PENGARUH PAPARAN DEBU KAPAS TERHADAP KAPASITAS FUNGSI PARU PEKERJA DI PERUSAHAAN KASUR KAPUK X SUKOHARJO
commit to user
1
PENGARUH PAPARAN DEBU KAPAS TERHADAP KAPASITAS FUNGSI PARU PEKERJA DI PERUSAHAAN KASUR KAPUK X
SUKOHARJO
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Diploma IV
Untuk mencapai gelar Sarjana Saint Terapan
Oleh:
Wiwin Isma Indah
NIM. R0207059
PROGRAM DIPLOMA IV KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
(2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(3)
commit to user PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustakaan.
Surakarta, Juli 2011
Wiwin Isma Indah NIM. R0207059
(4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ABSTRAK
Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja Di Perusahaan Kasur Kapuk X
Sukoharjo
Wiwin Isma Indah1, Lusi Ismayenti 2, Agus Widiyatmo 3.
Tujuan : Untuk mengetahui Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas
Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling sehingga populasi yang menjadi subjek penelitian adalah berjumlah 30 orang. Pengambilan data kapasitas fungsi paru dengan menggunakan alat
Spirometer jenis Autospiro AS-300 untuk mengetahui karakteristik kapasitas
fungsi paru dari responden. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik chi square dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0.
Hasil : Hasil analisis dengan uji chi square pada Uji Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja Di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo bahwa nilai p sebesar 0,031 atau kurang dari 0,05 (p < 0,05).
Simpulan : Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa ada Pengaruh Paparan Debu
Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo .
Kata Kunci : Debu Kapas, Kapasitas Fungsi Paru
1. Fakultas Kedokteran Progam Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Pendidikan Kedokteran Keluarga Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro.
(5)
commit to user ABSTRACT
Effect of Exposure to Cotton Dust Capacity Against Lung Function Workers In Caton Mattress Company X
Sukoharjo
Wiwin Isma Indah1, Lusi Ismayenti 2, Agus Widiyatmo 3.
Objectives: To determine the influence of Exposure to Cotton Dust Capacity Against Workers Lung Function in Company X Sukoharjo Mattress Cotton.
Methods: This study used observational analytical method with cross sectional approach. Sampling technique used was purposive sampling so that the population from which research subjects are numbered 30 people. Data retrieval capacity of lung function using a spirometer type Autospiro AS-300 to investigate the characteristics of lung function capacity of respondents. Processing techniques and data analysis performed by chi-square statistical test using the computer program SPSS version 16.0.
Research : The results of the analysis with the chi square test on the Test Effects Of Exposure to Cotton Dust Capacity Workers Lung Function In Kapok Mattress Company X Sukoharjo that the p-value of 0.031 or less than 0.05 (p <0.05).
Conclusion: From these results indicate that there is influence of Exposure to Cotton Dust Capacity Against Workers Lung Function in Company X Sukoharjo Mattress Cotton.
Keywords: Cotton Dust, Pulmonary Function Capacity
1. Faculty of Medicine, Safety and Occupational Health Program, University of Surakarta Eleven March.
2. Family Medicine Postgraduate Education, University of Surakarta Eleven March.
3. Faculty of Public Health, Diponegoro University.
(6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user KATA PENGANTAR
(7)
commit to user
7. Bapak Sumadi selaku pemilik perusahaan yang telah memberikan izin dan semua tenaga kerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo yang telah membantu dalam penelitian ini.
8. Bapak dan Ibunda tercinta yang telah berkorban begitu banyak, baik materiil maupun spiritual. Terimakasih atas dorongan dan doa restunya, maaf bila anakmu ini belum bisa di banggakan.
9. Adik dan kakakku Nina, mas Hendrik (terimakasih doa kalian teruslah berusaha menjadi yang terbaik), terimakasih buat mas Anton, semangatku untuk selalu menjadi lebih baik dan yang selalu memberikan support serta doa, yang membuat setiap hal menjadi lebih berharga (sukses dan selalu menjadi yang terbaik ya thayank). Dan Anakku Gita yang cantik yang selama ini telah memberikan spirit serta semangat dalam mengerjakan penelitian ini. 10.Semua pihak yang telah membantu baik moril maupun material, yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu sehingga terselasaikannya Skripsi ini. Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi civitas akademika Program D.IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, untuk menambah wawasan ilmu di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
Surakarta, Juli 2011
Wiwin Isma Indah
(8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka... 9
B. Kerangka Pemikiran ... 31
C. Hipotesis ... 32
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33
C. Populasi ... 33
D. Teknik Sampling ... 34
E. Sampel Penelitian ... 34
F. Identifikasi Variabel ... 35
G. Definisi Operasional Variabel ... 36
H. desain Penelitian ... 38
(9)
commit to user
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan ... 47
B. Karakteristik Responden ... 49
C. Paparan Debu ... 50
D. Kapasitas Fungsi Paru ... 51
E. Analisa Data Paparan Debu dan Kapasitas Fungsi Paru ... 53
BAB V. PEMBAHASAN A. Analisis Univariat ... 55
B. Analisis Bivariat ... 58
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN
(10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user DAFTAR TABEL
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Umur Responden ... 49
Tabel 5 Distribusi Masa Kerja Responden ... 50
Tabel 6 Data Pengukuran Kadar Debu ... 51
Tabel 7 Data Pengukuran Kapasitas Fungsi Paru ... 52
(11)
commit to user DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pemikiran ... 31 Gambar 2 Desain Penelitian ... 38 Gambar 3 Spirometri dan Personal Dust Sampler ... 70
(12)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan industri di indonesia telah berkembang sejak tahun 1970-an. Kemajuan dan perkembangan industri tekstil telah mempunyai dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya adalah untuk pemenuhan kebutuhan sandang di indonesia serta membuka lapangan pekerjaan. Sedangkan dampak negatifnya adalah pengaruh dampak lingkungan bagi pekerja itu sendiri ataupun penduduk disekitarnya (Windarto, 2004)
Pada era globalisasi ini, Indonesia ditantang untuk memasuki perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor industri akan bertambah sejalan dengan pertambahan industri. Dengan pertambahan tersebut, maka konsekuensi permasalahan industri juga semakin kompleks, termasuk masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pada tiga dasawarsa yang lalu, penyakit paru masih didominasi oleh penyakit infeksi, khususnya tuberkulosis, pneumoni, bronkiektasis, empiema, abses paru dan lain-lain. Namun perkembangan yang sangat pesat disegala sektor saat ini telah mengubah pola penyakit yang ada. Berbagai faktor yang berperan terhadap pola penyakit pernafasan tersebut antara lain: perkembangan sektor industri yang bertanggung jawab terhadap terjadi polusi
(13)
commit to user
udara, meningkatnya produksi rokok, urbanisasi, dan krisis ekonomi. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya frekuensi penyakit pernafasan yang tidak ada kaitannya dengan infeksi, antara lain : asma, bronkitis kronis, penyakit akibat pencemaran lingkungan, penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), kanker paru dan lain-lain (Irwanashari, 2009).
Perubahan yang cepat dalam masyarakat indonesia sebagai konsekuensi perkembangan ekonomi, menyebabkan perubahan orientasi kesehatan dari infeksi ke golongan penyakit denegeratif. Salah satu penyakit non-infeksi yang tergolong penyakit denegeratif yang merupakan masalah masa kini dan diperkirakan terlebih lagi dimasa depan, adalah penyakit akibat atau berhubungan dengan pernapasan. Penyakit paru akibat kerja adalah semua kelainan/penyakit paru yang disebabkan oleh pekerjaan dan atau lingkungan kerja (Anies, 2005).
