12
keterampilan sosialnya berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang Lutan, 2001:34.
Karakter penjas dapat tercapai bila program pengajaran penjas yang teratur dapat dilaksanakan dengan baik. Pelaksanaan program pembelajaran penjas yang
teratur akan memberikan pengaruh pada perkembangan hidup siswa yang akan semakin tumbuh sempurna, bukan hanya pertumbuhan dan perkembangan
tubuhnya saja, melainkan juga keadaan emosi, mental, dan hubungan sosialnya menjadi lebih baik karena mampu berinteraksi melalui sikap dan perilaku yang
direstui masyarakat Ichsan, 1983:54; Lutan, 2001:35.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Isu proses belajar mengajar penjas menurut Suherman dan Mahendra 2001:28 diantaranya adalah “Guru kurang mengembangkan domain afektif
karena kurang melibatkan aktivitas yang dapat mengembangkan keterampilan sosial, kerjasama, dan kesenangan siswa terhadap pendidikan jasmani.” Isu
seperti ini harus menjadi perhatian penting bagi para pelaksana pembelajaran untuk segera dicarikan jalan keluarnya.
Problematika di lapangan adalah guru penjas di sekolah dasar lebih menekankan pada proses mengembangkan keterampilan motorik, bahkan lebih
ekstrim lagi adalah skill yang bersifat kecabangan Husdarta, 2000 yang sebenarnya belum memungkinkan bagi siswa, misalnya menggunakan sarana dan
prasarana bagi orang dewasa, di samping belum sesuai dengan tujuan kurikulum penjas SD. Meski ada guru yang menerapkan variasi metode mengajar tetapi
13
pendekatan mengajar yang dilakukan belum sesuai dengan karakteristik siswa. Ketidaksesuaian tersebut disebabkan guru belum mampu menyesuaikan materi
bahan ajar dan tujuan dengan minat, kebutuhan dan karakteristik siswa berdasarkan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.
Terdapat pula aktivitas guru penjas SD selama pembelajaran penjas yang mendominasi melalui gaya mengajar komando bersifat teacher centered, yang
diarahkan pada aktivitas yang bersifat kompetitif dengan penekanan pada hasil akhir menang atau kalah. Ini terungkap dari pengalaman penulis mengajar di
PGSD Penjas S-1 Sumedang tahun 2004-2005 yang mahasiswanya adalah para guru penjas dari wilayah Kabupaten Sumedang, Kota Bandung, dan Kabupaten
Bandung. Para guru penjas mengakui bahwa penyajian bahan ajar penjas yang dilakukannya selalu didominasi oleh gaya mengajar komando yang diarahkan agar
siswa menguasai suatu keterampilan motorik. Padahal sebenarnya ada metode dan pendekatan mengajar yang memungkinkan siswa mengembangkan aspek
sosialnya, misalnya metode yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengambil keputusan seperti metode guided discovery dan problem solving.
Penekanan pada satu jenis metode yang bersifat teacher centered saja berakibat anak kurang memiliki kesempatan mengembangkan proses sosial proses asosiatif
dan proses disosiatif. Padahal mengembangkan aspek sosial sejak anak-anak usia dini merupakan fondasi bagi terbentuknya social skill di masa berikutnya
Lutan, dkk., 2002. Seperti dikemukakan pula oleh Kamtomo 1974:6, ketika anak bermain dalam suatu permainan olahraga maka sesungguhnya mereka adalah
manusia dengan segala aspek-aspeknya sebagai makhluk individu dan makhluk
14
sosial. Sebagai individu, anak terdiri dari jiwa dan raga. Sebagai makhluk sosial, anak sedang belajar menerapkan status dan peranannya seperti halnya dalam
kehidupan sosial di masyarakat. Ketika menjadi pemain maka berperanlah sebagai pemain, ketika menjadi wasit maka jadilah sebagai wasit bukan menjadi
pemain. Artinya melalui aktivitas olahraga anak diajarkan untuk mengerti berbagai status dan peranannya dalam kehidupan sosial di masyarakat.
Perkembangan sosial yang terjadi pada siswa SD yang sesuai dengan harapan guru dan masyarakat tidak terjadi dengan sendirinya. Melalui
pembelajaran penjas yang disajikan dengan berbagai metode mengajar dan pendekatan mengajar diharapkan aspek sosial pada diri siswa dapat
ditumbuhkembangkan. Metode mengajar yang dimaksud adalah metode tradisional dan metode creative movement. Sedangkan pendekatan mengajar yang
umum diterapkan dalam kegiatan pembelajaran penjas di SD yaitu pendekatan bermain dan pendekatan kompetitif berlomba. Kedua metode mengajar dan
pendekatan mengajar ini diharapkan dapat menjadi model pembelajaran dalam mengembangkan proses sosial siswa SD, khususnya proses asosiatif kerja sama,
akomodasi, asimilasi dan mencoba mengurangi dampak negatif dari proses disosiatif persaingan, kontravensi, konflik.
Dari rumusan masalah yang telah diuraikan, diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh metode mengajar dan pendekatan mengajar terhadap
proses asosiatif siswa SD ?
15
2. Bagaimana pengaruh metode mengajar dan pendekatan mengajar terhadap
proses disosiatif siswa SD ? 3.
Metode mengajar melalui pendekatan mengajar manakah yang paling besar pengaruhnya dalam meningkatkan proses asosiatif siswa SD?
4. Metode mengajar melalui pendekatan mengajar manakah yang paling besar
pengaruhnya dalam meningkatkan proses disosiatif siswa SD?
C. Tujuan Penelitian