17
sekolah dasar. Khususnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian atau rujukan di bidang strategi belajar mengajar pendidikan jasmani terkait
dengan penerapan metode dan pendekatan mengajar penjas oleh lembaga- lembaga yang berkepentingan dalam mengembangkan keilmuan di bidang
pendidikan jasmani seperti FPOK, lembaga terkait lainnya, para guru penjas, termasuk para peneliti dalam bidang kajian yang sama.
2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengidentifikasi metode mengajar yang
lebih sesuai diantara metode mengajar tradisional dan metode mengajar creative movement melalui pendekatan bermain dan pendekatan kompetitif.
Selanjutnya, metode mengajar tersebut dapat digunakan sebagai model pembelajaran proses sosial oleh para guru penjas dalam upaya
menumbuhkembangkan aspek-aspek sosial siswa SD melalui penerapan metode dan pendekatan mengajar dalam program pendidikan jasmani.
Akhirnya seluruh potensi sosial siswa diharapkan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tujuan kurikulum.
E. Pembatasan Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada penerapan dua metode mengajar dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani yaitu metode mengajar tradisional dan
metode mengajar creative movement yang dikemukakan Kalliopi Theodorakou dan Yannis Zervas 2003. Kedua metode mengajar diterapkan melalui
pendekatan bermain dan kompetitif dengan bahan ajar yang disesuaikan dengan
18
Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK 2003 yang didominasi oleh kegiatan belajar siswa yang bersifat berkelompok. Kedua metode dan kedua pendekatan
ini diharapkan
dapat dijadikan
model pembelajaran
penjas untuk
mengembangankan proses sosial siswa SD. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan
sampel penelitian siswa laki-laki dan perempuan 64 orang siswa kelas IV, V, dan kelas VI sekolah dasar di Kabupaten Sumedang. Penelitian diarahkan untuk
mengetahui perubahan proses sosial siswa SD melalui indikator perubahan proses asosiatif dan proses disosiatif yang diketahui dari proses pengumpulan dan
analisis data pre-tes dan pasca-tes dengan angket yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya.
F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian
Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama karena adanya aktivitas-aktivitas sosial yang terjadi sebagai akibat
interaksi sosial. Bentuk proses sosial yang timbul akibat interaksi sosial yaitu 1 proses asosiatif: kerjasama, akomodasi, asimilasi, 2 proses disosiatif: persaingan
competition, kontravensikonflik. Berlangsungnya proses interaksi didasarkan pada faktor-faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati, semua ini terjadi
apabila ada kontak sosial dan ada komunikasi Soekanto, 1999:69. Hal yang sama terjadi dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Bagi
siswa sekolah dasar khususnya kelompok anak besar berusia 7-12 tahun,
19
peningkatan proses sosial melalui keanggotaan kelompok adalah dengan belajar bermain dan berolahraga Kusmaedi, dkk., 2004:65.
Bermain dan berolahraga merupakan aktivitas dominan pendidikan jasmani. Berkenaan dengan pendidikan jasmani, Alfermann 1999:374
mengemukakan “Physical education is a natural practice ground for social interaction and an opportunity for observing social processes.” Maksudnya
adalah pendidikan jasmani merupakan wadah latihan alamiah untuk interaksi sosial dan kesempatan dalam mengamati proses-proses sosial. Menurut faham
realisme, program kejuaraan olahraga akan mengembangkan perilaku sosial manakala kemenangan bukan tujuan utama Cholik dan Lutan, 19961997:10.
Melalui aktivitas jasmani akan diperoleh banyak manfaat bagi segi sosial, misalnya dalam mengembangkan rasa percaya diri, penilaian positif terhadap
kemampuan diri, dan konsep diri yang positif pada anak didik Lutan, 2001:34, 95.
