11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Kajian Teori
a. Pembelajaran
1 Pengertian Pembelajaran
Berdasarkan pendapat
Achmad Sugandi
2007:9, pembelajaran merupakan terjemahan dari kata ”instruction”.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang bersifat individual, yang merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam
sejumlah informasi, yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam berbentuk ingatan jangka panjang. Beberapa
teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut : a.
Menurut teori behavioristik, pembelajaran merupakan usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan
menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus lingkungan dengan tingkah laku si belajar.
b. Menurut teori kognitif, pembelajaran adalah cara guru
memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari.
12
c. Menurut
teori humanistik,
pembelajaran memberikan
kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai minat dan kemampuannya.
Udin S. Winataputra 2007:1. 18 berpendapat bahwa pembelajaran merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, serta meningkatkan intensitas dan
kualitas belajar pada diri siswa. Dalam pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Udin S. Winataputra, 2007:1. 20
mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Dalam konsep tersebut terkandung lima konsep, yaitu interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar, dan lingkungan
belajar. Ciri dari suatu pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses hasil belajar siswa.
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai seperangkat peristiwa yang mempengaruhi siswa dalam memperoleh
kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan Achmad Sugandi, 2007:10.
Dalam pembelajaran, guru tidak hanya sebagai pengajar tetapi sebagai pendidik. Menurut Isjoni 2008:30 mengungkapkan
bahwa tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pada anak didik,
sedangkan tugas sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup pada anak didik.
Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat kejadian sehingga terjadilah proses belajar.
Menurut Gagne Achmad Rifa’i, 2010:192 menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal siswa
yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar ini dirancang agar memungkinkan siswa memproses
informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut Achmad Rifa’i, 2010:193 :
a. Usaha pendidik untuk membentuk tingkah laku yang
diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar tetap terjalin hubungan lingkungan dengan tingkah laku siswa.
b. Cara pendidik memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berfikir agar memahami apa yang dipelajari. c.
Memberikan kebebasan kepada siswa untuk memperoleh bahan pelajaran dan mempelajarinyadengan minat dan
kemampuannnya. Pembelajaran
berorientasi pada
bagaimana siswa
berperilaku, hal ini memberikan makna bahwa pembelajaran merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individual yang
merubah stimuli dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menghasilkan hasil belajar dalam
bentuk ingatan jangka panjang. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, pembelajaran
dapat diartikan sebagai penciptaan serta pengaturan sistem lingkungan dalam menyediakan seperangkat kondisi lingkungan
anak yang dapat merangsang anak untuk melakukan aktivitas belajar. Kondisi lingkungan yang dimaksud adalah berupa
sejumlah tugas-tugas yang harus dilakukan anak, persoalan- persoalan yang menuntut anak untuk memecahkannya, seperangkat
keterampilan yang dikuasai anak, termasuk pula seperangkat kondisi berupa sejumlah pengetahuan yang perlu dikuasai anak.
2 Komponen-komponen Pembelajaran
Komponen pembelajaran
menurut Achmad
Rifa’i 2010:194-196 terdiri atas :
a. Tujuan
Tujuan yang
akan dicapai
melalui kegiatan
pembelajaran biasanya berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam tujuan pembelajarn khusus. Setelah siswa
melaksanakan proses belajar mengajar, selain mereka memperoleh hasil belajar, mereka juga akan mendapatkan
dampak pengiring. Dampak pengiring dapat berupa kesadaran
akan sifat pengetahuan, tenggang rasa, dan kecermatan dalam berbahasa, dan sebagainya.
b. Subyek belajar
Subjek belajar dalam pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus
objek. Sebagai subjek karena peserta didik adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai objek
karena kegiatan pembelajaran dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subjek belajar. Untuk itu dari pihak
diperlukan partisipasi aktif dari peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Untuk kepentingan perencanaan pembelajaran
yang efektif perlu adanya pengetahuan guru tentang diagnosis kesulitan belajar dan analisis tugas.
c. Materi Pelajaran
Materi pelajaran juga merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena materi akan memberikan
warna dalam kegiatan pembelajaran. Materi pelajaran yang tersusun secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas
akan berpengaruh juga pada jalannya proses pembelajaran. Materi pembelajaran dalam sistem pembelajaran terdapat
dalam silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan buku sumber.
d. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran, guru perlu memilih model-model
pembelajaran, metode, dan teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar. Untuk menentukan
strategi yang akan digunakan perlu mempertimbangkan tujuan, karakteristik siswa, dam materi pelajaran agar strategi
pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal.
e. Media Pembelajaran
Media pembelajaran
merupakan alat
yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu
proses penyampaian pesan pembelajaran. Media digunakan dalam kegiatan instruksional karena media dapat memperbesar
benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi dapat dilihat dengan jelas. Selain itu media juga dapat
menyajikan benda yang jauh dari subyek belajar dan menyajikan peristiwa-peristiwa yang komplek, rumit menjadi
sistematik dan sederhana.
f. Penunjang
Komponen penunjang yang dimaksud dalam kegiatan pembelajaran yaitu fasilitas belajar, buku sumber,
alat pelajaran, bahan pelajaran, dan semacamnya. Komponen penunjang memiliki fungsi memperlancar,
melengkapi, dan mempermudah proses pembelajaran.
b. Belajar
1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar itu mencakup segala sesuatu
yang dipikirkan dan dikerjakan oleh seseorang. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan,
sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi seseorang.
C.T.Morgan dalam
Introduction to
Psychology merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif dalam
menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu Pupuh Fathurrohman, 2007:5.
Menurut Oemar Hamalik 2009:45 belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku,
termasuk juga perbaikan perilaku. Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning
mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu dapat dijelaskan
atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang Pupuh Fathurrohman,
2007:5. M. Sobirin Sutikno mengartikan belajar sebagai suatu
proses usaha yang dilakukan oleh seseorang yang memperoleh suatu perubahanyang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya Pupuh Fathurrohman, 2007:5.
Menurut Udin S. Winataputra 2007:1.5 belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka
ragam competencies, skills, and attitudes. Kemampuan,
keterampilan, dan sikap tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan dari bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses
belajar sepanjang hayat. Pengertian belajar dalam konteks tujuan pendidikan nasional dimaknai sebagai kegiatan untuk menjadi
orang yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, caka, kretif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Menurut Udin S. Winataputra 2007:1.8 learning is a
change in human disposition or capability that persist over a period of time and is not simply ascribable to processes of
growth. Belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan.
Sedangkan menurut Thursan Hakim 2005:1, belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan
tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku
seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya
pikir, dan lain-lain kemampuan. Skiner Dimyati, 2006:9 berpandangan bahwa belajar
adalah suatu perilaku. Pada saat seseorang belajar , maka responnnya akan menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila seseorang
tidak belajar, maka responnya akan menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal-hal berikut :
a. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon
pebelajar. b.
Respons si pebelajar. c.
Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Gagne juga memiliki pendapat tentang belajar. Menurut
Gagne Dimyati, 2006:10, belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar
seseorang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal
dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses
kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkunagn, melalui
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Menurut Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal,
kondisi internal, dan hasil belajar. Gagne berpendapat bahwa dalam belajar terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan belajar,
pemerolehan dan unjuk belajar, dan alih belajar. Pada tahap persiapan
dilakukan tindakan
mengarahkan perhatian,
pengharapan dan mendapatkan kembali informasi. Pada tahap pemerolehan dan performansi digunakan untuk menyajikan
stimulus yang jelas sifatnya, memberikan bimbingan belajar, memunculkan perbuatan siswa serta penguatan. Tahap alih belajar
meliputi pengisyaratan untuk membangkitkan, dan pemberlakuan secara umum.
Piaget memiliki pendapat yang berbeda dengan Gagne. Piaget berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu
sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan Dimyati, 2006:13. Dengan adanya interaksi dengan
lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Perkembangan intelektual menurut Piaget melalui tahap-
tahap berikut : a.
Sensori motor 0 sampai 2 tahun. Pada tahap ini anak mengenal lingkungan dengan
kemampuan sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan, penciuman, pendengaran,
perabaan dan mengerakkannya. b.
Pra operasional 2 sampai 7 tahun. Pada tahap ini anak mampu menggunakan simbol, bahasa,
konsep sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan menggolong-golongkan.
c. Operasional konkret 7 sampai 11 tahun.
Pada tahap ini anak dapat mengembangkan pikiran logis. d.
Operasi formal 11 tahun ke atas. Pada tahap ini anak dapat berpikir abstrak seperti pada orang
dewasa. Rogers Dimyati, 2006:16 mengemukakan pentingnya
guru memperhatikan prinsip pendidikan. Prinsip pendidikan tersebut adalah sebagai :
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk
belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
c. Pengorganisasian
bahan pengajaran
berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang
bermakna bagi dirinya. d.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar, keterbukaan belajar
mengalami sesuatu, bekerja sama dengan melakukan
pengubahan diri terus menerus. e.
Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar.
f. Belajar mengalami dapat terjadi, bila siswa mengevaluasi
dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberikan peluang untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri.
g. Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh
dan sungguh-sungguh. Dalam konsep belajar mengandung tiga unsur utama
Achmad Rifa’i, 2010:82-84 yaitu : a.
Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku. Perilaku mengacu pada suatu tindakan atau berbagai
tindakan. Dalam kegiatan belajar di sekolah, perubahan perilaku itu mengacu pada kemampuan mengingat atau
menguasai berbagai bahan belajar dan kecenderungan siswa memiliki sikap dan nilai-nilai yang diajarkan oleh pendidik.
Untuk mengukur apakah seseorang telah belajar atau belum belajar perlu adanya perbandingan antara perilaku sebelum
dan setelah mengalami kegiatan belajar. Apabila terjadi perubahan perilaku, maka dapat disimpulkan bahwa siswa
tersebut telah belajar. b.
Perubahan perilaku terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.
Pengalaman dapat membatasi jenis-jenis perubahan perilaku yang dipandang mencerminkan belajar. Pengalaman dalam
belajar dapat berupa pengalaman fisik, psikis, dan sosial. Perubahan perilaku karena perkembangan dan kematangan
fisik tidak dapat dikatakan sebagai hasil belajar. c.
Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen. Lamanya perubahan perilaku yang terjadi pada diri seseorang
susah diukur. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang
yang terjadi akibat melakukan proses interaksi secara terus- menerus dengan lingkungannya sebagai hasil dari pengalaman
bermakna. Dalam interaksi tersebut terjadi proses mental, intelektual, dan emosional yang pada akhirnya menjadi suatu
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya. Dalam belajar yang tepenting adalah proses bukan hasil yang
diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain hanya sebagai perantara dalam
kegiatan belajar.
2 Tujuan Belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang kondusif. Sistem
lingkungan belajar dipengaruhi beberapa komponen yang sangat mempengaruhi.
Komponen-komponen itu
berupa tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang akan disajikan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan
social tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana prasarana belajar mengajar yang tersedia. Belajar yang dilakukan
oleh seseorang bertujuan :
a. Untuk mendapatkan pengetahuan.
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan
pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berpikir
akan memperkaya pengetahuan.
b. Penanaman konsep dan keterampilan.
Penanaman konsep atau merumuskan konsep memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan dapat dididik
yaitu dengan
melatih kemampuan.
Demikian juga
mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis atau lisan. Interaksi yang mengarah pada pencapaian keterampilan itu
akan menuruti kaidah tertentu dan bukan semata-semata hanya menghafal atau meniru.
c. Pembentukan sikap.
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus bijak dan hati-hati dalam
menentukan pendekatan. Untuk itu dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa
menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh. Dalam interaksi belajar mengajar guru akan senantiasa diobservasi,
dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh siswa. Pembentukan sifat mental dan perilaku anak didik tidak akan
terlepas dari soal penanaman nilai. Dengan dilandasi nilai- nilai, siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk
mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dupelajari Sardiman, 2010:25-28.
Jadi pada intinya, tujuan belajar adalah untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap
mental.
3 Peranan Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Kegiatan mengajar
sendiri memilki arti suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan mengatur hubungan dengan anak ,
sehingga terjadi proses belajar Sardiman, 2003:49. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik bila proses tersebut dapat
membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Menurut pendapat Sudirman 2003:143-146 menyebutkan beberapa peranan guru
dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut : a.
Informator Guru dalam kegiatan belajar mengajar berperan sebagai pelaksana
cara mengajar informative, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi akademik maupun umum.
b. Organisator
Guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran, dan lain-lain. Komponen yang berkaitan dengan
kegiatan belajar mengajar semuanya diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga mencapai efektifitas dan efisiensi dalam belajar
pada diri siswa. c.
Motivator Guru di dalam kegiatan belajar mengajar harus dapat merangsang
dan memberikan dorongan untuk mendinamiskan potensi siswa, menumbuhkan aktivitas dan daya cipta siswa, sehingga akan
terjadi dinamika dalam proses belajar mengajar. d.
Pengarah Guru dalam hal ini berperan membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. e.
Inisiator Guru berperan sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Ide-
ide tersebut merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontohkan kepada siswa.
f. Transmiter
Guru dalam hal ini akan bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator
Guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung
secara efektif. h.
Mediator Di dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sebagai
penengah, misalnya dalam acara diskusi kelas. Mediator dapat juga diartikan sebagai penyedia media.
i. Evaluator
Guru bertugas mengevaluasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Keterampilan Guru
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah salah satu hal yang penting agar guru dapat menjadi seorang guru yang
professional. Jadi di samping guru harus menguasai materi yang diajarkan, keterampilan dasar mengajar adalah merupakan keterampilan
penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Menurut Mulyani Sumantri 2001:231-250 tedapat delapan
keterampilan mengajar yang harus dimiliki oleh guru, yaitu :
1. Keterampilan menjelaskan
Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran tidak hanya sekedar menceritakan sesuatu kepada peserta didik melainkan
keterampilan menyajikan bahan pelajaran yang diorganisasikan secara sistematis sebagai satu kesatuan yang berarti, sehingga
mudah dipahami oleh siswa. Menjelaskan pada dasarnya adalah menuturkan secara lisan mengenai bahan pelajaran sehingga
memudahkan siswa untuk memahami bahan pelajaran. Hasil belajar yang diperoleh dari penjelasan adalah pemahaman, bukan
ingatan. Melalui penjelasan siswa dapat memahami sebab akibat, dan memahami prinsip.Penyampaian informasi ataupun uraian
tentang suatu pokok masalah harus memperhatikan hal-hal berikut : a.
Penjelasan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. b.
Penjelasan harus disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik siswa.
c. Materi penjelasan harus dikuasai oleh guru.
d. Materi harus bermanfaat dan bermakna bagi siswa.
e. Dalam menjelaskan harus disertai dengan contoh-contoh yang
kongkrit. f.
Penjelasan dapat diberikan di awal, tengah, maupun akhir pelajaran.
g. Penjelasan dapat diberikan jika siswa bertanya atau juga atas
rancangan guru. Adapun tujuan dari penggunaan penjelasan dalam proses
pembelajaran yaitu LP3I, 2010:83 : a.
Untuk membimbing siswa dalam memahami konsep, prinsip ataupun hukum yang menjadi bahan pelajaran.
b. Membantu siswa dalam memecahkan masalah.
c. Mengkomunikasikan ide, pesan kepada siswa.
d. Melatih siswa mandiri dalam mengambil keputusan.
e. Melatih siswa untuk berpikir logis.
2. Keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya
merupakan ucapan
atau pertanyaan yang dilontarkan guru yang menuntut respon atau
jawaban dari siswa. Menurut Wahid Murni 2010:99 keterampilan
bertanya merupakan
keterampilan untuk
mendapatkan jawaban dari orang lain.Pertanyaan yang diajukan guru akan mengandung unsure pengendalian atas pengajaran yang
berlangsung. Kenyataan tersebut memungkinkan pengajaran menjadi menarik, perhatian anak, menuntut mereka untuk berfikir
untuk menjawabnya dengan tepat. Pengajuan pertanyaan yang bermakna dan menarik perhatian anak sehingga anak merasa
senang dalam belajar merupakan tugas yang tidak sederhana bagi seorang guru. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam
bertanya yaitu :
a. Pertanyaan hendaknya singkat, jelas, dan disusun dengan
kata-kata yang sederhana. b.
Pertanyaan hendaknya mengenai satu masalah saja. c.
Petanyaan langsung sebaiknya diberikan secara random. d.
Pertanyaan didistribusikan secara merata kepada siswa. e.
Pertanyaan disesuaikan dengan kemampuan dan kesiapan siswa.
f. Sebaiknya hindari pertanyaan leading question.
Hal yang harus dihindari guru saat bertanya yaitu : a.
Mengajukan pertanyaaan
yang memberikan jawaban
serentak. b.
Mengulang pertanyaan sendiri. c.
Menjawab pertanyaan sendiri. d.
Mengulang jawaban siswa.
3. Keterampilan menggunakan variasi
Penggunaan variasi dilakukan agar peserta didik terhindar dari perasaan jenuh dan membosankan yang menyebabkan
perasaan malas muncul. Pengajaran sepantasnya tidak monoton, berulang-ulang dan menimbulkan rasa jenuh pada siswa.
Pengertian penggunaan variasi merupakan keterampilan guru dalam menggunakan bermacam-macam kemampuan untuk
mewujudkan tujuan belajar siswa sekaligus mengatasi kebosanan dan menimbulkan minat, gairah, dan aktivitas belajar yang efektif.
Penggunaan variasi terdiri dari variasi dalam mengajar, variasi dalam penggunaan media, variasi dalam penggunaan metode, dan
variasi dalam pola interaksi.
4. Keterampilan memberi penguatan
Memberi penguatan merupakan tindakan terhadap suatu respon terhadap suatu bentuk perilaku yang dapat mendorong
munculnya peningkatan kualitas tingkah laku. Pemberian penguatan dapat berupa penguatan berupa
kata-kata verbal, penguatan gerak tubuh atau mimik muka gestural, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan
cara sambutan, penguatan dengan pemberian kegiatan yang menyenangkan, dan penguatan berupa tanda.
5. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
Keterampilan membuka pelajaran adalah usaha guru untuk mengkondisikan mental siswa agar siap dalam menerima pelajaran.
Dalam membuka pelajaran, siswa harus mengetahui tujuan yang akan dicapai dan langkah-langkah yang akan ditempuh.
Keterampilan menutup pelajaran adalah kemampuan guru dalam mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Dalam menutup pelajaran, guru
dapat menyimpulkan materi pelajaran, mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan keberhasilan guru dalam proses belajar
mengajar.
6. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan
Keterampilan mengajar kelompok kecil adalah kemampuan guru melayani kegiatan siswa dalam belajar dalam kelompok
dengan jumlah siswa antara 3 sampai 5 orang atau paling banyak 8 anak untuk setiap kelompok. Sedangkan keterampilan mengajar
perorangan adalah kemampuan guru dalam menentukan tujuan, bahan ajar, dan waktu yang digunakan dalam pengajaran dengan
memperhatikan perbedaan individu siswa.
7. Keterampilan mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru dalam mewujudkan dan mempertahankan suasana belajar
mengajar yang optimal. Kemampuan ini erat kaitannya dengan kemampuan
guru untuk
menciptakan kondisi
yang menguntungkan, menyenangkan siswa dan penciptaan disiplin
belajar secara sehat.
8. Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses belajar yang dilakukan dalam kerjasama kelompok yang bertujuan memecahkan
suatu permasalahan, mengkaji konsep, prinsip atau keterampilan tertentu. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam memimpin diskusi
yaitu melaksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan, memberi waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab
permasalahan, rencanakan diskusi kelompok dengan sistematis,
dan menjadikan guru sebagai teman dalam diskusi. d.
Aktivitas Siswa
Di dalam belajar perlu adanya aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar itu adalah berbuat, “learning by doing”.
Aktivitas merupakan perbuatan baik berupa kegiatan fisik maupun mental Sardiman, 2011: 100. Aktivitas terbentuk karena adanya
suatu pengajaran yang efektif sedangkan dalam pengajaran yang tradisional hanya terbentuk aktivitas semu Hamalik, 2008: 171.
Aktivitas siswa dipengaruhi adanya motivasi. Dengan adanya motivasi maka akan muncul dorongan melakukan suatu perbuatan .
Motivasi juga akan mengarahkan perbuatan sesuai tujuan yang diinginkan. Selain itu motivasi juga berfungsi sebagai penggerak,
besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan Oemar Hamalik, 2007:175.
Di dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yakni menurut pandangan
ilmu jiwa lama dan pandangan ilmu jiwa modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru
sedangkan menurut pandangan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa Sardiman, 2011:103.
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat
seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah. Menurut Paul B.
Diedrich Sardiman, 2011:101 membuat daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai
berikut : 1
Visual activities, yang termasuk di dalamnya yaitu membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan
orang lain. 2
Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan
wawancara, diskusi, interupsi. 3
Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.
4 Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan,
laporan, angket, dan menyalin. 5
Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, dan diagram.
6 Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain
melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
7 Mental activities, sebagai contoh misalnya menanggapi,
mengingat, memecahkan
soal, menganalisis,
melihat hubungan, mengambil keputusan.
8 Emotional activities, seperti misalnya menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.
Jadi dengan adanya klasifikasi aktivitas di atas menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan
bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan di atas dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah akan menjadi lebih dinamis, tidak
membosankan dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan bahkan akan memperlancar peranannya sebagai
pusat dan transformasi kebudayaan.
e. Ilmu Pengetahuan Sosial
1 Pengertian IPS
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SDMISDLB, SMPMTsSMPLB sampai SMA
sederajat. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social hal tersebut
diungkapkan oleh E. Mulyasa Nurul Farida Istiqomah, 2010:11. Menurut Mu’nisah 2004:2 IPS merupakan mata
pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan
psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya. Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa IPS
merupakan studi sosial yang memadukan ilmu sosial dan
humaniora untuk meningkatkan kompetensi kewarganegaraan. Dengan program sekolah, IPS dikembangkan dengan perpaduan
yang sistematis berdasarkan disiplin ilmu antropologi, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filosofi, ilmu politik, psikologi,
agama, dan sosiologi, serta materi yang diperlukan dari ilmu humaniora, matematika, dan ilmu alam.
Edgar B. Wesley Mu’nisah, 2004:2, berpendapat bahwa IPS adalah bagian atau aspek-aspek dari ilmu-ilmu social yang
diseleksi dan diadaptasi untuk digunakan bagi kepentingan pengajaran di sekolah. John Jarolimek Mu’nisah, 2004:2
mengartikan IPS sebagai bagian dari ilmu-ilmu soaial yang diseleksi bagi pencapaian tujuan pengajaran.
Menurut Binning Mu’nisah, 2004:3 IPS adalah mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan perkembangan dan
organisasi masyarakat manusia dan manusia sebagai anggota dari kelompok sosial.
Berdasarkan pengertian IPS di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa IPS merupakan program pendidikan atau
bidang studi dalam kurikulum sekolah yang mempelajari kehidupan manusia dengan lingkungannya.
2 Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial
Tujuan utama IPS adalah membantu manusia generasi muda mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan
yang informatif dan rasional sebagai warga negara yang baik dari budaya yang berbeda-beda serta dalam konteks masyarakat yang
demokratis dalam dunia yang saling membutuhkan. Menurut pendapat Gross Etin Solihatin, 2008;14 tujuan
IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Selain itu tujuan lain
dari pendidikan IPS adalah mengembangkan pengetahuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap
persoalan yang dihadapinya. Kosasih Etin Solihatin, 2008:15 menyatakan IPS dapat membantu siswa dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya mengerti dan memahami lingkungan sosail masyarakatnya.
Sedangkan menurut Fenton Mu’nisah, 2004:5 tujuan dari IPS adalah mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang
baik, mengajar anak didik berkemampuan berfikir dan agar anak didik dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya.
Menurut Clark Mu’nisah, 2004:5, bahwa titik berat IPS adalah perkembangan individu yang dapat memahami lingkungan
sosialnya serta manusia dengan kegiatan dan interaksi antara mereka, dan agar anak didik dapat menjadi anggota masyarakat
yang produktif dan dapat memberi andil dalam masyarakat yang merdeka, mempunyai rasa tanggung jawab, tolong menolong
sesamanya serta mengembangkan nilai-nilai dan ide-ide dari
masyarakat. Dapat pula dikatakan bahwa tujuan IPS dalah sama dengan tujuan umum seluruh program sekolah yaitu membentuk
warga negara yang baik. Secara khusus, tujuan dari pengajaran IPS di sekolah dapat
dikelompokkan menjadi empat komponen yaitu : a.
Memberikan ilmu
pengetahuan pada
siswa tentang
pengalaman manusia dalam kehidupan bermasyarakat pada masa lalu, sekarang dan di masa yang akan datang.
b. Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk
mencari dan mengolah informasi. c.
Menolong siswa untuk mengembangkan nilai demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.
d. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk mengambil
bagian dalam kehidupan sosial. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi siswa
agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. IPS sebagai mata pelajaran dalam kurikulum sekolah
merupakan wahana pencapaian tujuan pendidikan nasional.
3 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
a. Manusia, tempat, dan lingkungan.
b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan.
c. Sistem sosial dan budaya.
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan BSNP, 2007: 575.
4 Materi Ilmu Pengetahuan Sosial
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan salah satu bagian dari kurikulum pendidikan dasar yang wajib
ditempuh peserta didik UU Sisdiknas, 2003: 19. Mata pelajaran ini diberikan mulai dari SDMISDLB sampai SMAMASMK.
Ilmu Pengetahuan Sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada
jenjang SDMI, substansi IPS memuat Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Muatan tersebut bersifat terpadu, artinya bahwa
muatan pelajaran tersebut dipelajari dalam satu mata pelajaran yaitu IPS Sapriya, 2009: 194.
Kurikulum IPS harus memuat bahan pelajaran yang sesuai dengan tujuan institusional tingkat sekolah dan tujuan pendidikan
nasional. Di dalamnya hendaknya berisikan bahan yang memungkinkan siswa untuk berpikir dan berlatih kritis, analitis,
kreatif, serta membiasakan diri dalam proses berpikir ilmuwan
sosial, dan proses internalisasi yang menekankan pada proses mengambil keputusan secara rasional berdasarkan pengetahuan
yang sudah disederhanakan Etin Solihatin, 2008:14. Hal tersebut juga harus diimbangi dengan salah satu prinsip
KTSP yaitu dikembangkan berdasarkan potensi daerah atau lingkungan sekitar dan tingkat perkembangan peserta didik BSNP,
2006: 3.
5 Fungsi Ilmu Pengetahuan Sosial
IPS di SDMI berfungsi untuk mengembangakan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. IPS juga berfungsi sebagai media untuk mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan
di lingkungan sendiri dan antarmanusia. Selain itu IPS dapat
mensistematiskan bahan informasi, dan kemampuan yang telah
dimiliki tentang manusia dan lingkungannya agar lebih bermakna Drs. Soewarso, M.Ed.
Model ini dirumuskan untuk membantu mengembangkan: a
Analisa tentang perilaku dan nilai-nilai pribadi. b
Strategi pemecahan masalah antar pribadi dan pribadi dengan orang lain.
c Pengenalan jiwa dan perasaan orang lain.
d Pengetahuan tentang fakta-fakta sosial dan nilai-nilai.
e Kemahiran dalam menyatakan pendapat.
f. Media dalam pembelajaran IPS
1. Media pembelajaran Pengetahuan Sosial
Istilah Media berasal dari bahasa latin yaitu bentuk jamak dari “medium” yang berarti pengantar. Makna umum dari media yaitu
segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi Etin Solihatin, 2008:22. Proses
belajar mengajar juga menggunakan media yang dalam penggunaannya disebut media pembelajaran. Menurut AECT Etin Solihatin, 2008:23
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan oleh orang untuk menyalurkan pesan. Gagne Etin Solihatin, 2008:23 mengartikan
media sebagai komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Menurut Masitoh 2010:670
mengungkapkan bahwa media merupakan saluran yang dilalui pesan dalam suatu peristiwa kominikasi. Dalam pembelajaran media
memegang peranan penting sebagai alat yang diharapkan dapat mendorong belajar lebih efektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa media
merupaka bagian dari sumber belajar yang mampu menarik minat siswa dalam menerima pembelajaran.
2. Manfaat Media Pembelajaran IPS
Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga
pembelajaran lebih efektif dan efisien. Menurut Kemp dan Dayton Etin Solihatin, 2008:23-25 mengidentifikasi beberapa manfaat media yaitu
sebagai berikut : a menyampaikan materi dapat diseragamkan; b Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik; c Proses
Pembelajaran menjadi lebih interaktif; d efisien dalam waktu dan tenaga; e meningkatkan kualitas hasil belajar siswa; f media dapat
menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar; gmengubah peran guru ke arah lebih positif dan produktif.
