DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU.

(1)

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

(Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh: Ainun Ramadhan

1100890

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

(Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Oleh: Ainun Ramadhan

1100890

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Ainun Ramadhan 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

(Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

ABSTRAK

Abstrak: Disfungsional Peran Karang Taruna Dalam Pelestarian Kearifan Lokal Di Kampung Cireundeu. Karang taruna RW 10 yang bertugas di Kampung Cireundeu Kelurahan Leuwi Gajah Kecamatan Cimahi Selatan, merupakan karang taruna yang tidak melakukan peranannya dengan semestinya. Pada harapannya sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77/HUK/2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna dalam Bab VII mengenai program kerja pasal 19, yang berbunyi: "Setiap Karang Taruna bertanggung jawab untuk menetapkan program kerja berdasarkan mekanisme, potensi, sumber, kemampuan dan kebutuhan Karang Taruna setempat". Pada kenyataannya Karang Taruna RW 10 tidak sama sekali menyentuh potensi kearifan lokal yang ada di Kampung Cireundeu, sehingga fungsi dari karang taruna tersebut tidak dirasakan oleh masyarakat.Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui bagaimana kinerja karang taruna hingga saat ini, dan peneliti hendak untuk memperbaiki karang taruna kepada jalur fungsi dan peranan yang diinginkan oleh warga. Warga Kampung Cireundeu hanya ingin merasakan bukti dari kinerja karang taruna yang menguntungkan bagi masyarakat Kampung Cireundeu. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Untuk dapat menjawab rumusan-rumusan penelitian yang diajukan, peneliti melakukan pengumpulan data dari informan dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Data-data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis sehingga membentuk suatu kesimpulan.Hasil temuan penelitian menunjukan beberapa disfungsional peranan karang taruna seperti, penyelarasan program kerja dengan masyarakat adat tidak ada. Fungsi karang taruna sebagai penyambung komunikasi antar pemuda tidak terjadi sama sekali. Pada tubuh karang taruna itu sendiri tidak jelas, dikarenakan tidak memilikinya atribut organisasi yang seharusnya karang taruna miliki.


(4)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan) Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

THE ROLE OF DYSFUNCTIONAL YOUTH ORGANIZATION IN LOCAL WISDOM PRESERVATION AT CIRENDEU VILLAGE

(Descriptive Study at 10 Citizens Associations on Cirendeu Custom Village in South Cimahi District)

ABSTRACT

Abstract: The Role of Dysfunctional Youth Organization in Local Wisdom Preservation at Cirendeu Village. The Youth Organization of 10 Citizens Associations (RW) that has duty at Cirendeu Village on Leuwi Gajah Administered Dictrict in Cimahi District is an organization that does not do its role well. Hopefulness, according to the Social Ministry Regulation number 77/HUK/2010 the Basic Guidance of Youth Organization on chapter VII concerning the work program article 9 has said “Every Youth Organization has responsibility to determine its work program based on the mechanism, potential, source, ability and local needs of the Youth Organization.” In fact, the Youth Organization of 10 Citizens Associations does not touch the local wisdom potential which existence at Cirendeu Village at all. So, the functions of this organization are not felt by Cirendeu Village people. The purpose of conducting this research was to know the performance of Youth Organization at Cirendeu Village recently. Beside that, the researcher wanted to fix this organization on its function and its role based on the people wish. The people of Cirendeu Village wanted to feel the evidence of Youth Organization performance that was profitable for Cirendeu Vilaage. This research used descriptive method with qualitatif approach. To be able to answered the furmolations of the problem, the researher conducted collecting data from interviewee by interview technique, observation and documentation. The datas had been collected, processed, and then analized so that it could be drawing a conclusion. The result of the research showed that there were some the role of dysfunctional Youth Organization such as there was no balancing work program among to custom people. The function of this organization as communicator among the youth was not happened. On the body of this organization itself was not clear because it did not have an organization attribute which should be had by Youth Organization.


(5)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. . . i

ABSTRAK. . . . . . ii

KATA PENGANTAR. . . iv

UCAPAN TERIMA KASIH. . . v

DAFTAR ISI . . . vii

DAFTAR TABEL . . . .. . . x

DAFTAR GAMBAR . . . xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian . . . .. . . 1

1.2. Identifikasi Masalah. . . .. . . 5

1.3. Rumusan Masalah . . . .. . 6

1.4. Tujuan Penelitian . . . .. . 6

1.5. Manfaat Penelitian . . . 7

1.6. Struktur Organisasi Skripsi . . . .. . 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Karang Taruna . . . 10

2.1.1. Pengertian Organisasi . . . 10

2.1.2. Budaya Organisasi . . . . . . .. . 10

2.1.3. Perilaku Organisasi . . . 17

2.1.4. Organisasi Kemasyarakatan Pemuda . . . 23

2.1.5. Karang Taruna . . . .. . . . . . 27

2.2. Tinjauan Umun Tentang Desa Adat . . . . . . . . . 32

2.2.1. Pengertian Masyarakat dan Desa Adat. . . .. . 32

2.2.2.Unsur-Unsur dan Karakteristik Masyarakat Desa Adat . . . 34

2.2.3. Pengembangan Desa Adat. . . . .. . . .. . . 35

2.3. Tinjauan Umum Tentang Kearifan Lokal . . . 38

2.3.1. Pengertian Kearifan Lokal . . . 38


(6)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2.3.3. Praktek-Praktek Kearifan Lokal . . . 40

2.3.4. Tantangan Kearifan Lokal. . . .. . . . . 44

2.3.5. Hubungan Sosiologi dengan Kearifan Lokal . . . 44

2.4. Teori Aturan Sistem . . . 45

2.4.1. Perubahan Sosial. . . 45

2.4.2. Teori Aturan Sistem . . . 46

2.5. Penelitian Terdahulu . . . 47

BAB III METODE PENELITAN 3.1. Lokasi dan Subjek Penelitian . . . 49

3.2. Desain Penelitian . . . 50

3.3. Metode Penelitian. . . 51

3.4. Teknik Pengumpulan Data 51 3.5. Pengolahan dan Analisis Data . . . 55

3.6. Pengujian Keabsahan Data . . . 56

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. . . . . . . 61

4.1.1. Kondisi Fisik Lokasi Penelitian . . . 61

4.2. Deskripsi Umum Karang Taruna RW 10 Kampung Adat Cireundeu . . . 64 4.2.1. Sejarah Kampung Cireundeu . . . 64

4.2.2. Sejarah Karang taruna RW 10 . . . 65

4.2.3. Struktur Organisasi. . . 66

4.2.4. Program Kerja Karang Taruna. . . 67

4.2.5. Potensi di Kampung Adat Cireundeu . . . 67

4.3. Deskripsi Temuan Penelitian . . . .. . . 67

4.3.1. Pembentukan Organisasi Karang Taruna dan Kegiatan Karang Taruna dalam Pelestarian Kearifan Lokal . . . 67 4.3.2. Strategi Penyelarasan Program Kerja Karang Taruna . . . 73 4.3.3. Partisipasi Generasi Muda terhadap Program Kerja Karang Taruna dalam Pelestarian Kearifan Lokal di Kampung Adat


(7)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Cireundeu. . . 4.3.4. Kendala yang di Alami Karang Taruna dalam Melestarikan Kearifan Lokal . . .

84

4.3.5. Upaya yang di lakukan Karang Taruna untuk

Menanggulangi Kendala yang di hadapi . . .

88

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian . . . . . . 89 4.4.1. Pembentukan Organisasi Karang Taruna dan Kegiatan

Karang Taruna dalam Pelestarian Kearifan Lokal . . .

89

4.4.2. Strategi Penyelarasan Program Kerja Karang Taruna . . . 96 4.4.3. Partisipasi Generasi Muda terhadap Program Kerja Karang Taruna dalam Pelestarian Kearifan Lokal di Kampung Adat Cireundeu . . .

100

4.4.4. Kendala yang di Alami Karang Taruna dalam Melestarikan Kearifan Lokal . . . . . . . . .

105

4.4.5. Upaya yang di lakukan Karang Taruna untuk

Menanggulangi Kendala yang di Hadapi . . .. . . . . . . . . 110

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan . . . .. 5.2. Implikasi . . . 5.3. Rekomendasi . . .