Penyakit paru dapat berupa peradangan, penimbunan debu, fibrosis, tumor, dan lain sebagainya. Saluran pernapasan merupakan salah satu bagian yang paling mudah terpapar oleh bahan-bahan yang merugikan yang terdapat di lingkungan. Bahan-bahan tersebut salah satunya yang menimbulkan pneumokoniosis, yaitu segolongan penyakit yang disebabkan oleh penimbunan debu-debu dalam paru-paru. Tergantung dari jenis debu yang ditimbun (Suma
(14)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pada umumnya hanya bersifat simtomatis yaitu mengurangi gejala dan keluhan penderita.
Debu kapas yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan kelainan fungsi atau kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang dapat berpengaruh terhadap produktifitas dan kualitas kerja. Debu campuran mengakibatkan penyakit paru pada tenaga kerja yang disebut dengan penyakit paru akibat kerja oleh karena disebabkan oleh pekerjaan atau faktor lingkungan kerja. Penyakit demikian sering disebut juga penyakit buatan manusia, oleh karena timbulnya disebabkan oleh adanya pekerjaan (Irwanashari, 2009).
Debu yang sering terhirup oleh tenaga kerja salah satunya adalah debu kapas. Debu kapas yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan kelainan fungsi atau kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang dapat berpengaruh terhadap produktifitas dan kualitas kerja. Debu campuran mengakibatkan penyakit paru pada tenaga kerja yang disebut dengan penyakit paru akibat kerja oleh karena disebabkan oleh pekerjaan atau faktor lingkungan kerja. Penyakit demikian sering disebut juga penyakit buatan manusia, oleh karena timbulnya disebabkan oleh adanya pekerjaan (Irwanashari, 2009).
Berbagai faktor berpengaruh terhadaap timbulnya penyakit atau gangguan pada saluran pernafasan akibat debu. Faktor itu antara lain adalah faktor debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan 3
(15)
commit to user
sifat kimiawi dan lama paparan. Faktor individual meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran pernafasan (Wardhana, 2001).
Kondisi kualitas udara lingkungan kerja itu merupakan faktor lingkungan kerja yang dapat ikut berperan dalam hal kesehatan kerja. Pada pemintalan kapas, paparan debu dapat menimbulkan berbagai penyakit akibat kerja yaitu gangguan fungsi paru dan kecacatan. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh (Mukono, 2000) bahwa tempat penyarapan utama bagi toksikan adalah saluran pernafasan, paru ataupun iritasi mata dimana absorbsi toksikan di paru biasanya berupa gas dan partikel .
Faktor pencemar lain pada industri yakni debu kapas akan mempengaruhi derajat kesehatan tenaga kerja. Pada lingkungan industri kasur kapuk sering dijumpai penyakit byssinosis. Penyakit ini adalah penyakit yang disebabkan oleh penimbunan kapas pada paru. Gejala klinis penyakit
byssinosis ini berbeda-beda, tergantung dari jumlah timbunan debu pada kapas,
secara teoritis jika seseorang terpapar debu kapas dalam waktu yang lama akan terganggu kesehatanya. Salah satu parameter untuk mengetahui keadaan kesehatan para pekerja yang berhubungan dengan proses pernapasan adalah kapasitas paru. Dalam melakukan proses produksi, kadar debu kapas total yang dihasilkan tidak boleh lebih dari Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu 0,2 mg/m3 serat yang respirabel menurut SNI 19-0232-2005 tentang Nilai Ambang Batas zat kimia di udara tempat kerja ( Novan, 2009).
Berdasarkan peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Sufya Akun sari (2010) tentang Hubungan Paparan Debu Kapas Terhadap Penurunan
(16)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kapasitas Fungsi Paru Tenaga Kerja di Unit Spinning PT. Dan Liris Sukoharjo. Berdasarkan analisis data, didapatkan besarnya probabilitas sebesar 0,768 mg/m3 yang telah melebihi Nilai Ambang Batas dan didapatkan hasil p hitung sebesar 0,009 yang artinya ada Hubungan yang cukup kuat antara variabel. Selain penelitian tersebut ada penelitian yang lain yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu oleh Sigit Fajar Suryanto (2009), tentang Hubungan Paparan Debu Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja Di Perusahaan Jamu Sabdo Palon Kecamatan Nguter Sukoharjo, didapatkan hasil p hitung sebesar 0,022 yang artinya p hitung signifikan karena <0,05, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan antara debu kapas terhadap kapasitas fungsi paru. Selain itu berdasarkan penelitian dari arief susanto (1996), tentang Hubungan Lama Terpapar Debu Padi Dengan Penurunan Fungsi Paru (Volume Ekspirasi Paksa Dan Kapasitas Vital) Pada Pekerja Penggilingan Padi Di Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo, berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil dari uji statistik r = -0.4180 dimana terdapat korelasi negatif (berbanding terbalik), yang mempunyai arti semakin lama pekerja terpapar debu padi semakin menurun fungsi parunya (% FEV-1/FVC) dengan pengaruh yang relatif kecil.
Dari survei awal yang dilakukan peneliti terhadap tenaga kerja, terdapat beberapa pekerja yang mengalami berat di dada pada hari-hari tertentu misalnya hari senin atau hampir setiap hari akibat terpajan debu secara terus menerus, Pekerja juga mengalami keluhan kaku leher dan punggung, otot-otot kepala dan leher menjadi tegang yang menyebabkan sakit kepala, 5
(17)
commit to user
susah tidur, sehingga saat bekerja mengakibatkan penurunan konsentrasi, ketidaknyamanan dalam bekerja, kesalahan saat melakukan pengisian kapuk, pekerjaan yang berulang-ulang mengakibatkan pekerja terpajan debu kapas setiap hari, hal tersebut dapat mengakibatkan gangguan pernafasan, pekerja juga mengalami rangsangan-rangsangan atau reaksi alergi dari pekerja terhadap debu kapas di tempat kerja. Dilihat dari gejala yang muncul, hal tersebut merupakan ciri-ciri dari debu kapas, yang akhirnya dapat berpengaruh terhadap gangguan paru pekerja.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti melakukan penelitian mengenai Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.
B. Perumusan Masalah
Adakah Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menilai kadar debu lingkungan unit Pengisian Kasur Kapuk Perusahaan Kasur X Sukoharjo.
(18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Untuk menilai keadaan fungsi paru dari tenaga kerja wanita unit Pengisian Kasur di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.
D.Manfaat Penelitian. a. Teoritis
Diharapkan sebagai pembuktian bahwa paparan debu kapas dapat mempengaruhi kapasitas fungsi paru pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.
b. Aplikatif
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah wacana kepustakaan keilmuan tentang teori-teori pengaruh paparan debu kapas dan gangguan fungsi paru tenaga kerja khususnya tentang Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Tenaga Kerja di Bagian Pengisian Kasur Kapuk X Sukoharjo.
2. Bagi Peneliti
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Tenaga Kerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.
3. Bagi Program D.IV Kesehatan Kerja
Menambah referensi, data dan informasi di kepustakaan Program D.IV Kesehatan Kerja khususnya Pengaruh Paparan 7
(19)
commit to user
Debu kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.
4. Bagi Perusahaan kasur Kapuk X Sukoharjo,
a. Menambah pengetahuan dan pengertian Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi perusahaan itu sendiri untuk mengambil tindakan pengendalian, langkah kebijakan dalam menunjang pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja dan perusahaan dapat melakukan pencegahan untuk timbulnya penyakit atau mengurangi perkembangan penyakit-penyakit yang telah terjadi, sehingga dapat meningkatkan efisiensi kerja, produktifitas kerja dan derajat kesehatan tenaga kerja secara optimal.
(20)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Debu Kapas
a. Pengertian Debu
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate
Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron.
Dalam Kasus Pencemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung
(Indoor and Out Door Pollution) debu sering dijadikan salah satu
indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (Pujiastuti, 2002).
b. Pengertian debu Kapas
Debu kapas termasuk debu organik yang mengandung unsur karbon yang bersifat sebagai fibrosis pada paru, selain itu debu kapas tergolong sebagai suspended particulate matter yaitu debu yang berada di udara dan tidak mudah mengendap. Debu kapas yang mengakibatkan penyakit byssinosis adalah penyakit paru akibat kerja yang penyebabnya penghirupan debu kapas, vias, henep, atau sisal. Melihat luas dan besar kemungkinan penghirupan aneka debu penyebab bissinosis tersebut debu kapas terutama menempati posisi
(21)
commit to user
terpenting mengingat banyaknya pabrik yang beroperasi dengan jumlah pekerja yang cukup banyak. Masa inkubasi rata-rata terpendek adalah 5 tahun (Suma
(22)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Dampak Debu Kapas Terhadap Kesehatan
Bahan yang dapat merusak struktur anatomis dan atau mengubah fungsi organ tubuh dapat berasal dari bahan baku, hasil produksi, produksi sampingan atau limbah. Hal tersebut dapat digolongkan menjadi tiga yaitu debu organik contohnya debu kapas, debu inorganik contohnya debu di pertambangan dan di industri logam, dan gas iritan contohnya farmasi (Soetedjo, 2008).
Salah satu penyakit khusus yang ditimbulkan akibat paparan debu kapas dalam industri kapuk adalah Byssinosis. Byssinosis
adalah penyakit yang tergolong kepada pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu kapas yang biasa diderita oleh pekerja-pekerja yang bekerja pada industri kapuk. Masuknya debu kapas dalam udara pernapasan terutama yang berukuran kecil akan mengakibatkan alveoli tertutupi oleh timbunan debu kapas tersebut.
Menurut berat ringanya penyakit, Byssinosis digolongkan ke dalam beberapa kelompok yaitu :
(23)
commit to user
Tabel 1. Tabel Kategori Tingkat Byssinosis
No Tingkatan Indikasi
1 Tingkat 0 Tidak ada gejala
2 Tingkat ½ Kadang-kadang berat di dada (chest
tightness) dan pendek nafas
(shortness of breath) pada hari
Senin atau rangsangan pada alat-alat pernafasan pada hari-hari Senin (hari pertama bekerja sesudah tidak bekerja sesudah tidak bekerja 2 hari).
3 Tingkat 1 Berat dada atau pendek nafas pada hari-hari Senin hampir pada setiap minggu.
4 Tingkat 2 Berat dada atau sesak napas pada hari-hari senin atau hari-hari lainya pada setiap minggu.
5 Tingkat 3 Byssinosis cacat paru.
(24)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Saluran pernapasan
a. Anatomi saluran Pernapasan
Dengan bernapas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Pernapasan adalah proses ganda yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam jaringan atau pernapasan dalam dan yang terjadi di dalam paru-paru bernama pernapasan luar. Organ-organ saluran pernapasan manusia antara lain (Pearce, 2006).
1) Hidung
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum
nasalis)Rongga hidung berlapis selaput lendir, didalamnya terdapat
kalenjar minyak (kalenjar sabasea) dan kalenjar keringat (kalenjar
sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang
masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu , terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara, juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.
2) Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan ke dasar
tengkorak sampai persambungan dengan oesophagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Faring dibagi ke dalam tiga 13
(25)
commit to user
bagian, nasofaring yang terletak dibagian belakang mulut, dan laring/faring yang terletak dibagian belakang laring.
3) Laring
Merupakan lanjutan bagian bawah orafaring dan bagian atas trakea. Disebalah atas laring, terletak tulang hyoid dan akar lidah. Laring dilapisi oleh jenis selaput lendir yang sama dengan
trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi
epithelium berlapis.
4) Trakea
Trakea atau batang tenggorok kira-kira 9 sentimeter
panjangnya. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas
ephitelium bersilia dan sel cangkir. Jurusan silia ini bergerak keatas
dan kearah laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainya yang turut masuk bersama dengan saluran napas dan dapat dikeluarkan, silia berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
5) Bronkus
Dua bronkus utama dimulai pada trakea yang bercabang dua setiap cabang tersebut masuk ke dalam setiap paru. Bronkus
utama sebelah kiri lebih sempit, lebih panjang dan lebih horizontal daripada bronkus sebelah kanan jantung terletak agak kiri dari garis tengah, setiap bronkus dibagi kedalam cabang-cabang, satu cabang
(26)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
untuk setiap segmen bronkopulmoner dan kemudian di bagi lagi menjadi bronkus yang lebih kecil dalam paru-paru.
6) Paru-paru
Paru-paru ada dua merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah. Besarnya dan strukur lainya yang terletak di dalam mediastinum.
b. Fisiologi saluran Pernapasan
1) Mekanisme Pernapasan
Mekanisme pernapasan di bagi menjadi dua yaitu: a) Kerja Inspirasi
Kerja Inspirasi atau menarik napas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikal. Penaikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan oleh kontraksi otot interkostalis, meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari belakang kedepan. Paru-paru yang bersifat elastik mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu dan udara ditarik masuk kedalam saluran udara. Otot Interkostal externa diberi peran sebagai otot tambahan, hanya bila Inspirasi menjadi gerak sadar (Pearce, 2006).
(27)
commit to user
b) Kerja Ekspirasi
Pada Ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru kempes kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru itu. Gerakan ini adalah proses pasif.
Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak dan alae nasi (cuping atau sayap hidung) dapat kembang-kempis (Pearce, 2006).
2) Volume dan Kapasitas Paru a) Volume Paru
Volume paru yang mengembang pada manusia saat bernapas normal dibagi menjadi empat yaitu:
(1) Volume alun napas (tidal) adalah volume udara yang diinspirasi/diekspirasi setiap kali bernapas normal besarnya kira-kira 500 milimeter pada rata-rata orang dewasa muda.
(2) Volume cadangan inspirasi adalah volume udara yang dapat diinspirasi setelah dan diatas volume alun napas normal dan biasanya mencapai 3000 milimeter.
(3) Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara ekstra yang dapat diekspirasi oleh ekspirasi kuat pada akhir
(28)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ekspirasi alun napas normal, jmlah normalnya sekitar 1100 milimeter.
(4) Volume residu adalah udara yang masih tetap berada pada paru setelah ekspirasi paling kuat, volume ini besarnya kira-kira 1200 milimeter.
b) Kapasitas Fungsi Paru
Kapasitas fungsi paru merupakan kombinasi atau penyatuan dua atau lebih volume paru. Kapasitas fungsi paru dapat diuraikan sebagai berikut :
(1) Kapasitas inspirasi sama dengan volume alur napas ditambah volume cadangan inspirasi, ini adalah jumlah udara kira-kira 3500 milimeter yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekspirasi normal dan engembangan paru sampai jumlah maksimal.
(2) Kapasitas residu fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume residu, ini adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal kira-kira 2300 milimeter.
(3) Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi, ini adalah jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru,setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian 17
(29)
commit to user
mengeluarkan sebanyak-banyaknya kira-kira 4600 milimeter.
(4) Kapasitas paru total adalah volume maksimal dimana paru dapat dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa kira-kira 5800 milimeter jumlah ini sama dengan kapasitas vital ditambah volume residu.
(Guyton and Hall, 2008).
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kapasitas vital adalah
(30)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan, 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-paru, pada penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru) dan pada kelemahan otot pernapasan (Pearce, 2006)
1) Pengukuran Kapasitas Fungsi Paru
Tes fungsi paru telah berkembang dalam dekade terakhir dari spirometer sederhana sampai tes fisiologi yang canggih. Spirometer sederhana biasanya memberikan informasi yang cukup, sejumlah spirometer komputer mampu mengukur dengan tepat selama 1 menit. Spirometer sendiri tidak mungkin membuat diagnostik spesifik,alat ini dapat menentukan adanya gangguan
obstruktif dan restriktif dan dapat memberi perkiraan
dengan kelainan. Pada gangguan obstruktif, spirometer memperlihatkan penurunan kecepatan aliran ekspirasi dan kapasitas vital normal. Pada penyakit paru restiktif , spirometer biasanya memperlihatkan penurunan kapasitas vital dan kecepatan aliran yang normal (Guyton dan Hall, 2008).
(31)
commit to user
2) Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Fungsi Paru a) Umur
Usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur. Semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi kapasitas fungsi paru (Suyono, 2001).
a. Masa dewasa dini : 20-40 tahun
b. Masa dewasa madya : 40-60 tahun b) Jenis Kelamin
Jenis kelamin akan mempengaruhi kapasitas parunya, karena secara anatomi sudah berbeda. Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20-50 % lebih kecil daripada pria. Pengukuran kapasitas fungsi paru pada tenaga kerja laki-laki dan wanita yang menunjukkan nilai FVC (Forced Volume
Capacity) rata-rata tenaga kerja laki-laki adalah 4,7 liter dan
wanita 3,5 liter.Pengukuran dengan parameter FEV1 (Forced
Expiratory Volume One) menunjukkan nilai FEV1 rata-rata
tenaga kerja laki-laki adalah 3,7 liter dan wanita 2,8 liter. (Mustajbegovic, 2003).
c) Masa Kerja
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja (pada suatu kantor, badan dan sebagainya), Masa kerja adalah lamanya seorang tenaga kerja bekerja dalam (tahun) dalam satu
(32)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lingkungan perusahaan, dihitung mulai saat bekerja sampai penelitian berlangsung (Solech, 2001).
Gangguan kronis terjadi akibat pajanan debu ditempat kerja yang cukup tinggi dan untuk jangka waktu yang lama yang biasanya adalah tahunan. Tidak jarang gejala gangguan fungsi paru nampak setelah lebih dari 10 tahun terpajan (Depkes RI, 2003).
Masa kerja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu :
(33)
commit to user
bekerja, setelah bekerja di tempat yang baru atau setelah digunakan bahan baru di tempat kerja. Riwayat pekerjaan dapat menggambarkan apakah pekerja pernah terpapar dengan pekerjaan berdebu, hobi, pekerjaan pertama, pekerjaan pada musim-musim tertentu dan lain-lain (Ikhsan, 2002).
e) Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok adalah kegiatan dalam menghisap rokok lebih dari dua batang perhari, akan mempercepat penurunan faal paru. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran pernafasan dan jaringan paru. Pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok (Depkes RI, 2003).
f) Riwayat Penyakit Paru
Riwayat penyakit meliputi antara lain awal-mula timbul gejala atau tanda sakit, gejala atau tanda sakit dini penyakit, perkembangan penyakit, dan terutama penting hubungan antara gejala serta tanda sakit paru dengan pekerjaan atau lingkungan kerja (Suma
(34)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dapat menurunkan sistem imunitas dan antibodi sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, diare, dan juga berkurangnya kemampuan tubuh untuk melakukan detoksikasi
terhadap benda asing seperti debu organik yang masuk dalam tubuh (Almatsier, 2002). Di indonesia Indeks Masa Tubuh (IMT) merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Rumus IMT sebagai berikut :
IMT = BB
(TB)2
Keterangan : BB = Berat Badan (Kg) TB = Tinggi Badan (m)
Tabel 2.Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori Keterangan IMT
Kurus Kekurangan BB tkt Berat <17,0 Kekurangan BB tkt Ringan 17,0-18,5
Normal - >18,5-25,0
Gemuk Kelebihan BB tkt Ringan >25,0-27,0 Kelebihan BB tkt Berat >27,0 Sumber : Widya Karya,2004
(35)
commit to user
h) Kebiasaan Olahraga
Kapasitas paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang menjalankan olahraga. Berolahraga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru sehingga banyak menyebabkan semua kapiler paru mendapatkan perfusi maksimum. Hal ini menyebabkan oksigen dapat berdifusi kedalam kapiler paru dengan volume yang lebih besar atau maksimum. Olahraga mempunyai sepuluh unsur pokok kesegaran jasmani salah satu unsur tersebut adalah fungsi pernapasan. Olahraga sebaiknya dilakukan minimal tiga kali seminggu (Guyton dan Hall, 2008).
i) Penggunaan APD (Masker)
APD adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008).
Alat pelindung pernafasan (Respiratory Protection), APD jenis ini digunakan untuk melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu atau yang bersifat rangsangan, secara umum jenis APD yang banyak digunakan di perusahaan-perusahaan antara lain adalah masker (Tarwaka, 2008).
(36)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Gangguan Fungsi Paru
Adalah gangguan atau penyakit yang dialami oleh paru-paru yang disebabkan oleh berbagai sebab misalnya virus, bakteri, debu maupun partikel yang lainya. Penyakit pernapasan yang diklasifikasikan karena uji spirometri ada dua macam yaitu penyakit yang mnyebabkan gangguan ventilasi obstruktif dan penyakit yang menyebabkan ventilasi restriktif (Guyton dan Hall,1997) adapun gangguan fungsi paru ada tiga yaitu:
a) Penyakit paru-paru Obstruktif
Penurunan kapasitas paru yang diakibatkan oleh penimbunan debu sehingga menyebabkan penurunan dan penyumbatan saluran napas.
b) Penyakit pernapasan Restriktif
Penyempitan saluran paru yang diakibatkan oleh bahan yang bersifat alergi seperti debu, spora, jamur, yang mengganggu saluran pernapasan dan kerusakan jaringan paru-paru.
c) Penyakit Pernapasan Mixed
Kombinasi dari penyakit pernapasan obstruktif dan restriktif. Tabel 3 : Kriteria volume paru dengan jenis kelainan :
% FEV1
R N
70 %
M O
80 % % FVC
(Sumber: Ikhsan, 2002)
(37)
commit to user
Dari hasil perhitungan % FVC dan % FEV1, maka kriteria
volume paru dengan jenis kelainan adalah sebagai berikut : 1) N : Normal, tidak ada kelainan dalam paru-paru. Jika % FVC
(38)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Beberapa mekanisme dapat dikemukakan sebagai sebab hinggap dan tertimbunnya debu dalam paru. Salah satu mekanisme itu adalah inertia atau kelembanan dari partikel-partikel debu yang bergerak yaitu pada waktu udara membelok ketika melalui jalan pernafasan yang tak lurus, maka partikel debu yang bermasa cukup besar tak dapat membelok mengikuti aliran udara melainkan terus lurus dan akhirnya menumbuk selaput lendir dan hinggap di sana (Suma
(39)
commit to user
mudah larut dan berukuran kecil maka partikel akan memasuki dinding alveoli, lalu ke saluran limfa atau masuk ruang peribronchial. Kemungkinan lain adalah ditelan sel phagocyt yang mungkin masuk saluran limfa dan keluar dari tempat itu ke bronchioli oleh cilia dikeluarkan ke atas (Suma
(40)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Emfisema paru kronik
Merupakan kelainan paru dengan patofisiologi berupa infeksi kronik, kelebihan mucus dan edema pada epitel bronchiolus yang mengakibatkan terjadinya obstruktif dan dekstruktif paru yang kompleks sebagai akibat mengkonsumsi rokok.
