Upaya yang dilakukan terhadap pengutipan Retribusi Perparkiran

D. Upaya yang dilakukan terhadap pengutipan Retribusi Perparkiran

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, pemerintah Kota Medan harus melakukan langkah-langkah antara lain sebagai berikut : 1. Pemerintah melakukan peninjauan langsung ketempat yang di sediakan untuk lahan parkir oleh pengusaha atau wajib pajak parkir. Kegiatan peninjauan langsung ini dilakukan dua kali 2x dalam setahun 2. Pemerintah melakukan penyelidikan ke bank-bank yang di infokan oleh wajib pajak, untuk memastikan berapa besar hutang yang di tanggung oleh wajib pajak 3. Membuat prosedur pengajuan keringanan dan prosedur pengajuan banding 4. Pendataan ulang tempat-tempat parkir yang tersebar di Kota Medan 5. Menyediakan sarana pendukung pemungutan retribusi parkir. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk dapat lebih meningkatkan efektifitas retribusi parkir, antara lain : 40 1. Menyediakan sarana pendukung pemungutan retribusi parkir. Untuk lingkungan parkir sarana pendukung seperti rambu parkir, garis marka parkir, papan tarif retribusi parkir, sudah memadai, namun untuk parkir tepi jalan fasilitas pendukung tersebut masih sangat kurang. Bahkan untuk parkir tepi jalan tidak disediakan tanda retribusi parkir. Pada waktu pengguna jasa parkir memarkirkan kendaraannya di tepi jalan, langsung ditinggal begitu saja, juru parkir tidak menyerahkan tanda retribusi parkir. Lain halnya dengan parkir lingkungan, begitu melewati gardu pintu masuk, petugas gardu langsung memberikan tanda retribusi parkir kepada pengendara. Hal demikian mengakibatkan keamanan dan kenyamanan parkir tepi jalan menjadi sangat rawan, karena sulit untuk melakukan kontrol dan pengecekan apabila ada yang mengaku bahwa kendaraan orang lain adalah miliknya. 2. Meningkatkan SDM Parkir Menjadi juru parkir tidak dibutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, siapa pun orang yang tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap dapat 40 Wawancara dengan Zulfahri, SE selaku Kepala Bidang Keuangan Universitas Sumatera Utara melakukannya. Hal inilah yang membuat proses perekrutannya menjadi lemah. Apalagi berdasarkan sejarahnya, mereka telah lebih dulu menguasai lokasi parkir sebelum Pemerintah Kota Medan melegalkan aktivitas mereka, sehingga proses perekrutannya tanpa seleksi khusus. Beberapa diantara mereka bahkan ada yang sudah diwariskan pada keturunannya. Menjadi juru parkir tidak hanya sekedar mampu mengarahkan pengemudi untuk memarkirkan kendaraannya dengan benar, tetapi perlu juga dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan bagaimana melayani pelanggan dengan baik dan benar. Mengigat rasio perbandingan petugas organik dan pegawai harian lepas 53 : 361, dimana lokasi kerja petugas organik di lingkungan parkir off street sedangkan pegawai harian lepas lokasi kerjanya di tepi jalan on street. Sehingga keluhan tentang tidak diberikannya karcis oleh juru parkir tidak ditemukan lagi. 3. Mengintegrasikan program-program yang ada Upaya untuk dapat meningkatkan pendapatan daerah dari sektor perparkiran hendaknya dibarengi dengan upaya untuk bisa mengembalikan fungsi jalan sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Disebutkan bahwa jalan harus dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran berlalu lintas. Sehingga tidak terjadi program yang tumpang tindih atau B bertentangan dengan program lain. Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tersebut fasilitas parkir di dalam ruang milik jalan hanya dapat diselenggarakan di tempat tertentu pada jalan kabupaten, jalan desa, atau jalan kota yang harus dinyatakan dengan rambu lintas, dan atau marka jalan. Sedangkan sebagian besar status jalan yang ada di Medan adalah jalan Provinsi, yaitu jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota Provinsi dengan ibukota kabupaten atau kota. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 empat puluh kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 sembilan meter. Sedangkan jalan kabupaten atau kota merupakan jalan lokal primer, yaitu jalan yang di desain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 dua puluh kilometer per jam, dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 tujuh koma lima meter. Universitas Sumatera Utara BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan