Kolokasi Sanding Kata Jenis Kohesi Leksikal dalam

51 kata kulon ‘barat’. Etan dan kulon merupakan jenis antonimi mutlak. Pada contoh 27 di atas terdapat antomin kata angel ‘sulit’ dengan gampang ‘mudah’serta antonim antara kata njaba ‘luar’ dan njero ‘dalam’. Contoh 27 menunjukkan jenis antonimi kutub. Pada contoh 28 Nampak juga kata berantonimi mutlak yaitu kata suwarga ‘surga’ dengan kata neraka ‘neraka’. Kedua kata tersebut mempunyai keadaan tempat yang berlawanan. Suwarga dominan dengan tempat yang penuh nikmat, sedangkan neraka merupakan tempat yang penuh dengan penderitaan.

4.2.4 Kolokasi Sanding Kata

Kolokasi adalah asosiasi dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan, yaitu kata-kata yang dipakai dalam satuan domain atau jaringan tertentu. Berikut ini contoh dan analisis kohesi leksikal berupa kolokasi. 29 Sesuk aku kudu nekani panggilan kapindho saka kejaksaan ngenani kasus korupsi puluhan milyard ing bank sing dakpimpin. Saiki posisiku isih dadi terperiksa. Nanging sesuk-sesuk kono ora mokal yen posisiku mesthi wis dadi tersangka, njur terdakwa, pungkasan narapidana. Bu Gin, nyuwun pangapunten… BG29 ‘Besok aku harus mendatangi panggilan kedua dari kejaksaan mengenai kasus korupsi puluhan milyard di Bank yang ku pimpin. Sekarang posisiku masih jadi terperiksa. Tetapi tidak menutup kemungkinan besok-besok posisiku sudah jadi tersangka, lalu terdakwa, akhirnya narapidana. Bu Gin, ku minta maaf….’ 30 “Pancen ya nganeh-anehi, ing atase tengah kutha ngene kok ya ana ledheke. Ledhek Ngerti, ta? Dudu sindhen utawa waranggana,” ujare Waris karo pecuca-pecucu, sajak sirik banget. Aku meneng. Ora nyambungi. FT39 ‘Memang aneh, di tengah kota seperti ini masih ada ledheknya. Ledhek Tahu kan? Bukan sinden atau waranggana,” kata Waris dengan sinis, kelihatan iri. Aku diam. Tidak meneruskan.’ 52 Kata kejaksaan pada penggalan wacana 29 yang terdapat pada kalimat pertama merujuk pada korupsi pada kalimat pertama, terperiksa pada kalimat kedua, dan kata tersangka, terdakwa, narapidana pada kalimat ketiga. Kelimanya digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya dan dapat dikolokasikan. Dengan cara ini, antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain akan membentuk wacana yang padu. Pada contoh 30 kata ledhek pada kalimat kedua merujuk pada kata sindhen dan waranggana pada kalimat ketiga, ketiga kata itu menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dan dapat dikolokasikan. Ketiga kata itu memiliki satu domain yang digunakan secara berdampingan sehingga saling bertautan, dan memiliki asosiasi antara kata yang satu dengan kata yang lain dalam lingkungan yang sama.

4.2.5 Hiponimi Hubungan Atas-Bawah