113 116 118

DAFTAR PUSTAKA . .. . . 120

INDEKS . . . . . .. . . .. 124


(8)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

2.1 Tabel Atribut-Atribut Budaya Organisasi . . . 15

2.2 Tabel Dasasila Masyarakat Baduy Sebagai Kearifan Lokal Masyarakat Baduy . . . 40 2.3 Tabel Urutan Pranoto Mongso . . . 42

4.1 Tabel Jumlah Penduduk Menurut Usia . . . 62

4.2 Tabel Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian . . . 63


(9)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar Bagan Proses Terbentuknya Budaya Organisasi . . . 41

3.1 Gambar Triangulasi Sumber Informasi . . . 58

3.2 Gambar Triangulasi Teknik Pengumpulan Data . . . .. . . .. . . .. 58

4.1 Gambar Peta Lokasi Penelitian . . . 61


(10)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)


(11)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian

Pemuda merupakan suatu elemen yang sangat penting dalam memajukan suatu bangsa dan juga perubahan bangsa di era globalisasi saat ini. Generasi mudalah yang menentukan bagaimana suatu bangsa berkembang maju atau mundurnya suatu bangsa. Pemuda dapat mengaspirasikan idenya dengan berbagai cara. Salah satunya dengan mengikuti organisasi kemasyarakatan khusus untuk pemuda yang biasa disebut dengan karang taruna. Adanya karang taruna dapat membuat kegiatan pemuda menjadi terarah dengan suatu hal yang positif dibandingkan dengan pemuda yang membentuk komunitas hanya untuk kesenangan sendiri seperti club motor, komunitas punk, dll. Peran karang taruna itu sendiri ialah untuk meredam jiwa pemuda yang dapat meledak-ledak dengan mengeluarkan hal yang negatif menjadi suatu hal yang positif dan berguna bagi kesejahteraan sosial.

Harapan bagi pemuda sangat besar untuk kemajuan bangsa, pemuda merupakan tulang punggung bangsa yang kelak akan menentukan arah perkembangan bangsa. Pemuda juga dikenal sebagai jiwa pemberani, pemimpin, mandiri, disiplin, bekerja keras serta memiliki jiwa kebersamaan yang tinggi. Pernyataan sebelumnya telah menjelaskan, bahwa akan ada suatu hal yang hebat dari pemuda apabila hendak melakukan hal yang positif maupun negatif, mereka akan selalu berpengaruh pada alur perkembangan zaman. Keberadaan karang taruna, membuat pemuda dapat mengumpulkan semua aspirasi yang nantinya akan menjadi sebuah program kerja yang disesuaikan dengan wilayah, keadaan sosial, maupun potensi yang ada di daerahnya, agar mendapatkan hal yang sesuai dengan apa yang diperlukan oleh masyarakat sekitar.

Peranan pemuda seharusnya bukan pada arus perubahan yang didasarkan pada perubahan dalam bidang teknologi, perubahan pola perilaku mengikuti perkembangan zaman saja, akan tetapi peranan pemuda disini untuk dapat mempertahankan apa yang ada di dalam lingkungannya. Fakta yang terlihat disini adalah pada masyarakat baduy dalam, walaupun para pemuda disana digoda dengan


(12)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

adanya produk luar masuk ke masyarakat baduy dalam, akan tetapi dengan adanya suatu adat yang kuat mereka tetap mempertahankan budayanya.

Pada masyarakat Kampung Adat Cireundeu mereka mempunyai kearifan lokal yang dimana singkong menjadi makanan pokoknya dan mereka pegang teguh. Walaupun lokasi Kampung Adat Cireundeu dekat dengan hiruk pikuk keramaian kota dan itu menjadi godaan utama para pemuda kampung akan tetapi setiap kemana-mana mereka akan membawa nasi singkong untuk dijadikan makanan pokok mereka apabila berada diluar kampung. Fakta diatas merupakan suatu cara yang dimaksud dengan mempertahankan apa yang ada di lingkungannya seperti budaya atau kearifan lokal yang berada di lingkungannya yang harus dipertahankan, karena itu merupakan tradisi turun temurun yang sangat positif bagi masyarakat di lingkungan tersebut.

Kampung Cireundeu merupakan suatu kampung yang masih memegang teguh akan nilai budayanya yaitu dengan kepercayaan sunda wiwitannya, dan singkong sebagai makanan pokok mereka. Kampung yang sangat bersahaja dengan ketenangannya ini mempunyai sebuah kearifan lokal yang harus di jaga dan dilestarikan oleh generasi penerus kampung tersebut agar tidak terkikis oleh perkembangan zaman. Peneliti melakukan observasi awal untuk mengetahui permasalahan apa yang terjadi di kampung Cireundeu tersebut. Setelah menginjakan kaki di kampung tersebut dan melakukan sebuah wawancara terhadap sesepuh di desa tersebut, peneliti menentukan dari kesimpulan yang peneliti dapat bahwa kampung Cireundeu ini merupakan sebuah desa transisi. Informasi ini peneliti dapat dari keterangan yang diberikan oleh sesepuh kampung yaitu Abah Emen bahwa terdapat heterogenitas profesi yang ada di kota sehingga menarik para pemuda untuk berdoyong-doyong pergi ke kota dan mencari pekerjaan. Pernyataan tersebutlah yang membuat peneliti mengambil kesimpulan, bahwa karang taruna tidak bergerak dikarenakan para pemuda sibuk bekerja di kota dan bersekolah di luar kampung Cireundeu.


(13)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Hasil penelitian awal yang peneliti lakukan, bahwa kehadiran organisasi pemuda memang sangat diperlukan, organisasi kepemudaan disana terfokus pada karang taruna, akan tetapi dalam perjalanannya para pemuda tidak tahu akan fungsi sebenarnya akan organisasi tersebut sehingga karang taruna disana menjadi tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Karang Taruna ada akan tetapi wadah dari hal-hal yang berbau keadatan mereka membuatnya kembali dalam bentuk komunitas dan tidak di atur dalam karang taruna. Ketika ada acara keadatan maka komunitas adat yang turun untuk memegang acara tersebut, dan ketika ada acara ritual komunitas ritula yang memegang peranan, bahkan ketika ada tamu berkunjung nama karang taruna disini pasif dan hanya orang yang di tunjuk oleh sesepuhlah yang maju untuk bertemu tamu. Pentingnya peranan organisasi pemuda ini adalah untuk menjadi wadah yang bisa mengatur segala kegiatan dengan sedemikian jelas alurnya. Pada nantinya akan menjadikan suatu tatanan yang sangat indah apabila ketika dalam sebuah karang taruna terdapat seksi-seksinya dan pembagian tugas yang benar sehingga tidak ada tumpang tindih peranan dalam upaya pelestarian kearifan lokal di Kampung Adat Cireundeu.

Banyak sekali hal menarik yang bisa dijadikan sebuah penelitian yang ada di Kampung Adat Cireundeu seperti dari sistem keagamaan, mata pencaharian, organisasi sosial, organisasi kepemudaan, mobilitas sosial, sampai ke perubahan sosial yang mengancam nilai kearifan lokal yang ada di Kampung Adat Cireundeu. Mungkin menarik untuk meneliti tentang suatu kepercayaan yang mereka miliki, karena kepercayaan yang mereka miliki tidak dapat tercantum dalam Kartu Tanda Penduduk sehingga untuk mobilitas dala hal mencari lapangan kerja diluar daerah Cireundeu akan kesulitan, dikarenakan pada instansi atau pabrik mempunyai suatu persyaratan bahwa formulir harus lengkap diisi beserta agama yang mereka anut.

Dari penelitian sebelumnya yang tercantum dalam skripsi Fariz (2012) ditemukan bahwa Kampung Cireundeu berpotensi untuk dijadikan desa wisata budaya di Kota Cimahi, akan tetapi pengelolaan desa untuk menjadi desa wisata itu masih sangat jauh dari harapan, masih banyak yang harus ditambah, tapi untuk menjadi desa wisata budaya Kampung cireundeu sudah memasuki salah satu


(14)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

syaratnya. Ada pula penelitian tentang Kampung Cireundeu yang yang tercantum dalam skripsi Kartika (2013) ditemukan bahwa pada saat itu Kampung Cireundeu sudah menjadi kampung wisata, temuan selanjutnya ialah kondisi sosial ekonomi ketika Kampung Cireundeu menjadi desa wisata meningkat, akan tetapi kreativitas masyarakat disana belum berkembang, sehingga tidak termaksimalkannya penjualan dari hal kerajinan dari Kampung Cireundeu.

Dari segi organisasi kepemudaan saya mendapatkan temuan dari hasil penelitian yang tercantum dalam skripsi Rizki (2014), menemukan bahwa temuannya ialah peran dari kepemimpinan di dalam organisasi kepemudaan sangat mempengaruhi lingkungannya dengan mengembangkan teori sosiologi modern yaitu teori interaksi simbolik, bahwa memang benar ketika ada salah seorang yang menjadi panutan para warga masyarakat akan percaya pada sosok tersebut dan mendukung segala apa yang dilakukan oleh tokoh tersebut. Berkaitan dengan karang taruna peneliti mendapatkan sebuah penelitian yang berkaitan dengan karang taruna dari skripsi Siska Selvia (2012). Siska melakukan penelitian tentang peranan karang taruna dalam pengembangan kreatifitas generasi muda. Temuan dari penelitian siska yaitu adanya kekurang pahaman generasi muda terhadap apa itu karang taruna dan juga kurangnya kreatifitas generasi muda dalam menjalankan tugas maupun menentukan program kerja yang sudah direncanakan maupun yang akan direncanakan. Adanya program latihan dasar kepemimpinan dalam karang taruna GEMMAS maka lambat laun para anggota mendapat rasa percaya diri sebagai anggota karang taruna maupun peningkatan pada kreatifitas.