Bermain dalam aktivitas penjas diyakini mampu menumbuhkembangkan seluruh potensi anak didik termasuk di dalamnya kemampuan sosial Lutan, dkk.,
2002:43. Pendapat Hurlock 1987; dalam Sukintaka, 1992:33 menyatakan bahwa dengan bermain bersama anak lain, anak-anak belajar bagaimana
menetapkan hubungan sosial, dan bagaimana menemukan serta menyelesaikan masalah sehingga hubungan sosial menjadi lebih meningkat seperti halnya pada
proses akomodasi dan asimilasi. Kemampuan sosial seperti itu merupakan salah satu indikator dari proses sosial yang asosiatif.
20
Pendekatan bermain sebagai cara menerapkan metode mengajar creative movement semakin memberikan kebebasan kepada siswa untuk menjalin interaksi
atau hubungan sosial dengan sesamanya. Peristiwa ini mungkin terjadi karena interaksi sosial diantara siswa relatif lebih sering dan mendalam. Ini disebabkan
karena metode mengajar creative movement dilaksanakan melalui gaya mengajar problem solving, eksplorasi, eksperimen, dan discovery seperti dikemukakan oleh
Theodorokou Zervas 2003:95 “The creative movement teaching method implements learning through improvisation, experimentation, problem-solving,
exploration and discovery.” Metode ini mengarahkan siswa sebagai pembuat keputusan dominan dalam proses pembelajaran penjas. Siswa mendapatkan
kebebasan untuk menentukan apa yang harus dilakukannya setelah menerima pengarahan dalam bentuk instruksi informasi tugas gerak dari guru. Misalnya
guru menugaskan siswa untuk mencari cara menendang bola yang mampu mengenai sasaran. Siswa akan berusaha menemukan cara menendang yang
dianggapnya paling sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Berbeda dengan metode tradisional yang diterapkan dengan gaya mengajar
tugas dan komando seperti dikemukakan pula oleh Theodorokou Zervas 2003:95 “… the traditional teaching method implements learning through
demonstration and command. The teacher makes the decisions and the students follow.” Pelaksanaan metode tradisional biasanya selalu diawali demonstrasi atau
peragaan yang dilakukan oleh guru dengan menempatkan guru sebagai pembuat dan penentu keputusan dominan dalam proses pembelajaran penjas. Guru
menentukan semua hal tentang apa yang harus dilakukan siswa sehingga
21
kebebasan dan kesempatan siswa berinteraksi dengan siswa yang lainnya menjadi terbatas. Semua siswa memusatkan perhatian pada semua hal yang diperintahkan
guru. Apalagi bila pendekatan kompetitif menjadi pilihan melaksanakan metode mengajar tradisional. Ruang gerak siswa semakin dibatasi, kebebasan menggali
kemampuan diri semakin terbatas. Pendekatan kompetitif mengharuskan siswa bersaing secara tajam untuk
mencapai kemenangan yang memungkinkan pula terjadinya kontravensi di antara anak yang bersaing. Pendekatan ini bermanfaat untuk membentuk karakter dan
mempersiapkan siswa untuk menghadapi masyarakat di luar lingkungan sekolah Saputra, 2001:7. Biasanya aktivitas berkompetitif diarahkan melalui metode
mengajar tradisional seperti dengan gaya mengajar komando, dan metode mengajar creative movement dengan gaya mengajar problem solving dan guided
discovery Werner, 1979:4 dan tugas. Berbeda dengan bermain yang lebih bersifat sukarela karena dorongan langsung dari dalam diri anak Soemitro,
1992:1. Aktivitas ini lebih sesuai dilakukan dengan metode mengajar creative movement karena pembuat keputusan dominan dimiliki siswa, meski sesekali
dengan gaya mengajar komando. Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang penulis ajukan dalam
penelitian ini adalah : 1.
Metode mengajar creative movement dengan pendekatan bermain akan memberikan pengaruh yang paling besar dalam mengembangkan proses
asosiatif dibandingkan dengan metode mengajar dengan pendekatan mengajar yang lainnya.
22
2. Metode mengajar tradisional dengan pendekatan kompetitif akan memberikan
pengaruh paling besar dalam meningkatkan proses disosiatif dibandingkan metode mengajar dengan pendekatan mengajar yang lainnya.
G. Definisi Operasional