Asas Teritorial : Ketentuan pidana perundang-undangan Indonesia berlaku

Pemakaian Hasil, 6 Hak Gadai. 34. Karena hukum pidana member sanksi dengan menghukum tindak kejahatan, sedangkan hukum perdata memberi sanksi berupa ganti rugi atau denda ke pelakunya dan seringkali berurusan tentang harta. 35. Hukuman dalam hukum pidana: mati, penjara, kurungan, kerja sosial, dan denda.

36. Asas Teritorial : Ketentuan pidana perundang-undangan Indonesia berlaku

bagi setiap orang yang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana didalan kendaraan air atau pesawat udara Indonesia. Asas Personal : yakni apabila warganegara Indonesia melakukan ke-jahatan meskipun terjadi di luar Indonesia, pelakunya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia, apabila pelaku kejahatan yang hanya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia—-sedangkan perbuatan pidana yang dilakukan warganegara Indonesia di negara asing yang telah menghapus hukuman mati, maka hukuman mati tidak dapat dikenakan pada pelaku kejahatan itu, hal ini diatur dalam pasal 6 KUHP. Asas Perlindungan : Tolak pangkal pemikiran dari asas perlindungan adalah bahwa setiap negara yang berdaulat wajib melindungi kepentingan hukumnya atau kepentingan nasionalnya. 37. Shuld berarti salah, setiap tindakan yang salah berawal dari niat yang ada dalam diri manusia mens rea. Niat dibagi menjadi dua, yaitu Dolus dan Culpa. Dolus berarti kesalahan yang sengaja dilakukan meskipun sudah tahu sanksinya. Culpa adalah lalai, jadi seseorang dengan tidak sengaja dan tidak mau melakukan sesuatu meskipun ia tahu bahwa yang terjadiperbuatannya adalah salah. Jika niat sudah ada tetapi perbuatan belum selesai, akan dikenakan Delik PercobaanPoging Pasal 53 KUHP. 38. Bisa lebih dari satu, jika ada orang lainnya yang ikut serta melakukan tindak pidana karena adanya kerjasama secara sadar, kerjasama pelaksanaan secara fisik. Atau berdasarkan Pasal 55 KUHP, bahwa pelaku, yang menyuruh, yang membujuk, yang turut serta melakukan, yang membantu Pasal 56 adalah 8 terhitung pelaku juga. 39. Tindakan melakukan beberapa perbuatan concursus oleh satu orang Delik Perbuatan. Bisa juga dalam bentuk recidive, yaitu beberapa perbuatan pidana dilakukan diselingi oleh suatu putusan pengadilan jadi masih terikat hukum. Dianggap mengulangi perbuatan atau kesalahan yang sama oleh pengadilan. Bisa juga karena perbarengan melakukan tindakan pidana dimana melakukan satu perbuatan tetapi melanggar beberapa ketentuan hukum yang masing- masing perbuatan diadili sekaligus Pasal 63-71 KUHP. 40. Asas Teritorial : Ketentuan pidana perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap orang yang di luar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana didalan kendaraan air atau pesawat udara Indonesia. 41. Untuk menjaga dan melaksanakan Hukum Pidana itu sendiri KUHP. 42. LIDIK Penyelidikan : Pasal 1 ayat 5 KUHAP; tindakan mencari tahu apakah suatu peristiwa atau kejadian akibat suatu tindakan pidanabukan menyari tersangka. SIDIK Penyidikan : Pasal 1 ayat 2 KUHAP; mencari dan mengumpulkanrekam jejak; tindakan aparat untuk mencarimengumpulkan bukti alat bukti tindakan pidana. 43. Penangkapan, penahanan, penggeledahan badanrumah, penyitaan, pemeriksaan surat, wajib lapor polisi. tugas penyidik. 44. Tujuan hukum acara adalah untuk menjaga dan melaksanakan hukum materilnya, yaitu hukum pidana. Kebenaran hukum berupa kepastian, kebenaran, dan keadilan hukum ditemukan dengan alat bukti min. 2 alat bukti, berupa keterangan saksi, surat otentik, keterangan ahli, keterangan tersangka. 