17
I yaitu seringnya terjadi short antar kawat sensor dan perekat tersebut menghambat
turunnya air sehingga untuk pengujian selanjutnya harus menunggu sensor kering
terlebih dahulu.
Gambar 32. Sensor Prototipe I
Dengan mengukur nilai resistansi sensor per 10 cm maka dapat diketahui nilai
masing-masing dalam skala 10 cm, nilai resistansi sensor per 10 cm tersebut tidak
sama sehingga jarak lilitan kawat sensor juga tidak sama dan nilai resistansi sensor
memiliki hubungan yang tidak linear dengan tinggi muka air.
Gambar 33. Model Resistansi Sensor Prototipe I
Dalam uji coba sensor prototipe I dengan memasukkan sensor pada air yang
memiliki volume tetap, dan nilai resistansi pengukuran dihubungkan pada rangkaian
oscilator dengan Ra 1k ohm dan Rb 1.36k ohm serta C 1µF yang menghasilkan
perubahan frekuensi sbb.
Gambar 34. Hasil Uji Coba Sensor Prototipe I
Gambar 34 diatas menunjukkan perubahan nilai frekuensi hasil pengamatan
dengan frekuensi yang dihitung secara teoritis. Frekuensi hasil pengamatan baik
pada uji I, II maupun uji III menunjukkan ketidak sesuaian dengan nilai frekuensi yang
dihasilkan pada nilai teoritis, hal ini disebabkan sensor menggunakan selongsong
luar sebagai pengaman namun selongsong tersebut mengganggu proses naiknya air
sehingga nilai resistan selalu lebih besar dari resistan sebenarnya yang mengakibatkan
nilai frekuensi lebih kecil. Hal ini terbukti pada saat pengukuran nilai frekuensi selalu
bertambah pada ketinggian yang tetap namun tidak melebihi nilai frekuensi teoritis.
4.5.2 Sensor Prototipe II
Sensor prototipe
II, dengan
menggunakan metode dan diameter pipa yang sama dengan sansor 1, selain itu
menggunakan perekat lem dengan luasan
Perbandingan Frekuensi Pengamatan dengan frekuensi Teoritis pada Sensor I
20 40
60 80
100 120
50 70
90 110
130 150
170 190
Frekuensi Hz T
M A
c m
Uji I Uji II
Uji III Frekuensi Teoritis
18
lebih kecil jika dibandingkan dengan sensor prototipe I serta menggunakan lapisan cat
pada sisi luar pipa. Panjang pipa sensor prototipe II 170 cm didapatkan resistansi
23.6 k Ohm dengan masing-masing nilai resistansi pada kawat yaitu 11.92 k Ohm dan
11.68 k Ohm.
Gambar 35. Sensor Prototipe II
Dari hasil pengukuran resistansi per 10 cm maka diketahui keteraturan jarak
antar kawat
sensor dalam
proses penggulungan sensor. Pada ketinggian 0-120
cm terdapat nilai resistansi sensor antara 1.3k ohm hingga 1.5k ohm ini menunjukkan
dalam proses penggulangan sensor prototipe II jarak antar sensor lebih rapi jika
dibandingkan dengan sensor prototipe I.
Gambar 36. Model Resistansi Sensor Prototipe II
Pada sensor prototipe II selain menggunakan
perekat lem
juga menggunakan
cat namun
dalam pengelupasan cat dengan menggunakan
kertas gosok pada permukaan sensor
menyebabkan lapisan Chrome lapisan pemadu terkelupas dan terjadi korosi pada
kawat tersebut. Akibat dari korosi tersebut nilai
resistasi pada sensor menjadi 14.29 k Ohm dengan masing-masing sensor 7.25 k Ohm
dan 7.04 k Ohm dan panjang pipa 102 cm.
Gambar 37. Hasil Uji Coba Sensor Prototipe II setelah Korosi
Dari hasil uji coba nilai resistansi yang dihasilkan tidak sesuai dengan nilai
resistansi sensor, namun terdapat perubahan nilai
resistansi pengukuran
disetiap perubahan ketinggian muka air. Semakin
tinggi permukaan air, nilai resistansinya semakin rendah. Terdapat kesulitan dalam
pembuatan sensor
prototipe II,
yaitu seringnya terjadi short pada sensor sehingga
nilai resistansi hasil pengukuran tidak sesuai dengan perubahan TMA.
Uji Coba Sensor II
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000 16000
R Ohm T
MA
Uji Coba R sensor
19
4.5.3 Sensor Prototipe III