Pengujian XRD HASIL DAN PEMBAHASAN

commit to user yang baik terkait terbentuknya fasa nitrida krom krom nitrida. Habisnya kromium karena membentuk nitrida krom akan dapat meningkatkan ketahanan korosi. Berdasarkan hasil pengujian korosi terhadap sampel telah dinitridasi, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tentang pengaruh nitridasi terhadap ketahanan korosi stainless steel AISI 316L telah berhasil dilakukan dengan urea NH 4 kemurnian 45 dengan waktu 11 jam. Hasil nitridasi terbaik lebih tahan korosi diperoleh jika nitridasi dilakukan pada temperatur 525 o C selama 8 jam dapat meningkatkan ketahanan korosi.

4.4 Pengujian XRD

Pengujian XRD hanya dilakukan terhadap sampel dengan hasil nitridasi pada waktu 3 jam dan nitridasi 11 jam. Sebagai pembanding, dilakukan juga terhadap sampel standart korosi dan sampel yang dinitridasi dan korosi selama 11 jam.Pengukuran dilakukan pada sudut 2θ mulai dari 20 o hingga 100 o . Berdasarkan Gambar 4.3, 4.4, dan 4.5 berikut menunjukkan pola difraksi sampel sebelum maupun setelah dinitridasi. Perubahan-perubahan yang terjadi sangat sedikit terkait dengan tinggi dan pelebaran puncak difraksi. Namun bagaimana pun juga tetap tidak mengindikasikan adanya perubahan yang terjadi secara signifikan terkait dengan fasa- fasa nitrida seperti kromium nitrida atau fasa-S yang dipredikasi akan terbentuk. Lapisan nitrida yang terbentuk terlalu tipis sehingga tidak terdeteksi dalam pola difraksi sinar-X XRD. Fasa yang terbentuk sebagian besar adalah austenit fcc. yangmerupakan fasa dari material induk base metal. Fasa austenit adalah kelarutan karbon didalam fase ini relatif kecil dibandingkan dengan kelarutan karbon didalam fase larutan padat lain di dalam baja. Apa bila dilakukan pencocokan pola difraksi dengan komputer Search-Match diperoleh rumus kimia austenit Ni-Cr-Fe Chromium Iron Nickel setelah dicocokkan dengan kartu PDF Powder Diffraction Files nomer 35-1375 dan dicocokkan juga dengan referensi atau penelitian sebelumnya terkait dengan sudut- commit to user sudut 2θ unik maupun bidang-bidang terjadinya difraksi oleh kristal. Bidang-bidang untukaustenit fcc adalah 111, 200, 110 dan 222. Pada Gambar a sampel nitridasi 3 jam pada suhu 525 C hanya muncul satu puncak yang teridentifikasi sebagai milik FeCrNi. Puncak tersebut pada sudut 44,641 o dengan intensitas 100. Gambar b sampel yang dinitridasi pada temperatur 525 o C selama 11 jam terdapat 2 puncak difraksi yang terjadi pada sudut 44,275 o dan 63,712 o dengan intensitas masing-masing 74,4 dan 18,9. Berdasarkan Gambar 4.5 puncak yang muncul pada nitridasi 3 jam hanya terdapat puncak difraksi pada sudut 44,645 o , hal tersebut disebabkan oleh proses nitridasi yang relatif singkat yaitu 3 jam. Jika dilihat dari Gambar b nitridasi 11 jam mempunyai 2 puncak yaitu 44,275 o dan 63,712 o dengan intensitas masing-masing 74,4 dan 18,9. Disini terjadi penambahan puncak pada Gambar b dikarenakan oleh adanya proses termal yang dipengaruhi lamanya waktu pada saat proses nitridasi. Gambar 4.5 Pola difraksi sampel a nitridasi 3 jam, 525 C dan sampel b nitridasi 11 jam, 525 C. 110 220 a b Nitridasi 3 jam Nitridasi 11 jam commit to user Gambar b sampel yang dinitridasi pada temperatur 525 C selama 11 jam terdapat 2 puncak difraksi yang terjadi pada sudut 44,275 o dan 63,712 o dengan intensitas masing-masing sebesar 74,4 dan 18,9. Sedangkan Gambar c sampel nitridasi dan korosi 11 jam pada temperatur nitridasi 525 C dan tenperatur korosi 600 C yang terjadi pada sudut 2θ 44,394 o dan 63,711 o dengan intensitas masing- masing sebesar 14,7 dan 19,4. Disini terjadi penambahan puncak pada sampel nitridasi 11 jam dikarenakan oleh adanya nitrogen yang berdifusi pada FeCrNi yang sudah dinitridasi dan adanya proses termal yang berlangsung. Gambar 4.6 Pola sampel b nitridasi 11 jam, 525 C dan sampel c nitridasi 11 jam, 525 C dan korosi 5 jam, 600 C. Nitridasi korosi 11 jam Nitridasi 11 jam c b 110 220 commit to user Gambar 4.7 Pola difraksi sampel a standart korosi b nitridasi 525 C, 3 jam c nitridasi 525 o C, 11 jam; dan d nitridasi 11 jam, 525 C korosi 600 C, 11 jam. Dari Gambar 4.7 adalah pola difraksi gabungan antara sampel sebelum nitridasi, sampel nitridasi selama 3 jam dengan temperatur 525 o C, samapel nitridasi selama 11 jam dengan temperatur 525 o C, dan sampel yang dinitridasi selama 11 jam dengan temperatur 525 o C dan korosi selama 5 jam dengan temperatur 600 o C. Dari Gambar a sampel standart korosi tersebut muncul 2 puncak milik FeCrNi dengan bidang 110 dan 220 pada sudut 44,645 o dan 64,975 o . Pada sudut 44,645 o memiliki intensitas tinggi karena proses termal pada temperatur 600 o C pada saat dipanaskan menggunakan furnace. Apabila dibandingakan antara Gambar c sampel nitridasi 11 jam dan Gambar d sampel nitridasi 11 jam dengan temperatur 525 o C dan korosi 5 jam dengan temperatur 600 o C, masing-masing gambar memiliki 2 puncak pada sudut 43,582 o dan 50,791 o pada sampel nitridasi 11 jam dengan temperatur 525 o C dan korosi 5 jam dengan temperatur 600 o C memiliki puncak yang intensitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas puncak milik sampel nitridasi 11 jam. Hal ini a b c d 110 220 commit to user dikarenakan adanya proses termal lebih lama yaitu pada saat proses korosi dengan waktu 5 jam pada temperatur 600 o C. Pada Gambar b sampel nitridasi 3 jam pada suhu 525 C hanya muncul satu puncak yang teridentifikasi sebagai milik FeCrNi. Puncak tersebut pada sudut 44,641 o dengan intensitas 100. Gambar c sampel yang dinitridasi pada temperatur 525 o C selama 11 jam terdapat 2 puncak difraksi yang terjadi pada sudut 44,275 o dan 63,712 o dengan intensitas masing-masing 74,4 dan 18,9. Berdasarkan Gambar puncak yang muncul pada nitridasi 3 jam hanya terdapat puncak difraksi pada sudut 44,645 o , hal tersebut disebabkan oleh proses nitridasi yang relatif singkat yaitu 3 jam. Jika dilihat dari Gambar b dan c nitridasi 11 jam mempunyai 2 puncak yaitu 44,275 o dan 63,712 o dengan intensitas masing-masing 74,4 dan 18,9. Disini terjadi penambahan puncak pada Gambar c dikarenakan oleh adanya proses termal yang dipengaruhi lamanya waktu pada saat proses nitridasi.

4.5 Pengujian Korosi