3. Unsur-unsur Budaya Kristen
Selain Jawa yang memiliki budaya yang kental dan berbeda dengan budaya yang lainnya, Kekristenan juga memiliki unsur-unsur budaya yang melekat pada
jemaat Kristen khususnya jemaat Kristen di Gereja Kristen di Tanah Jawa GITJ. Budaya yang melekat pada orang Kisten misalnya, pujian dalam ibadah, musik
untuk mengiringi ibadah, cara-cara berdoa, bahasa pengantar dalam ibadah, dan masih banyak yang lain.
1 Musik dan Pujian
Selama ibadah berlangsung, sebagian besar gereja menggunakan musik. Gaya musik yang dipakai sangat beragam, jemaat menyanyikan kidung-kidung
tradisonal dengan iringan organ pipa orgel, paduan suara gereja diiringi piano, sebuah band dengan drum, keyboard, dan gitar listrik memimpin lagu-lagu pujian
dan penyembahan kontemporer; musik jazz memainkan kidung-kidung klasik dengan versi baru, para penyanyi solis didukung oleh orkestra lengkap, seorang
pemain gitar akustik sendirian mengiringi jemaat menyanyi, dll Barna, 2005: 103.
2 Tata Cara Berdoa
Kartiko 2007: 59 menyatakan bahwa doa seringkali dipahami hanya sebagai permohonan, harapan, pelimpahan beban-beban kehidupan kepada Tuhan.
Begitu pentingnya doa, sehingga doa juga merupakan salah satu unsur liturgis dalam acara-acara ritual keagamaan. Dengan demikian, peran doa tidak dapat
diabaikan begitu saja.
Disinilah sifat hakiki bagi doa Kristiani, yaitu sebuah “jalan masuk” yang baru menuju Bapa, yang dijamin Kristus bagi orang percaya, dan doa dalam
keselarasan dengan kehendak Bapa karena dinaikkan dalam nama Kristus. Kusumawanta 2001 menyatakan bahwa tradisi lanjutan, beberapa gerakan
sebelum doa dianjurkan, seperti misalnya membuat tanda salib, berlutut, atau membungkuk. Kebiasaan melipat tangan, menyatukan tangan di depan dada, atau
mengangkat tanganpun terkadang sering dilakukan untuk meningkatkan konsentrasi ketika berdoa. Ada pula ajaran yang berasal dari alkitab mengenai
berdoa yaitu jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu matius 6:6. Berdoa dalam tempat yang tersembunyi yang dimaksudkan adalah berdoa di dalam hati.
3 Bahasa Pengantar Ibadah
Dalam kegiatan ibadah di Gereja Injili di Tanah Jawa bahasa yang digunakan sebagai bahasa pengantar ibadah adalah bahasa Jawa campuran.
Bahasa Jawa campuran dimaksud adalah bahasa Jawa Kromo, Ngoko, dan bahasa Jawa Kuno. Ibadah dilangsungkan menurut Liturgi atau tata cara beribadah
dengan menggunakan bahasa Jawa baik secara lisan dan tulisan. Bahasa jawa tidak hanya digunakan dalam bahasa lisan tetapi juga dalam bahasa tulis, salah
satunya adalah bahasa kidung dan Alkitab. Contoh kidung yang menggunakan bahasa Jawa yaitu kidung Pasamuwan Kristen Wulandari, 2012:2
“Perlu dipahami bahwa ajaran Kristen dilaksanakan di tengah-tengah masyarakat yang telah berbudaya, mempunyai adat-istiadat dan tradisi serta
kebiasaan yang semuanya merupakan hasil dari budaya manusia. Sedangkan budaya merupakan hasil akal budi manusia yang merupakan karunia dari
Allah disamping iman yang telah diberikan, oleh karena itu manusia tidak bisa terlepas dari tradisi, kebiasaan serta sistem nilai dan gaya hidup dimana
dia dibesarkan. Karena semua itu hasil karya dari akal budi manusia, maka dalam pelaksanaan ajaran, budaya dapat dikembangkan tanpa mengurangi
esensi dari iman. Pelaksanaan adat istiadat, tradisi dan kebisaan yang tidak bertentangan dengan iman dan keselamatan manusia dapat diteruskan,
sedangkan budaya yang tidak sejalan dengan iman, tidak dapat diterima
Kartiko, 2007: 108”.
D. Tata Ibadah atau Liturgi