Adanya berbagai permasalahan itu peneliti menguatkan alasan peneliti untuk meneliti pada ranah organisasi kepemudaan yang berupaya dalam ikut melestarikan kearifan lokal di Kampung Cireundeu. Fenomena yang terlihat adalah ada karang taruna di Kampung Adat Cireundeu akan tetapi pemuda di Kampung tersebut sudah agak tidak peduli karena adanya perkembangan zaman dan tuntutan kehidupan mereka ke depannya. Dengan adanya keluhan dari sesepuh setempat bahwa yang mengelola kebun singkong sebagai nilai kearifan lokal dari tempat tersebut masih dipegang oleh generasi tua atau orang tua, sementara pemuda di kampung itu mereka


(15)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sibuk mencari kerja di pabrik dan sekolah di kota Cimahi. Fenomena ini akan mengancam nilai kearifan lokal pada kampung tersebut yang nantinya akan terjadi pemudaran nilai kearifan lokal yang ada di tempat tersebut. Untuk melestarikan kearifan lokal tersebut pemuda memegang peranan penting untuk melestarikan kearifan lokal di daerah Kampung Cireundeu itu. Belum nampaknya kinerja organisasi kepemudaan di kampung tersebut menandakan bahwa peranan organisasi kepemudaan belum terasa dalam upaya pelestarian nilai kearifan lokal di Kampung Cireundeu.

Pentingnya penelitian ini bagi pendidikan sosiologi yaitu memberikan sumbangan teori yang berkenaan dengan organisasi kemasyarakatan yang bergerak dalam naungan ketentuan adat yang kuat, sehingga nantinya pada pengembangan teori peserta didik dapat memahami tentang materi teori sosiologi modern yaitu teori aturan sistem dari Tom Burn dengan adanya contoh materi berupa penelitian dari peneliti.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang peran karang tarunadalam pelestarian kearifan lokal kampung adat.Maka dari itu penulis akan melakukan sebuah penelitian dengan judul :" Disfungsional Peran Karang Taruna dalam Pelestarian Kearifan Lokal di Kampung Cireundeu''.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian serta studi pendahuluan yang telah dilakukan, maka peneliti membatasi beberapa masalah yang menjadi fokus dari penelitian ini. Adapun fokus penelitian ini adalah masalah peranan karang taruna yang berada di desa adat yang berlokasi di Kampung Adat Cireundeu khususnya peranan yang kurang maksimal diberikan oleh karang taruna dalam hal keikutsertaan karang taruna melestarikan kearifan lokal yang dimiliki Kampung Adat Cireundeu. Daerah yang memiliki beberapa potensi keadatan dan keaifan lokal seperti di Kampung Cireundeu, harus didukung penuh oleh seluruh pihak agar nilai keadatan dan kearifan lokal yang ada di Kampung Cireundeu tetap lestari. Karang taruna RW 10 di wajibkan untuk menggali nilai keadatan dan kearifan lokal untuk ditingkatkan


(16)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dan pada tujuannya untuk mensejahterahkan warga Kampung Cireundeu. Sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77/HUK/2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna dalam Bab VII mengenai program kerja pasal 19, yang berbunyi: "Setiap Karang Taruna bertanggung jawab untuk menetapkan program kerja berdasarkan mekanisme, potensi, sumber, kemampuan dan kebutuhan Karang Taruna setempat". Adanya peraturan tersebut menjelaskan bahwa peranan karang taruna seharusnya melihat potensi apa yang bisa dikembangkan di daerahnya untuk kesejahteraan masyarakat Kampung Cireundeu, akan tetapi disfungsional peranan yang terjadi di karang taruna Kampung Cireundeu.

Disfungsional peranan karangtaruna terlihat dengan tidak relevannya program kerja dengan potensi yang dimiliki oleh Kampung Cireundeu, sehingga menimbulkan domino efek bagi masyarakat dan karang taruna itu sendiri. Karang taruna tanpa program kerja yang relevan dengan potensi Kampung Cireundeu membuat masyarakat enggan untuk ikut campur dalam kegiatan karang taruna. Muncul lagi efek untuk karang tarunanya, anggota karang taruna mulai tidak percaya kepada kepemimpinan ketua karang taruna yang bersifat idealis dalam menentukan program kerja. Ketika program kerja tidak jelas dan adanya karang taruna hanya nama saja tidak ada pergerakan maka muncullah labeling dari masyarakat nama karang taruna jadi jelek hingga saat ini.

Oleh karena itu, peneliti juga mengadakan identifikasi terhadap bentuk karang taruna, program penyelarasan, labeling masyarakat terhadap karang taruna, hambatan-hambatan serta upaya-upaya dari karang taruna Kampung Adat Cireundeu dalam melakukan peranan untuk melestarikan kearifan lokal budaya Kampung Adat Cireundeu.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah diuraikan diatas, maka penulis mengajukan rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu: “Bagaimanakah peranan organisasi kepemudaan dalam pelestarian kearifan lokal kampung cireundeu?”


(17)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah bentuk kegiatan karang taruna dalam pelestarian kearifan lokal di Kampung Adat Cireundeu?

2. Bagaimanakah strategi karang taruna dalam penyelarasan program kerja dengan adanya ketentuan adat di Kampung Adat Cireundeu?

3. Bagaimanakah partisipasi generasi muda terhadap pelaksanaan program kerja karang taruna dalam pelestarian kearifan lokal yang ada di kampung Cireundeu?

4. Kendala apa saja yang dialami oleh karang taruna di Kampung Adat Cireundeu dalam pelestarikan kearifan lokal?

5. Upaya apa saja yang dilakukan oleh karang taruna untuk menangani hambatan yang dialami dalam pelaksanaan program pelestarian kearifan lokal?

1.4Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai peranan organisasi kepemudaan dalam pelestarian kearifan lokal di Kampung Cireundeu. Sedangkan, secara khusus penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui bentuk kegiatan Karang Taruna Rw 10 dalam pelestarian kearifan lokal di Kampung Adat Cireundeu.

2. Menggali dan mengkaji strategi penyelarasan program kerja dengan ketentuan adat yang dalam program pelestarikan kearifan lokal yang dimiliki oleh Kampung Adat Cireundeu.

3. Mendeskripsikan partisipasi pemuda yang ada di Kampung Adat Cireundeu dalam mengikuti program kerja yang di adakan oleh Karang Taruna RW 10. 4. Mengidentifikasi apa saja kendala yang dialami oleh Karang Taruna RW 10


(18)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

5. Mendeskripsikan upaya Karang Taruna RW10 terhadap hambatan yang dialami pada saat melakukan program pelestarian kearifan lokal di Kampung Adat Cireundeu.

1.5Manfaat penelitian 1.5.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis untuk pendidikan sosiologi berupa konsep-konsep baru atau teori yang terkait dengan keorganisasian yang berada di daerah dengan adanya ketentuan adat yang sangat kuat dalam pelestarian kearifan lokal maupun budaya setempat agar tidak hilang dimakan waktu.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini menambah wawasan dan pengetahuan serta penguatan dasar keilmuan peneliti sebagai calon pendidik sosiologi.

2) Bagi Karang Taruna RW 10, meningkatkan semangat bagi pengurus Karang Taruna RW 10 untuk mewujudkan program kerja yang dibuat dalam upaya pelestarikan nilai kearifan lokal daerahnya atau kampungnya.

3) Bagi pemerintah Kelurahan setempat, mendorong keikutsertaan dengan berkolaborasi dan mendukung dengan moral maupun materil dalam melengkapi sarana dan prasarana karang taruna yang masih kurang. 4) Bagi masyarakat Kampung Cireundeu, agar lebih meningkatkan

partisipasinya baik berupa dukungan moral dan materil sebingga dapat berkolaborasi dalam upaya pelestarian nilai budaya yang ada di masyarakat desa.

5) Bagi Prodi Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Indonesia, Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pengetahuan dan keilmuan sosiologi mengenai perubahan sosial yang merupakan salah satu kajian utama dalam ilmu Sosiologi sehingga dapat diterapkan dengan baik dalam


(19)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

pelaksanaan perkuliahan atau pembelajaran di lingkungan Prodi Pendidikan Sosiologi

1.6Struktur Organisasi Skripsi

Agar penulisasn skripsi tersusun secara sitematis, maka secara keseluruhan skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu; pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian, pembahasan dan analisis data serta penutup.

