Pembimbing II

Suria Ningsih, SH., M.Hum

NIP. 196002141987032002 NIP. 197104301997022001 Afrita, SH., M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN