SUMBER MATERIIL : Faktor-faktor yang ikut serta dalam menentukan isi

mereka yang berasal dari golongan lain namun meleburkan diri ke Golongan Inlander. Pengadilan bagi Golongan Inlander juga berbeda dengan pengadilan Golongan lainnya. Pengadilan bagi Golongan Inlander dinamakan Pengadilan Bumiputera yang sekarang dikenal sebagai Pengadilan Negeri. 3. Lahirnya hukum di Indonesia bersamaan dengan lahirnya NKRI, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945 saat diproklamasikannya kemerdekaan RI Terbentuk Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. Tanggal 18 Agustus 1945 Undang-Undang Dasar 1945 ditetapkan. UUD 1945 aturan Peralihan : Lembaga tertinggi negara belum menjalankan fungsinya, maka mengikuti Pasal II AP yang menyatakan agar hukum yang sebelumnya masih berlaku, yaitu Indische Staatsregeling. UUD RIS 1949 : Indonesia beribu kota di Jogja, menjadi negara bagian dari Republik Indonesia Serikat dan NRI wajib mengikuti aturan-aturan yang berpedoman pada UUD RIS. UUDS 1950 : Peraturan perundangan dan perutusan tata usaha yang berlaku sebelumnya tetap dipakai sebagai peraturan hukum positif. Setelah runtuhnya RIS sampai Era Reformasi kembali ke UUD NRI 1945 dengan Dekrit Presiden 1959.

4. SUMBER MATERIIL : Faktor-faktor yang ikut serta dalam menentukan isi

hukum Berupa Norma Agama, Norma Kesusilaan, Norma Kesopanan, Norma Hukum, Kebiasaan. SUMBER FORMIL : Sumber hukum dalam bentuk tertentu yang merupakan dasar berlakunya hukum secara formal UUD, UU, Perjanjian Internasional, Yurisprudensi, Keputusan Mahkamah Konstitusi, Doktrin. 5. Asas Teritorial, merupakan asas yang berdasarkan lingkungan atau daerah. Ada 3 macam persekutuan, sebagai berikut:  Persekutuan Desa, yaitu orang-orang yang terikat dalam satu desa  Persekutuan Daerah, dimana didalamnya terdapat beberapa desa yang masing-masing mempunyai tata susunan sendiri  Perserikatan, beberapa persekutuan hukum yang berdekatan mengadakan kesepakatan untuk kepentingan bersama contoh: Perserikatan orang Batak. 2 Asas Genealogis, merupakan asas yang berdasarkan pertalian darahketurunan. Asas ini dibagi menjadi 3, sebagai berikut:  Patrilineal, yaitu pertalian darah menurut garis keturunan ayah contoh: Batak, Nias  Matrilineal, yaitu pertalian darah menurut garis keturunan ibu contoh: PadangMinangkabau  Unilateral, merupakan pertalian darah menurut garis keturunan darah ayah dan ibu contoh: Jawa, Dayak, Sunda. 6. Receptio in Complexu merupakan pertemuan antara Hukum Adat dan Hukum Agama. Pertama, berlakunya Hukum Adat di masyarakat sehingga Hukum Agama meresap ke dalam Hukum Adat itu contoh: Gereja HKBP, Gereja Kristen Jawa. Kedua, berlaku Hukum Agama sehingga Hukum Adat dilaksanakan menurut tata cara keagamaan itu contoh: Hukum Syariah di Aceh. 7. Masyarakat Hukum Adat : 1 Tata susunan masyarakat yang bersifat tetap, seperti penghuni rumah besar atau jurai di Minangkabau. 2 Ada pengurus sendiri dengan struktur kepemimpinan yang terdiri dari ketua dan fungsi pengurus lainnya untuk memimpin masyarakat itu. 3 Ada harta pusaka sendiri yang diurus oleh pengurus bagi kemaslahatan semua masyarakat adat itu secara kolektif dan juga untuk keperluan yang bersifat privat kekeluargaan. Harta kekayaan ini ada yang bersifat materil ada yang immaterial. 4 Ada hukum yang berlaku sama bagi semua anggota masyarakat itu sendiri dan aturan itulah yang berlaku diikuti serta ditaati. 8. Hukum Adat masih boleh diberlakukan berdasarkan Pasal 18B Ayat 2 UUD NRI 1945, yang menentukan bahwa “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan RI, yang diatur dalam undang-undang.” 9. Hukum Adat masih diberlakukan di berbagai tempat, terutama di Asia. Hal ini tentu saja wajar, karena hukum itu terus berlaku dan berkembang sesuai 3 perkembangan zaman. Dari Hukum Adat, ada nilai-nilai kultural yang berlaku, yamg bisa menjadi adat-istiadat. 10. Yang penting diteruskan dalam Hukum Adat tentang Keluarga adalah: garis keturunan, tutur keluarga, dan warisan. 11. Sebelum UUPA berlaku tanggal 24 September 1960, hukum agraria di Indonesia bersifat dualistis, karena hukum agraria pada waktu itu bersumber pada hukum adat dan hukum perdata barat contoh: Hak Besit yang diatur oleh RajaSultan. Namun setelah UUPA berlaku, dualisme hukum agraria hilang dan terciptalah unifikasi hukum dalam bidang hukum agraria Indonesia. Namun, hukum agragria tetap disusun berdasarkan hukum adat, sehingga hukum agraria adat menjadi dasar sejarah terbentuknya UUPA. Maka dari itu, hukum agraria adat yang mengatur bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah hukum adat yang sejauh tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku dengan kepentingan nasional dan negara Pasal 5 UUPA. Semua hak atas tanah dinyatakan berfungsi sosial Pasal 6 UUPA. 12. Sebelum Hukum Agraria ada, yang berlaku adalah Hukum Adat. Dalam Hukum Adat ada 2 hak, yaitu Dimiliki dan Dikuasai. Jika sesuatu Dimiliki, maka ada 2 hak didalamnya. Pertama, Hak Milik Mutlak Eigendom, yaitu hak yang jika sudah memiliki tidak dapat dicabut. Kedua, Hak Pakai Terhadap Tanah Jangka Panjang Erfpah, misalnya sewa tanah. Ada juga Hak Besit, yaitu hak buka tanah. Contoh Hak Besit adalah dahulu tanah dikuasai oleh RajaSultan. Mereka memberi hak-hak tertentu supaya rakyatnya sejahtera. Meskipun begitu, tanah-tanah tersebut tetap milik RajaSultan, sehingga tidak dapat dijual. Jadi biasanya hak ini diberikan kepada kawula Raja. 13. Agrarische Wet 1870 memastikan bahwa kepemilikan tanah di Jawa tercatat. Latar belakang: kesewenangan pemerintah mengambilalih tanah rakyat. Tujuan:  Melindungi hak milik petani atas tanahnya dari penguasa dan pemodal asing 4  Memberi peluang kepada pemodal asing untuk menyewa tanah dari penduduk  Membuka kesempatan kerja kepada penduduk untuk menjadi buruh perkebunan 14. Ruang lingkup hukum agraria adalah bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. 15. Hukum agraria adalah keseluruhan kaidah hukum tertulis dan tidak tertulis yang mengatur agraria. Menurut UU No. 5 Tahun 1960 UUPA yang dimaksud agraria adalah bumi, air, ruang angkasa, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara, oleh karenanya Negara berwenang untuk: 1 Mengatur, menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, dan pemeliharaan tahapnya, dengan tata ruang, dan pendaftarannya; 2 Menentukan dan mengatur hubungan hukum antara orang dan perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa. 16. - Hukum pertanahan - Hukum kehutanan - Hukum pertambangan dan minerba - Hukum perairan - Hukum tata ruang - Hukum migas 17. Hak-hak pertanahan dalam UUPA: - hak milik - hak guna usaha - hak pakai - hak sewa - hak membuka tanah - hak memungut hasil hutan 18. Tidak mutlak. Dalam UUPA No. 5 Tahun 1960 diatur juga mengenai “Hapusnya Hak Atas Tanah”. 19. Asas utama orang dalam hukum perdata: 1. Cakap bevougd 2. Wenang bekwaan 5 Hak perdata berlaku sejak seseorang masih di dalam rahim dan hak perdata hilang ketika manusia tersebut di bawah pengampuan. 20. Dalam hubungan hukum keperdataan, diatur dalam KUH Perdata yang terdiri dari 4 buku:  Buku I : Perihal Orang  Buku II : Perihal Benda  Buku III : Perihal Perikatan  Buku IV : Perihal Pembuktian dan Kadaluarsa 21. Asas utama orang dalam Hukum Perdata adalah cakap dan wenang bevougd dan bekwaan. Hak perdata berlaku sejak manusia menjadi orang. Hak perdata hilang jika manusia dalam perwaliancuratele. Namun, manusia masih punya HAM sehingga dalam perdata mereka berhak untuk diampu. 22. Dalam Hukum Perdata KUHPer, terdiri atas 4 buku: Buku I tentang Orang, Buku II tentang Benda, Buku III tentang Perikatan, Buku IV tentang Pembuktian dan Daluwarsa. 23. Orang yang dapat memikul tanggung jawab perdata adalah yang cakap dan wenang orang serta bertanggung jawab. 24. Orang yang tidak dapat melakukan perbuatan hukum perdata adalah yang 1 orang yang telah dewasa tetapi hilang ingatan, pemboros, lemah daya, tidak sanggup mengurus kepentingan sendiri Curatele dan; 2 anak kecil dibawah umur 18 tahun. 25. Orang adalah yang sudah cakap dan wenang. Benda-benda Perdata:  Benda tidak berwujud berupa hak-hak : Hak Kekayaan Intelektual, Hak Cipta, Hak Paten, Rahasia Dagang.  Benda berwujud barang-barang : Hak Eigendom hak milik mutlak, Hak Opstal hak numpang karang, Hak Erfpah hak usaha jangka panjang 6 26. Syarat-syarat badan hukum: 1 didirikan dengan akta notaris, 2 didaftarkan di kantor Panitera Pengadilan Negeri setempat, 3 dimintai pengesahan Anggaran Dasarnya pada Menteri Kehakiman, 4 diumukan dalam Berita Negara danatau Lembaran Negara. 27. Hukum Dagang: hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut melakukan perdagangan untuk memperoleh keuntungan. Yang diperdagangkan dapat berupa benda-benda yang dapat dirata dilihat serta hak-haknya, para pelanggan, dan rahasia-rahasia perusahaan. 28. 1 Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, 2 Bertentangan dengan hak subjektif orang lain, 3 Bertentangan dengan kesusilaan, 4 Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian. 29. Surat Berharga adalah surat yang dapat ditukar menjadi senilai uang contoh: Giro, Cek. Surat yang Berharga adalah surat yang tidak dapat ditukar dengan senilai uang, namun memiliki denda jika sampai hilang contoh: karcis parkir. 30. Sejak HR 1918, melawan hukum atau onrechmatige-daads artinya Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. 31. Buku III BW Pasal 1320 : 1 Memberikan sesuatu, 2 Berbuat sesuatu, 3 Tidak berbuat sesuatu. 32. Syarat berakhirnya perikatan adalah sebagai berikut Pasal 1381 : 1 pembayaran, 2 penawaran bayar tunai diikuti penyimpanan, 3 pembaharuan utang, 4 imbalan atau kompensasi, 5 percampuran hutang, 6 pembebasan hutang, 7 batal dan pembatalan, 8 hilangnya benda yang diperjanjikan, 9 timbul syarat yang membatalkan, 10 kadaluarsa. 33. Hak kebendaan hak milik keperdataan: 1 Hak Eigendom merupakan hak milik barat, 2 Hak Pekarangan, 3 Hak Opstal, 4 Hak Erfpach, 5 Hak 7 Pemakaian Hasil, 6 Hak Gadai. 34. Karena hukum pidana member sanksi dengan menghukum tindak kejahatan, sedangkan hukum perdata memberi sanksi berupa ganti rugi atau denda ke pelakunya dan seringkali berurusan tentang harta. 35. Hukuman dalam hukum pidana: mati, penjara, kurungan, kerja sosial, dan denda.

36. Asas Teritorial : Ketentuan pidana perundang-undangan Indonesia berlaku