2) Pneumonia
Pneumonia ini mengakibatkan dua kelainan utama paru, (kedua efek ini mengakibatkan menurunnya kapasitas paru) yaitu : a).Penurunan luas permukaan membran napas,
b).Menurunnya rasio ventilasi perfusi. 3) Atelektasi
Atelaktasi berarti avleoli paru mengempis atau kolaps. Akibatnya terjadi penyumbatan pada alveoli sehingga aliran darah meningkat dan terjadi penekanan dan pelipatan pembuluh darah sehingga volume paru berkurang.
4) Asma
Pada penderita asma akan terjadi penurunan kecepatan ekspirasi dan volume inspirasi.
5) Tuberkulosis
Pada penderita tuberkulosis stadium lanjut banyak timbul daerah fibrosis di seluruh paru, dan mengurangi jumlah paru fungsional sehingga mengurangi kapasitas paru.
(41)
commit to user
6) Alvelitis yang disebabkan oleh faktor luar sebagai akibat dari penghirupan debu organik menurut Ikhsan (2002). Beberapa penyakit pada jalan pernapasan antara lain adalah : asma, bronkitis akut, bronkitis kronik, karsinoma bronkogenik dan bisinosis (Ikhsan, 2002).
(42)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
E. Kerangka Pemikiran
Paparan debu
Penurunan Kapasitas Fungsi Paru Debu masuk ke
dalam sistem pernafasan Partikel mengendap dengan mekanisme sedimentasi Partikel mengendap dengan mekanisme inertia Partikel mengendap dengan gerakan Brown
Faktor internal :
1. Umur
2. Jenis Kelamin 3. Kondisi
Kesehatan 4. Kebiasaan Merokok
5. Riwayat Penyakit Paru
6. Status Gizi 7. Kebiasaan
Olahraga
Faktor external :
1. Penggunaan Alat Pelindung Diri. 2. Masa Kerja
3. Riwayat Pekerjaan 31
(43)
commit to user B. Hipotesis
Ada Pengaruh Paparan Debu Kapas Terhadap Kapasitas Fungsi Paru Pekerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.
(44)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah observasional analitik yaitu penelitian yang menjelaskan adanya pengaruh antara variabel-variabel, melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya ( Suryabrata, 1989).
Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional. Karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan dilakukan pada situasi yang sama.(Notoatmojo, 2005).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo, pada bulan Januari- Juni 2011 di bagian Pengisian Kasur dan di bagian Pengepakan Kasur.
C. Populasi
Subjek penelitian adalah tenaga kerja di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo, dengan klasifikasi subjek sebagai berikut:
(45)
commit to user
a. Subjek Inklusi adalah alasan mengapa peneliti memilih subjek tersebut. Subjek inklusi pada penelitian ini antara lain; semua tenaga kerja di bagian pengisian kasur (wanita), usia 20-40 tahun, masa kerja lebih dari 5 tahun, bersedia menjadi sampel penelitian.
b. Subjek Eksklusi adalah alasan mengapa peneliti tidak memilih subjek. Subjek eksklusi dalam penelitian ini antara lain; tenaga kerja sakit, lama
kerja lebih dari 8 jam sehari, tenaga kerja tidak bersedia menjadi subjek penelitian.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan menggunakan purposive sampling.
Purposive sampling berarti pemilihan sekelompok subjek dengan jumlah yang
telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi.( Notoatmojo, 2005).
E. Sampel Penelitian
Populasi adalah kumpulan lengkap dari seluruh subyek, individu atau elemen lainya yang secara implisit akan dipelajari dalam sebuah penelitian (Murti, 2010). Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama, baik kodrat maupun pengkhususan (Hadi, 2004).
Berdasarkan hasil survey penelitian ini jumlah populasi sebanyak 45 pekerja dari bagian pengisian kasur, pengepakan dan gudang.
(46)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dengan purposive sampling didapatkan jumlah sampel sebanyak 30 pekerja , yang terdiri dari 15 orang yang bekerja dengan debu yang berada diatas NAB dan 15 pekerja dengan dibawah NAB. Karena menurut rule of thumb tiap variabel menggunakan 15-20 orang ( Murti, 2010).
F. Identifikasi Variabel
a. Variabel Bebas
Variabel bebas yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau perubahan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah paparan debu kapas.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah gangguan paru.
c. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu yaitu variabel yang mempengaruhi hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua yaitu:
a) Variabel pengganggu terkendali : umur, jenis kelamin, masa kerja, kebiasaan merokok.
b) Variabel pengganggu tidak terkendali : kondisi kesehatan, status gizi, kebiasaan olahraga, penggunaan alat pelindung diri, riwayat pekerjaan, riwayat penyakit paru.
(47)
commit to user
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Untuk lebih memudahkan pengertian dalam penelitian, maka penulis memberikan batasan sebagai berikut :
a. Variabel Bebas : Paparan Debu Kapas
Definisi : Konsentrasi partikel debu yang dihirup pekerja saat bekerja di bagian pengisian kasur kapuk. Alat Ukur : Personal Dust Sampler (PDS)
Satuan : mg/m3
Hasil : > NAB (0,2 mg/m3) tempat di Pengisian Kasur
(48)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Skala pengukurannya adalah rasio. d. Jenis Kelamin
(49)
commit to user
H. Desain Penelitian.
Keterangan:
X1 : Subyek yang parunya normal atau tidak terganggu (terpapar debu di atas NAB).
X2 : Subyek yang tidak mengalami gangguan paru atau terganggu (terpapar debu di atas NAB).
X3 : Subyek yang parunya normal atau tidak terganggu (terpapar debu di bawah NAB).
X4 : Subyek yang tidak mengalami gangguan paru atau terganggu (terpapar paru di bawah NAB).
Subjek
Purposive Sampling
Terpapar debu kapas melebihi NAB
Terpapar debu kapas di bawah NAB
Paru normal
(X1) gangguan paru Mengalami (X2)
Mengalami gangguan paru
(X4) Paru normal
(X3)
Chi Square
(50)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I. Tahap Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data penelitian meliputi tahap-tahap : 1. Tahap Persiapan
a. Observasi atau survei awal lapangan untuk melihat kondisi lingkungan kerja, proses produksi,dan pekerja secara langsung.
b. Mempersiapkan data responden. c. Mempersiapkan peralatan
d. Melakukan pengukuran kadar debu organikdi lingkungan tempat kerja dengan menggunakan Personal Dust Sampler (PDS) dan lamanya pengukuran adalah 1 jam.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memeriksa sampel penelitian dengan wawancara langsung dipandu dengan data responden meliputi : nama, umur, jenis kelamin, masa kerja, lama kerja perhari, riwayat pekerjaan dan kesehatan, keluhan yang berhubungan dengan sistem pernapasan, dan pola hidup.
b. Melakukan pengukuran kapasitas paru pekerja dengan Spirometer jenis
Autospiro AS-300.
3. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian data meliputi pengolahan data dengan menganalisa hasil dan menyusun laporan penelitian.
(51)
commit to user
J. Instrumen Penelitian.
Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :
a. Personal Dust Sampler (PDS)
Personal Dust Sampler adalah alat untuk mengukur banyaknya
partikel debu secara personal yang berada di tempat kerja.
Merk : Sibata Constan Flow Mini Pump MP-2CFN Code 8086-20. Filter : PVC dengan pori filter 0,8 µm.
b. Spirometer,
Yaitu alat untuk mengukur kapasitas fungsi paru. c. Timbangan Analitik
Timabangan analitik adalah alat yang digunakan untuk menimbang filter kosong dan filter terisi yang akan dan telah dipasang di HVS.
d. Exicator
Exicator adalah alat yang digunakan untuk menyimpan filter kosong
selama 24 jam sebelum digunakan dalam pengukuran kadar debu dengan menggunakan HVS agar filter benar-benar kering.
e. Timbangan Injak
Digunakan untuk mengukur berat badan pekerja.
f. Microtoise
Digunakan untuk mengukur tinggi badan pekerja. g. Data Responden
(52)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berisi daftar pertanyaan tentang karakteristik sampel yang akan diambil.
K. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pengukuran Kadar Debu Personal
a. Alat : Personal Dust Sampler (PDS).
b. Bahan : Kertas vilter, pinset,exicator timbangan analitik c. Cara Kerja PDS :
(53)
commit to user
3) Exicator dibuka, tempatkan filter pada posisinya, simpan selama 24
jam.
4) Filter diambil kemudian ditimbang dengan timbangan analitik sebagai filter kosong.
5) Masukkan filter pada holder. 2. Pengukuran Kapasitas Fungsi Paru
Sebelum pengukuran, responden terlebih dahulu diberi pengarahan maksud dan tujuan pengukuran dengan jelas, responden mencoba bernapas dan menghembuskan udara ke dalam spirometer.
a. Alat : Spirometer jenis Autospiro AS-300 b. Bahan : Mouthpiece
c. Cara Kerja :
1) Sampel dalam posisi berdiri dan pengukuran longgar. 2) Tahap persiapan,
(a) Menghidupkan alat dan biarkan alat beradaptasi ± 10 menit. (b) Menekan tombol ID
(c) Memasukkan data responden: ID, umur, tinggi badan, jenis kelamin.
3) Pengukuran VC
(a) Pasang mothpiece kemulut dengan posisi bibir rapat pada
mouthpiece.
(b) Melakukan pernapasan melalui alat (pernapasan melalui mulut).
(54)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
(c) Tekan tombol VC, tekan strat.
(d) Responden mengambil napas sedalam-dalamnya dan kemudian membuang napas sampai habis secara perlahan, kemudian bernapas biasa kembali.
(e) Tekan tombol stop untuk mengakhiri pemeriksaan. (f) Tekan tombol display dan catat data EVC, VC, %VC. 4) Pengukuran FVC
(a) Pasang mothpiece kemulut dengan posisi bibir rapat dengan
mouthpiece.
(b) Melakukan pernapasan melalui alat (pernapasan melalui mulut).
(c) Tekan tombol FVC, tekan start.
(d) Responden mengambil napas sedalam-dalamnya dan kemudian membuang napas sampai habis secara cepat dan dihentakkan, kemudian bernapas biasa kembali.
(e) Tekan tombol stop untuk mengakhiri pemeriksaan. (f) Tekan tombol display dan catat FVC, FEV1, %FVC.
(55)
commit to user
3. Pengukuran Status Gizi
Pengukuran gizi terhadap pekerja industri melalui IMT, yang dilihat dari berat badan dan tinggi badan.
a. Pengukuran berat badan dengan timbangan injak dalam satuan kg dan ketelitian penimbangan 0,01 kg. Responden berdiri tegak, tenang, tidak bergerak-gerak, barang bawaan disimpan sementara dan tidak boleh memakai alas kaki.
b. Pengukuran tinggi badan dengan mikrotoa atau microtoise dalam satuan centimeter dengan ketelitian 0,1 cm.
4. Wawancara dengan menggunakan data responden
Pengisian data responden dilaksanakan dengan metode wawancara secara langsung oleh peneliti kepada responden, lembaran data responden diisi oleh peneliti.
L. Teknik Pengolahan dan Analisa Data.
Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Data yang sudah terkumpul tidak berarti apa-apa bila tidak diolah, oleh karena itu perlu analisis data. Yang dimaksud metode analisis data adalah cara mengolah data yang telah terkumpul untuk dapat disimpulkan. Setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data.
(56)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
a. Editing
Dilakukan setelah mendapatkan data yang dikumpulkan dengan tujuan untuk mengoreksi data bila terjadi kesalahan atau kekurangan data dapat diteliti.
b. Koding
Pemberian kode pada data sehingga memudahkan pengelompokan. c. Entry
Memasukkan data yang telah dilakukan koding kedalam program SPSS versi 16.0.
d. Tabulasi
Mengelompokkan data sesuai dengan variabel. Data diolah dan dianalisis dengan teknik analisis kuantitatif. Untuk pengolahan data kuantitatif dapat dilakukan dengan manual atau melalui proses komputerisasi.
Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tenik sebagai berikut :
1. Uji Univariat
Dilakukan pada masing-masing variabel yaitu mendiskripsikan tentang hasil pengukuran tekanan panas dan kelelahan kerja yang disajikan dalam bentuk data. Analisis yang digunakan meliputi analisis prosentase.
2. Uji Bivariat
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat dilakukan dengan Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Chi Square dengan menggunakan
(57)
commit to user
program komputer SPSS versi 16.0. dalam penelitian ini ditetapkan tingkat signifikan 95% yaitu :
(58)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo adalah salah satu Perusahaan Kasur Kapuk yang terbesar di wilayah Sukoharjo yang mempunyai andil yang besar dalam menyerap tenaga kerja baik wanita maupun laki-laki di wilayah Sukoharjo. Di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo terdapat banyak tenaga kerja wanita maupun laki-laki umumnya wanita bekerja pada bagian pengisian atau bagian penjahitan kasur kapuk, tenaga kerja laki-laki umumnya bekerja pada bagian pembuatan kapuk atau bagian mesin. Perusahaan kasur kapuk X memproduksi kasur kapuk dalam bentuk kasur lipatan atau sering disebut di mayarakat dengan sebutan kasur palembangan, tetapi di perusahaan kasur kapuk X tidak hanya memproduksi kasur jenis lipatan saja (kasur palembangan) tetapi perusahaan ini juga memproduksi bantal, guling dan jenis kasur lainya yang terbuat dari kapas atau kapuk.
Proses produksi di perusahaan ini menggunakan dua cara yaitu pembuatan kasur kapuk menggunakan bantuan mesin, dan pembuatan kasur kapuk secara manual tanpa bantuan mesin. Jumlah tenaga kerja di perusahaan ini adalah 45 orang, yang terdiri dari 30 wanita yang bekerja di bagian pengisian, di bagian mesin 12 laki-laki , di bagian administrasi
(59)
commit to user
terdapat 1 laki-laki dan 2 wanita, dan yang lain adalah pegawai tidak tetap yang berjumlah 2 orang. Yang bekerja selama 6 hari yaitu senin sampai sabtu.