43. 11 Asas Acara Pidana :  Legalitas: Tidak bisa menghukum jika tidak ada hukumnya dan sebaliknya.  Keseimbangan: Hakim tidak boleh berat sebelah.  Praduga Tak Bersalah: presumption of innocence : suatu asas yang 9 menghendaki agar setiap orang yang terlibat dalam perkara pidana harus dianggap belum bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya itu.  Pembatasan Penahanan: Dalam KUHAP, setiap tindakan penahanan terperinci batas waktu dan statusnya dengan seksama, sehingga dapat diketahui siapa yang melakukan penangkapan maupun penahanan terhadap tersangkaterdakwa.  Ganti Rugi dan Rehab: adanya ganti rugi dan rehabilitasi bagi pihak yang dirugikan karena kesalahan dalam proses hukum.  Penggabungan pidana dengan ganti rugi: Korban tindak pidana dapat menggugat ganti rugi seperti gugatan ganti rugi dalam perkara perdata, bersama-sama dengan pemeriksaan perkara pidana yang sedang berlangsung, sebelum memasuki taraf penuntut umum memajukan tuntutan.  Unifikasi: Suatu asas dimana setiap orang atau individu itu memiliki kedudukan yang sejajar antara satu dengan yang lainnya didepan hukum, dan pengadilan didalam mengadili seseorang tidak boleh membeda- bedakan orang satu dengan yang lainnya.  Diferensiasi fungsional  Koordinasi: Dijalin hubungan antar instansi penegak hukum dalam suatu hubungan kerjasama yang diarahkan untuk terbinanya suatu sistem saling mengawasi.  Cepat, Murah, Biaya Ringan: Pelaksanaan peradilan secara tidak berbelit- belit dan dengan biaya yang seminim mungkin guna menjaga kestabilan terdakwa.  Terbuka untuk Umum: hak dari publik untuk menyaksikan jalannya peradilan kecuali dalam hal-hal tertentu, artinya pemeriksaan pendahuluan, penyidikan, dan praperadilan tidak terbuka untuk umum. Yang dapat melihat dan mendengarkan atau menyaksikan sidang harus berumur 17 tahun keatas. Pasal 153 ayat 5. 44. Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana pada awal pemberlakuannya dipandang sebagai “karya agung” bangsa Indonesia bagi perhormatan hak asasi manusia pada umumnya, dan khususnya mereka yang tersangkut perkara pidana. Namun demikian, setelah lebih dari duapuluh tahun diberlakukan, KUHAP dipandang tidak sesuai lagi 10 dengan “perubahan sistem ketatanegaraan dan perkembangan hukum dalam masyarakat sehinga perlu diganti dengan hukum acara pidana yang baru” konsideran “menimbang huruf c” RKUHAP. Dalam penjelasan umum RKUHAP dikemukakan sejumlah indikator yang menunjukkan KUHAP sudah ketinggalan zaman. Pertama, KUHAP masih belum mampu memenuhi kebutuhan hukum dalam masyarakat, terutama dalam praktik penanganan perkara tindak pidana yang menjadi tugas para penegak hukum untuk menyelesaikan perkaranya secara baik dan adil. Kedua, perkembangan hukum dan perubahan peta politik yang dibarengi dengan perkembangan ekonomi, transportasi, dan teknologi yang global berpengaruh pula terhadap makna dan keberadaan substansi KUHAP. Lebih daripada itu, secara konseptual urgensi pembaharuan KUHAP tidak sesederhana seperti yang dikemukakan di atas. Setiap usaha untuk memperbaharui hukum, termasuk pembaharuan hukum acara pidana didalam KUHAP, bukanlah semata-mata kegiatan untuk ‘memperbaiki’ hukum yang ada, tetapi justru ‘mengganti’ hukum tersebut dengan yang lebih baik. Sementara itu, harus diingat pula bahwa pembangunan hukum merupakan proses perencanaan, yang selalu berpangkal tolak dari kenyataan aktual menuju kepada keyakinan ideal. Oleh karena itu, pikiran- pikiran untuk menjaga kesinambungan hukum juga harus diperhatikan. 45. Legalitas: Tidak ada tindak pidana sebelum aturan itu dibuat. Hukum itu dibangun berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi; seorang hakim tidak boleh menolak apabila tidak ditemukan hukum yang sesuaibelum ada oleh karena itu hakim harus bisa menemukan hukum yang sesuai. 46. a Penuntut umum tidak wajib menuntut seseorang yang melakukan perbuatan pidana jika menurut pertimbangannya akan merugikan kepentingan umum. b 47. Pengadilan di Indonesia terbagi atas tingkatan: tingkat 1 ada di pengadilan negeri,di pengadilan negeri diperiksa fakta dan barang bukti judex factie.Jika tidak puas dengan keputusan pengadilan tingkat 1 maka disebut naik Banding dimana perkara dibawa ke tingkat yang lebih tinggi yaitu di MK.Bila keputusan yang dikeluarkan MK masih belum memuaskan maka perkara dibawa ke MA yg disebut Kasasi,di MA hanya diuji penerapan hukumjudex 11 juris sudah sesuai atau tidak. 48. MA merupakan supremasi hukum tertinggi karena merupakan tingkat pembuat keputusan terakhir dalam sebuah perkara yang di kasasi. Di MA tidak lagi menggunakan alat bukti dan fakta melainkan melihat penerapan hukum di pengadilan tingkat 1-2. Membuat keputusan berdasarkan hukum yang berlaku. 49. HIR adalah singkatan dari Herzien Inlandsch Reglement yang sering diterjemahkan menjadi Reglemen Indonesia Yang Diperbaharui, yaitu hukum acara dalam persidangan perkara perdata maupun pidana yang berlaku di pulau Jawa dan Madura. Reglemen ini berlaku di jaman Hindia Belanda, tercantum di Berita Negara staatblad No. 16 tahun 1848. Sedangkan RBG Rechtreglement voor de Buitengewesten yang sering diterjemahkan Reglemen Hukum Daerah Seberang di luar jawa Madura, yaitu hukum acara yang berlaku di persidangan perkara perdata maupun pidana di pengadilan di luar Jawa dan Madura. Tercantum dalam Staatblad 1927 No. 227. 50. Hakim bersifat menunggu datangnya tuntutan hak di ajukan kepadanya, kalau tidak ada tuntutan hak atau penuntutan maka tidak ada hakim. Jadi apakah akan ada proses atau tidak, apakah suatu perkara atau tuntutan hak itu akan di ajukan atau tidak, sepenuhnya di serahkan kepada pihak yang berkepentingan. pasal 118 HIR, 142 RBG 51. Para pihak bebas mengakhiri sendiri sengketa yang diajukannya, baik melalui perdamaian ataupun pencabutan gugatan. 52. Para pihak yang berperkara harus sama-sama didengar.Para pihak harus sama- sama dperhatikan , berhak atas perlakuan yang sama dan adil serta masing- masing harus diberi kesempatan untuk memberikan pendapatnya. 53. Pada Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Gugatan Sederhana yang mana pihak yang datang ke pengadilan tidak wajib menggunakan jasa advokat dan dalam praktiknya biasanya kasus dibawah Rp 12 200juta dengan proses pembuktian sederhana diputus oleh hakim tunggal. Dasar hukumnya adalah Perma No.2 Tahun 2015 Pasal 4 Ayat 4. 54. UUD NRI Thn 1945 Pasal 24 jo. UU No. 48 Thn 2009:  Peradilan Umum, UU No. 49 Thn 2009, jo. UU No. 2 Thn 1986  Peradilan Agama, UU No. 3 Thn 2006, jo. UU No. 7 Thn 1989  Peradilan Militer, UU No. 34 Thn 2004 TNI Pasal 74 memberlakukan UU No. 31 Thn 1997 tentang Peradilan Militer sampai ada UU yang baru.  Peradilan TUN, UU No. 51 Thn 2009 jo. UU No. 5 Thn 1986. 55. Mahkamah Agung berwenang untuk 1 mengadili pada tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung, kecuali undang-undang menentukan lain; 2 menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang; dan 3 kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang. 56. Mahkamah Konstitusi berwenang 1 mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan UUD NRI Thn 1945, pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum; 2 Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR; 3 ketentuan pada ayat 2, yaitu pengkhianatan terhadap negara, korupsi dan penyuapan, tindak pidana berat lainnya adalah tindakan pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih, perbuatan tercela yang dapat merendahkan martabat PresidenWakil Presiden, tidak lagi memenuhi syarat sebagai PresidenWakil Presiden Pasal 6 UUD NRI Thn 1945. 57. Pembatasan Perkara Kasasi yang dimasukkan ke dalam hukum positif terkini di dalam UU No. 5 Thn 2004 tentang Mahkamah Agung. Di dalam Pasal 45A UU ini ditentukan bahwa perkara yang dikecualikan untuk kasasi, yakni 1 putusan tentang Pra-Peradilan, 2 perkara pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun danatau diancam denda pidana denda, 3 13 perkara TUN yang objek gugatannya berupa keputusan pejabat daerah yang jangkauan keputusannya berlaku di wilayah daerah yang bersangkutan. 58. Peradilan Anak, Pengadilan Niaga, Pengadilan HAM, Pengadilan Tipikor, Pengadilan Hubungan Industrial, Pengadilan Perikanan, Mahkamah Syariah NAD, Pengadilan Lalu Lintas, Pengadilan Pajak, Alternatif Penyelesaian Sengketa. 59. Hukum Tata Negara dalam Ilmu Negara mempelajari tentang apa dan bagaimana negara ada, dan kapan syaratnya dipenuhi untuk menjadi sebuah negara, apa saja struktur dalam negara, dan bagaimana negara diurus dan diselenggarakan karena negara adalah puncak peradaban manusia. Hukum Tata Negara melihat Negara sebagai “Lembaga-lembaga” yang bisa juga disebut sebagai institusi kenegaraan. 60. HTN adalah organ-organ dari suatu tubuh sedangkan HAN adalah tulang- tulang dan sendi-sendi yang menghidupkan organ-organ dari tubuh itu. Dalam arti lain, HAN itu sebagai penyelenggaraan manajemen publik pemerintahannya, sehingga sering disebut “HTN bergerak” HAN, HTUN untuk membedakannya dengan “HTN diam” HTN. HTN sering juga disebut Hukum Konstitusi. 61. 4 Fungsi Pemerintahan menurut Van Vollenhoven teori residu:  Fungsi memerintah bestuur, mempunyai tugas yang sangat luas, tidak hanya terbatas pada pelaksanaan undang-undang saja. Pemerintah banyak mencampuri urusan kehidupan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya maupun politik.  Fungsi polisi politie, merupakan fungsi untuk melaksanakan pengawasan secara preventif yang memaksa penduduk untuk mematuhi hukum.  Fungsi mengadili justitie, merupakan fungsi pengawasan yang represif sifatnya, berarti fungsi ini melaksanakan yang konkret, supaya perselisihan dapat diselesaikan berdasarkan hukum yang seadil-adilnya.  Fungsi mengatur regelaar, suatu tugas perundangan untuk mendapatkan seluruh hasil legislatif dalam arti material. 14 62. Kemudian MK telah menafsirkan secara final mengenai fungsi-fungsi teoritis di atas menjadi 6 fungsi pokok pemerintahan, sebagai berikut: kebijakan policy, pengurusan bestuursdaad, pengaturan regulation, pengelolaan beheerdaad, pengawasan, dan kepemilikan privat untuk rakyat secara kolektif rakyat atau privat. Penegasaran teoritis ini menjadi jawaban final dari “kuasa negara” yang selama ini masih menjadi perdebatan para ahli. Maka dari itu dihentikan dan diputuskan oleh MK pada tahun 2004, dan sejak itu berlaku umum erga omnes. 63. Pemerintahan dalam arti luas adalah semua aktivitas yang terorganisasi yang bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan,berlandaskan pada dasar negara, rakyat atau penduduk dan wilayah negara itu demi tercapainya tujuan negara. Sedangkan pemerintahan dalam arti sempit adalah semua aktivitas,fungsi ,tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga untuk mencapai tujuan negara. 64. 65. Kekuasaan Lenbaga-Lembaga Negara: 1 Eksekutif, adalah lembaga yang menjalankan atau melaksanakan pemerintahan secara operasional dan sehari-hari. Lembaga ini dipimpin oleh kepala negara. a. Presiden, sebuah jabatan individual atau kolektif yang mempunyai perananan sebagai wakil tertinggi dari pada sebuah negara b. Wakil presiden, jabatan pemerintahan yang berada satu tingkata lebih rendah dari pada presiden. Wakil presiden akan mengambil alih jabatan presiden apabila ia berhalangan sementara atau tetap. 2 Legislatif, badan deliberatif pemerinah dengan kuasa membuat uu. a. MPR, lembaga tinggi negara dalam system ketatanegaraan indonesia, yang atas anggota DPR dan DPD. b. DPR, lembaga tinggi negara dalam system ketatanegaraan indonesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyatdan memegang kekuasaan membentuk UU. c. DPD, lembaga tinggi negara galam sisitem ketatanegaraan indonesiayang anggotanya merupakan perwakilan dari setiap provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum. 3 Yudikatif, lembaga yang berwenang mengontrol pelaksanaan aturan: 15 a. Mahkamah Agung, lembaga tinggi negara dalam system ketatanegaraan yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan Mahkamah Konstitusi. b. Mahkamah Konstitusi, lembaga tinggi negara dalam system ketatanegaraan yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan mahkamah agung. c. Komisi Yudisial, lembaga negara yang dibentuk berdasarkan uu yang berfungsi mengawasi perilaku hakim dan mengusulkan nama calon hakim agung. 66. Lembaga Negara yang Mandiri : - KPU KOMISI PEMILIHAN UMUM - KPK KOMISI PEMBERANTAS KORUPSI - KY KOMISI YUDISIAL - Komnas HAM KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA - TNI POLRI 67. 3 Fungsi DPR RI : 1 Fungsi Legislasi Legislating: Fungsi legislasi merupakan fungsi paling dasar yang dimiliki oleh sebuah lembaga legislatif. Fungsi legislasi ini bertujuan agar DPR dapat membentuk peraturan perundang-undangan yang baik. Kegiatan legislasi selalu identik dengan proses pembentukan sebuah undang- undang. Melalui DPR aspirasi masyarakat ditampung, kemudian dari kehendak rakyat tersebut diimplementasikan dalam undang-undang yang dianggap sebagai representasi rakyat banyak. 2 Fungsi Anggaran Budgeting: DPR selain berfungsi membuat undang-undang juga berfungsi menyusun anggaran negara dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara RAPBN. Dalam menyusun anggaran negara, DPR bekerja sama dengan presiden. Anggaran dalam RAPBN yang disusun oleh DPR bersama presiden tersebut nantinya akan dijadikan undang- undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara. Dalam susunan keanggotaan DPR sendiri ada panitia anggaran sebagai divisi khusus yang mengurusi anggaran negara. 