Bab I Pendahuluan, merupakan pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab yaitu latar belakang penelitian yang mengemukakan secara rinci mengenai alasan yang menunjukan sebuah fakta tentang fenomena yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian, identifikasi masalah yang menggambarkan pokok permasalah yang terdapat pada fenomena masalah dalam penelitian ini, rumusan masalah penelitian menggambarkan mengenai masalah-masalah yang akan diteliti yang didasarkan pada latar belakang penelitian. Tujuan penelitian mengemukakan maksud dan tujuan yang ingin peneliti capai dari diadakannya penelitian. Manfaat penelitian berisikan tentang manfaat-manfaat yang sekiranya dapat diperoleh dari adanya penelitian maupun hasil penelitian yang peneliti lakukan. Bagian terakhir dari bab I yaitu struktur organisasi skripsi yang akan menjelaskan mengenai susunan dari bagian-bagian dari skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, merupakan suatu tinjauan pustaka yang berisikan berbagai pembahasan tentang konsep-konsep, teori-teori yang digunakan dan dianggap relevan dengan penelitian yang peneliti teliti. Pada bagian akhir bab II, tercantum pula penelitian-penelitian terdahulu yang dianggap berkaitan dan membantu langkah penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti saat ini.

Bab III Metode Penelitian, bab ini adalah bagian yang membahas mengenai metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti. Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan mengenai metodologi yang digunakan seperti desain penelitian, metode yang digunakan, teknik-teknik yang digunakan dalam pengambilan data, teknik yang digunakan dalam pengolahan dan analisis data serta cara yang dilakukan dalam menguji keabsahan data. Selain itu, pada bab III juga terdapat pemaparan lokasi serta subjek penelitian.


(20)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini memuat tentang pembahasan hasil penelitian serta analisis terhadap hasil penelitian. Peneliti memaparkan data-data yang diperoleh dari lapangan untuk kemudian dianalisis menggunakan cara-cara yang sudah ditentukan pada bab III.

Bab V Simpulan dan Saran, pada bab ini memaparkan simpulan dan saran-saran. Simpulan adalah ringkasan yang dibuat oleh peneliti dari hasil penelitian mengenai inti dari hasil penelitian. Pada proses penarikan kesimpulan penelitian mengambilnya dari hasil dan analisis data dari hasil penelitian. Pada bagian saran, peneliti memberikan rekomendasi untuk berbagai pihak diantaranya yang dianggap memiliki kaitan dengan masalah yang diteliti.


(21)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1Lokasi dan Subjek Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi dan subjek penelitian adalah satu kesatuan yang sudah ditentukan sejak awal. Hendrarso dalam Suyanto dan Sutinah (2010, hlm. 171) setting akan mencerminkan lokasi penelitian yang berlangsung melekat pada fokus penelitian yang telah ditentukan. Penelitian ini berlangsung atau berlokasi di Kampung Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. Alasan pemilihan lokasi ini, karena di lokasi ini memiliki organisasi kepemudaan berupa karang taruna yang berbeda dengan lokasi lain. Karang taruna di lokasi ini tidak sebebas karang taruna di lokasi lain dalam urusan penentuan program kerja, dikarenakan karang taruna di Kampung Cireundeu ini terikat dengan ketentuan adat yang berlaku di Kampung Cireundeu. Akibatnya karang taruna di lokasi ini kebingungan dalam penyelarasan program kerja dengan ketentuan adat, sehingga karang taruna disini peranannya tidak terlihat karena bermunculannya komunitas pemuda yang mengurusi kegiatan adat di Kampung Cireundeu.

3.1.2 Subjek Penelitian

Subjek dari penelitiaan kualitatif disebut dengan istilah informan. Bungin (2007, hlm. 78) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan informan adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami penelitian. Subjek penelitian merupakan pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi. Maka subjek dalam penelitian ini adalah organisasi kepemudaan dan masyarakat yang ada di Kampung Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan. Lebih spesifik peneliti menunjuk nama-nama tokoh pemuda, sepuh dan masyarakat yaitu, Abah Widya, Abah Asep, Abah Emen selaku sepuh, kemudian Pa Wanwan selaku ketua karang taruna terdahulu, Kang Yana selaku tokoh pemuda di Kampung Adat Cireundeu, para anggota karang taruna terdahulu maupun yang aktif pada masa sekarang, dan


(22)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

beberapa anggota masyarakat yang ditunjuk oleh informan kunci sebagai pelengkap informasi/data.

Hal ini dilakukan agar terdapatnya suatu perbandingan informasi antara pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain. Selain itu juga peneliti memperoleh informasi dari informan lain yang dapat menambah dan memperkuat data. Sehingga didapatkan sebuah kesinkronan data yang tidak membingungkan peneliti pada saat peneliti mengambil sebuah kesimpulan dalam akhir penelitian.

3.2Desain Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Satori dan Komariah (2009, hlm.22) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada quality atau hal yang terpenting dari sifat suatu barang dan jasa, hal yang terpenting dari suatu barang dan jasa berupa kejadian/fenomena/gejala sisial adalah makna dibalik tersebut yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti memilih pendekatan kualitatif dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian lapangan yang tidak mudah dalam hal mencari data, apabila dengan hanya menyebar angket untuk dijawab oleh masyarakat yang ada di Kampung Cireundeu peneliti tidak akan memperoleh data atau fakta yang akurat , akan tetapi disini peneliti harus turun langsung ke lapangan dan membaur dengan masyarakat setempat sehingga peneliti menemukan secara utuh jawaban apa yang dimaksudkan oleh peneliti. Dengan menggali secara mendalam informan kunci yang dipilih oleh peneliti sehingga dalam peneliti terbantu untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti dengan akurat dan berdasarkan sumber orang yang benar-benar memahaminya.

Untuk mengumpulkan data dan informasi dari lokasi penelitian digunakan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa data deskriptif, sebagaimana menurut Bogdan dan Taylor dalam Moleong (1993, hlm. 3) yang dimaksud pendekatan kualitatif adalah sebagai sebuah


(23)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Pendekatan kualitatif juga digunakan untuk memahami keadaan sosial di Kampung Cireundeu yang masih memegang teguh akan kearifan lokal kampung tersebut. Seperti pada pengertian penelitian kualitatif diatas peneliti disini berupaya untuk memahami beberapa perilaku masyarakat di Kampung Cireundeu yang masih mempertahankan kearifan lokal mereka yang dimana banyak sekali peranan penting dari beberapa tokoh ataupun penggerak masyarakat yang khususnya disini peneliti mengangkat organisasi kepemudaan yaitu karang taruna sebagai salah satu dari usaha pelestarian tersebut. Oleh karena itu, semakin menyakinkan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk meneliti peranan organisasi kepemudaan dalan pelestarian kearifan lokan di Kampung Cireundeu.

3.3Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data guna menjawab permasalahan seperti yang dikemukakan di atas, peneliti menggunakan metode deskriptif. Nasution (1992, hlm.32) berpendapat bahwa penelitian deskriptif, digunakan untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial. Selanjutnya Nasution menyebutkan bahwa penelitian deskriptif lebih spesifik dengan memusatkan perhatian kepada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukkan hubungan antara berbagai variabel.

Melalui metode deskriptif langkah kerja yang dilakukan oleh peneliti disini ialah mendeskripsikan sebuah objek, fenomena atau gejala sosial yang dituangkan dalam sebuah tulisan yang bersifat naratif. Artinya disini peneliti menghimpun data, fakta yang ada bukan berbentuk angka akan tetapi berbentuk kata dari gambaran apa yang didapat peneliti dilapangan dengan mendeskripsikan apa yang dialami di lapangan, mengapa dan bagaimana suatu fenomena dapat terjadi di masyarakat Kampung Adat Cireundeu.

Dengan demikian, maka metode deskriptif adalah suatu metode yang mampu menggambarkan situasi atau kejadian yang ada pada masa sekarang. Dengan menggunakan metode ini maka akan dapat diperoleh informasi secara lengkap


(24)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

berkenaan dengan masalah yang hendak diteliti dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat. Dengan metode deskriptif peneliti dapat meneliti dengan melihat situasi sosial yang ada di lokasi, yang membuat mudah peneliti dalam mengumpulkan banyak data serta peneliti akan mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap dari organisasi kepemudaan, sesepuh maupun warga yang ada di Kampung Cireundeu.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Karena dalam penelitian kualitatif peneliti bertindak sebagai instrumen utama, maka peneliti terlibat langsung dalam proses pengumpulan data tanpa melalui perantara. Peneliti terlibat dalam pengalaman yang berkelanjutan dan terus-menerus dengan partisipan (Creswel 2010, hlm. 264). Teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi.

3.4.1 Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (dalam Moleong, 2000, hlm.150). adapun menurut Satori dan Komariah (2009, hlm.129) wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Dapat disimpulkan bahwa wawancara disini terjadi proses interaksi antara pewawancara dan yang terwawancara yang akan menghasilkan suatu data yang diperoleh berupa pengetahuan maupun pemahaman dari pihak informan.

