IMPLEMENTASI ASSET PROTECTION LENDING RATIONALE PADA PEMBIAYAAN KORPORASI DI BANK SYARIAH (STUDI IN BANK SYARIAH MANDIRI) IMPLEMENTATION OF ASSET PROTECTION LENDING RATIONALE CORPORATE FINANCING IN ISLAMIC BANK (STUDY IN BANK SYARIAH MANDIRI) Rani Alfiani
IMPLEMENTASI ASSET PROTECTION LENDING RATIONALE PADA PEMBIAYAAN KORPORASI DI BANK SYARIAH (STUDI IN BANK SYARIAH MANDIRI) IMPLEMENTATION OF ASSET PROTECTION LENDING RATIONALE CORPORATE FINANCING IN ISLAMIC BANK (STUDY IN BANK SYARIAH MANDIRI)
Rani Alfiani 1a ; Rully Trihantana 2 ; T. Rifqy Thantawi 3
1a Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi Islam Universitas Djuanda, Jl. Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos 35 Bogor 16720, E-mail: rani.alfiani@unida.ac.id
2 Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Islam Universitas Djuanda, Jl. Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos 35 Bogor 16720, E-mail: rully.trihantana@unida.ac.id
3 Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Islam Universitas Djuanda, Jl. Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos 35 Bogor 16720, E-mail: t.rifqy.thantawi@unida.ac.id
ABSTRACT
Lending Asset Protection Rationale(APLR) is an Islamic bank assessment of the capacity of borrowers to finance permanent corporation that will be given. Assessment of the prospective borrower is basically done not only to the debtor of corporate financing, but only carried out on all the proposed financing of debtors to banks because it is a way in which Islamic banks in implementing risk management financing. APLR done based on the same analytical system in general but has a high level of complexity for large-scale financing and permanent. The method used in this study is empirical juridical research. Results from this study explains the standards and implementation APLR on Corporate financing in Islamic banks.
Keywords: Asset Protection Rationale Lending, Corporate Finance, Risk management
ABSTRAK
Penilaian terhadap calon debitur pada dasarnya dilakukan tidak hanya terhadap calon debitur Asset Protection Lending Rationale (APLR) merupakan penilaian bank syariah terhadap kapasitas calon debitur terhadap pembiayaan korporasi yang bersifat permanen yang akan diberikan pembiayaan korporasi saja namun dilakukan pada seluruh pembiayaan yang diajukan debitur pada bank karena merupakan cara yang dilakukan bank syariah dalam menerapkan manajemen risiko pembiayaan. APLR dilakukan berdasarkan sistem analisis yang sama pada umumnya namun memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi karena skala pembiayaan yang besar dan bersifat permanen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yurids empiris. Hasil Akhir dari penelitian ini menjelaskan mengenai standar serta implementasi APLR pada pembiayaan Korporasi di bank syariah.
Kata Kunci: Asset Protection Lending Rationale, Manajemen Risiko, Pembiayaan Korporasi
Rani Alfiani. 2018. Implementasi Asset Protection Rationale Pada Pembiayaan Korporasi di Bank Syariah (Studi Bank Syariah Mandiri). Jurnal Nisbah 4 (1): 1-21.
korporasi yang pelunasannya bersumber
PENDAHULUAN
dari kegiatan Asset Conversion Cycle (ACC) oleh
pelunasan tidak Pembiayaan
karenanya
diharapkan segera selama perusahaan merupakan salah satu cara yang biasa
atau
pendanaan
masih berjalan atau beroperasi dengan dilakukan oleh perusahaan dalam
baik (Trihantana, 2015: 18). Pelaksanaan mempertahankan kegiatan bisnisnya.
pembiayaan korporasi dengan Asset Pembiayaan
Protection Lending Rationale dilakukan perusahaan dapat dikategorikan menjadi
yang
dilakukan oleh
sesuai dengan standar usaha bank syariah dua bentuk yakni Pembiayaan ritel yang
yang mengacu pada peraturan BI atau biasanya
OJK yang dilakukan sebagai salah satu konsumtif
merupakan
pembiayaan
tindakan bank dalam manajemen risiko korporasi merupakan pembiayaan yang
sedangkan
pembiayaan
pembiayaa. Maka dari pemaparan inilah diperuntukan untuk kegiatan produktif
untuk meneliti suatu perusahaan dengan jangka waktu
penulis
tertarik
kesesuaian penerapan Asset Protection sementara dan permanen. Pembiayaan
Lending Rationale dengan standar korporasi yang dilakukan bank syariah
pelaksanaannya pada bank syariah. dapat dikategorikan dalam tiga kategori
yaitu: Asset Convention Lending, Cash Flow Lending, dan Asset Protection Lending
MATERI DAN METODE
sesuai dengan waktu dari pengembalian dan bentuk pembiayaan yang diberikan
Bank Umum Syariah
(Trihantana, 2015: 1-20). Dari berbagai Bank Umum Syariah (BUS) adalah kategori pembiayaan korporasi yang
lembaga yang menjalankan kegiatan dilakukan oleh bank syariah Asset
usaha berdasarakan prinsip syariah Protection Lending (APL) merupakan
dalam kegiatannya menawarkan jasa lalu pembiayaan yang memiliki keuntungan
lintas pembayaran. BUS merupakan yang besar bagi bank karena bersifat
badan usaha yang sejajar dengan bank revolving atau evergreen namun memiliki
umum konvensional yang berdiri sendiri risiko yang
badan hukum berupa PT (Perseroan pembiayaan ini merupakan pembiayaan
tinggi,
oleh karena
terbatas), Perusahaan Daerah, atau modal kerja yang sifatnya permanen
Koperasi. BUS dapat menjadi sebagai maka bank menetapkan Asset Protection
bank devisa atau bank nondevisa.Di Lending Rationale (APLR) atau penilaian
Indonesia BUS melakukan kegiatan terhadap kapasitas dari debitur dalam
operasi sebagai Bank Umum Syariah menjalankan
kewajibannya
dengan
sebanyak 12 bank.
pertimbangan berbagai unsur. APLR Daftar dari BUS di Indonesia sudah disetiap bank ditetapkan berbeda-beda
seiring dengan namun masih berdasarkan standar utama
semakin
banyak
perkembangan aktifitas ekonomi syariah yang di tetapakan oleh Otoritas Jasa
yang tejadi, hal ini juga di karenakan Keuangan (OJK) hanya saja bank syariah
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 menyesuaikan penetapannya
tentang Perbankan Syariah pada pasal 68 berdasarkan kegiatan usaha dan keadaan
sesuai
disebutkan bahwa pada Bank Umum yang dihadapi oleh bank tersebut.
