Tinjauan Pustaka LANDASAN TEORI

commit to user 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi Debu Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara Suspended Particulate Matter SPM dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron. Dalam kasus pencemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung Indoor and Out Door Pollution debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Debu industri yang terdapat di udara dibagi menjadi 2, yaitu : a. Deposit Particulate Matter Deposit particulate matter yaitu partikel debu yang hanya sementara di udara. Partikel ini akan segera mengendap karena daya tarik bumi. b. Suspended Particulate Matter Suspended particulate matter adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap. Pudjiastuti, 2002 0HQXUXW6XPD¶PXU6: 104, debu adalah partikel-partikel zat padat yang ditimbulkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik maupun anorganik Secara fisik commit to user 7 debu atau particulate dikategorikan sebagai pencemar yaitu dust udara aerosol. Debu terdiri dari 2 golongan, yaitu padat dan cair. Debu yang terdiri atas partikel-partikel padat dapat menjadi 3 macam : a. Dust Dust terdiri dari berbagai ukuran mulai dari yang submikroskopik sampai yang besar. Debu yang berbahaya adalah ukuran yang bisa terhirup ke dalam sistem pernafasan, umumnya lebih kecil dari 100 mikron dan bersifat dapat terhirup ke dalam paru-paru b. Fumes Fumes adalah partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena kondensasi dari bentuk gas, biasannya sesudah penguapan benda padat yang dipijarkan dan lain-lain dan biasanya disertai dengan oksidasi kimiawi sehingga terjadi zat-zat seperti logam Cadmium dan timbal Plumbum. c. Smoke Smoke atau asap adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak sempurna dan berukuran sekitar 0,5 mikron. 2. Sifat-sifat Debu Sifat-sifat debu tidak berflokulasi, kecuali oleh gaya tarikan elektris, tidak berdifusi, dan turun karena tarikan gaya tarik bumi. Debu di atmosfer lingkungan kerja biasanya berasal dari bahan baku atau hasil produksi Depkes RI, 1994. Sifat-sifat debu adalah sebagai berikut : commit to user 8 a. Sifat Pengendapan Yaitu debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi bumi. Debu yang mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari debu yang terdapat di udara. b. Permukaan cenderung selalu basah Permukaan debu yang cenderung selalu basah disebabkan karena permukaannya selalu dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini menjadi penting sebagai upaya pengendalian debu di tempat kerja. c. Sifat Penggumpalan Debu bersifat menggumpal karena permukaan debu yang selalu basah maka debu satu dengan yang lainnya cenderung menempel membentuk gumpalan. Tingkat kelembaban di atas titik saturasi dan adanya turbelensi di udara mempermudah debu membentuk gumpalan. d. Debu Listrik Statik Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang berlawanan dengan demikian partikel dalam larutan debu mempercepat terjadinya penggumpalan. e. Sifat Opsis Opsis adalah partikel yang basahlembab lainnya dapat memancarkan sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap. 3. Jenis debu Menurut macamnya, debu diklasifikasikan atas 3 jenis yaitu : commit to user 9 a. Debu organik adalah debu yang berasal dari makhluk hidup debu kapas, debu daun-daunan, tembakau dan sebagainya. b. Debu metal adalah debu yang di dalamnya terkandung unsur-unsur logam Pb, Hg, Cd, dan Arsen c. Debu mineral ialah debu yang di dalamnya terkandung senyawa kompleks SiO 2 , SiO 3 , dll. Debu memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda, antara lain debu fisik debu tanah, batu, dan mineral, debu kimia debu organik dan anorganik, dan debu biologis virus, bakteri, kista, debu eksplosif atau debu yang mudah terbakar batu bara, Pb, debu radioaktif uranium, plutonium, debu inert debu yang tidak bereaksi kimia dengan zat lain. Menurut sifatnya, debu diklasifikasikan menjadi : a. Inert dust Golongan debu inert tidak menyebabkan kerusakan atau reaksi fibrosis pada paru efeknya sangat sedikit atau tidak sama sekali pada penghirupan normal. Reaksi jaringan pada paru terhadap jenis debu ini adalah susunan nafas alat tetap utuh, tidak terbentuk fibrosis di paru, reaksi jaringan potensi dapat pulih kembali, dan tidak merupakan predisposing faktor penyakit TBC. b. Proliferative dust Golongan debu proliferatif di dalam paru akan membentuk fibrosis, fibrosis ini akan membuat pengerasan pada jaringan alveoli sehinnga mengganggu fungsi paru. c. Debu lain commit to user 10 Debu yang tidak termasuk dalam debu inert maupun debu ganas, yaitu keluhan debu yang tidak ditahan dalam paru, namun dapat menimbulkan efek iritasi yaitu debu bersifat asam atau basa kuat. Efek keracunan secara umum misalnya debu arsen, lead, sedangkan efek alergia khususnya debu golongan organik. 4. Konsentrasi dan Ukuran Debu Konsentrasi debu dalam udara semakin tinggi konsentrasi kemungkinan mendapatkan keracunan semakin besar. Ukuran partikel debu besar akan ditangkap oleh daluran nafas bagian atas. Untuk menghitung konsentrasi debu ini dipakai alat pengukur debu Electro precipitation yaitu yang mempergunakan aliran listrik dan Dust Midget Impinger yang mempergunakan tenaga hisapan udara. 