Dalam penelitian peneliti disini akan menggunakan teknik wawancara mendalam agar peneliti disini mendapatkan data yang mendalam dari informan. Menurut Mc Millan dan Schumacer (dalam Satori dan Komariah, 2009, hlm.130) menjelaskan bahwa, wawancara yang mendalam adalah tanya jawab yang terbuka untuk memperoleh data tentang maksud hati partisipan, bagaimana menggambarkan dunia mereka dan bagaimana mereka menjelaskan atau menyatakan perasaannya tentang kejadian-kejadian penting dalam hidupnya. Wawancara mendalam ini dirasa


(25)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

peneliti sangat cocok dengan apa yang peneliti lakukan, karena akan didapatnya sebuah informasi yang mendalam dari informan.

Peneliti akan melaksanakan wawancara mendalam, peneliti akan mewawancarai tokoh adat atau sesepuh Kampung Cireundeu yang menanyakan tentang peranan Karang Taruna RW 10 dalam masa kerjanya dan dampak positif dengan adanya karang taruna tersebut. Kemudian kepada tokoh pemuda Kampung Cireundeu sebagai pemain dalanm karang taruna tersebut, peneliti akan mewawancarai kendala dan tantangan dari para sesepuh dan kampung Cireundeu sebagai Kampung adat itu sendiri dapat berpengaruh pada segi pergerakan karang taruna itu sendiri, dilanjutkan dengan beberapa warga dari Kampung Cireundeu, untuk menanyakan dampak adanya karang taruna di Kampung adat Cireundeu.

Dengan wawancara mendalam ini sangat membantu peneliti untuk mengumpulkan data secara mendalam sesuai dengan pengalaman, pemahaman dan pengetahuan informan, yang nantinya membantu peneliti untuk melangkah ke langkah selanjutnya dalam menyelesaikan penelitian.

3.4.2 Observasi

Metode survei (observasi) pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Penelitian yang mengandalkan amat penting, terutama jika penelitian tersebut dilakukan terhadap masyarakat yang masih belum terbiasa untuk mengutarakan perasaan, gagasan, maupun pengetahuannya. ( dalam Zuriah, 2007, hlm.173 ). Adapun menurut Burhan (2007, hlm.118) observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia denganmenggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telingan, penciuman, mulut, dan kulit. Dari pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa metode observasi adalah suatu pengamatan langsung ke lokasi dengan menggunakan pancaindera yang dimiliki untuk mendapatkan sebuah data yang bukan saja didapat dari pertanyaan yang diberikan untuk informan akan tetapi didapatkan dari apa yang peneliti rasakan dari berbagai macam indera yang dimiliki peneliti.


(26)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Observasi yang dilakukan peneliti disini yaitu dengan cara datang langsung ke lokasi untuk melakukan observasi langsung kegiatan Karang Taruna RW 10, melihat dan menanyakan tentang program kerja yang akan dilaksanakan berkenaan dengan kearifan lokal Kampung Adat Cireundeu, dan melihat serta melalukan wawancara ketika Karang Taruna RW 10 mendapatkan kendala baik itu dari pihak adat, masyarakat dan didalam organisasinya itu sendiri.Peneliti juga dapat melihat kehidupan sosial disana, sesekali peneliti akan ikut bergabung dalam kerumunan untuk melihat dan merasakan peneliti jadi bagian dari masyarakat, agar terjadi kedekatan dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data. Terutama peneliti akan menanyakan tentang pentingnya organisasi kepemudaan untuk ikut serta dalam upaya pelestarian kearifan lokal, kepada para tokoh adat seperti, para sesepuh, tokoh pemuda, anggota karang taruna maupun masyarakat sekitar yang bertujuan untuk mendapatkan data yang relevan tentang budaya organisasi di dalam organisasi kepemudaan di Kampung Adat Cireundeu.

3.4.3 Dokumentasi

Cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip, termasuk juga buku tentang teori, pendapat, dalil atau hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian disebut teknik dokumenter atau studi dokumentasi. (dalam Zuriah, 2007,hlm.191). Disini peniliti akan mencari hasil penelitian terdahulu mengenai Kampung Cireundeu, agar peneliti tau bahwa penelitian yang peneliti teliti tidak ada kesamaan dengan peneliti sebelumnya. Kemudian dalam hal pengumpulan data keanggotaan karang taruna peneliti akan meminta dokumen-dokumen yang ada dalam karang taruna, berupa susunan angota, AD/ART, serta susunan program kerja yang didokumentasikan pada periode karang taruna sebelumnya. Peneliti juga mengabadikan kegiatan peneliti dengan menggunakan camera, yang hasilnya menjadi salah satu bukti peneliti benar-benar mendapatkan data yang sah dan bukan kebohongan semata.

3.4.4 Studi Literatur

Studi litelatur yaitu mengumpulkan buku-buku yang akan menjadi landasan teori kemudian buku itu dipelajari dan dipahami sebagai bahan untuk penelitian. Hal


(27)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

ini merujuk pendapat Kartono (1996, hlm.33) yang mengemukakan bahwa, studi literatur adalah teknik penelitian yang dapat berupa informasi-informasi data-data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti yang di dapat dari buku-buku, majalah, naskah-naskah, kisah sejarah, dokumentasi-dokumentasi, dan lain-lain.

Sehingga dengan adanya studi literatur ini peneliti akan mendapatkan data yang empiris dan relevan yang berkaitan masalah yang sedang diteliti. Dengan adanya studi ini juga peneliti dapat mempelajari informasi-informasi yang berada di buku untuk pengembangan penelitian tentang organisasi kepemudaan dalam upaya pelestarian kearifan lokal suatu desa adat.

Dalam studi literatur peniliti akan menfokuskan mengambil sumber teori dari buku yang relevan dan sumber yang dapat dipercaya untuk mendukung tulisan peneliti agar tidak dibilang plagiat. Peneliti akan mencari buku atau sumber literatur dari berbagai perpustakaan, toko buku, bahkan dari media internet dengan sumber yang terpercaya.

3.4.5 Catatan (Field Note)

Peneliti akan melakukan penelitian dengan cara membuat catatan singkat pengamatan tentang segala peristiwa yang dilihat, dirasakan dan didengar selama penelitian berlangsung sebelum ditulis kembali kedalam catatan yang lebih lengkap. Seperti yang dikatakan Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2010, hlm.209) field note adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar , dilihat, dialami dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan rekleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.

Peneliti disini akan mempersiapkan buku catatan kecil, yang berguna untuk mencatat kejadian yang tak terduga yang dialami peneliti disaat peneliti melakukan observasi ke lapangan. Dengan adanya field note peneliti akan terbantu dengan catatan kejadian yang tak terduga dibandingkan dengan mengingat apa yang terjadi di lapangan.

3.5Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul melalui catatan lapangan hasil observasi, catatan hasil wawancara dan hasil dokumentasi yang dilakukan, kemudian data tersebut diolah,


(28)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dianalisis serta di interpretasikan sehingga data dapat memberikan makna yang bisa mengungkap masalah-masalah yang diteliti. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dapat melakukan pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data secara bersamaan. Proses tersebut dilakukan secara terus menerus sejak awal perolehan data hingga akhir penelitian. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2008, hlm.246), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

3.5.1 Data Reduction (reduksi data)

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 247) menjelaskan bahwa

“reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu”.

Pada tahap ini, peneliti merangkum dan melakukan seleksi data mana saja yang penting yang didapat dari lapangan yang nantinya akan digunakan untuk dijadikan bahan laporan. Dengan melakukan seleksi terhadap data, peneliti dapat mengetahui data mana saja yang diperlukan dan membuang data yang tidak perlu. Data yang telah direduksi ini akan memberikan gambaranyang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya bila diperlukan.

3.5.2 Data Display (penyajian data)

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 249) menyatakan bahwa

“dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya”.

Dapat dipastikan bahwa data yang didapatkan dari lapangan dengan berbagai macam sumber akan membuat bingung peneliti apabila tidak disajikan dengan rapih. Oleh karena itu peneliti disini peneliti melakukan penyajian data dengan bentuk uraian singkat. Penyajian data rutin dilakukan setelah peneliti melakukan observasi ke lapangan dan wawancara dengan informan. Itu dilakukan agar peneliti tidak kebingungan ketika hendak mencari data yang telah dilakukan.


(29)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Conclusion drawing verification merupakan upaya untuk mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data-data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 252-253).

Langkah yang ketiga ini peneliti akan lakukan di lapangan dengan maksud untuk mencari makna dari data yang telah terkumpul. Guna tercapainya suatu kesimpulan yang baik, maka kesimpulan tersebut senantiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung, agar hasil penelitiannya jelas dan dapat dirumuskan kesimpulan akhir yang akurat dandapat dipertanggung jawabkan oleh peneliti.