konvensional memiliki unit usaha syariah Penerapan APLR pada pembiayaan
yang mempunyai pencapaian nilai aset korporasi terlebih pada pembiayaan
paling minim sebesar 50% dari modal kerja permanen diharapkan agar
keseluruhan asset bank induk maka UUS bank syariah dapat memastikan proses
wajib dipisahkan dan menjadi BUS. dan jalannya pembiayaan berjalan
Berikut ini jumlah BUS di Indonesia. dengan baik tanpa ada masalah, Selain itu pembiayaan ini merupakan pembiayaan
Tabel 1. Jumlah BUS di Indonesia seperti, pembiayaan konsumtif yaitu
NO NAMA BANK
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
1 PT. Bank Muamalat Indonesia
dan mendapatkanbarang-barang atau
2 PT. Bank Victoria Syariah
lainnya dengan tujuanpemenuhandalam
3 PT. Bank BRISyariah
mengambil
keputusan konsumsi,
4 PT. Bank Jabar Banten Syariah
pembiayaan produktif yaitu bertujuan
5 PT. Bank BNI Syariah
agar memberikan kemungkinan bagi
6 PT. Bank Syariah Mandiri
penerima dana mencapai tujuannya jika
7 PT. Bank Mega Syariah
tanpa adanya pembiayaan tersebut tidak
8 PT. Bank Panin Syariah
dapat mewujudkan dan pembiayaan
9 PT. Bank Syariah Bukopin
perdagangan yaitu pembiayaan yang
10 PT. BCA Syariah
bertujuan untuk perdagangan yang
PT. Maybank Syariah
biasanya diguunakan dalam pembayaran
11 Indonesia
barang-barang dagang dan pegembalian
PT. Bank Tabungan Pensiunan
dihasilkan dari penjualan barang dagang
12 Nasional Syariah
tersebut.
3. Jenis Pembiayaan Dilihat dari Jangka Waktu.
Sumber: 2015
Pembiayaan
Pembiayaan dari segi jangka waktu Pembiayaan dapat diistilahkan
dapat dikelompokan menjadi empar dengan “I believe, I trust” yang artinya
bentuk seperti, pembiayaan Short Term saya menaruh kepercayaan, berarti bank
yaitu pembiayaan jangka pendek dengan percaya untuk memberikan pembiayaan
jangka waktu maksimal terkecil 1 tahun, pada seseorang dengan melaksanakan
pembiayaan Intermediate Term yaitu amanah. Pembiayaan dalam arti lengkap
pembiayaan jangka waktu menengah adalah pengadaan uang atau tagihan yang
dengan lebih dari satu sampai tiga tahun, sejenis
pembiayaan Long Term yaitu pembiayaan kesepakatan atau persetujuan di antara
jangka panjang dengan waktu lebih dari bank dengan pihak lain yang mewajibkan
tiga tahun dan yang terakhir pembiayaan individu tersebut yang diberikan dana
Demand Loan yaitu pembiayaan pada untuk membayar kembali tagihan
setiap saat dapat diperoleh kembali. tersebut sampai jangka waktu yang sudah
4. Jenis Pembiayaan dari Segi Jaminan ditentukan dengan bagi hasil sebagai
Pembiayaan dilihat dari segi jaminan feedbacknya (Kasmir, 2008). Pembiayaan
dapat dikelompokan menjadi dua bentuk dalam bank dapat dibagi menjadi
seperti, pembiayaan dengan jaminan beberapa jenis sebagai berikut:
yaitu pembiayaan yang memiliki jaminan
1. Jenis pembiayaan dari segi kegunaan sebagai backup dari pembiayan yang Pembiayaan dilihat dari kegunaannya
diberikan. jaminan berupa barang dapat dikelompokan menjadi dua bentuk
berwujud atau tidak berwujud atau seperti, pembiayaan investasi yaitu yang
jaminan orang, pembiayaan tanpa pada umumnyadipakai untuk pelunasan
jaminan yaitu pembiayaan diberikan usaha atau membangun proyek/pabrik
hanya melihat dari keuntungan usaha, atau
karakter dan loyalitas atau citra diri calon pembiayaan modal kerja yaitu pelayanan
peminjam selama ini.
Adapun akad-akad yang digunakan peningkatan
yang digunakan
untuk keperluan
dalam pembiayaan di bank syariah, operasionalnya pada biasanya.
produksi
dalam
sebagai berikut:
a. Akad Wadiah merupakan perjanjian Pembiayaan dari tujuannya dapat
2. Jenis Pembiayaan Dilihat dari Tujuan
menitipkan dana atau barang dari dikelompokkan menjadi tiga bentuk
pemiliknyapada tempat penyimpanan pemiliknyapada tempat penyimpanan
penyewa untuk memberikan kembali dana atau barang
pakai
dengan
keuntungan atas titipan pada sewaktu-waktu.
mendapatkan
pemeliharaanobjek yang disewakan.
h. Akad Qardh merupakan perjanjian pembiayaan/menanamkan dana dari
b. Akad Mudharabah
merupakan
pinjam meminjam dana tanpa adanya individu yang mempunyai dana
pengambilan keuntungan dengan (shahibul maal) kepada pengelola
pihak peminjam (mudharib) untuk
kewajiban
mengembalikan pokok pinjaman kegiatan usaha sesuai kesepakatandan
melaksanakan
sekaligus atau cicilan dengan jangka sesuai syariah, dengan pembagian
waktu tertentu.
keuntungan atau hasil usaha di antara
Manajemen Risiko Pembiayaan
dua belah pihak didasarkan atas Risiko adalah kejadian yang nisbah yang telah disepakati pada
memiliki potensi baik hal yang dapat awal akad.
diperkirakan (anticipated) maupun tidak
(unanticipated) yang perjanjian penanaman dana dari dua
c. Akad Musyarakah
merupakan
diperkirakan
berdampak negatif pada penghasilan dan individu atau lebih untuk menjalankan
permodalan lembaga keuangan (Nasih usaha sesuai prinsip syariah dengan
dkk, 2013:190). Manajemen risiko yang pembagian nisbah bagi hasil usaha
ditetapkan BI ini bersifat wajib antara kedua belah pihak sesuai
diterapkan karena perbankan syariah kesepakatan,
merupakan lembaga keuangan dengan sedangkankerugiandibagi
potensi timbulnya risiko lebih kompleks berdasarkan porsi modal masing-
dengan lembaga keuangan lainnya. masing pihak.
Penekanan pada manajemen risiko
d. Akad Murabahah merupakan janji tercantum pada PBI No.13/23/PBI/2011 antara dua pihak untuk pembiayaan
berupa:
berupa jual beli barang sebesar harga
intern terhadap perolehan barang ditambah dengan
a. Pengendalian
pelaksanaanoperasional danaktivitas keuntungan atau margin
yang
usaha
disepakati, dimana penjual memberi
b. Analisis yang kuat pada setiap tahu
pemangku kepentingan pembeliterlebih dahulu.
harga perolehan
kepada
c. Reviewkebijakan manajemen risiko
d. Menetapkan limit pada risiko yang individua
e. Akad Salam merupakan perjanjian dua
masih bisa diterima bank menjalankan transaksi jual beli barang
e. Pengetahuan yang baik terhadap setiap melalui cara pemesanan dengan
pekerjaan yang dilakukan sehingga ketentuan tertentu dan pembayaran
mengerti risiko apa yang akan timbul dilaksanakan secara tunai.
dan bagaimana cara menanganinya.
f. Akad Istishna merupakan perjanjian Risiko pembiayaan yang terjadi di berupa transaksi jual beli barang
perbankan syariah akibat dari adanya dengan bentuk pemesanan pembuatan
tenggang waktu pengembalian, maka barang
pengembalian akan menyebabkan adanya pemesan dan persyaratan yang
kemungkinan risiko tidak tertagih atau disepakati
macet. Semakin panjang jangka waktu dilaksanakan sesuai kesepakatan.
serta
pembayaran
pembiayaan akan semakin bertambah
g. Akad Ijarah merupakan perjanjian risiko, demikian hal tersebut akan terjadi antara kedua pihak atau lebih untuk
tetrsebutmenjadi menjalankan sewa menyewa atas
sebaliknya.