5. Faktor yang menentukan besarnya gangguan kesehatan Lingkungan debu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenikmatan kerja. Fakta yang menentukan besarnya gangguan kesehatan antara lain : a. Kadar debu di udara : makin pekat kadar debu, makin cepat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenikmatan. b. Ukuran diameter debu : debu yang berdiameter kecil akan dapat masuk jauh ke dalam alveoli sementara yang besar akan tertahan di cilia dari saluran nafas atas. c. Sifat debu : berdasarkan sifat debu dalam memberikan gangguan kesehatan, maka ada debu yang digolongkan mempunyai sifat inert, fibrogenesis, dan karsinogenik. commit to user 11 d. Reaktifitas debu : debu organik kurang reaktif namun dapat menyebabkan reaksi alergik. Debu anorganik lebih reaktif namun dapat menyebabkan reaksi iritasi. e. Cuaca kerja : lingkungan kerja yang panas dan kering, mendorong timbulnya debu, dan debu yang terbentuk dalam keadaan demikian akan menjadi lebih reaktif. f. Lama waktu pemaparan : debu menimbulkan kelainan dalam paru dalam jangka waktu yang cukup lama. g. Kepekaan individu : bentuk kepekaan seseorang sangat berbeda satu dengan yang lain. Kepekaan disini tidak hanya dalam bidang imonologis namun juga dalam bidang psikologis dan iritasi. 6. Efek Debu Terhadap Fungsi Pernafasan Partikel debu melayang Suspended Particulated Matter adalah suatu kumpulan senyawa dan bentuk padatan maupun cair yang tersebar di udara dengan diameter yang sangat kecil, kurang dari 1 mikron sampai maksimal 500 mikron. Ukuran partikel debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai 10 mikron. Partikel debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang- layang dan dapat masuk melalui saluran pernafasan. Dengan menarik nafas, udara yang mengandung debu masuk ke dalam paru-paru. Jalur yang ditempuh hidung, pharinx, tracea, bronchus, bronchioli dan alveoli. Apa yang terjadi dengan debu ini sangat tergantung dari pada besarnya ukuran debu. commit to user 12 Debu yang berukuran antara 5 ± 10 mikron bila terhisap akan tertahan dan tertimbun pada saluran nafas bagian atas; debu yang berukuran antara 3 ± 5 mikron tertahan dan tertimbun pada saluran nafas tengah. Partikel debu dengan ukuran 1 ± 3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling berbahaya karena tertahan dan tertimbun mulai dari bronkhiolus terminalis sampai alveoli. Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap di alveoli, debu yang ukurannya antara 0,1 ± 0,5 mikron berdifusi dengan gerak Brown keluar masuk alveoli; bila membentur alveoli ia dapat tertimbun disitu. Bila debu masuk ke dalam alveoli, jaringan mengeras, yang disebut fibrosis. Meskipun batas debu respirabel adalah 5 mikron, tetapi debu dengan ukuran 5 ± 10 mikron dengan kadar berbeda dapat masuk ke dalam alveoli. Debu yang berukuran lebih dari 5 mikron akan dikeluarkan semuanya bila jumlahnya kurang dari 10 partikel per milimeter kubik udara. Bila jumlahnya 1.000 partikel per milimeter kubik udara, maka 10 dari jumlah itu akan ditimbun dalam paru WHO, 1993. Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran pernafasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target organ sebagai berikut : 1. Partikel diameter 5,0 mikron terkumpul di hidung dan tenggorokan., ini dapat menimbulkan efek berupa iritasi yang ditandai dengan gejala faringitis. 2. Partikel diameter 0,5 ± 5,0 mikron terkumpul di paru ± paru hingga alveoli, ini dapat menimbulkan efek berupa bronchitis, alergi, atau asma. commit to user 13 3. Partikel diameter 0,5 mikron terkumpul di alveoli dan dapat terabsorbsi ke dalam darah. Gambar 1 : Pengaruh Partikel Debu Terhadap Manusia Sumber : Depkes RI Ditjen PPM dan PL, Dampak Pemanfaatan Batubara Terhadap Kesehatan. 2001 7. Diagnosa Pneumoconioses Pneumoconioses adalah segolongan penyakit yang disebabkan oleh penimbunan debu-debu dalam paru. Cara menegakkan diagnosa untuk penyakit akibat kerja harus pula dipergunakan disini. Harus ada riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya dan menyebabkan pneumoconioses , misalnya pernah atau sedang bekerja di pertambangan, di pabrik keramik, dan lain-lain. Gejala klinis berbeda-beda tergantung dari derajat banyaknya debu yang ditimbun dalam paru-paru; sudah tentu makin besar bagian paru-paru yang terkena, makin hebaylah gejala-gejalanya, walaupun hal itu tidak selalu benar. commit to user 14 Gejala-gejalanya antara lain batuk-batuk kering, sesak nafas, kelelahan umum, susut berat badan, banyak dahak dan lain-lain. Gambaran Ro paru-paru menunjukkan kelainan-kelainan dalam paru-paru, baik noduler, ataupun lain-lainnya. Pemeriksaan tempat kerja harus menunjukkan adanya debu yang diduga menjadi sebab penyakit pneumoconioses itu. Bila pemeriksaan akan diteruskan dengan biopsi paru-paru maka paru-paru harus menunjukkan kadar zat penyebab yang lebih tinggi dari pada kadar yang biasa. Diagnosa pneumoconioses adalah sukar, sebab sesungguhnya tak seorangpun manusia yang tidak menimbun debu-debu dalam paru-parunya. Lebih-lebih kehidupan dikota atau ditempat kerja yang sangat berdebu itu. Makin tua umur berarti makin banyak pulalah debu ditimbun dalam paru-paru sebagai hasilpenghirupan debu sehari-hari. Lebih-lebih pneumoconioses