Ainun Ramadhan, 2015 DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG
CIREUNDEU Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia
| \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
Sumber: Sugiyono 2010, hlm. 273 Gambar 3.2 menunjukkan proses triangulasi data yang didasarkan pada
teknik pengambilan data, dengan cara membandingkan data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
3.6.2 Keteralihan TransferabilityValiditas Eksternal
Peneliti disini harus membuat deskripsi yang baik, padat tentang hasil penelitian agar terbaca dan memberikan informasi yang lengkap jelas, sistematis dan
dapat dipercaya. Menurut Nasution dalam Satori dan Komariah, 2009, hlm.165 mengatakan bahwa, bagi penelitian kualitatif, transferabilitas tergantung pada si
pemakai yakni, sampai manakan hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dalam situasi tertentu. Ketika hasil penelitian dibaca oleh pembaca dan
mendapat sebuah gambaran yang jelas dari suatu hasil penelitian, maka hasil penelitian tersebut dapat dikatakan memenuhi standar transferabilitas.
3.6.3 Kebergantungan Dependability Reliabilitas
Reliabilitas Menurut Susan Stainback dalam Satori dan Komariah, 2009, hlm. 166 adalah sebagai berikut:
“reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam penelitian kualitatif akan menemukan kesulitan untuk
merefleksi pada situasi yang sama karena setting sosial senantiasa berubah dan berbeda. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif digunakan kriteria
kebergantungan yaitu bahwa suatu penelitian merupakan refresentasi dari rangkaian kegiatan pencarian data yang dapat ditelusuri jejaknya
”. Peneliti dalam proses ini akan memeriksa keseluruhan proses penelitian dengan
tujuan agar peneliti dapat menunjukkan hasil aktivitas di lapangan dan mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian penelitian di lapangan mulai dari
menentukan masalahfokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.
3.6.4 Kepastian ConfirmabilityObjektivitas
Kepastian atau audit kepastian menurut Satori dan Komariah 2009, hlm.167 yaitu bahwa data yang diperoleh dapat dilacak kebenarannya dan sumber
informannya jelas. Proses konfirmabilitas ini dilakukan dengan cara menguji hasil
Ainun Ramadhan, 2015 DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG
CIREUNDEU Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia
| \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
penelitian dan menghubungkannya dengan proses penelitian yang dilakukan di lapangan, kemudian mengevaluasi hasil penelitian. Dengan cara ini, bisa diketahui
apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan atau tidak, apabila terdapat fungsi dalam penelitian maka penelitian ini telah memenuhi
standar konfirmabilitas.
Ainun Ramadhan, 2015 DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG
CIREUNDEU Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan
Universitas Pendidikan Indonesia
| \.upi.edu perpustakaan.upi.edu
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
5.1 Simpulan
5.1.1 Simpulan Umum
Berdasarkan hasil penelitian, Karang Taruna RW 10 yang berada di Cireundeu, tidak menjalankan organisasi sesuai dengan fungsinya. Fungsi karang taruna sebagai
pemersatu warga, pengembangan pemuda, dan pengembangan potensi yang dimiliki Cireundeu tidak tersentuh sama sekali. Pembentukannya yang tidak jelas, didukung oleh
tidak adanya atribut yang menyelimuti tubuh karang taruna membuat pergerakannya tidak jelas. Faktor kepemimpinan yang kurang baik dari pemimpin karang taruna
merupakan penyebab utama terjadinya karang taruna yang tidak aktif tersebut. Akibat buruknya kepemimpinan yang dimiliki oleh karang taruna berdampak pada kerja sama
antar anggota yang tidak berjalan. Dampak dari kerja sama yang tidak berjalan, mengakibatkan tumbuhnya rasa tidak peduli dari warga Cireundeu yang sama sekali
tidak merasakan dampak adanya karang taruna. Program penyelarasan sangat dibutuhkan oleh masyarakat adat, pengaruh diberikannya pengelolaan desa sebagai desa
wisata keadatan membuat masyarakat adat membutuhkan sosok lembaga masyarakat formal yang bisa berhubungan dengan pemerintah. Komunikasi yang buruk yang
membuat tidak terlaksananya hingga sekarang program penyelarasan tersebut. Dukungan yang kurang dari RT dan RW setempat terhadap karang taruna RW 10
membuat mereka malas akan membuat suatu kegiatan maupun program kerja. Keseluruhan faktor yang dijelaskan sebelumnya membuat karang taruna bingung
akan peranan apa yang harus mereka lakukan. Sementara kegiatan yang karang taruna buat tidak relevan dengan potensi berupa nilai adat dan kearifan lokal yang harus
dilestarikan, ketiadaan peranan karang taruna tersebutlah yang membuat Kampung Cireundeu hingga saat ini belum maju dalam pengembangannya menjadi Kampung
Wisata Keadatan di Kota Cimahi.