Risiko
tanggung jawab bank, baik risiko barang dan jasa di antara pemilik
disengaja maupun yang tidak disengaja, disengaja maupun yang tidak disengaja,
angsuran maupun tidak. usaha nasabah tanpa adanya unsur
c. Reconditioning
kesengajaan lainnya, sehingga tidak Upaya penyelamatan pembiayaan memiliki kemampuan untuk melunasi
dengan metode dilakukannya perubahan pembiayaan.
atas seluruh atau sebagian syarat Manajemen risiko merupakan satu
perjanjian pembiayaan yang tidak dari beberapa kepatuhan bank syariah
terbatas hanya kepada pergantian jadwal akan peraturan perundang-undangan
angsuran atau waktu pembiayaan saja, yang berlaku, hal ini disebutkan dalam
akan tetapi perubahan tersebut tidak Undang-Undang perbankan syariah pasal
memberikan tambahan atau melakukan
38 ayat 1 yakni bahwa pengelolaan konversi atas seluruh atau sebagian dari dalam mengatur risiko merupakan
pembiayaan menjadi equity perusahaan. kewajiban pada bank syariah. Manajemen
d. Restructuring
risiko dilakukan dengan cara meng- Upaya menyelamatkan dana pinjaman indentifikasikan, mengukur, memantau
dengan mengganti persyaratan perjanjian serta mengendalikan organisasi agar
pembiayaan atau dilakukan perubahan menghasilkan tingkat risiko yang terarah,
pada semua atau sebagian dari wajar,
pembiayaan menjadi modal perusahaan berkesinambungan (Karim, 2008: 255).
terintegrasi
dan
dan modal bank yang dilakukan baik Risiko pada bank syaria dikenal dua
rescheduling dan macam, yang pertama yaitu risiko
menggunakan
reconditionin maupun tidak. pembiayaan yang disebabkan oleh nsabah
e. Management Assistancy wanprestasi atau default dan yang kedua
Bantuan meminta pendapat kepada risiko pasar yang menjadi penyebabnya
ahlinya dan manajemen profesional yang adalah pergerakan nilai tukar, risiko akan
diberikan oleh pihak bank pada nasabah terjadi
yang masih berprospek dan memiliki ditawarkan dalam valuta asing. Oleh
sikap baik untuk membayar semua karena itu untuk mencegah terjadinya
tetapi mempunyai risiko yang terjadi di bank syariah
kewajibannya,
dalam mengelola diperlukan penerapan manajemen risiko
kelemahan
perusahaannya, hal tersebut dapat yang dapat dilakukan dengan melakukan
dilakukan dengan cara menyimpan langkah-langkah sebagai berikut:
petugas bank atau meminta pertolongan
a. Penagihan Intensif oleh Bank pihak ketiga (konsultan) sebagai anggota Penagihan dilakukan pada nasabah
manajemen.
yang memiliki usaha berprospek tinggi
Pembiayaan Korporasi
dan dianggap masih mempunyai sikap Pengertian pembiayaan korporasi yang baik, tetapi telah menunjukkan
sebagai seperangkat tanda-tanda
didefinisikan
peraturan yang mengatur hubungan pembiayaan. Oleh sebab itu harus
bermasalah
dalam
antara pemegang saham, pengurus diadakan penagihan kepada nasabah
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, secara intensif agar memenuhi semua
serta para yang menjadi kewajiban.
pemerintah, karyawan
pemegang kepentingan intern dan
b. Rescheduling ekstern lainnya yang berkaitan dengan Upaya penyelamatan pembiayaan
hak-hak dan kewajiban mereka atau dapat dilakukan dengan melakukan
dengan kata lain suatu sistem yang pergantian
mengendalikan pembiayaan yang bekenaan dengan
perusahaan (Bank Mandiri Syariah, pengaturan pembayaran dana yang telah
2016). Oleh karena itu, Pembiayaan dipinjam atau jangka waktu, termasuk
Korporasi (Corporate Financing dapat Korporasi (Corporate Financing dapat
merupakan perusahaan diberikan oleh kreditur/bank syariah
yang
e. Debitur
dengan keadaan keuangan yang tinggi dan/atau lembaga-lembaga keuangan
korporasi biasanya lainnya
Pembiayaan
yang diperuntukkan bagi diberikan kepada debitur dengan debitur/perusahaan
keuangan yang besar karena debitur berbentuk badan hukum dengan skala
yang
biasanya
sudah masuk kategori korporasi bukan besar (korporasi) dengan struktur
ritel / eceran.
keuangan yang kuat dalam nominal atau
2. Tujuan Pembiayaan Korporasi jumlah sangat besar yang pada umumnya
Tujuan adanya pembiayaan korporasi pembiayaan ini dalam satuan milyar
dapat ditunjukkan melalui dua sudut rupiah.
pemikiran yakni tujuan pembiayaan pembiayaan korporasi biasanya di sebut
dilihat dari sudut pandang kreditur/bank wholeshale banking.
dan tujuan pembiayaan dilihat dari
1. Ciri-ciri Pembiayaan Korporasi debitur/nasabah. Berikut adalah tujuan Strategi
pembiayaan korporasi dilihat dari: menggabungkan
a. Debitur
perusahaan membuat sekitar struktur Tujuan pembiayaan korporasi bagi modal yaitu, pilihan terbaik campuran
debitur diantaranya terdapatnya dana utang-ekuitas
untuk peningkatan usaha artinya dapat membiayai operasinya (Davidson dan
digunakan
untuk
mengembangkan usaha bagi yang Gabriel, 1999:6).Pembiayaan korporasi
dana tambahan, syariah
membutuhkan
meningkatkan produktivitas artinya pembiayaan lainnya dengan kriteria
mampu meningkatkan kegiatan produksi sebagai berikut (Trihantana, 2015):
perusahaan.
a. Pembiayaan dalam satuan milyar
b. Kreditur
Tujuan pembiayaan korporasi bagi dalam jumlah paling kecil satuan milyar
Pembiayaan korporasi
diberikan
kreditur meningkatkan perkembangan dan paling besar tidak terhingga sesuai
bank syariah, kemampuan bank/kreditor pemberi
kegiatan
usaha
mempercepat pertumbuhan ekonomi pembiayaan.
syariah dan meningkatkan tingkat
b. Pembiayaan dilakukan oleh senior
likuiditas bank
kreditor
Asset Protection Lending Rationale
Rationale merupakan dilakukan oleh senior kreditor karena
Pembiayaan korporasi
biasanya
Lending
pemikiran bank syariah secara rasional pembiayaan dengan skala besar tentu
debitur mengenai hanya dapat diberikan oleh bank/
dalam
menilai
kemampuan mengembalikan jumlah kreditor yang memiliki asset yang sudah
pinjamannya kepada bank syariah atau besar pula.
yang biasa dikenal dengan analisis calon
c. Pembiayaan diperuntukan untuk satu debitur. Lending rationale dilakukan proyek atau modal kerja
berdasarkan proses dalam penerapan Pembiayaan
manajemen risiko atau salah satu prinsip dilakukan atas dasar pembuatan sebuah
korporasi
biasanya
kehati-hatian bank dalam menilai proyek seperti pembangunan jalan tol,
nasabah untuk diberikan pembiayaan kegiatan investasi, modal kerja permanen,
oleh perbankan syariah. ekspor-impor, finance company dan lain
Lending rationale dilakukan untuk sebagainya.
mengurangi terjadinya risiko pembiayaan
d. Dilakukan berdasarkan prinsip syariah yang dikarenakan terlalu mudahnya bank Pembiayaan
syariah dalam memberikan pinjaman dilakukan dengan berdasarkan tanpa
korporasi
syariah
atau investasi, hal ini dapat didasari melanggar ketentuan syariah
karena bank syariah diminta untuk karena bank syariah diminta untuk
b. Bank harus berstatus sebagai “senior maksimal, sehingga penilaian debitur
creditor”.
harus dilaksanakan
c. Status hukum jaminan harus jelas (Trihantana, 2015: 1-20, Fitrianti, 2014:
dengan
baik
berada pada pihak bank. 7). Tujuan utama dari Lending Rationale
Meskipun pada umumnya APL adalah:
memiliki jaminan, bukan berarti bahwa
a. Mengidentifikasi risiko dalam situasi jaminan tersebut merupakan sumber pinjaman
pembayaran. Jaminan dalam hal ini hanya
dipakai sebagai perlindungan terhadap kemungkinan pembayaran
b. Menarik kesimpulan
Asset protection yang tepat dan struktur fasilitas
c. Membuat rekomendasi untuk jenis
penggunaan
Lending(Trihantana, 2015: 18) : pinjaman
a. Pembiayaan modal kerja permanen Lending Rationale terbagi menjadi
misalnya: wholesaler, perusahaan tiga:
export-import, bank, finance company,
a. Asset Convertion Lending Rationale security broker dan lain-lain.
b. Cash Flow Lending Rationale
b. APL dapat dipakai sebagai rationale
c. Asset Protection Lending Rationale kedua. Misalnya, dalam suatu CFL Asset Protection Lending (APL)
degan jangka waktu yang panjang merupakan
dimana kemungkinan resiko cukup dengan skala besar yang permanen
namun menggunakan fasilitas jangka
Karateristik Asset Protection Lending
Asset Protection umumnya berhubungan dengan suatu
pendek. Kebutuhan permanen ini
Pembiayaan
Lending merupakan pembiayaan sektor tingkat kebutuhan modal kerja. Jadi Asset
korporasi yang bersifat modal kerja Protection
permanen. Berikut adalah karateristik karakteristik Asset Conversion Lending
Lending
memadukan
APL adalah:
(fasilitas jangka pendek) dengan Cash
a. Tujuan pinjaman :
Flow Lending (kebutuhan permanen) Untuk membiayai modal kerja yang menjadi suatu bentuk pinjaman yang
permanen.
berbeda dengan Asset Conversion Lending
b. Sumber pelunasan :
(ACL) dimana kebutuhan pinjaman Pinjaman tidak diharapkan untuk bersifat sementara dan pelunasan berasal
dilunasi secara penuh selama perusahaan dari selesainya AC Cycle, APL merupakan
masih beroperasi secara baik. Dalam pendanaan dari AC Cycle yang berulang-
kondisi yang buruk, asset yang dibiayai ulang secara permanen terus-menerus.
untuk menutupi Dengan demikian, Dalam
dapat dilikuidasi
pinjaman secara penuh. perbankan konvensional dikenal istilah
praktiik
c. Resiko :
Kredit Modal Kerja Permanen (KMLP) Menurunnya nilai asset sehingga tidak dan diatur dalam SEBI Nommor
cukup untuk menutupi jumlah pinjaman. 10/18UPK Tahun 1977.(Trihantana,
d. Perlindungan :
2015: 13-15). Nilai dan likuiditas dari asset yang APLR juga mengharuskan hal-hal
dibiayai.
sebagai berikut:
e. Struktur pinjaman dan pengawasan :
a. Pihak bank harus secara akurat Fasilitas memiliki sifat jangka pendek mengetahui bahwa nilai likuiditas
yang diperpanjang (rollover) terus- asset yang dibiayai (jika dijual atau
menerus. Pengawasan terhadap nilai dilikuidasi) dapat menutupi seluruh
asset serta kemampuan operasional nilai pinjaman.
perusahaan dilakukan terus-menerus.
Division yang menangani pembiayaan
METODOLOGI PENELITIAN
korporasi di Bank Syariah Mandiri.
Deskripsi Penelitian
Tempat Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai adalah Tempat penelitian yang dipakai adalah kualitatif dengan pendekatan metode
Bank Syariah Mandiri yang beralamat di I, yuridis empiris. Yuridis empiris adalah
Jl. MH. Thamrin Wisma Mandiri No. 5 penelitian hukum terkait hal yang
Jakarta Pusat 10340 – Indonesia. diberlakukan atau penerapan ketentuan
Jenis dan Sumber Data
hukum normatif secara in action pada Jenis data yang digunakan dalam setiap kejadan hukum tertentu yang
penelitian ini terdiri atas data primer dan terjadi di masyarakat (Muhammad, 2004:
data sekunder. Data-data tersebut 134). Sumber data digunakan berupa data
diperoleh melalui:
primer dan sekunder dengan teknik
1. Data Primer, yaitu data pokok yang pengumpulan data melalui observasi,
menjadi sumber dalam penelitian, wawancara
melalui wawancara, Berdasarkan masalah penelitian yang
observasi dan alat-alat- lainnya akan diangkat oleh peneliti adalah
(Arikunto, 2010:145). Data primer kesesuaian standar dengan implementasi
akan diperoleh dari hasil wawanca, Asset Protection Lending Rationale pada
observasi dan dokumentasi yang pembiayaan korporasi di bank syariah,
dariCorporate Financing maka obyek yang dipilih adalah Bank
didapat
pihak-pihak yang Syariah Mandiri yang sudah melakukan
Division
dan
berhubungan langsung dan memahami pembiayaan korporasi dengan Asset
pelaksanaan dan Protection Lending Rationale. Sampel
terhadap
permasalahan asset protection lending yang dipilih dalam penelitian adalah
rationale pada pembiayaan korporasi. corporate banking division BSM yang
2. Data Sekunder, yaitu data yang menangani
digunakan untuk data pendukung dan korporasi.
mengenai
pembiayaan
penunjang dalam penelitian (Arikunto,
Metode Penelitian
2010: 157). Data sekunder diperoleh Metode
dari jurnal, buku-buku, peraturan- metode yang ilmiah untuk memperoleh
penelitian
merupakan
peraturan, internet dan bahan pustaka data dengan tujuan dan fungsi tertentu
lainnya yang memiliki keterkaitan (Sugiyono, 2013: 2). Metode penelitian
dengan penelitian ini. yang digunakan ialah metode yuridis
Teknik Pengumpulan Data
empiris. Penelitian yuridis empiris Teknik pengumpulan data adalah merupakan
langkah yang paling mudah dalam (penelitian terhadap data primer) yaitu
penelitan
lapangan
penelitian, karena bertujuan untuk suatu penelitian meneliti peraaturan-
mendapatkan data walaupun tidak peraturan hukum yang kemudian
mengetahui teknik mengumpulkan data digabungkan dengan data perilaku yang
yang memenuhi criteria standar data hidup di tengah-tengah masyarakat.
yang ditentukan (Sugiyono, 2014: 224).
Obyek Penelitian
Adapun teknik pengumpulan data adalah: Obyek
kumpulan elemen yang berupa individu, Wawancara (interview) merupakan organisasi atau benda yang akan diteliti
pertemuan antara dua orang untuk saling (Dayan, 1986: 21). Obyek penelitian ini
menukarkan ide dan informasi melalui ialah Bank Syariah Mandiri yang dipilih
tanya jawab, sehingga akan menghasilkan untuk memahami mengenai pelaksanaan
makna yang terperinci dalam topik pembiayaan korporasi secara mendalam,
2010:410-411). terutama dibagian Corporate Financing
tertentu
(Sugiyono,
Wawancara yang dilaksanakan peneliti Wawancara yang dilaksanakan peneliti
yang lainnya (Sugiyono, 2013: 333). yang lebih mendalam tentang objek yang
Adapun teknik analisis data yang diteliti, sehingga peneliti memperoleh
digunakan adalah teknik analisis yuridis deskripsi permasalahan lebih lengkap
empiris.
dan akurat. Adapun obyek yang akan Setelah semua data yang diperlukan diwawancarai adalah praktisi-praktisi
kemudian dilakukan dan akademis perbankan
terkumpul,
pemeriksaan terhadap data baik melalui terutama Corporate Financing Division.
syariah
wawancara dan inventarisasi data tulis
2. Observasi yang ada. Kemudian data diolah dan Hadi dalam Sugiyono mengemukakan
sistematis serta bahwa observasi merupakan proses yang
disusun
secara
menguraikan data atau memberikan kompleks teratur dari pelbagai proses
interpretasi dalam bentuk kalimat yang biologis dan psikologis, dua proses yang
baik dan benar (Amirudin, 2006: 168). paling penting dari berbagai proses
Berikut ini adalah tahapan analisisnya: tersebut adalah pengamatan dan ingatan
1. Proses transkripsi hasil wawancara (Denzin. Lincoln, 2009: 523; Sugiyono,
secara verbatin atau apaadanya. Setiap 2013: 196). Observasi adalah kegiatan
transkrip diberi identitas, diperiksa mengumpulkan data dengan cara
keakuratannya, dan dianalisis. pengamatan atas fenomena,, gejala dan
2. Studi literatur secara mendalamuntuk fakta nyata terkait dengan masalah
mengetahui hubungan dan posisi hasil penelitian (Musfiqon, 2012:
terhadap hasil-hasil Observasi yang digunakan oleh peneliti
penelitian
penelitian yang telah ada. adalah metode observasi non partisipan.
3. Mempertahankan kebenaran hasil Karena pada penelitian ini peneliti tidak
penelitian
terlibat secara
4. Pertimbangan etik yang meliputi pelaksanaannya
langsung
dalam
pemberian informasi tentang sifat pelaksanaannya saja.
hanya
mengamati
penelitian, keikutsertaan yang bersifat
untuk merekam Dokumentasi merupakan
mengumpukan bahan atau data yang
Tahapan Penelitian
dilakukan dengan
Menurut Moleong ada tiga tahapan mengambil/mengumpulkan
metode
pokok dalam penelitian kualitatif antara tulisan, atau dalam bentuk lainnya yang
gambar,
lain (Moleong, 2005: 85-103) merupakan peristiwa yang sudah berlalu,
1. Tahap pra lapangan, yaitu tahap yang baik secara khusus maupu secara umum
orientasinya sebelum turun ke yang berkaitan dengan penerapan
lapangan dengan menentukan fokus pembiayaan korporasi dengan Asset
penelitian. Dalam tahap ini peneliti Protection Lending Rationale.
melakukan
pengamatan pada
Teknik Analisis Data
implementasi Asset Protection Lending Teknik analisis data adalah proses
Rationale pada pembiayaan korporasi menyusun dan mencari secara tersusun
di bank syariah beberapa sumber data yang didapatkan dari hasil
(modul, jurnal penelitian website dan wawancara, catatan lapangan, dan
observasi awal ke Bank Syariah dokumentasi, dengan mengumpulkan dan
Mandiri)
menyusun data ke dalam kategori,
2. Tahapan kegiatan lapangan, yaitu menjabarkan dalam unit tertentu,
tahap yang mengharuskan peneliti dilakukan sintesa, menyusun pada pola,
terjun ke lapangan untuk melakukan memilih yang penting dan yang dipelajari,
penelitian. Pada tahap ini peneliti dan dibuat kesimpulan sehingga mudah
fokus pada pembiayaan korporasi fokus pada pembiayaan korporasi
baru yang bernama PT Bank Mandiri pada standar baku berdasarkan
(Persero) Tbk. Sebagai keputusan merger, lembaga regulator.
Bank Mandiri melakukan konsolidasi
3. Tahap analisisis data, meliputi serta membentuk Tim Pengembangan kegiatan penelitian dalam mengelolah
Perbankan Syariah yang bertujuan untuk dan
mengembangkan layanan perbankan diperolehnya melalui tahaplapangan
syariah dikelompokkan perusahaan Bank (wawancara,
Mandiri sebagai respon atas berlakunya dokumentasi) kemudian melakukan
observasi,
dan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 penafsirandata terkait masalah yang
peluang untuk diteliti.
yang memberikan
melayani perdagangan secara syariah melakukan pengecekan keabsahandata
Selanjutnya
penelitian
(Dual Banking system). yang diperoleh dengan uji validitas,
Undang-Undang reliabilitas, dan objektifitas, sebagai
Pemberlakuan
Nomor 10 Tahun 1998 tentang dasar bagi peneliti untuk mendapatkan
perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 data yang benar dan akurat.
