Studi Empiris Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian

2. Mengingat tujuan utama model VAR untuk peramalan, maka model VAR kurang cocok untuk analisis kebijakan. 3. Pemilihan banyaknya lag yang digunakan dalam persamaan juga dapat menimbulkan permasalahan. 4. Semua variabel dalam VAR harus stasioner. Bila tidak, maka harus ditransformasi terlebih dahulu. 5. Interpretasi koefisien yang didapat berdasarkan model VAR tidak mudah.

2.6. Studi Empiris

Penelitian terdahulu dari Walsh dan Wilcox 1995 yaitu Bank Credit and Economic Activity menggunakan metode VAR. Penelitian ini mengakomodasi interaksi antara bank lending, kebijakan moneter dan aktivitas ekonomi. Dengan menggunakan variabel PDB riil, inflasi, federal funds interest rate, prime rate dan real bank lending diperoleh estimasi secara terpisah antara pengaruh bank lending terhadap output, serta pergeseran demand dan supply dari kredit bank. Agung et.al. 2001 meneliti apakah kebijakan moneter mempengaruhi volume bank lending dengan menggunakan tiga metode yang berbeda. Pertama, dengan menggunakan VAR Bernanke-Blinder untuk melihat respon bank’s balance sheet deposito, kredit, dan sekuritas atas guncangan moneter dari suku bunga SBI dan PUAB. Kedua, menggunakan VECM untuk mengidentifikasi persamaan supply dan demand kredit serta membuktikan penyesuaian kredit jangka pendek ke keseimbangan disebabkan oleh supply atau bukan. Ketiga, menggunakan data panel bank untuk mengidentifikasi perilaku kredit bank sesuai dengan kekuatan modal dan aktivanya. Fokus dari penelitian ini adalah Bank “X” sebagai bank nomor satu dari segi aktiva, kredit dan DPK. Analisis akan dilakukan meliputi kinerja bank merujuk pada kriteria CAMEL. Kemudian juga menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada Bank “X” dengan menggunakan VAR-VECM. Selanjutnya akan dianalisis mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui bank lending channel melalui analisis lanjutan yaitu dengan IRF dan FEVD.

2.7. Kerangka Pemikiran

Adapun kerangka pemikiran operasional pada penelitian ini, tergambarkan secara sistematis mengikuti alur pada Gambar 2.7.

2.8. Hipotesis Penelitian

1. Keseluruhan variabel yang digunakan dalam penelitian signifikan mempengaruhi volume penyaluran kredit Bank ”X” pada taraf nyata 5, sehingga variabel tersebut dapat digunakan untuk melihat perilaku Bank ”X” dalam menyalurkan kredit, dengan pengaruh sebagai berikut: a. DPK berpengaruh positif terhadap volume penyaluran kredit. Hipotesis ini didasari teori bahwa sebagai lembaga keuangan, bank memiliki fungsi intermediasi untuk mengakomodasi DPK dan menyalurkannya dalam bentuk kredit, sehingga bila DPK naik maka akan diikuti pula oleh kenaikan volume penyaluran kredit. b. NPL berpengaruh negatif terhadap volume penyaluran kredit, dikarenakan bank akan berperilaku untuk meminimalisir risiko, sementara NPL merupakan implemetasi risiko kredit macet, dimana pihak debitur tidak mampu atau lalai dalam mengembalikan kredit dan bunganya. Selain itu, karena latar belakang pendirian Bank “X” dari bank-bank yang memiliki NPL tinggi, maka Bank “X” akan sensitif terhadap fluktuasi NPL. Berdasarkan uraian tersebut, maka dihipotesiskan bahwa bila terjadi kenaikan NPL akan diikuti oleh penurunan kredit. c. CAR berpengaruh positif terhadap volume penyaluran kredit. Hal ini dikarenakan CAR merupakan salah satu sumber pendanaan Bank “X”, sehingga bila rasio CAR Bank “X” tinggi maka akan ada peluang untuk menyimpan kelebihan dananya dalam bentuk kredit. d. Suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap volume penyaluran kredit. Hipotesis ini dikarenakan bila suku bunga SBI mengalami peningkatan, maka Bank “X” akan lebih tertarik untuk menyimpan portofolio dananya dalam instrumen yang berisiko rendah tersebut. e. PDB berpengaruh positif terhadap volume penyaluran kredit. Bila terjadi peningkatan pendapatan nasional, maka juga terjadi kenaikan pada sektor riil. Bila kondisi sektor riil semakin mantab, Bank “X” akan lebih tertarik untuk menyalurkan kredit. 2. Bank lending channel adalah mekanisme transmisi yang paling responsif terhadap pasar. Melalui instrumen suku bunga SBI, bank lending akan cepat merespon perubahan kebijakan dan akan cepat pula mempengaruhi kegiatan ekonomi, dengan asumsi cateris paribus. Gambar 2.7. Kerangka Pemikiran Penelitian KRITERIA BANK SEHAT TOTAL KREDIT CAMEL BANK “X” VAR-VECM DETERMINAN KREDIT BANK LENDING CHANNEL

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber, antara lain data statistik BI, data laporan keuangan publikasi Bank “X”. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah komponen dalam CAMEL, dan juga variabel-variabel ekonomi, yaitu: Tabel 3.1. Data, Simbol, dan Sumber Data No. Variabel Satuan Simbol Sumber 1 Total Kredit Riil Bank ”X” Juta Rupiah K Bank ”X”, BI 2 DPK Riil Bank ”X” Juta Rupiah DPK Bank ”X”, BI 3 NPL Bank ”X” Persen NPL Bank ”X”, BI 4 CAR Bank ”X” Persen CAR Bank ”X”, BI 5 Suku Bunga SBI 1 bulan Persen RS SEKI 6 PDB Riil Juta Rupiah PDB SEKI Sumber: SEKI Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, 2001-2006.

3.2. Permodalan

Berdasarkan SE. No. 623DPNP tahun 2004, rasio kecukupan modal atau yang lebih dikenal dengan istilah Capital Adequacy Ratio CAR merupakan perbandingan antara modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR yang terdiri dari i aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar risiko kredit yang melekat, dan ii beberapa pos dalam off-balance sheet yang diberikan bobot sesuai dengan kadar risiko kredit yang melekat. Secara matematis ditulis sebagai berikut: 3.1 modal ATMR