6
Simulasi injeksi arus listrik dilakukan pada lima model permafrost untuk mendapatkan data distribusi spasial nilai resistivitas dari masing-masing model. Masing-
masing model permafrost merepresentasikan keadaan fisik yang berbeda pada lingkup waktu yang berbeda. Simulasi injeksi arus listrik pada lima model permafrost terbesebut
merepresentasikan injeksi arus listrik yang dilakukan secara berkala. Keadaan fisik model permafrost yang berbeda menggambarkan pengaruh perubahan iklim terhadap lapisan
permafrost. Konfigurasi Wenner α digunakan pada elektroda untuk mendapatkan data yang
sensitif terhadap perubahan nilai resistivitas secara vertikal Loke, 2000. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan software Res2DInv. Perubahan iklim dapat
dipantau berdasarkan perubahan pola distribusi spasial nilai resistivitas pada lapisan permafrost. Perubahan nilai resistivitas lapisan permafrost menunjukkan terjadinya pencairan
lapisan permafrost yang disebabkan oleh terjadinya perubahan iklim.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 2d. Model resistivitas dari model permafrost 2013
Gambar 2e. Model resistivitas dari model permafrost 2014
7
Masing-masing kondisi lapisan permafrost memiliki nilai resistivitas dan pola distribusi spasial nilai resistivitas yang berbeda. Pada saat lapisan permafrost belum
mengalami pencairan Gambar 3a, nilai resistivitas lapisan pada kedalaman 0,5 hingga 2 m lapisan permafrost sangat tinggi yaitu antara 15000-
20000 Ω.m. Saat pencairan permafrost mulai terjadi, nilai resistivitas lapisan mengalami perubahan Gambar 3b. Nilai resistivitas
lapisan pada kedalaman 0,5 m menjadi lebih rendah dari sebelumnya yaitu 4000 hingga 13000 Ω.m. Terjadinya pencairan permafrost pada tahap selanjutnya menyebabkan lapisan
bernilai resistivitas tinggi yang merupakan lapisan permafrost menjadi semakin jauh dari permukaan Bumi Gambar 3c-Gambar 3d. Pola distribusi spasial nilai resistivitas juga
berbeda pada masing-masing kondisi permafrost. Saat lapisan permafrost belum mengalami pencairan, zona-zona bernilai resistivitas tinggi masih tampak dominan terdistribusi pada
kedalaman 0,5 hingga 2 m. Terjadinya pencairan lapisan permafrost penyebabkan terjadinya perubahan pola distribusi nilai resistivitas. Zona-zona bernilai resistivitas tinggi pada
kedalaman 0,5 hingga 2 m semakin tidak dominan seiring dengan semakin banyaknya lapisan permafrost yang mencair dan semakin sedikitnya lapisan permafrost. Pada saat
lapisan permafrost seluruhnya mencair Gambar 3e, hampir tidak terdapat lagi zona bernilai resistivitas tinggi pada kedalaman 0,5 hingga 2 m.
Hasil pengamatan nilai resistivitas dan pola distribusinya pada lapisan permafrost saat lapisan permafrost masih belum mencair maupun saat lapisan permafrost telah mencair
seluruhnya menunjukkan bahwa terjadinya pencairan lapisan permafrost menyebabkan timbulnya perubahan nilai resistivitas dan pola distribusi spasial nilai resistivitas material
bawah permukaan Bumi. Perubahan iklim secara global yang merupakan penyebab utama terjadinya pencairan permafrost dapat dipantau melalui pengamatan pada nilai resistivitas
dan pola distribusi spasial lapisan permafrost yang dilakukan secara berkala.
Gambar 3a. Pola distribusi spasial nilai resistivitas lapisan permafrost saat pencairan belum terjadi
8 Gambar 3b. Pola distribusi spasial nilai resistivitas lapisan permafrost saat pencairan mulai terjadi
Gambar 3c. Pola distribusi spasial nilai resistivitas lapisan permafrost saat pencairan makin intensif
Gambar 3d. Pola distribusi spasial nilai resistivitas lapisan permafrost yang hampir seluruhnya telah mencair
Gambar 3e. Pola distribusi spasial nilai resistivitas lapisan permafrost yang telah mencair secara menyeluruh
9
4. KESIMPULAN