3. Jenis media
Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Mulai dari yang sederhana, murah, hingga media yang canggih dan mahal
harganya. Anderson Etin Solihatin, 2008:26 mengelompokkan media menjadi sepuluh golongan sebagai berikut :
NO Golongan Media
Contoh dalam pembelajaran 1
Audio Kaset audio, siaran radio, CD,
Telepon 2
Cetak Buku pelajaran, modul, brosur,
gambar 3
Audio Cetak Kaset audio yang dilengkapi
bahan tertulis 4
Proyeksi Visual Diam Film bingkai, OHT
5 Proyeksi Audiovisual
diam Film bingkai bersuara
6 Visual Gerak
Film bisu 7
Audiovisual Gerak Film gerak bersuara, VCD,
televisi 8
Objek Fisik Benda nyata, model, spesimen
9 Manusia dan lingkungan
Guru, pustakawan, laboran 10
Komputer CAI pembelajaran berbantuan
komputer, CBI Pembelajaran berbasis komputer
4. Kriteria Pemilihan Media
Secara umum, hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media menurut Masitoh 2010:70 :
a. Dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
b. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
c. Dapat melayani kebutuhan peserta didik yang berbeda-beda.
d. Tidak memilih media hanya karena media tersebut baru, canggih
atau populer. Menurut Etin Solihatin 2008:31, dalam memilih media harus
mempertimbangkan hal-hal di bawah ini : a tujuan; b sasaran didik; c karakteristik media yang bersangkutan; d waktu; e biaya; f
ketersediaan; g konteks penggunaan; h mutu teknis; i prinsip pemanfaatan media.
g. IPS di Sekolah Dasar
Dalam perkembangan pengajaran IPS di sekolah dasar telah mengalami perubahan kurikulum berkali-kali. Hal ini dimaksudkan
untuk terus menerus meningkatkan mutu pendidikan. Desain dan isi kurikulum akan bermakna apabila berdampak pada siswa, artinya
rencana dapat terlaksana di kelas dan benar-benar berhasil jika telah menjadi bagian dari perilaku sebagai hasil dari belajarnya.
IPS di SD adalah mata pelajaran manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. IPS yang diajarkan di
SD terdiri atas dua bahan kajian pokok, yaitu pengetahuan dan sosial.
Bahan kajian pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial , ilmu bumi, ekonomi dan pemerintah. Kajian sejarah meliputi perkembangan
masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga masa kini. Pengetahuan sosial berfungsi mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan dasar dan melihat kenyataan sosial yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pengajaran sejarah berfungsi
menumbuhkan rasa kebangsaan dan bangga terhadap perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lalu hingga masa kini. Disebutkan
bahwa IPS SD diorganisasikan mulai dari bahan pelajaran yang dekat dan sederhana di sekitar anak ke yang lebih luas atau kompleks. Dalam
segi proses pembelajaran menerapkan prinsip belajar aktif, mental pemikiran dan perasaan dan sosial sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa SD.
h. Strategi Peer Lesson
1 Pengertian Strategi Peer Lesson
Mengajar bukan semata persoalan menceritakan dan belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penuangan
informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri, penjelasan dan pemeragaan semata
tidak akan membuahkan hasil belajar yang optimal, karenanya diperlukan
suatu strategi
yang dapat
mendukung atau
meningkatkan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya, dalam konteks pembelajaran strategi dapat
dikatakan sebagai pola umum yang berisi tentang rentetan kegiatan yang dapat dijadikan pedoman petunjuk umum agar kompetensi
sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Dalam memilih suatu strategi, hendaknya dapat mengajak
peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima pelajaran dari guru, ada kecenderungan untuk
cepat melupakan pelajaran yang telah diberikan. Salah satu bentuk pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang menggunakan
strategi peer lessons. Pembelajaran aktif active learning sendiri merupakan suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk
belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran.
Sedangkan peer lessons adalah suatu strategi
pembelajaran yang merupakan bagian dari active learning pembelajaran aktif. Secara singkat menurut Melvin L.Silberman
strategi peer lessons merupakan strategi untuk mendukung pengajaran
sesama siswa
di dalam
kelas. http:digilib.sunanampel.ac.idfilesdisk1151hubptain-gdl-
trimurdian-7514-3-bab2.pdf diakses pada tanggal 5 Februari 2011
pukul 00:48 WIB. Dalam peer lessons ini siswa dibagi menjadi kelompok-
kelompok kecil dan masing-masing anggota kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menjelaskan materi kepada kelompok lain
sesuai sub topik materi yang mereka dapat dan dalam penyampaian materi hendaknya tidak menggunakan metode ceramah saja atau
seperti membaca laporan, namun dapat menggunakan metode atau strategi pembelajaran yang lain yang sekiranya cocok dengan
materi yang mereka presentasikan kepada teman mereka. Sebelum melakukan presentasi siswa diberi waktu yang cukup baik di dalam
maupun di luar kelas. Guru dapat memberi beberapa saran kepada siswanya seperti menggunakan alat bantu visual, menyiapkan
media pengajaran yang diperlukan atau menggunakan contoh- contoh yang relevan. Setelah semua kelompok melaksanakan
tugasnya, guru memberikan kesimpulan dan klarifikasi sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa. Dengan strategi
peer lessons setiap siswa diajak untuk turut aktif dalam proses pembelajaran tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.
Dengan demikian
mereka dapat
belajar dengan
lebih menyenangkan
sehingga keberhasilan
pembelajaran yang
diharapkan bisa lebih optimal. Menurut Piaget Sri Anitah. W, 2009:2.35, siswa yang
telah mencapai usia 11 tahun telah mengalami fase perkembangan operasional formal. Artinya suatu perkembangan kognitif yang
menunjukkan bahwa siswa telah memiliki kemampuan berpikir tinggi atau berpikir ilmiah. Dengan demikian mulai dari kelas V
sudah dapat menggunakan pendekatan ilmiah saat proses
pembelajaran. Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas tinggi di Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan cara menciptakan
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk berargumentasi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan serta mendorong siswa
memiliki rasa ingin mengetahui. Pembelajaran pada kelas tinggi banyak
menggunakan pembelajaran
berbasis masalah,
menggunakan pendekatan konstruktivis, melakukan aktifitas menyelidiki, meneliti, dan membandingkan, di samping itu masih
tetap menggunakan metode yang lain seperti ceramah, diskusi dan tanya jawab.
Karakteristik pembelajaran di Sekolah Dasar kelas tinggi terlihat selain dituntut tingginya aktivitas siswa, kemampuan siswa
dalam melakukan kegiatan pembelajaran seperti melakukan tahapan penyelidikan, melakukan pemecahan masalah dan
sebagainya. Itu sebabnya guru harus kaya akan pengalaman, serta mampu menentukan strategi pembelajaran yang tepat dan mampu
mangarahkan kegiatan siswa agar sasaran belajar dapat dicapai melalui pembelajaran di sekolah.
2 Langkah- langkah pelaksanaan Strategi Peer Lessons
Strategi peer lessons merupakan suatu strategi pembelajaran yang merupakan bagian dari active learning. Strategi
ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri dan menuntut saling ketergantungan yang positif terhadap
teman sekelompoknya karena setiap kelompok bertanggung jawab untuk menguasai materi pelajaran yang telah ditentukan dan
mengajarkan atau menyampaikan materi tersebut kepada kelompok lain.
Adapun langkah-langkah pelaksanaan strategi peer lessons adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah peer lesson: a.
Peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak materi yang akan disampaikan.
b. Masing-masing kelompok mempelajari satu topic, kemudian
mengajarkannya kepada kelompok lain. c.
Memberikan waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam maupun luar kelas, usahakan mereka tidak menggunakan
metode ceramah saja, diharapkan ada media. d.
Setiap kelompok menyampaikan materi yang telah diberikan. e.
Setelah semua kelompok melaksanakan tugas, beri kesimpulan dan pelurusan dari pemahaman peserta didik Hisyam Zaini,
2004 : 65 – 66.
3 Manfaat strategi peer lesson
Peer Lessons adalah salah satu bentuk pembelajaran aktif active learning. Dengan strategi Peer Lessons siswa diajak untuk
turut aktif dalam proses pembelajaran. Adapun manfaat dari strategi Peer Lesson adalah :
a. Otak bekerja secara aktif.
Dengan strategi peer lesson, siswa diajak belajar secara aktif baik di dalam maupun di luar kelas, mereka diberi kesempatan
untuk memilih strategi apa yang mereka inginkan dan mereka juga mempunyai
tanggung jawab
menguasai pelajaran
untuk
dipresentasikan atau diajarkan kepada temannya. b.
Hasil belajar yang maksimal.
Dengan strategi peer lessons peserta didik dapat belajar secara aktif, di dalam dan di luar kelas dan mereka mempunyai
tanggung jawab untuk mendiskusikan dan mengajarkan materi pelajaran kepada teman yang lain, sehingga mendorong mereka
untuk lebih giat belajar baik secara mandiri maupun kelompok. Dengan demikian hasil belajar akan lebih maksimal.
c. Tidak mudah melupakan materi pelajaran.
Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah
diberikan. Dan dalam strategi peer lessons ini siswa diajak serta untuk aktif dalam proses pembelajaran baik di dalam maupun di
luar kelas. Dengan demikian akan membuahkan hasil belajar yang bagus.
d. Proses pembelajaran yang menyenangkan
Strategi peer lessons merupakan strategi pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Dengan belajar aktif ini
peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.
e. Otak dapat memproses informasi dengan baik
Otak tidak akan dapat memproses informasi yang masuk kalau otak itu tidak dalam kondisi on, maka otak memerlukan
sesuatu yang dapat dipakai untuk menghubungkan antara informasi yang baru diajarkan dengan informasi yang telah dimiliki. Jika
belajar itu pasif, otak tidak akan dapat menghubungkan antara informasi yang baru dengan informasi yang lama. Selanjutnya otak
perlu beberapa langkah untuk dapat menyimpan informasi http:digilib.sunan-ampel.ac.idfilesdisk1151hubptain-gdl-
trimurdian-7514-3-bab2.pdf , diakses tanggal 5 Februari 2011 pukul
2.
i. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah
pola-pola perbuatan,
nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil
belajar juga dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang dialami peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar Achmad Rifa’I,
2010:85. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa, apabila siswa
mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh berupa penguasaan konsep. Menurut Gagne Agus
Suprijono, 2010:5-7 hasil belajar berupa:
5. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan yang bersifat
spesifik. Kemampuan tersebut tidak membutuhkan pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
6. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorikan, kemampuan menganalisa fakta dan
konsep. 7.
Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah. 8.
Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
gerak jasmani. 9.
Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Menurut Bloom Agus Suprijono, 2010:6-7 hasil belajar
mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge pengetahuan, ingatan, comprehension
pemahaman, menjelaskan, meringkas, application menerapkan, analysis
menguraikan, menentukan
hubungan, synthesis
mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, dan evaluation
menilai. Domain afektif adalah receiving sikap
menerima, responding memberikan respons, valuing nilai,
organization organisasi, characterization karakterisasi. Domain psikomotor meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, social,
manajerial, dan intelektual. Sementara menurut Lindgren Agus Suprijono, 2010:7 hasil
belajar mencakup kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek
potensi kemanusiaan saja. Jadi dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan salah satu aspek potensi kemanusiaan. Hasil belajar harus dapat menunjukkan
Gagne mengungkapkan ada lima kategori hasil belajar, yakni : informasi verbal, kecakapan intelektul, strategi kognitif, sikap dan
keterampilan. Sementara Bloom mengungkapkan tiga tujuan pengajaran yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan
merupakan hasil belajar yaitu : kognitif, afektif dan psikomotorik Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu : 1.
Faktor dari dalam diri siswa, meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan
kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan,
terutama kualitas pengajaran. Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana 1990:56,
melalui proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri- ciri sebagai berikut:
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi
belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk
memperbaikinya atau setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana
mestinya. 3.
Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk
mempelajari aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.
4. Hasil
belajar yang
diperoleh siswa
secara menyeluruh
komprehensif, yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau
wawasan, ranah afektif sikap dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.
Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang dicapainya
maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya http:mbegedut.blogspot.com201102pengertian-hasil-belajar-
menurut-para.html , diakses tanggal 4 februari 2011 pukul 09.00 WIB.
2. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian terurai di bawah ini:
Penelitian yang berjudul Peningkatan Minat Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Peer Lesson Pada Materi Penjumlahan dan
Pengurangan Bilangan Bulat Dengan Alat Peraga di Kelas IV SD Negeri I Plosorejo Kecamatan Tawangharjo Kabupaten Grobogan oleh Imroatun
Naimah. Subyek penerima tindakan adalah siswa kelas IV SD Negeri I Plosorejo yang berjumlah 41 siswa. Hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan minat belajar matematika siswa pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang
1 memperhatikan guru dalam mengikuti pembelajaran matematika sebelum tindakan 14,63 dan setelah tindakan 36,58, 2 berkonsentrasi dalam
mendengarkan guru pada waktu menjelaskan materi sebelum tindakan 12,19 dan setelah tindakan 39,02, 3 antusias dalam pembelajaran
matematika, yaitu kesiapan siswa dalam memulai proses pembelajaran
sebelum tindakan19,51 dan setelah tindakan 56,09. Penelitian ini menyimpulkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran Peer lesson
dengan alat peraga dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam belajar matematika.
Penelitian yang berjudul Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Himpunan melalui Strategi Peer Lesson Sebagai Upaya
Peningkatan Kreativitas Siswa oleh Anisa Dika Icmawati PTK pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Sawit Semester 2 tahun 20092010. Tujuan ptk ini
adalah untuk mengetahui penerapan strategi pembelajaran peer lesson dalam pembelajarn matematika SMP kelas VII. Subjek penerima tindakan
adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Sawit yang berjumlah 36 siswa, subjek pelaksanakan tindakan adalah guru matematika dan peneliti. Data
dikumpulkan melalui metode observasi, catatan lapangan, tes, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian ini adalah adanya peningkatan kreativitas
siswa, hal ini dapat dilihat dari aspek: 1 kelancaran siswa dalam berpresentasi meningkat dari 11,11 pada putaran I menjadi 25 pada
akhir tindakan; 2 Kemampuan siswa bertanya pada kelompok yang sedang presentasi meningkat dari 16,67 pada putaran I menjadi 47,22 pada
akhir tindakan; 3 kemampuan siswa dalam mengemukakan ide atau gagasan meningkat dari 8,33 pada putaran I menjadi 27,78 pada akhir
tindakan. Kesimpulan penelitian ini adalah melalui strategi peer lesson dapat meningkatkan kreativitas siswa pada pokok bahasan himpunan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gatiningsih dengan judul Penerapan Strategi Peer Lesson dalam Pembelajaran Biologi dapat
meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa kelas VIII E SMP Negeri I Masaran tahun ajaran 20082009. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar biologi dengan pembelajaran menggunakan strategi peer lessons pada siswa kelas VIII E SMP Negeri 1
Masaran tahun ajaran 20082009. Dari hasil pembahasan dapat dinyatakan bahwa rata-rata hasil belajar siklus III lebih tinggi dari siklus I dan siklus II,
baik dilihat dari aspek kognitif 81,1571,164,9 maupun afektif 21,6518,6517,075. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan
strategi peer lessons dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa kelas VIII E SMP Negeri I Masaran tahun ajaran
20082009.
3. Kerangka Berpikir
Proses KBM pada mata pelajaran IPS yang terjadi di SDN Ngijo 01 Kecamatan Ngijo masih belum berjalan secara efektif. Keterbatasan media
dan kemampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang menarik masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan siswa kurang antusias dalam
menerima pelajaran. Hasil belajar yang belum memenuhi KKM, yaitu 62 sebanyak 71, 4 atau 15 dari 21 siswa disebabkan oleh kurangnya
kemampuan guru dalam menguasai yang juga menjadi penyebab proses pembelajaran masih belum berjalan secara efektif.
Untuk menarik minat siswa dalam belajar dan lebih aktif saat proses Kegiatan Belajar Mengajar KBM, maka dapat digunakan strategi
pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa. Strategi yang tepat salah satunya adalah peer lesson belajar dari teman. Strategi ini baik digunakan
untuk menggairahkan kemauan siswa untuk mengajarkan matri kepada temannya. Dengan strategi peer lessons setiap siswa diajak untuk turut aktif
dalam proses pembelajaran tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan demikian mereka dapat belajar dengan lebih menyenangkan
sehingga keberhasilan pembelajaran yang diharapkan bisa lebih optimal. Manfaat menggunakan strategi pembelajaran aktif yaitu menarik
partisipasi aktif peserta didik agar mampu meningkatkan hasil belajar yaitu melelui penggunaan strategi peer lesson dalam pelaksanaan proses
pembelajaran IPS khususnya pada siswa kelas VI SDN Ngijo 01 Kecamatan Gunung Pati.
Gambar Skema alur kerangka berfikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan dalam skema di bawah ini :
Kondisi Awal
Tindakan Menggunakan strategi peer lesson
a. Peserta didik dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak
materi yang akan disampaikan. b.
Masing-masing kelompok
mempelajari satu topic, kemudian
mengajarkannya kepada kelompok lain. c.
Memberikan waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam maupun luar kelas, usahakan mereka tidak menggunakan metode ceramah saja,
diharapkan ada media.
d. Setiap kelompok menyampaikan materi yang telah diberikan.
e. Setelah semua kelompok melaksanakan tugas, beri kesimpulan dan
pelurusan dari pemahaman peserta didik Hisyam Zaini, 2004:65 – 66.
Hasil Akhir
1 Keterampilan guru meningkat dengan menggunakan strategi peer lesson. 2 Aktivitas siswa meningkat, siswa menjadi aktif.
3 Hasil belajar IPS meningkat. Keterampilan guru dalam mengajar masih kurang optimal.
Aktivitas siswa masih kurang, terbukti dengan : Siswa pasif
Siswa kurang berminat dalam pembelajaran Siswa bermain sendiri saat mengerjakan evaluasi.
Hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS rendah.
4. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, kajian empiris dan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan untuk penelitian ini yang
berbunyi “Penggunaan strategi peer lesson dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada materi kenampakan alam dan sosial Indonesia dan negara tetangga
serta Benua-benua di dunia pada siswa kelas VI SDN Ngijo 01 Kecamatan Gunung Pati”.
60
BAB III METODE PENELITIAN