tingkat permulaan sanga W VXNDU GLSDVWLNDQ GLDJQRVDQ\D6XPD¶PXU 128 Macam-macam Pneumoconioses yang mungkin ada ditambang: a. Silicoses adalah penyakit golongan Pneumoconioses akibat debu silica bebas SiO 2 b. Anthracoses adalah penyakit golongan Pneumoconioses akibat debu batubara. c. Asbestoses adalah penyakit golongan Pneumoconioses akibat debu asbes. d. Stannoses adalah penyakit golongan Pneumoconises akibat debu timah putih. commit to user 15 8. Pengendalian Debu Pengendalian debu di lingkungan kerja dapat dilakukan terhadap 3 hal yaitu pencegahan terhadap sumbernya, media pengantar transmisi dan terhadap manusia yang terkena dampak. a. Substitusi yaitu mengganti bahan yang memiliki bahaya dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak berbahaya sama sekali. b. Ventilasi umum yaitu mengalirkan udara ke ruang kerja agar kadar debu yang ada dalam ruangan kerja menjadi lebih rendah dari kadar nilai ambang batas NAB. Memakai metode basah yaitu, penyiraman lantai dan pengeboran basah Wet Drilling. Dengan alat berupa Scrubber, Elektropresipitator, dan Ventilasi Umum. c. Isolasi yaitu menutup proses, bahan atau alat kerja yang merupakan sumber debu agar tidak tersebar ke ruangan lain. d. Memodifikasi proses yaitu mengubah proses atau cara kerja sedemikian rupa agar hamburan debu yang dihasilkan berkurang seperti melengkapi water sprayer pada sumber. e. Mengadakan pemantauan terhadap lingkungan kerja yaitu pemantauan terhadap lingkungan kerja agar dapat diketahui apakah kadar debu yang dihasilkan sudah melampaui nilai ambang batas atau baku mutu yang diperkenankan. f. Alat pelindung diri yaitu upaya perlindungan terhadap karyawan agar terlindungi dari resiko bahaya yang dihadapi. Misalnya masker, sarung tangan, kaca mata dan pakaian pelindung. commit to user 16 g. Penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja secara intensif agar karyawan tetap waspada dalam melaksanakan pekerjaannya. 9. Pencegahan dan Pengobatan Tindakan pencegahan merupakan tindakan yang paling penting pada penatalaksanaan penyakit paru akibat debu industri. Berbagai tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit atau mengurangi laju penyakit. Perlu diketahui apakah pada suatu industri atau tempat kerja ada zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan pernafasan. Kadar debu pada tempat kerja diturunkan serendah mungkin dengan memperbaiki teknik pengolahan bahan, misalnya pemakaian air untuk mengurangi debu yang beterbangan. Bila kadar debu tetap tinggi pekerja diharuskan memaki alat pelindung diri. Bila seseorang telah menderita penyakit, memindahkan ketempat yang tidak terpapar mungkin dapat mengurangi laju penyakit. Perokok hendaklah berhenti merokok terutama bila bekerja pada tempat-tempat yang mempunyai risiko terjadi penyakit bronkitis industri dan kanker paru, karena asap rokok cepat meninggikan risiko timbulnya penyakit. Penderita yang atopik idealnya dianjurkan menghindari tempat yang jelas tepat mencetuskan serangan asma, seperti produksi sutra, deterjen, dan pekerjaan yang mempunyai paparan garam platinum. Industri dan tempat kerja yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan serangan asma hendaklah tidak menerima pegawai yang atopik. Pekerja yang menderita asma kerja hendaklah dihindari dan paparan zat di tempat kerja. Tidak ada pengobatan commit to user 17 spesifik dan efektif pada penyakit paru yang disebabkan oleh debu industri. Penyakit biasanya memberikan gejala bila kelainan telah lanjut. Pada silikosis dan asbestosis bila diagnosis telah ditegakkan penyakit dapat terus berlanjut menjadi fibrosis masif meskipun paparan dihilangkan Irga, 2009. 10. Nilai Ambang Batas NAB Untuk Debu 6XPD¶PXU 6: 106 menyatakan Nilai Ambang Batas NAB adalah kadar yang pekerja sanggup menghadapinya dengan tidak menunjukkan penyakit atau kelainan dalam pekerjaan mereka sehari-hari untuk waktu 8 jam sehari dan 40 jam seminggunya. Debu-debu yang hanya mengganggu kenikmatan kerja nuisance dust adalah debu-debu yang tidak berakibat fibrosis kepada paru-paru, melainkan berefek sangat sedikit atau tidak sama sekali pada penghirupan normal. Dahulu debu-debu demikian disebut debu inert lamban, tetapi ternyata tidak ada debu yang sama sekali tanpa reaksi seluler, sehingga istilah inert tidak dipakai lagi. Reaksi jaringan paru-paru terhadap penghirupan debu yang demikian adalah : a. Susunan saluran udara tetap utuh. b. Tidak berbentuk jaringan parut. c. Reaksi jaringan potensil dapat pulih kembali. Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara di lingkungan kerja perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran udara dengan penetapan nilai ambang batas yaitu menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Lingkungan Kerja yaitu sebesar 3 mgm 3 , dengan Surat Edaran No.SE.01MEN1997, bahwa NAB kadar debu di udara commit to user 18 tidak boleh melebihi 3,0 mgm³. NAB dari debu-debu yang hanya mengganggu kenikmatan kerja adalah 10 mgm³ atau 30 dalam juta partikel perkaki kubik 30 jppkk. Menurut PP 41-1996 tentang Baku Mutu Udara Ambien NAB debu total untuk waktu pemaparan selama 24 jam adalah 230 µgm 3 . NAB batubara menurut Menteri Tenaga Kerja No. 51MEN1999 tentang NAB Faktor Fisik di Tempat Kerja adalah 2 mgm 3 .

B. Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru pada Pekerja Bengkel Las di Kelurahan Cirendeu, Tahun 2014

3 31 145

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PADA PERTAMBANGAN BATUBARA DI PT. MARUNDA GRAHAMINERAL, JOB SITE LAUNG TUHUP KALIMANTAN TENGAH

0 10 91

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PADA PERTAMBANGAN BATUBARA DI PT. MARUNDA GRAHAMINERAL, JOB SITE LAUNG TUHUP KALIMANTAN TENGAH

2 27 96

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN DEBU PADI DENGAN KAPASITAS FUNGSI PARU TENAGA KERJA DI PENGGILINGAN PADI ANGGRAINI, SRAGEN, JAWA TENGAH

3 22 74

PENERAPAN RISK MANAGEMENT DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA DI AREA COAL CRUSHING PLANT (CCP) PT. MARUNDA GRAHAMINERAL LAUNG TUHUP SITE KALIMANTAN TENGAH

1 8 80

PENGARUH PAPARAN DEBU KAPAS TERHADAP KAPASITAS FUNGSI PARU PEKERJA DI PERUSAHAAN KASUR KAPUK X SUKOHARJO

5 18 73

HUBUNGAN PAPARAN DEBU KAPUR DENGAN PENURUNAN FUNGSI PARU PADA TENAGA KERJA PT. PUTRI INDAH Hubungan Paparan Debu Kapur Dengan Penurunan Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja Pt. Putri Indah Pertiwi, Desa Pule,Gedong, Pracimantoro, Wonogiri.

0 1 15

PENGARUH PEMAPARAN DEBU KAPAS TERHADAP KAPASITAS FUNGSI PARU KARYAWAN BAGIAN PROSES TENUN DAN WINDING DI PT ISKANDAR INDAH Pengaruh Pemaparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Karyawan Bagian Proses Tenun Dan Winding Di PT Iskandar Indah Prin

0 0 22

Adi Harmanto R0208060

2 2 65

SKRIPSI PENGARUH PAPARAN DEBU BATUBARA TERHADAP STATUS FAAL PARU PEKERJA DI PT X SURABAYA

0 4 124