Dengan lama bekerja dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00, tetapi ada juga kerja lembur sampai pukul 21.00, umumnya yang dapat waktu kerja lembur adalah tenaga kerja yang bekerja di bagian mesin dengan waktu istirahat setengah jam bagi yang tidak lembur dan 1 jam bagi yang lembur. Waktu kerja di perusahaan kasur kapuk Dian Sri yaitu dari pukul 08.00 pagi sampai pukul 16.00 sore tetapi ada juga yang lembur, lembur biasa dilakukan apabila ada pesanan kasur kapuk yang banyak. Waktu kerja tergantung pemesanan kasur kapuk dari pemesan. Pekerja tersebut bertugas melakukan pengisian kasur kapuk dengan menggunakan peralatan yang sudah disediakan oleh perusahaan sesuai dengan target yang sudah ditentukan, yaitu minimal 5 kasur per hari yang harus dihasilkan oleh setiap tenaga kerja. Jadi perhari di bagian pengisian memproduksi sekitar 90 kasur kapuk atau sesuai dengan pemesanan. Debu kapas disini berasal dari proses pengisian kasur menjadi kasur yang siap jual.
Proses pertama kali dilakukan dengan cara memilih kapuk yang akan diisikan kemudian dari hasil pemilihan tersebut bahan kapu yang sudah layak akan dimasukkan ke kain kasur yang sudah dissiapkan sehingga pada waktu proses pengisian tersebut tenaga kerja yang bekerja di unit ini terpapar akan debu. Dari paparan debu yang berlangsung cukup lama akan berakibat masuknya debu dalam pernafasan pekerja sehingga hal tersebut dapat mengakibatkan adanya penurunan kapasitas fungsi paru pekerja.
(60)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
B. Karakteristik Responden.
1. Umur
Distribusi responden berdasarkan umur pada perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo tahun 2011 dapat digambarkan pada tabel berikut. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Umur Responden
Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)
23-25 5 16,6
26-30 1 3,3
31-35 4 13,3
36-40 41-55
6 14
20 46,6
Total 30 100.00
Data primer(hasil pengukuran 12-14 April 2011)
Umur responden yang terendah adalah 23 tahun dan yang tertinggi adalah 54 tahun.
2. Jenis Kelamin
Distribusi jenis kelamin responden pada perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo yaitu berjenis kelamin seluruhnya wanita.
(61)
commit to user
3. Masa kerja
Distribusi masa kerja responden pada perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo, dapat dilihat pada tabel 5 berikut :
Tabel 5. Distribusi Masa Kerja
Kriteria Frekuensi Prosentase %
Masa kerja baru (1-5 tahun) 10 33,3
Masa kerja lama (5-7 tahun)
20 66,6
Total 30 100
Berdasarkan tabel 5 diperoleh masa kerja baru sebanyak 33,3 % dan masa kerja lama sebanyak 66,6 %.
4. Kebiasaan merokok
Distribusi kebiasaan merokok responden pada perusahaanKasur Kapuk X Sukoharjo tahun 2011 adalah semua pekerja tidak merokok.
C. Paparan Debu
Pengukuran kadar debu pada responden menggunakan Personal Dust Sampler (PDS) dimulai pukul 07.30
(62)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(63)
commit to user
Tabel 7. Hasil pengukuran kapasitas fungsi paru
No kode Kapasitas Fungsi Paru
≤NAB >NAB
Hasil pengukuran Keterangan Hasil pengukuran keterang
an
%FVC %FEV1 %FVC %FEV1
1. A 38,3 99,3 Tidak Normal
(R)
56,3 100,0 Tidak
normal (R)
2. B 30,0 100,0 Tidak normal
(R)
52,2 100,0 Tidak
normal (R)
3. C 84,8 97,1 Normal 30,6 100,0 Tidak
normal (R)
4. D 83,0 100,0 Normal 53,7 100,0 Tidak
normal (R)
5. E 42,9 100,0 Tidak normal
(R)
57,9 100,0 Tidak
normal (R)
6. F 14,3 100,0 Tidak normal
(R)
85,95 86,7 Normal
7. G 14,3 100,0 Tidak normal
(R)
22,7 100,0 Tidak
normal (R)
8. H 91,55 75,6 Normal 28,2 100,0 Tidak
normal
9. I 86,05 91,45 Normal 34,9 100 Tidak
normal (R)
10 J 83,0 100,0 Normal 55,7 100,0 Tidak
normal (R)
11 K 59,1 94,7 Tidak normal (R)
50,8 100,0 Tidak
normal (R)
12 L 42,8 98,3 Tidak normal (R)
50,2 100,0 Tidak
normal (R)
13 M 88,1 65,7 Tidak normal (O)
45,3 100,0 Tidak
normal (R)
14 N 41,3 97,8 Tidak normal (R)
50,2 100,0 Tidak
normal (R)
15 O 82,9 89,85 Normal 40,1 100,0 Tidak
normal (R)
(64)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari data diatas diketahui bahwa pada pengukuran responden dibawah NAB yang mengalami fungsi paru normal sebanyak 6 pekerja (20%), yang mengalami penurunan fungsi paru sebanyak 9 pekerja (30%). Pada pengukuran responden diatas NAB diperoleh sebanyak 1 pekerja (3,3%) mengalami fungsi paru normal sedangkan 14 pekerja (46,7%) mengalami penurunan fungsi paru.
E. Analisa Data Paparan Debu dan Kapasitas Fungsi Paru
Analisa data paparan debu dan kapasitas fungsi paru dapat dilihat dalam hasil crosstab uji chi square yang menunjukkan hasil yang signifikan yaitu p= 0,031 (p >0,01 tetapi
(65)
commit to user
Dari hasil pengolahan data dengan SPSS versi 16.0 dengan menggunakan uji Chi Square, dengan kategori nominal untuk debu dan nominal untuk kapasitas fungsi paru maka didapatkan nilai p value = 0,031 yang berarti p > 0,01 tetapi
(66)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user BAB V PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan sebaran dan hasil penelitian yang diperoleh secara kuantitatif dengan menggunakan daftar distribusi.
1. Umur
Departemen Kesehatan RI menyebutkan bahwa usia produktif adalah antara 15
(67)
commit to user
2. Jenis Kelamin
Dalam penelitian ini semua tenaga kerja yang menjadi subyek penelitian adalah wanita. Terdapat perbedaan kecil dalam kapasitas fungsi parunya antara laki-laki dan perempuan, perbedaan ini terletak di antara FVC dan FEV1nya, umumnya laki-laki mempunyai nilai FVC dan FEV1nya lebih besar dibandingkan dengan wanita. Menurut Mustajbegovic (2003) Volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita kira-kira 20-50 % lebih kecil daripada pria. Pengukuran kapasitas fungsi paru pada tenaga kerja laki-laki dan wanita yang menunjukkan nilai FVC
(Forced Volume Capacity) rata-rata tenaga kerja laki-laki adalah 4,7 liter
dan wanita 3,5 liter. Pengukuran dengan parameter FEV1 (Forced
Expiratory Volume One) menunjukkan nilai FEV1 rata-rata tenaga kerja
laki-laki adalah 3,7 liter dan wanita 2,8 liter.
Berdasarkan teori tersebut semua responden berjenis kelamin wanita untuk homogenisasi sampel penelitian.