Tahun
tentang perbankan
4. Tahap penulisan laporan, tahap ini merupakan keadaan yang tepat bagi Tim dilakukan untuk menyusun hasil
Perbankan Syariah penelitian yang diteliti oleh peneliti
Pengembangan
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti selama
dari bank konvensional beralih pada bank Kemudian
rangkaian
penelitiannya.
syariah, sehingga kegiatan usaha Bank konsultasi dan bimbingan dengan
peneliti
melakukan
Susila Bakti berubah dari bank dosen pembimbing untuk perbaikan
konvensional menjadi bank dengan dan masukan untuk hasil penelitian
kegiatan operasional dengan dasar yang lebih baik
prinsip syariah yang bernama PT Bank Syariah
sebagaimana dicantumkan pada Akta Notaris: Sujipto,
Mandiri
HASIL DAN PEMBAHASAN
SH, Nomor 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha Bank Susila
Gambaran Umum Bank Syariah
Bakti menjadi bank umum syariah
Mandiri
ditegaskan oleh Gubernur Bank Indonesia Bank syariah mandiri (BSM) adalah
melalui SK BI No. 1/24/KEP.BI/1999, 25 lembaga keuangan yang hadir pada 1
Oktober 1999. Melalui Surat Keputusan Nopember 1999 dengan mejalankan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia operasionalnya sesuai dengan syariah
1/1/KEP.DGS/1999, BI menyepakati setelah kesenjangan moneter dan
adanya perubahan nama menjadi PT ekonomi
Bank Syariah Mandiri.
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi
Kantor Pusat dan Kantor Cabang Bank
dan moneter
Syariah Mandiri
menimbulkan dampak negatif yang hebat Bank Syariah Mandiri (BSM) terhadap selutuh sendi kehidupan
merupakan anak perusahaan PT Bank masyarakat, termasuk dunia usaha,
Mandiri (Persero) Tbk. dengan posisi industri perbankan nasional yang
kantor pusat beralamat Wisma Mandiri I, dominan dengan bank konvensional
Jl. MH. Thamrin No. 5 Jakarta 10340 – mengalami krisis yang besar, sehingga
Indonesia merupakan pusat kegiatan pemerintah pada akhirnya mengambil
bisnis yang dilakukan oleh 773 Kantor tindakan dengan merestrukturisasi dan
Cabang di seluruh provinsi Indonesia merekapitulasi sebagaimana bank-bank
modal dasar di Indonesia. Tanggal 31 Juli 1999
dengan
jumlah
Rp.2.500.000.000.000,- dan modal disetor pemerintah menjalankan penggabungan
Rp.2.489.021.935.000,- dengan jumlah Syariah Mandiri sebagai mitra yang karyawan sebanyak 16.648 orang
terpercaya dan menguntungkan. karyawan. Kinerja umum BSM menujukan
Standar
Prosedur Operasional
pertumbuhan yang positif, terlihat dari
Pembiayaan Bank Syariah Mandiri
pertumbuhan yang positif, terlihat dari Pembiayan korporasi merupakan dana pihak ketiga tumbuh 48,70%
salah satu kegiatan bisnis yang dilakukan pertahun dan pembiayaan meningkat
bank syariah dimana dalam pembiayaan rata-rata 37% pertahun. performa bisnis
bank menyalurkan dana dari masyarkat tersebut menjadikan BSM sebagai bank
kepada debitur untuk kegiatan produktif. terbesar dan mendominasi pangsa pasar
Sebelum suatu fasilitas pembiayaan asset perbankan syariah sebesar asset
diberikan, maka bank harus memiliki 24,20%, pangasa pasar DPK sebesar
keyakinan bahwa pembiayaan disalurkan 27,50% dan pangsa pasar pembiayaan
akan mendaptkan kembali seluruhnya sebesar 24,41% (Sustainabilityreport,
pembayaran. Keyakinan bank syariah 2015:80).
terhadap debiturnya diperoleh dari hasil
Budaya Pembiayaan Bank Syariah
analisis sebelum pembiayaan disalurkan.
Mandiri
Analisis yang dilaksanakan oleh BSM Faktor penting dalam memitigasi
kepada calon debitur/nasabah untuk risiko pembiayaan adalah keyakinan
mendapat keyakinan dengan cara: Bank atas kemampuan dan kesanggupan
a. Solisitasi merupakan salah satu upaya nasabah untuk melunasi kewajibannya
untuk memperoleh informasi tentang sesuai perjanjian yang telah disepakati.
kondisi/potensi bisnis daerah/usaha Hal ini dilakukan antara lain melalui
nasabah/calon nasabah. Solisitasi penilaian secara cermat terhadap sifat,
dilakukan oleh Relationship Manager modal, kemampuan, prospek usaha, dan
melalui on the spot (OTS) ke tempat agunan nasabah. Kegiatan pembiayaan
usaha nasabah/calon nasabah yang dilakukan dengan berpacu pada Budaya
akan atau telah dibiayai Bank. Pembiayaan Bank Syariah Mandiri, yakni
b. Nota Analisa Pembiayaan (NAP) Profesional,
merupakan media untuk mengusulkan Normatif dan Tanggung Jawab (POINT)
Obyektif,
Independen,
dan menganalisis pembiayaan dari yang semuanya bermuara pada Shared
calon/nasabah untuk memperoleh Values Bank Syariah Mandiri “ETHIC”
persetujuan komite pembiayaan bank. yang terdiri atas:(Marzuki, 2012: 10)
Penyusunan NAP dilakukan oleh
Account Officer Relationdhip Manager mencapai tingkat yang sempurna
a. Excellence (Imtiyaaz):
Berupaya
(RM) secara sistematis, komprehensif melalui perbaikan terpadu dan
dan informative. NAP dibedakan berkesinambungan.
menjadi dua jenis yaitu NAP Investasi
(Form IV.D.1) dan NAP Modal Kerja Mengembangkan lingkungan kerja
b. Teamwork (‘Amal
Jamaa’iy):
(Form IV.D.2)
yang memiliki sinergi.
Pembiayaan Korporasi Bank Syariah
c. Humanity (Insaaniyah): Menjunjung
Mandiri
nilai-nilai kemanusiaan dan religius Pada tahun 2001 BSM mulai dengan tinggi.
masukpembiayaan
sektor korporasi
d. Integrity (Shidiq): Mentaati kode etik dengan limit awal yang setara dengan profesi dan mampu berpikir serta
bussenis banking atau komersial pada mempunyai perilaku yang terpuji.
