Koherensi Penambahan Jenis Koherensi Antarkalimat dalam

56 koherensi penekanan, 5 koherensi sebab-akibat, 6 koherensi waku, 7 koherensi syarat, 8 koherensi cara, 9 koherensi kegunaan, 10 koherensi penjelasan, dan 11 koherensi penyimpulan. Di bawah ini akan dipaparkan lebih lanjut koherensi dari kesebelas jenis koherensi antarkalimat yang terdapat dalan cerkak “Panggung Sandiwara” karangan Daniel Tito.

4.3.1 Koherensi Penambahan

Koherensi penambahan adalah koherensi yang terbentuk karena adanya kalimat yang menyatakan hal, peristiwa, atau kejadian lain di luar dari yang telh dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Dengan kata lain, apa yang dinyatakan pada suatu kalimat merupakan penambahan terhadap apa yang dinyatakan pada kalimat sebelumya. Untuk lebih jelas perhatikan contoh di bawah ini. 37 Rikala semono Pak Him ngendika karo gumujeng. “Pancen klambi mono mawa ukuran, Pak Atmo. Kudu pas. Kegedhen ora penak. Semono uga yen keciliken. BMW21 ‘Waktu itu Pak Him berbicara dengan tersenyum. “memang baju harus dengan ukuran, Pak Atmo. Harus pas. Kebesaran tidak enak. Begitu juga kalau kekecilan.’ 38 Kasno ora manthuk. Ora ngiyani. Nanging wusanane uga tuwuh pepenginan nyoba kaya sing dikandhakake Giman kuwi. DL31 ‘Kasno tidak mengangguk, tidak mengiyakan. Tetapi juga tetap ingin mencoba seperti yang dikatakan Giman.’ 39 “Ora perlu cilik atimu, Kas. Iki wis wancine kowe ngundhuh wohing prihatinmu sasuwene setaun ing kene. Wis ta lah, pokoke kowe wis lulus pendadaran lan ujian. Dhompet kuwi wenehna Pak Jatmika. Lan bab gaweyanmu mengko, kowe bias omong-omong dhewe karo Pak Jatmika. DL38 ‘Tidak perlu ragu-ragu, Kas. Ini sudah waktunya kamu memetik buah usaha kamu selama satu tahun ini. Sudahlah, kamu sudah lulus ujian. Dompet itu serahkan Pak Jatmiko. Dan masalah pekerjaanmu nanti, kamu bisa merundingkan dengan Pak Jatmiko.’ 57 Pada contoh 37 digunakan penanda koherensi penambahan semono uga ‘demikian juga’ yang terletak pada kalimat keempat. Pada contoh ini, apa yang dinyatakan pada kalimat keempat merupakan penambahan pada apa yang dinyatakan pada kalimat sebelumya. Pada contoh 38 digunakan penanda koherensi penambahan uga ‘juga’ yang terdapat dalam kalimat ketiga. Pada kalimat kalimat pertama dan kedua menceritakan Kasno tidak mengangguk dan tidak pula mengiyakan. Kemudian disusul kalimat ketiga yang menceritakan tentang Kasno ingin mencoba apa yang dikatakan oleh Giman sebagai penambah pada kalimat pertama dan kedua. Penanda koherensi penambahan juga dapat dilihat dari kata hubung lan ‘dan’. Pada contoh 39 digunakan penanda koherensi penambahan lan ‘dan’ yang terletak pada kalimat kelima. Pada contoh ini, apa yang dinyatakan pada kalimat kelima ditambahkan pada apa yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya.

4.3.2 Koherensi Perturutan