111
Wijayanta, Bantuan Hukum Golongan Tidak Mampu dalam Perkara Perdata di Pengadilan Negeri Yogya
1
Sudikno Mertokusumo, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia, Ed. Ketujuh, Liberty, Yogyakarta, hlm. 17.
2
Putusan Pengadilan Negeri Baturaja Nomor 61971Pdt. Lihat dalam Direktorat Pembinaan Administrasi Peradilan Direktorat Jenderal Pembinaan Badan-badan Peradilan Departemen Kehakiman Republik Indonesia, 1973,
Law Report I 1973, Direktorat Pembinaan Administrasi Peradilan Direktorat Jenderal Pembinaan Badan-Badan Peradilan Departemen Kehakiman Republik Indonesia, Jakarta, hlm. 60.
3
Frans Hendra Winata, “Dasar Konstitusional Bantuan Hukum”, http:jodisantoso.blogspot.com200706dasar-konstitusional-bantuan- hukum.html, diakses 6 Agustus 2011.
4
Badan Peradilan Umum, “Penjelasan Prosedur Bantuan Hukum”, http:www.pn-mojokerto.go.idindex.phpberita163, diakses 9 Agustus 2011.
A. Latar Belakang Masalah
Mempertahankan hukum yang dilanggar melalui pengadilan pada asasnya dikenakan
biaya. Biaya ini meliputi biaya kepaniteraan dan biaya untuk panggilan, pemberitahuan para
pihak serta biaya materai
1
. Sekiranya perkara tersebut dimintakan bantuan hukum kepada
advokat maka harus dikeluarkan biaya untuk jasa bantuan hukum bagi advokat. Dalam
Putusan Nomor 61971Pdt yang dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri Baturaja pada tanggal 6 Juni
1971, gugatan penggugat digugurkan karena
penggugat tidak menambah persekot biaya perkara sehingga penggugat dianggap tidak lagi
meneruskan gugatannya.
2
Dalam negara hukum rechtsstaat, negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia
setiap individu. Pengakuan negara terhadap hak individu ini tersirat di dalam persamaan ke-
dudukan di hadapan hukum bagi semua orang. Dalam suatu negara hukum semua orang harus
diperlakukan sama di hadapan hukum equality
before the law. Persamaan di hadapan hukum harus diimbangi juga dengan persamaan perlakuan
equal treatment. Penegakan hukum melalui lembaga peradilan tidak bersifat diskriminatif.
Artinya setiap orang, baik mampu atau tidak mampu secara sosial-ekonomi, berhak memper-
oleh pembelaan hukum di depan pengadilan. Untuk itu diharapkan sifat pembelaan secara
cuma-cuma dalam perkara pidana dan perdata tidak dilihat dari aspek degradasi martabat atau
harga diri seseorang, tetapi dilihat sebagai bentuk penghargaan terhadap hukum dan kemanusiaan
yang semata-mata untuk meringankan beban hukum masyarakat tidak mampu.
Bantuan hukum merupakan hak yang di- miliki setiap orang, khususnya orang tidak
mampu agar yang bersangkutan mendapatkan keadilan. Jaminan hak ini terdapat dalam standar
hukum internasional dan nasional sebagai bentuk pemenuhan hak dasar yang telah diakui secara
universal. Perolehan pembelaan dari seorang advokat atau pembela umum
access to legal counsel adalah hak asasi manusia setiap orang
dan merupakan salah satu unsur untuk memper- oleh keadilan
access to justice bagi semua orang
justice for all. Tidak ada seorang pun dalam negara hukum yang boleh diabaikan
haknya untuk memperoleh pembelaan dari se- orang advokat atau pembela umum dengan tidak
memperhatikan latar belakangnya, seperti latar belakang agama, keturunan, ras, etnis, keyakinan
politik, strata sosio-ekonomi, warna kulit dan gender.
3
Program pemberian bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu telah berlangsung sejak
tahun 1980 hingga sekarang. Dalam kurun waktu tersebut, banyak hal yang menunjukkan bahwa
pemberian bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu sangat diperlukan, dan diharapkan adanya
peningkatan atau intensitas pelaksanaan bantuan hukum dari tahun ke tahun.
4
Arah kebijaksanaan dari program bantuan hukum bagi masyarakat
tidak mampu, disamping memberdayakan ke- beradaan dan kesamaan hukum bagi seluruh
lapisan masyarakat, juga bertujuan untuk menggugah kesadaran dan kepatuhan hukum
masyarakat, yaitu melalui penggunaan hak yang disediakan oleh negara dalam hal membela
kepentingan hukumnya di depan pengadilan. Dalam rangka pemerataan pemberian dana
bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu, pada awal pelaksanaannya di tahun anggaran
19801981 sampai dengan 19931994 hanya disalurkan melalui pengadilan negeri sebagai
MIMBAR HUKUM Volume 24, Nomor 1, Februari 2012, Halaman 1 - 186
112
5
Ibid.
6
Kunto Prastowo, “DIY Tingkatkan Anggaran Penanggulangan Kemiskinan”, http:tnp2k.go.idberitaberitaitem160-diy-tingkatkan- anggaran-penanggulangan-kemiskinan.html, diakses 7 Agustus 2011.
7
Engelbertus Pr. Degey, “Banyak Program tapi Rakyat Tetap Miskin”, http:www.wikimu.comNewsDisplayNews.aspx?ID=2706, diakses 7 Agustus 2011.
lembaga satu-satunya dalam penyaluran dana bantuan hukum, maka sejak tahun anggaran
19941995 hingga sekarang, penyaluran dana bantuan hukum di samping melalui pengadilan
negeri juga dilakukan melalui Lembaga Bantuan Hukum yang tersebar di wilayah hukum peng-
adilan negeri. Dengan demikian dana bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu dapat
disalurkan melalui 1 dana bantuan hukum melalui pengadilan negeri; atau 2 dana bantuan
hukum yang disediakan di lembaga bantuan hukum
Dalam ketentuan undang-undang yang sekarang berlaku, bantuan hukum bagi pencari
keadilan golongan tidak mampu diatur
5
secara tegas dalam UU No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman. Khusus yang berkaitan dengan bantuan hukum ke pengadilan negeri
juga diatur dalam UU No. 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum jis. UU No. 8 Tahun 2004 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum dan UU No. 2 Tahun 1986
tentang Peradilan Umum. Di Indonesia, jumlah
penduduk tidak mampu miskin penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan sampai
dengan 2008 sebesar 32,53 juta 14,15.
6
Sementara itu, untuk wilayah Kota Yogyakarta penduduk yang hidup serba kekurangan ada
puluhan ribu. Sampai dengan 2008, menurut data Dinas Kesejahteraan Sosial Kota Yogyakarta,
jumlah keluarga miskin gakin menembus angka 31.367 Kepala keluarga dari jumlah total 81.859
KK yang ada.
7
Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan di atas, permasalahan yang diteliti
dalam penelitian ini adalah bagaimana pelak- sanaan program bantuan hukum yang diberikan
oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta kepada pencari
keadilan golongan
tidak mampu
sebagaimana ketentuan yang diatur dalam UU RI Nomor 48 Tahun 2009
jo. UU RI Nomor 49 Tahun 2009 dalam perkara perdata dan apakah
ukuran yang digunakan oleh Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam menentukan ukuran tidak
mampu bagi pencari keadilan yang mengajukan
permohonan bantuan hukum?
B. Metode Penelitian