bank lainnya yang bukan syariah. Sektor
oleh BSM dalam Memahami dan mencukupi kebutuhan
e. Customer Focus (Tafdhiilu Al ‘Umalaa):
yang
dipilih
melaksanakan pembiayaan korporasi pun pelanggan untuk menjadikan Bank
hanya beberapa menyesuaikan dengan limit yang dimilki saat itu seperti jasa-jasa hanya beberapa menyesuaikan dengan limit yang dimilki saat itu seperti jasa-jasa
nasabah. Contohnya seperti untuk besar lainnya. Launching korporasi
mendanai pembelian bahan baku, dilakukan pada tahun 2000 dengan
modal kerja, siklus/perputaran usaha, bagian yang menangani pertama hanya
pembiayaan kontraktor. sebanyak tiga orang Corporate Banking
dan
Pembiayaan modal kerja terbagi dua Group (CBG) hingga saat ini banyak
yaitu :
karyawan pada CBG sebanyak kurang
1) Pembiayaan modal kerja biasa lebih 20 orang dan nasabah outsanding
sesuai dengan proyek sebanyak 120 account. Minimal nominal
modal kerja pembiayaan korporasi BSM hingga 2017
2) Pembiayaan
Pembiayaan Dana Berputar sekarang sebesar Rp. 10.000.000.000,-
c. Trade Finance, yaitu pembiayan yang dan maksimal 75% dari Batas Minimum
diberikan untuk membiayai kegiatan Pemberian
yang berkenaan dengan ekspor-impor, perhitungan 25% dari modal yang
Dana (BMPD)
dengan
fasilitas pembiayaan disetorkan BSM merupakan BMPD. Divisi
termasuk
berdasarkan underlying transaction Pembiayaan Korporasi BSM pertama
berupa L/C, SKBDN atau sales contract. dibentuk dengan jumlah yang menangani
Tinjauan Peraturan Otoritas Jasa
3 orang untuk hingga saat ini sebanyak 20
Keuangan mengenai Standar Asset
karyawan yang ada CBG. Jumlah nasabah
Protection Lending Rationale pada
korporasi hingga saat ini sebanyak 120
pembiayaan korporasi di bank syariah
account. Kemudian sejak saat itu BSM Otoritas jasa keuangan yang mulai sering melakukan pembiayaan
mengatur, mengawasi dan melindungi korporasi dengan fokus pembiayaan
secara khusus tidak mengeluarkan aturan korporasi ditujukan kepada 3 (tiga)
secara khusus mengenai penerapan Asset sektor besar antara lain: sektor usaha,
Protection Lending Rationale pada perdagangan dan kontruksi jumlah
pembiayaan korporasi di perbankan pembiayaan mencapai Rp. 23,81 triliun
Namun untuk dengan kenaikan 9,61 dari tahun
syariah
Indonesia.
mengatur, mengawasi dan melindungi sebelumnya (BSM, 2015: 95). Fasilitas
kegiatan operasional usaha pada bank pembiayaan korporasi yang diberikan
syariah agar bank syariah tidak membuat oleh BSM merupakan pembiayaan untuk
kesalahan dalam penyaluran pembiayaan tujuan produktif yang di kategorikan
korporasi dan mengalami risiko dari sebagai berikut:(Nasution, 2012: 20)
pembiayaan yang disalurkan. Maka, OJK
melakukan pengawasan pembiayaan dengan jangka waktu
a. Pembiayaan
denganberdasarkan peraturan turunan menengah dan jangka panjang yang
dari Bank Indonesia yaitu Peraturan Bank diberikan untuk digunakan membeli
12/23/PBI/2011 barang modal atau asset tetap,
Indonesia
Nomor
tentang penerapan manjemen risiko pada pembiayaan proyek baru atau proyek
bank umum syariah dan unit usaha perluasan
mesin-mesin, bangunan, alat-alat berat Peraturan diatas masih berkenaan dan kendaraan. pembiayaan investasi
dengan APLR karena merupakan cara di
dari mengatasi risiko. Selama APLR yang murabahah, IMBT dan MMQ di sesuai
BSM menggunakan
akad
dijalankan bank syariah dapat membantu dengan
dalam mengurangi potensi risiko yang nasabah.
kebutuhan
pembiayaan
terdapat di bank syariah maka bank
melaksanakannya terlebih pembiayaan jangka pendek yang
b. Pembiayaan Modal Kerja adalah
dalam
didukung dengan Undang-Undang Nomor ditawarkan
untuk
memenuhi
21 Tahun 2008 tentang perbankan 21 Tahun 2008 tentang perbankan
calon nasabah/nasabah dalam suatu usahanya wajib menerapkan prinsip
harus menilai kehati-hatian, juga pada pasal 23 yang
pembiayaan
bank
kemampuan nasabah dalam memenuhi menetapkan bahwa :
kewajibannya. Penilaian tersebut dapat
a. Bank syariah harus mempunyai dilakukan dengan pemberian persyaratan keyakinan
berupa tertulis, lengkap, akurat dan kemampuan calon nasabah penerima
obyektifitas dengan ketentuan: fasilitas untuk melunasi seluruh
1) Menilai secara seksama terhadap kewajiban pada waktunya sebelum
personal pemohon dengan melihat bank syariah menyalurkan dana
watak dan kemampuan pemohon kepada nasabah penerima fasilitas.
berdasarkan informasi yang beredar
di lingkungan bisnisnya seperti sebagaimana dimaksud pada ayat
b. Untuk memperoleh
keyakinan
reputasi nasabah/perusahaan dan diatas,
profesionalisme pengurus/pemilik. penilaian yang seksama terhadap
manajemen watak, kemampuan, modal, agunan
2) Menganalisis
bisnis/usaha yang dibiayai dengan dan prospek usaha dari calon nasabah.
melihat struktur organisa perusahaan,
Standar Asset Protection Lending
perkembangan usaha dan grup
Rationale di Bank Syariah Mandiri
perusahaan.
3) Menggali semua informasi pemohon korporasi
Masuknya BSM dalam pembiayaan
yang berkaitan dengan bidang usaha persiapan seperti kebijakan dalam
membutuhkan
beberapa
atau proyek yang akan di biayai pembiayaan untuk meminimalisir risiko
4) Menilai agunan (collateral) yang yang dimiliki BSM terlebih pembiayaan
dijaminan pada bank syariah korporasi
5) Menilai risiko yang mungkin diambil dengan skala besar dan dana yang di
merupakan
pembiayaan
oleh bank syariah pada pemberian alokasikan meupakan dana masyarakat
pembiayaan.
yang dititipkan dan dipercayakan pada
b. Pengawasan (controlling) pembiayaan BSM sehingga bank harus mengelolanya
setelah pembiayaan disalurkan dengan
Setelah pembiayaan diberikan bank meminimalisir
syariah melakukan pengawasan pada korporasi adalah Asset Protection Lending
risiko
pembiayaan
proyek/usaha yang diberikan pinjaman Rationale (APLR) yaitu keyakinan bank
dengan melakukan pengecekan pada atas kemampuan nasabah untuk melunasi
laporan perusahaan dan kegiatan yang kewajibannya sesuai yang diperjanjikan
terjadi. Pengawasan dilakukan sebagai (BSM, 2012:10).
berikut:
kesesuaian proses pembiayaan yang disalurkan, bank
Untuk meminimal
risiko
1) Mengawasi
pembiayaan dengan melakukan analisa terhadap pembiayaan
pemberian
kebijakan pembiayaan, prosedur pada calon nasabah/nasabah yang akan
pemberian pembiayaan, ketentuan diberikan pembiayaan korporasi oleh
internal bank yang berlaku, dan bank. Penilaian bank kepada nasabah
ketentuan perbankan yang berlaku. dilakukan dengan analisis sebelum
2) Mengawasi kesesuaian pemberian pembiayaan
pembiayaan dengan (controlling) saat pembiayaan telah di
ketentuan berlaku untuk menilai salurkan hingga pembiayaan tersebut
kualitas analisis pembiayaan. selesai dilakukan.
3) Memantau perkembangan aktivitas
nasabah termasuk pembiayaan disalurkan
a. Analisis pembiayaan
sebelum
keuangan
pemantauan melalui kunjungan pemantauan melalui kunjungan
Sumber: Azhari Maulidin, Operation Corporate
peringatan mengenai penurunan
Financing, 2017
kualitas pembiayaan. Prosedur pembiayaan korporasi
4) Mengawasi kesesuaian pelaksanaan yang dikutip dari wawancara pada bagian penilaian kolektibilitas pembiayaan
Relationship Manager CBG 2 bahwa dengan ketentuan yang ditentukan
proses pembiayaan korporasi dilakukan oleh Bank Indonesia.
oleh BSM dilakukan dengan melakukan
penawaran kepada korporasi dan hampir nasabah untuk selalu memenuhi
5) Melakukan pembinaan
kepada
tidak ada pengajuan secara langsung dari kewajibannya kepadabank.
calon nasabah. Prosedur ini dilakukan
6) Mengawasi pengelolaan nasabah agar BSM dapat mengontrol risiko yang bermasalah (dalam perhatian yang
mungkin hadir dalam pembiayaan khusus, diragukan, kurang lancar dan
korporasi yang di salurkan. Prosedur macet).
pembiayaan yang dilakukan oleh BSM
7) Memantau dan mengawasi secara dengan rentang waktu satu sampai tiga khusus
bulan sampai pembiayaan tersebut dapat pembiayaan kepada pihak yang
kebenaran
pemberian
dicairkan. Waktu dalam pencairan terkait dengan bank dan nasabah-
korporasi tersebut digunakan BSM untuk nasabah besar tertentu.
menganalisis
perusahaandengan
8) Memantau cukupnya
mementingkan tujuh aspek yaitu aspek penyisihan
jumlah
Legal, karakter dan Manajemen, Trect pembiayaan.
penghapusan
Record, Tehnikal, Pemasaran, Keuangan,
AMDAL sosial ekonomi dan Agunan. penatausahaan
9) Mengawasi
pelaksanaan
Proses analisis yang dilakukan BSM pembiayaan.
dokumen
dilakukan secara berulang-ulang dimulai
10) Melakukan penilaian
dari unit bisnis sampai dengan direksi kesesuaian persyaratan pembiayaan
kembali
dan para pemangku kepentingan hal ini yang ditawarkan pada nasabah.
dilakukan
agar
pembiayaan yang
11) Melakukan pemantauan terhadap disalurkan pihak bank BSM berjalan perubahan yang menyolok baik dari
dengan baik sampai dengan pelunasan segi finansial maupun non finansial,
kembali. Prinsip kehati-hatian bank antara lain:
syariah dalam pemberian pembiayaan
a) Nasabah lambat atau lalai memperhatikan: (Marzuki, 2012: 15-20) memenuhikewajiban-kewajiban
a. Prinsip Dasar Pemberian Pembiayaan
b) Sering
Prinsip dasar pemberian pembiayaan cek/bilyet giro
timbul
penolakan
adalah bank harus memerhatikan
c) Penambahan hutang dagang dan ketentuan pokok regulator serta prinsip persediaan barang yang cukup
syariah, bank melakukan hubungan besar
dengan
debitur
yang memiliki
d) Perubahan dalam product mix
baik serta memiliki maupun
karakteristik
integritas dan tanggung jawab terhadap Manajemen yang selalu berubah-
strategi
pemasaran
pemenuhan kewajiban, bank tidak ubah.
diperkenankan mengorbankan kualitas pembiayaan semata-mata karena target,
Negosiasi Analisi
Rapat Teknis
keuntungan
tinggi, gengsi dan
Nasabah (Unit Bisnis)
(Komite
Rapat Direksi
Pembiayaan)
kepentingan
pribadi, bank tidak
memberikan
pembiayaan diluar
kemampuan sepervisi dan monitoring pembiayaan tersebut, bank diutamakan
Surat Akad & Penawaran
memberikan pembiayaan dengan valuta
Pembiayaan Korporasi Pembiayaan Korporasi
ketentuan BI (lancar, kurang lancar, pemeriksaan atas data-data nasabah yang
dalam perhatian khusus, diragukan dan diberikan kepada bank, selanjutnya
macet), penetapan aktiva produktif diatur keputusan pemberian didasarkan atas
sesuai dengan kualitas pembayaran. permohonan dan evaluasi tertulis baik
g. Prinsip Pengawasan Pembiayaan kualitatif maupun kuantitatif.
Penjabat dan pengawasan unit kerja
b. Prinsip Pemisahan Fungsi (Four-Eye pembiayaan harus dengan aktif dan Principle)
konsisten melakukan pengawasan pada Pemisahan Fungsi diartikan sebagai
agar bank dapat cepat mengambil setiap orang dalam jabatan tidak
langkah pencegahan dan perbaikan untuk mempunyai
penurunan kualitas melaksanakan dan menyembunyikan
pembiayaan nasabah.
Penanganan Pembiayaan pelaksanaan tugasnya pada semua
penyimpangan atau kesalahan dalam
h. Prinsip
Bermasalah
jenjang organisasi dan langkah kegiatan
mendeteksi secara dini operasional.
Bank
pembiayaan bermasalah atau diduga akan
c. Prinsip One Obligor menjadi pemicu permasalahan pada Prinsip one obligor pada dasarnya
pembiayaan, bank melakukan pembinaan, risiko satu debitur mempengaruhi risiko
dan penyelesaian yang tergabung dalam kelompok usaha,
penyelamatan
mengupayakan risiko satu debitur dipengaruhi oleh
pembiayaan,
bank
pembiayaan bermasalah, diragukan, risiko grup secara keseluruhan dan
kurang lancar dan macet dibawah 5%. sebaliknya, satu dari beberapa tujuan
Standar Manajemen Risiko di BSM
pelaksanaan prinsip one obligor ialah Penyebab utama terjadi risiko fasilitas pembiayaan yang ditawarkan
pembiayaan ialah mudahnya pihak bank tidak
memberikan dana atau menjalankan menentukan strategi penanganan account
investasi karena telalu diminta untuk yang akan ditetapkan bagi debitur dalam
memanfaatkan likuiditas yang berlebihan, suatu grup debitur.
sehingga kurang cermat mengantisipasi
d. Prinsip Anti Pencucian Uang dan berbagai kemungkinan terjadinya risiko. Pencegahan Pendanaan Teroris (APU
tersebut BSM dan PPT)
Berdasarkan
hal
menetapkanstandar dalam melakukan Unit kerja pembiayaan pemroses
pembiayaan yang dimaksudkan untuk pembiayaan harus melakukkan customer