Demikian prosedur yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini. Dengan melakukan tahapan-tahapan ini diharapkan penelitian yang dilakukan ini dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria suatu penelitian yaitu derajat kepercayaan, maksudnya data yang diperoleh dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan kebenarannya.

3.6Pengujian Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data, peneliti dalam penelitian ini menerapkan prosedur-prosedur pemeriksaan data yang meliputi uji kredibilitas, validitas eksternal, realiabilitas dan objektivitas. Hal ini sejalan dengan Satori dan Komariah (2009, hlm. 164) yang mengatakan bahwa “penelitian kualitatif dinyatakan absan apabila memiliki derajat keterpercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

3.6.1 Keterpercayaan (Credibility/Validitas Internal)

Satori dan Komariah (2009, hlm. 164) menyatakan “kredibilitas adalah ukuran kebenaran data yang dikumpulkan, yang menggambarkan kecocokan konsep


(30)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

peneliti dengan hasil penelitian. Terdapat pendapat lain menurut Sugiyono (2010, hlm. 270) menyatakan “Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, analisis kasus negatif,

menggunakan bahan referensi, dan member check”.

Dalam penelitian yang akan dilakukan ini cara untuk menguji keabsahan data yaitu sebagai berikut:

a. Member chek, yaitu pengecekan atau verifikasi data kepada subjek yang diteliti. Tujuan member chek agar data atau informasi yang didapat sesuai dengan apa yang dimaksud oleh sumber data atau informan. Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah Karang Taruna RW 10, sumber data yang peneliti nanti akan dapatkan dimulai dari sesepuh Kampung Cireundeu, warga Kampung Cireundeu, dan Karang Taruna terdahulu di Kampung Cireundeu, tidak lupa juga dari penelitian terdahulu dan buku-buku sumber yang relevan. Informan yang peneliti ambil yaitu, sesepuh Kampung Cireundeu, Pa wanwan sebagai ketua karang taruna terdahulu, beberapa warga Kampung Cireundeu, dan tokoh pemuda yang diwakilkan oleh Kang Yana.

b. Triangulasi, yaitu pengecekan kebenaran data yang diperoleh dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi berfungsi untuk mengecek validasi data dengan menilai kecukupan data dari sejumlah data yang beragam. Triangulasi yang peneliti tentukan yaitu, sesepuh Kampung Cireundeu, Ketua Rw 10 Kampung Cireundeu, dan anggota Karang Taruna RW 10.

Member check yang dimaksudkan adalah dalam penelitian ini peneliti akan memverivikasi data yang telah didapatkan dari informan, informan kunci maupun pelengkap, ini dilakukan agar adanya kesesuaian dalam data yang di dapatkan dan tidak ada kesalahpahaman yang nanti akan berpengaruh pada pengambilan keputusan.


(31)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Triangulasi merupakan pengecekan keabsahan data yang dikumpulkan dari suatu sumber atau informan berdasarkan kebenarannya dari sumber-sumber lain. Karena peneliti disini tidak akan cepat percaya begitu saja dengan semua informasi yang diperoleh dari suatu sumber maka harus dilakukan pengecekan akan kebenaran informasi yang didapat. “Triangulasi dalam pengujian kredibilitas adalah

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu”

(Sugiyono, 2010, hlm. 273). Terdapat tiga jenis triangulasi data yaitu triangulasi waktu, triangulasi sumber informasi dan traingulasi teknik pengumpulan data. Berikut adalah gambar yang menampilkan skema dari traingulasi yang dilakukan dalam penelitian ini:

Gambar 3.1

Triangulasi Sumber Informasi

Sumber: Sugiyono (2010, hlm. 273)

Gambar 3.1, menunjukkan proses triangulasi data yang didasarkan pada sumber data, yaitu uji keabsahan data dengan cara membandingkan data yang didapat dari informasi satu informan dengan data dari informasi yang diberikan oleh informan yang lainnya.

Gambar 3.2

Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

Ketua RW 10 Tokoh masyarakat

Karang Taruna

Wawancara Observasi


(32)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu Sumber: Sugiyono (2010, hlm. 273)

Gambar 3.2 menunjukkan proses triangulasi data yang didasarkan pada teknik pengambilan data, dengan cara membandingkan data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

3.6.2 Keteralihan (Transferability/Validitas Eksternal)

Peneliti disini harus membuat deskripsi yang baik, padat tentang hasil penelitian agar terbaca dan memberikan informasi yang lengkap jelas, sistematis dan dapat dipercaya. Menurut Nasution (dalam Satori dan Komariah, 2009, hlm.165) mengatakan bahwa, " bagi penelitian kualitatif, transferabilitas tergantung pada si pemakai yakni, sampai manakan hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dalam situasi tertentu. Ketika hasil penelitian dibaca oleh pembaca dan mendapat sebuah gambaran yang jelas dari suatu hasil penelitian, maka hasil penelitian tersebut dapat dikatakan memenuhi standar transferabilitas.

3.6.3 Kebergantungan (Dependability/ Reliabilitas)

Reliabilitas Menurut Susan Stainback (dalam Satori dan Komariah, 2009, hlm. 166) adalah sebagai berikut:

“reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam penelitian kualitatif akan menemukan kesulitan untuk merefleksi pada situasi yang sama karena setting sosial senantiasa berubah dan berbeda. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif digunakan kriteria kebergantungan yaitu bahwa suatu penelitian merupakan refresentasi dari rangkaian kegiatan pencarian data yang dapat ditelusuri jejaknya”.

Peneliti dalam proses ini akan memeriksa keseluruhan proses penelitian dengan tujuan agar peneliti dapat menunjukkan hasil aktivitas di lapangan dan mempertanggungjawabkan seluruh rangkaian penelitian di lapangan mulai dari menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.

3.6.4 Kepastian (Confirmability/Objektivitas)

Kepastian atau audit kepastian menurut Satori dan Komariah (2009, hlm.167) yaitu bahwa data yang diperoleh dapat dilacak kebenarannya dan sumber informannya jelas. Proses konfirmabilitas ini dilakukan dengan cara menguji hasil


(33)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

penelitian dan menghubungkannya dengan proses penelitian yang dilakukan di lapangan, kemudian mengevaluasi hasil penelitian. Dengan cara ini, bisa diketahui apakah hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan atau tidak, apabila terdapat fungsi dalam penelitian maka penelitian ini telah memenuhi standar konfirmabilitas.


(34)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1Simpulan

5.1.1 Simpulan Umum

Berdasarkan hasil penelitian, Karang Taruna RW 10 yang berada di Cireundeu, tidak menjalankan organisasi sesuai dengan fungsinya. Fungsi karang taruna sebagai pemersatu warga, pengembangan pemuda, dan pengembangan potensi yang dimiliki Cireundeu tidak tersentuh sama sekali. Pembentukannya yang tidak jelas, didukung oleh tidak adanya atribut yang menyelimuti tubuh karang taruna membuat pergerakannya tidak jelas. Faktor kepemimpinan yang kurang baik dari pemimpin karang taruna merupakan penyebab utama terjadinya karang taruna yang tidak aktif tersebut. Akibat buruknya kepemimpinan yang dimiliki oleh karang taruna berdampak pada kerja sama antar anggota yang tidak berjalan. Dampak dari kerja sama yang tidak berjalan, mengakibatkan tumbuhnya rasa tidak peduli dari warga Cireundeu yang sama sekali tidak merasakan dampak adanya karang taruna. Program penyelarasan sangat dibutuhkan oleh masyarakat adat, pengaruh diberikannya pengelolaan desa sebagai desa wisata keadatan membuat masyarakat adat membutuhkan sosok lembaga masyarakat formal yang bisa berhubungan dengan pemerintah. Komunikasi yang buruk yang membuat tidak terlaksananya hingga sekarang program penyelarasan tersebut. Dukungan yang kurang dari RT dan RW setempat terhadap karang taruna RW 10 membuat mereka malas akan membuat suatu kegiatan maupun program kerja.

Keseluruhan faktor yang dijelaskan sebelumnya membuat karang taruna bingung akan peranan apa yang harus mereka lakukan. Sementara kegiatan yang karang taruna buat tidak relevan dengan potensi berupa nilai adat dan kearifan lokal yang harus dilestarikan, ketiadaan peranan karang taruna tersebutlah yang membuat Kampung Cireundeu hingga saat ini belum maju dalam pengembangannya menjadi Kampung Wisata Keadatan di Kota Cimahi.


