Ekuivalensi Kesepadanan Jenis Kohesi Leksikal dalam

54 kohesi leksikal hiponim digunakanuntuk menyatakan makna spesifik dan makna generik.

4.2.6 Ekuivalensi Kesepadanan

Ekuivalensi adalah kesepadanan antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lain dalam sebuah paradigma. Hubungan kesepadanan ditunjukkan oleh kata hasil proses afiksasi dari morfem asal yang sama. Berikut ini contoh dan analisis wacana yang mengandung ekuivalensi. 34 Tengah wengi aku nglilir. Saka ora kuwatku ngempet, bojoku takgugah, takjarwani. Bareng krungu bojoku melu sumlengeren. Maune ya mbantah, dianggep omongane juraganku kuwi mung dhapur guyon. Ngguyoni. Ya kaya pangiraku maune. Nanging pungkasane ora. Ya kaya aku saiki: percaya. BMW8 ‘Tengah malam aku bangun. Aku tidak kuat menyembunyikan, lalu aku membangunkan istriku dan menceritakan semua. Setelah mendengar istriku malah gelisah. Awalnya tidak percaya, dia menganggap juraganku hanya guyonan. Seperti perasaanku dulu. Tetapi tidak akhirnya. Ya seperti aku sekarang: percaya.’ 35 Aku ora mbantah. Arep mbantah ya percumah. Bojoku genah ora bakal percaya yen sajane aku ya wis kipa-kipa emoh nggawa BMW, wong nyatane tetep takgawa. BMW16 ‘Saya tidak membantah. Mau membantah juga percuma. Istriku pasti tidak percaya sebenarnya aku sudah tidak mau membawa BMW, tetapi akhirnya juga tetap ku bawa.’ 36 Nanging aku mung meneng wae. Malak kala-kala nganthuki utawa mesem yen sakirane rembuge patut diesemi. Aku eling kandhane Burhan ya sing mapanake aku ing dhaerah iki. Jarene, Waris kuwi preman tanggung. Tegese preman temenan ya durung, nanging sing dilakoni akeh sithik penggaotane preman. Upamane njejaluk kanthi peksan, majegi toko-toko, yen kepepet maling ya ora nyirik. FT40 ‘Tetapi aku hanya diam saja. Malah hanya mengangguk atau tersenyum jika perkataannya perlu dikasih senyum. Aku ingat kata Burhan orang mengajak aku tinggal di daerah ini. Katanya, Waris itu adalah preman tanggung. Artinya belum preman sungguhan, tetapi yang dilakukan banyak sedikit adalah pekerjaan preman. Seperti meminta paksa, meminta pajak di took-toko, jika terpaksa juga mencuri.’ 55 Pada contoh 34 tersebut terdapat ekuivalensi yang tampak paradigma guyon pada kalimat keempat yang terjadi dari bentukan guyu + sufik-an dan ngguyoni pada kalimat kelima yang terjadi dari bentukan perfiks ng- + guyu + sufiks-i. Pada contoh 35 ekuivalensi juga terlihat pada paradigma nggawa yang terjadi dari bentukan prefiks ng- + gawa dan takgawa yang terjadi dari bentukan morfen tak + gawa. Pada contoh 36 terdapat ekuivalensi pada kalimat kedua yang tampak pada paradigma mesem yang terjadi dari bentukan perfiks m- + esem dan diesemi yang terjadi dari bentukan prefiks di- + esem + sufiks-i. Pada kalimat keenam terdapat kata ngenggoni yang terjadi dari bentukan prefiks ng- + anggo + sufiks-i yang berarti ‘menempati’. Jadi, ekuivalensi pada beberapa contoh wacana di atas dilakukan untuk memperoleh makna yang sangat berdekatan dari kata yang mengandung ekuivalensi itu sendiri sehingga terjalin kepaduan makna.

4.3 Jenis Koherensi Antarkalimat dalam