3 Fungsi Pengawasan Controlling: DPR sebagai lembaga legislatif yang dianggap sebagai representasi masyarakat mempunyai tugas untuk mengawasi jalannya pemerintahan. Pemerintahan dilaksanakan oleh eksekutif. Dalam hal melakukan 16 pengawasan terhadap eksekutif, DPR mempunyai wewenang untuk melakukan hak angket dan hak interpelasi. Pengawasan yang dilakukan oleh DPR terkait dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah eksekutif. Eksekutif sebagai pelaksana undang-undang memang harus mendapatkan pengawasan. Sebuah lembaga negara yang tidak mendapatkan pengawasan, akan memungkinkan munculnya penyalahgunaan wewenang. 68. 69. Negara memiliki kekuasaa. Dengan adanya kekuasaan tersebut ada wewenang yang harus dijalani negara tersebut. Salah satu wewenangnya adalah untuk menjaga hak asasi manusianya. HAM merupakan hak setiap orang dan merupakan hak universal. Yang dapat menjaminnya adalah negara. 70. Warga negara memiliki hak untuk menuntut hak asasinya supaya tidak diberlakukan semena-mena oleh kewenangan negarapemerintah. 71. HAN merupakan bentuk aksi dari menjalankan pemerintahan. Jika TUN adalah lembaganya, maka HAN adalah sistem untuk menjalankannya. 72. 73. Pengertian Delegasi : 1. Organ pemerintah yang satu ke organ pemerintah yang lainnya. 2. Delegasi tidak dapat menggunakan wewenang tersebut sampai ada pencabutan berdasarkan azas contrasius actus. 3. Harus secara tertulis dan 4. Peralihan tanggung jawab dan tanggung gugat. Pengertian Mandat : 1. Memberikan mandat kepada bawahan 2. Mandat sewaktu-waktu dapat menggunakan wewenang tersebut 3. Dapat tertulis atau juga tidak tertulis. 4. Tidak ada peralihan tanggung jawab dan tanggung gugat. 74. Decission, Action, Administration. 75.Tindakan berdasarkan hukum publik yaitu : 17 Tindakan hukum bersegi satu sepihak eenzijdigepublikrechtelijke handelingen: – Tindakan ini dilakukan berdasarkan kekuasaan yang istimewa. – Tindakan ini diberi nama keputusan beschikking – Unsur-unsur : individual, konkrit, final dan menimbulkan akibat hukum Tindakan hukum publik persegi dua yaitu :  Berupa perjanjian kerja yang berlaku dalam jangka waktu pendek kortverband contract  Yang diadakan oleh seorang swasta partikelir dengan pemerintah sebagai pihak yg memberi pekerjaan.  Perbuatan ini diatur oleh suatu hukum istimewa hukum adm. Negara 76. Freies Ermessen berarti kebebasan bertindak berdasarkan AAUPB. Seseorang dapat mengambil keputusan menurut pendapatnya sendiri selama tidak bertentangan dengan asas legalitas diskresi. 77. Bentuk perbuatan diskresi yang timbul dari freisermessen yaitu bebas mempertimbangkan, menilai, menduga dan mengambil keputusan. 78. Pelaksanaan diskresi dari freiesermessen harus diawasi karena banyaknya diskresi yang dikeluarkan oleh pejabat pemerintahan dalam rangka pelaksanaanya tugas- tugas pemerintahan menimbulkan permasalahan hukum dan administrative seperti potensi membebani keuangan negara, menimbulkan keresahan masyarakat,dll. 79. Detournement du pouvoir artinya penyalahgunaan wewenang. Detourne adalah menyimpang, berputar, tidak langsung, mengambil jalan yang menyimpang untuk mencapai tujuan. Sedangkan, Detournement adalah penyimpangan, pembelokan, penyelewenangan, penggelapan. Pouvoir adalah kemampuan, kekuasaan menurut hukum. Jadi, detournement du pouvoir adalah ketika wewenang administrasi negara dilaksanakan untuk tujuan yang lain atau berbeda dengan tujuan semula diberikannya wewenang tersebut oleh undang-undang. 80. Detournement du procedure adalah penyalahgunaan prosedur. 18

81. 13 Butir AAUPB: Bdk. UU no.30 2014 tentang Administrasi Pemerintahan Pasal 10 ayat 1