3. Masa Kerja
(68)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
debu ditempat kerja. Tidak jarang gejala gangguan fungsi paru nampak setelah bekerja lebih dari 5 tahun terpajan (Depkes RI, 2003).
Berdasarkan referensi tersebut dapat diketahui bahwa masa kerja subjek penelitian tidak mempengaruhi secara langsung terhadap kapasitas fungsi paru pekerja karena tenaga kerja sudah beradaptasi terhadap debu (aklimatisasi).
4. Paparan Debu
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo maka diperoleh hasil berupa dari 15 reponden yang terpapar debu diatas NAB dan 15 responden yang terpapar debu dibawah NAB dengan kadar debu tertinggi yaitu 5,3 mg/m3 , debu terendah adalah 3,3 mg/m3 dengan rata-rata 4,09 mg/m3 (diatas NAB), dan untuk yang dibawah NAB diperoleh kadar debu tertinggi yaitu 0,14 mg/m3, debu terendah adalah 0,1 mg/m3 dengan rata-rata 0,105 mg/m3. Menurut Suma
(69)
commit to user
5. Kapasitas Fungsi Paru
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden didapatkan hasil dari 15 responden terdapat 1 pekerja yang mengalami fungsi paru normal dan 14 pekerja yang mengalami penurunan fungsi paru yang terdiri dari restriktif semua (>NAB), sedangkan untuk yang dibawah NAB (
(70)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
(71)
commit to user
2. Sigit Fajar Suryanto (2009) mengatakan bahwa paparan debu yang tinggi (bagian produksi) terjadi gangguan fungsi paru, metode yang digunakan adalah chi square.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Pada penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
cross sectional dimana data yang diambil pada waktu yang sesaat dan
bersamaan sehingga hanya menggambarkan keadaan waktu dilaksanakannya penelitian.
2. Penelitian ini perlu penelitian yang lebih lanjut mengenai pengaruh dari faktor-faktor selain pengaruh paparan debu dikarenakan keterbatasan waktu.
(72)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengukuran kadar debu pada 30 responden :terdapat pekerja yang terpapar debu diatas NAB (>0,2mg/m3), dan pekerja yang terpapar debu di bawah NAB (<0,2mg/m3).
2. Dari hasil pengukuran kapasitas fungsi paru dari 30 responden : terdapat 7 (23,3%) responden yang kapasitas fungsi parunya normal dan 23 (76,7 %) responden yang kapasitas fungsi parunya tidak normal , terdiri dari : responden restriktif, dan responden obstruktif .
3. Dari hasil uji statistik dengan uji Chi Square didapat nilai p value 0,031, maka p value < 0,05 (0,031 < 0,05). Sehingga Ha diterima artinya signifikan, yaitu ada pengaruh paparan debu dengan kapasitas fungsi paru pekerja Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.
B. Saran
1. Peningkatan kesadaran pekerja dengan pemakaian alat pelindung diri berupa masker, karena pentingnya masker dalam melakukan pekerjaan dapat memberi pengertian akan bahaya paparan debu terhadap kesehatan.
(73)
commit to user
Hal ini dimaksudkan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan dalam bekerja.
2. Perbaikan ventilasi umum, yaitu dengan mengalirkan udara ke ruang kerja agar kadar debu yang ada dalam ruang kerja menjadi lebih rendah dari kadar NAB.
3. Pemasangan ventilasi keluar setempat (local exhauster) yang diletakkan dibawah yaitu sedekat mungkin dengan sumber emisi yang bertujuan menghisap udara berdebu disuatu tempat kerja agar bahan-bahan yang membahayakan dapat dialirkan keluar tempat kerja.
4. Memakai metode basah yaitu lantai disiram air supaya debu tidak berterbangan di udara.
(1)
commit to user
debu ditempat kerja. Tidak jarang gejala gangguan fungsi paru nampak setelah bekerja lebih dari 5 tahun terpajan (Depkes RI, 2003).
Berdasarkan referensi tersebut dapat diketahui bahwa masa kerja subjek penelitian tidak mempengaruhi secara langsung terhadap kapasitas fungsi paru pekerja karena tenaga kerja sudah beradaptasi terhadap debu (aklimatisasi).
4. Paparan Debu
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo maka diperoleh hasil berupa dari 15 reponden yang terpapar debu diatas NAB dan 15 responden yang terpapar debu dibawah NAB dengan kadar debu tertinggi yaitu 5,3 mg/m3 , debu terendah adalah 3,3 mg/m3 dengan rata-rata 4,09 mg/m3 (diatas NAB), dan untuk yang dibawah NAB diperoleh kadar debu tertinggi yaitu 0,14 mg/m3, debu terendah adalah 0,1 mg/m3 dengan rata-rata 0,105 mg/m3. Menurut Suma
(2)
commit to user 5. Kapasitas Fungsi Paru
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden didapatkan hasil dari 15 responden terdapat 1 pekerja yang mengalami fungsi paru normal dan 14 pekerja yang mengalami penurunan fungsi paru yang terdiri dari restriktif semua (>NAB), sedangkan untuk yang dibawah NAB (
(3)
(4)
commit to user
2. Sigit Fajar Suryanto (2009) mengatakan bahwa paparan debu yang tinggi (bagian produksi) terjadi gangguan fungsi paru, metode yang digunakan adalah chi square.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Pada penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
cross sectional dimana data yang diambil pada waktu yang sesaat dan
bersamaan sehingga hanya menggambarkan keadaan waktu
dilaksanakannya penelitian.
2. Penelitian ini perlu penelitian yang lebih lanjut mengenai pengaruh dari faktor-faktor selain pengaruh paparan debu dikarenakan keterbatasan waktu.
(5)
commit to user
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengukuran kadar debu pada 30 responden :terdapat pekerja yang terpapar debu diatas NAB (>0,2mg/m3), dan pekerja yang terpapar debu di bawah NAB (<0,2mg/m3).
2. Dari hasil pengukuran kapasitas fungsi paru dari 30 responden : terdapat 7 (23,3%) responden yang kapasitas fungsi parunya normal dan 23 (76,7 %) responden yang kapasitas fungsi parunya tidak normal , terdiri dari : responden restriktif, dan responden obstruktif .
3. Dari hasil uji statistik dengan uji Chi Square didapat nilai p value 0,031, maka p value < 0,05 (0,031 < 0,05). Sehingga Ha diterima artinya signifikan, yaitu ada pengaruh paparan debu dengan kapasitas fungsi paru pekerja Perusahaan Kasur Kapuk X Sukoharjo.
B. Saran
1. Peningkatan kesadaran pekerja dengan pemakaian alat pelindung diri berupa masker, karena pentingnya masker dalam melakukan pekerjaan dapat memberi pengertian akan bahaya paparan debu terhadap kesehatan.
(6)
commit to user
Hal ini dimaksudkan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan dalam bekerja.
2. Perbaikan ventilasi umum, yaitu dengan mengalirkan udara ke ruang kerja agar kadar debu yang ada dalam ruang kerja menjadi lebih rendah dari kadar NAB.
3. Pemasangan ventilasi keluar setempat (local exhauster) yang diletakkan dibawah yaitu sedekat mungkin dengan sumber emisi yang bertujuan menghisap udara berdebu disuatu tempat kerja agar bahan-bahan yang membahayakan dapat dialirkan keluar tempat kerja.
4. Memakai metode basah yaitu lantai disiram air supaya debu tidak berterbangan di udara.