(35)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

5.1.2 Simpulan Khusus

Berdasarkan uraian hasil penelitian, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Pembentukan karang taruna yang tidak jelas merupakan suatu sebab utama tidak berjalannya karanga taruna RW 10 di Cireundeu. Tidak adanya atribut organisasi seperti AD/ART organisasi, kemudian logo organisasi dan visi misi organisasi membuat mereka bingung untuk memahami pergerakan karang taruna yang sebenaranya. Sebab lainnya tidak pahamnya akan aturan tentang karang taruna yang ditentukan oleh pemerintah membuat karang taruna RW 10 tidak jelas akan pergerakannya. Suatu kesesuaian antara suatu peraturan dengan pergerakan akan menjadikan suatu harmonisasi perilaku yang tepat pada sasaran. Sikap karang taruna yang berjalan dengan hanya mengandalkan pengalaman pemimpinnya menjadikan program kerja karang taruna tidak tepat sasaran dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

b. Penyelarasan program kerja merupakan suatu program yang seharusnya terjadi di karang taruna RW 10, karena di Cireundeu memiliki suatu potensi keadatan yang bisa dikembangkan dan akan meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat Cireundeu. Faktor komunikasi yang buruk antara kubu karang taruna dengan masyarakat adat merupakan sebab utama tidak terjadinya program kerja penyelarasan. Seiring dengan berjalanya waktu modernisasi akan menjadi suatu alat pengikis kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat adat Cireundeu. Program penyelarasan yang dimaksudkan oleh nonoman adat Cireundeu adalah sebagai bentuk proteksi dari ancaman modernisasi terhadap masyarakat adat Cireundeu dan sebagai peningkatan penghasilan bagi masyarakat sipil RW 10 di


(36)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Cireundeu, sehingga timbullah keselarasan di lingkungan RW 10 Kampung Cireundeu.

c. Terdapat dua kelompok pemuda di Kampung Cireudeu, yaitu pemuda adat dan pemuda sipil RW 10. Pada pemuda sipil sentuhan budaya modern sangatlah berpengaruh besar pada pola kehidupannya. Banyak dampak modernisasi yang mampu mempengaruhi pemuda sipil untuk bergaya bebas dalam penampilan, bahkan hingga mencoba meminum meniman keras. Ketika pemuda memiliki pengaruh modern yang tinggi maka mereka akan acuh pada lingkungan di rumah mereka sendiri, mereka lebih menikmati dan nyaman akan kemodernan yang mereka rasakan dan jalani. Berbeda dengan pemuda adat yang memegang teguh akan nilai keadatan yang dimiliki oleh Cireundeu. Mengikuti tradisi bagi pemuda adat merupakan salah satu dari pengabdian. Pemuda adat sangat ingin mengembangkan desanya maupun individunya, begitu juga dengan pemuda sipil. Akan tetapi fungsi pengembangan pemuda yang dimiliki oleh karang taruna tidak dimaksimalkan oleh karang taruna RW 10. Tidak pahamnya akan landasan pergerakan karang taruna bagi pemuda merupakan salah satu kegagalan karang taruna RW 10 dalam menjalankan tugasnya.

d. Kegagalan karang taruna dalam pergerakannya terdapat beberapa faktor. Faktor tersebut adalah tidak memilikinya atribut organisasi, kepemimpinan yang buruk, kerjasama antar anggota yang buruk, dan komunikasi yang tidak terjalin dari berbagai pihak. Jika suatu karang taruna tidak memiliki suatu atribut organisasi maka karang taruna tersebut bisa dibilang ilegal dalam pergerakannya, karena tidak memiliki landasan hukum yang melindungi karang taruna tersebut. Kepemimpinan yang buruk adalah suatu kendala besar bagi terciptanya kerjasama yang baik di dalam tubuh organisasi, sehingga dapat mengganggu kinerja karang taruna dalam menentukan program kerja sampai ke kegiatan tersebut dilaksanakan. Komunikasi yang buruk kepada pihak yang menaungi karangtaruna maupun kepada komunitas yang tumbuh di lingkungan kerja


(37)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

karang taruna menyebabkan tidak terjadinya koordinasi yang baik sehingga apa yang diharapkan pihak-pihak tersebut dan masyarakat tidak dapat terjadi dikarenakan karang tarunanya itu sendiri tidak mengetahui apa yang diinginkan oleh masyarakat. Kekurangan dari karang taruna RW 10 sesuai dengan penjelasan sebelumnya, maka dengan kekurangan tersebut karang taruna RW 10 tidak dapat dipercaya oleh warga Cireundeu, dan dampaknya dari ketidakpercayaan tersebut ialah kesulitan dalam bersosialisasi dengan warga untuk menentukan program kerja yang diharapkan warga, ketika tidak ada komunikasi tersebut aka tidak ada program kerja yang terjadi, akhirnya karang taruna RW 10 menjadi malas untuk melakukan pergerakan.

e. Upaya yang dilakukan untuk mengaktifkan kembali karang taruna sayang sekali tidak dilakukan oleh karang taruna RW 10, maupun Ketua RW 10 sebagai pembina karang taruna RW 10. JIka karang taruna Rw 10 tidak melakukan suatu upaya untuk membersihkan nama karang taruna RW 10 yang sudah jelek dimata warga Cireundeu, maka yang terjadi di warga hingga saat ini adalah menghasilkan sebuah persepsi yang buruk terhadap karang taruna yang tidak ada gunanya bagi lingkungan Cireundeu. Seharusnya karang taruna menjadi sebuah organisasi yang bergerak dalam upaya mensejahterahkan lingkungannya. Ketika tidak ada upaya dari ketua RW 10 untuk mengaktifkan kembali karang taruna RW 10, maka yang terjadi menguatkan persepsi warga sipil Cireundeu bahwa karang taruna tidak ada dampak positifnya bagi mereka sehingga ketika diajak untuk berkumpul untuk mendiskusikan karang taruna mereka banyak yang tidak peduli, begitu juga dengan masyarakat adat yang mempunyai persepsi mereka tanpa adanya karang taruna masih bisa menjalankan program keadatan bahkan hingga membuat pelatihan industri kreatif bagi masyarakat adat dan warga sipil yang hendak mengikutinya. Persepsi yang tumbuh di masyarakat menjadikan karang taruna tidak ada artinya dan semakin menenggelamkan namanya dimata warga.


(38)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

5.2Implikasi

Sebagai suatu penelitian yang telah dilakukan pada karang taruna RW 10 di Kampung Cireundeu, maka kesimpulan yang ditarik tentu mempunyai implikasi dalam bidang keorganisasian dan juga penelitian-penelitian selanjutnya. Hasil penelitian mengenai peranan karang taruna RW 10 di Kampung Cireundeu, peranan tersebut hilang akibat dari pengaruh internal karang taruna itu sendiri. Mulai dari kepemimpinan yang kurang cakap, kerjasama anggota yang kurang baik, penetapan program kerja yang tidak tepat sasaran, hingga komunikasi yang buruk antara pihak eksternal karang taruna. Pengaruh internal karang taruna diperparah oleh tidak pedulinya para pemuda Cireundeu dengan kehadiran karang taruna. Dampak dari itu semua membuat karang taruna RW 10 berhenti di tengah jalan dan tidak meneruskan fungsi mereka di masyarakat Cireundeu.

Selama ini masalah yang menyebabkan pasifnya karang taruna tidak pernah dipecahkan oleh karang taruna maupun pemerintahan RW 10 itu sendiri. Sudah jelas bahwa permasalahan komunikasi dan pemuda yang tidak peduli merupakan dampak utama dari tidak berfungsinya karang taruna RW 10. Komunikasi yang buruk dari karang taruna ke berbagai pihak dan ketidak pedulian pemuda akan lingkungan Cireundeu kurang dapat perhatian serius dari pihak pemerintahan RW maupun RT dan juga sesepuh adat Cireundeu. Maka dalam mengatasi masalah tersebut diperlukan adanya usaha dan upaya dari pihak pemerintahan RW dan sesepuh adat Cireundeu dalam rangka menyatukan seluruh pemuda di RW 10, baik itu pemuda sipil maupun pemuda adat untuk memperbaiki hubungan antar pemuda di RW 10 serta memberikan motivasi kepada para pemuda untuk ikut serta dalam membangun Cireundeu, dengan masuk sebuah wadah organisasi seperti karang taruna, demi tercapainya tujuan bersama masyarkat Cireundeu.

Untuk itu perlu adanya upaya-upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah RW 10 dan sesepuh adat diantaranya sebagai berikut :

1. Komunikasi yang baik dapat menimbulkan suatu kerjasama yang maksimal dalam tubuh organisasi. Sehubungan dengan hal itu maka pihak RW 10 dan


(39)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sesepuh adat Cireundeu harus memsosialisasikan segala hal yang berkaitan dengan fungsi karang taruna yang sebenarnya. Ketika masyarakat paham akan fungsi karang taruna maka dipastikan masyarakat akan ikut serta ke dalam karang taruna.

2. Kepemimpinan yang cakap serta dapat dipercaya merupakan syarat menjadi pengurus inti di organisasi. Perlu kiranya dalam karang taruna di RW 10 penentuan pengurus inti diserahkan kepada tokoh pemuda yang dipercaya di masyarakat sipil dan masyarakat adat, agar dapat menghimpun seluruh warga RW 10.

5.3Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan saran-saran kepada berbagai pihak sebagai berikut:

1. Bagi Pengurus Rw 10

a. Pengurus RW diharapkan segera memperbaiki hubungan antara pemuda adat dan pemuda sipil RW 10, agar para pemuda di RW 10 menunjukan kekompakannya tidak seperti saat ini yang terpisah menjadi dua kubu.

b. Pengurus RW 10 diharapkan segera membentuk karang taruna yang mempunyai atribut organisasi yang lengkap serta berlandaskan pada Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77/HUK/2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna agar pergerakannya jelas dan terarah.

c. Pengurus RW 10 diharapkan segera membuat proposal untuk meminta karang taruna Kelurahan Leuwi Gajah untuk melatih karang taruna RW 10,


(40)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

sehingga dapat mendorong mereka untuk memperbaiki apa yang menjadi kekurangan di karang taruna sebelumnya.

2. Bagi Karang Taruna RW 10

a. Karang taruna RW 10 diharapkan memperbaiki komunikasi kepada berbagai pihak seperti ketua RW, ketua RT, pemuda RW 10, pemuda Adt Cireundeu, dan sesepuh adat Cireundeu, agar tingkat kepercayaan masyarakat tumbuh kembali dan mulai memahami apa fungsi dari karang taruna.

b. Karang taruna RW 10 diharapkan menaungi seluruh pemuda di Cireundeu, baik itu pemuda sipil dan pemuda adat, kalau bisa dalam srtuktuk pemimpin setiap seksi antara pemuda sipil dan pemuda adat memdapatkan keseimbangan dalam hal jabatan mereka di karang taruna, sehingga ketika para tokoh pemuda sipil maupun adat yang mempunyai peran di masyarakat dapat menghimpun warga dengan mudah.

c. Karang taruna RW 10 diharapkan segera membuat atribut organisasi yang lengkap agar dalam pergerakannya mempunyai lindungan hukum dan pergerakan yang mereka buat jelas dan terarah.

d. Karang taruna RW 10 diharapkan ketika melakukan pelatihan dipastikan seluruh anggota karang taruna RW 10 memahami akan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 77/HUK/2010 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna sehingga dalam pergerakan karang tarunanya tidak kemana-mana, karena sudah diarahkan oleh peraturan tersebut.

3. Bagi Tokoh Masyarakat Kampung Cireundeu.

a. Tokoh masyarakat diharapkan mampu menjalin kerjasama yang baik dengan pemerintahan RW 10 untuk mengatasi komunikasi yang kurang baik diantara warga adat Cireundeu dan warga sipil RW 10 sehingga dapat mengetahui apa yang diinginkan pihak masing-masing.

b. Para tokoh masyarakat diharapkan mampu menggerakan masyarakat untuk senantiasa berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk


(41)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

menangani masalah-masalah yang berkaitan kesejahteraan sosial di masyarakat, begitu juga dengan partisipasinya mengikuti karang taruna. 4. Kepada Masyarakat RW 10 Kampung Cireundeu.

a. Masyarakat diharapkan lebih selektif dalam menanggapi persepsi buruk mengenai karang taruna.

b. Masyarakat diharapkan tidak bersikap acuh dan lebih peka terhadap organisasi kemasyarakat yang ada di lingkungannya, serta masalah-masalah yang mengancam kesejahteraan sosial.

c. Masyarakat diharapkan meningkatkan partisipasinya terhadap program-program dari RW 10 dan karang taruna kedepannya.

5. Kepada peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan meneliti hubungan dengan karang taruna Kelurahan Leuwi Gajah untuk mengetahui lebih dalam lagi, apakah termasuk pada sebab pasifnya karang taruna RW 10, karena pada saat penelitian peneliti tidak mendengar campur tangan dari pihak karang taruna Kelurahan Leuwi Gajah begitu juga Pemerintahan Kelurahannya. Jika mereka mendapatkan perhatian dari karang taruna Kelurahan maka menurut peneliti tidak akan terjadi pasifnya karang taruna RW 10.


(1)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Pegringsingan Dalam Pengelolaan Hutan. Conaplin Jurnal : The Preservation Of

Local Wisdom In Tenganan Pegringsingan Indigenous Village For Forest

Management, 1 (2), hlm. 6-7.

Setianto, Khairani. (2012). Peranan Karang Taruna Dalam Pembinaan Generasi Muda

Di Desa Buluh Rampai Kecamatan Seberida Kabupatan Indragiri Hulu.

Conaplin

Jurnal: Role In Karang Taruna Fostering Young Generation, 1

(2),

hlm. 1-2.

Sumber Skripsi:

Fariz F Nurbaihaqi (2014) Pengelolaan Kampung Cireundeu Sebagai Daya Tarik

Wisata Budaya Di Kota Cimahi. S1 Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Kartika Puspita Dewi (2013) Pengaruh Perkembangan Wisata Budaya Terhadap

Kondisi Sosial Ekonomi Menurut Persepsi Masyarakat di Desa Cireundeu. S1

skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Puji Nurhayanto (2015) Tranforai Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Adat

Cireundeu. S1 skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia.

Rizki Muhammad Ramdhan (2014) Peranan Kepemimpinan Organisasi Kepemudaan

Dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Desa. S1 skripsi,

Universitas Pendidikan Indonesia.

Siska Selvia (2012) Peranan Karang Taruna GEMMAS dalam Mengembangkan

Kreativitas Generasi Muda. S1 skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia.


(2)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

DAFTAR INDEKS

A

Abdullah 23, 25 Artifact 16 Aturan Rezim 46, 110 Aturan Sistem 46, 95,

110 Ayatrohaedi 38

B

Bogdan & Taylor 50 Budaya Organisasi 10, 11,

13, 20, 90 Burns & Flam 46

Bungin 49

Burhan 53

C

Ceremonial 15 Creswel 52

D

Daoed Joesoef 23 Desa adat 34, 35,

94, 102 Discovery 44, 101

F

Fariz 3

Field note 54 Folktale 16


(3)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Gafur 24 Generasi muda 1, 23, 99 Gesture 16 Grammar penggerak 46, 110

H

Hendrarso 49 Hodge 15

I

Informan 49 Inovasi 13 Invention 44, 101

K

Kader 21 Kaderisasi 21, 108 Kampung Adat 33, 95,

101 Karang Taruna 27, 64, 89 Kartika 3

Kartono 54 Kearifan lokal 38, 66, 80 Kepemimpinan 13, 18,

104

Khairina 24 Koentjaraningrat 32 Konvensi ILO 34 Kredibilitas 57 Kusnadi 33

L

Language 16 Legend 16 Local development 38, 44 Local genius 38, 44, 98

M

Marfai 38 Masyarakat 32, 100 Masyarakat pedesaan 33 Mc Millan & Schumacer 52 Member chek 57 Mestizo culture 100 Metode deskriptif 51 Miles & Huberman 55 Modernisasi 44 Moleong 50 Mulyadi 17 Mutakim 32


(4)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

N

Nasution 51 Nonoman adat 77 Nurhayanto 64

O

Observable 15 Observasi 52 Omah Asmanah 64

Organisasi 10, 19, 90 Organisasi kemasyarakatan 23, 92 Organisasi kepemudaan 23, 90 Organisasi sosial 10

P

Pemuda 1, 23, 80, 103 Physical 16 Pendekatan kualitatif 50 Penelitian kualitatif 49, 52 Penyajian data 55 Perilaku organisasi 17 Perubahan sosial 45 Pimpinan folmal 19, 20 Pimpinan informal 19, 20 Pitana 33

Purba 38

Q

Quatrich Wales 38

R

Ramdhan 10 Reduksi data 55 Reliabilitas 59 Reundeu 62 Riani 10, 12 Rizki 3

Rite 15

Ritual 15 Rivai 17 Robbins 12, 13

S

Saga 16

Sajogyo 37 Satori & Komariah 57 Saputro 39 Schein 10, 11 Setianto 24 Setting 49 Soedjito 36 Soekanto 33


(5)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Soerjanto Poespowardojo 38 Story 16 Studi literatur 16 Struktur Organisasi 65 Sugiyono 55 Susanto 20 Suwondo 33 Symbol 16 Sztompka 39

T

Tradisi 39, 46, 101 Transferability 59 Triangulasi 57, 58

Trice 15

U

Unobservable 15

W

Wahab 10 Wawancara 52 Wiriatmadja 34

Z

Zuriah 53


(6)

Ainun Ramadhan, 2015

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU (Studi Deskriptif pada Karang Taruna RW 10 di Kampung Adat Cireundeu Kecamatan Cimahi Selatan)

Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu