TUGAS MAKALAH KEMAHIRAN BANTUAN HUKUMBANTUAN HUKUM GOLONGAN TIDAK MAMPUDALAM PERKARA HUKUM KELUARGA DI PENGADILAN AGAMAYOGYAKARTA TAHUN 2011-2012

TUGAS MAKALAH KEMAHIRAN BANTUAN HUKUM
BANTUAN HUKUM GOLONGAN TIDAK MAMPU
DALAM PERKARA HUKUM KELUARGA DI PENGADILAN AGAMA
YOGYAKARTA TAHUN 2011-2012
PROGRAM STUDI : HUKUM
JENJANG PENDIDIKAN : STARTA-1 (S1)

OLEH:
YUNALDI
1310005600031

FAKULTAS ILMU HUKUM
UNIVERSITAS TAMAN SISWA
PADANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sesuai dengan kodratnya, manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha

Pengasih untuk hidup bersama dengan manusia lainnya (bermasyarakat) untuk
berinteraksi. Dalam hidup bermasyarakat ini mereka saling menjalin hubungan,
yang apabila diteliti jumlah dan sifatnya, tidak terhingga banyaknya. Di dalam
kehidupan bermasyarakat tiap-tiap individu atau orang mempunyai kepentingan
yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Adakalanya kepentingan mereka
itu saling bertentangan, hal mana dapat menimbulkan suatu sengketa. Untuk
menghindarkan gejala tersebut, mereka mencari jalan untuk mengadakan tata
tertib, yaitu dengan membuat ketentuan atau kaidah hukum, yang harus ditaati
oleh

setiap

anggota

masyarakat,

agar

dapat


mempertahankan

hidup

bermasyarakat.
Dalam kaidah hukum yang ditentukan itu, setiap orang diharuskan untuk
bertingkah laku sedemikian rupa, sehingga kepentingan anggota masyarakat
lainnya akan terjaga dan dilindungi, dan apabila kaidah hukum tersebut dilanggar,
maka kepada yang bersangkutan akan dikenakan sanksi atau hukuman. Perlu
ditegaskan, bahwa yang dimaksud dengan kepentingan adalah hak-hak dan
kewajiban-kewajiban perdata, yang diatur dalam hukum perdata materiil. Sebagai
lawan hukum perdata materiil adalah hukum perdata formil.

Hukum acara perdata juga disebut hukum perdata formil, yaitu kesemuanya
kaidah hukum yang menentukan dan mengatur cara bagaimana melaksanakan
hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yang diatur dalam hukum
perdata materiil.

1


Proses pertumbuhan dan berkembangnya hukum nasional pasca kemerdekaan
(hingga kini) ditandai dengan tidak hanya tumbuh kembangnya pranata-pranata
hukum serta semakin canggihnya pengaturan pelbagai bidang sosial oleh hukum,
akan tetapi juga terlihat pada tingkatan lain yaitu yang berwujud pada perubahan
yang paradigmatik yang di dalamnya mengandung dimensi-dimensi yang
2

ideologik. Sejalan dengan berkembangnya hukum, kegiatan bantuan hukum
khususnya bagi masyarakat miskin dan buta hukum yang tampak semakin meluas
dan memasyarakat, suatu pandangan kritis terhadap konsep-konsep

bantuan

hukum yang kini dikembangkan di Indonesia banyak dikemukakan oleh kalangan
hukum. Baik teoritis maupun praktisi, maupun kalangan ilmuwan

sosial.

Berbicara mengenai bantuan hukum sebenarnya tidak terlepas dari fenomena
hukum itu sendiri. Seperti telah diketahui bahwa keberadaan (program) bantuan

hukum adalah salah satu cara untuk meratakan jalan menuju kepada pemerataan
keadilan yang penting artinya bagi pembangunan hukum (khususnya) di
Indonesia.

3

1

Retnowulan Sutantio, Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Peradat dalam Teori dan
Praktik, Cet.Ke-11,(Bandung: Mandar Maju, 2009), hlm. 1-2.
2

Bambang Sunggono dan Aries Hariyanto, Bantuan Hukum dan HAM, Cet. ke-3, (Bandung:
CV. Mandar Maju, 2009), hlm. 1
3

Ibid., hlm. 20.

Walau sejarah pemberian bantuan hukum sudah ada dalam sistem Romawi
4


kuno, itu sebagai bagian dari sistem patronase politik, namun baru setelah
revolusi Prancis pemberian bantuan hukum menjadi bagian dari proses hukum
walau pengertian bantuan hukum disini adalah warga masyarakat yang harus
5

tampil sendiri mempertahankan hak-haknya. Pemberian Bantuan Hukum dalam
bentuk hak untuk didampingi oleh penasehat hukum dalam proses hukum, baru
muncul pada abad ke-20.

6

Di Indonesia bantuan hukum sebagai suatu legal institution (lembaga hukum)
semula tidak dikenal dalam hukum tradisional, dia baru dikenal di Indonesia sejak
7

masuknya atau berlakunya sistem hukum barat di Indonesia. Perkembangan
bantuan hukum di Indonesia mulai memasuki babak baru ketika di era tahun 70an. Babak baru tersebut dimulai ketika berdirinya Lembaga Bantuan Hukum
Jakarta yang didirikan oleh Adnan Buyung Nasution dkk. Selain karena
mengusung konsep baru dalam pelaksanaan program bantuan hukum di Indonesia,

LBH Jakarta juga dianggap sebagai cikal bakal bantuan hukum yang terlembaga
yang dikatakan paling berhasil pada masa itu. Hingga tak pelak pendirian lembaga

4

Menurut Vicent Lemieux, Teori Patronase Politik adalah teori yang mengatakan bahwa
patronase adalah suatu dipensasi dari suatu keberhasilan, seperti pekerjaan kantor, kontrakkontrak, pembagian-pembagian atau hal-hal lain yang mempunyai berharga yang berasal dari
seorang patron (seseorang yang mengontrol dispensasi) kepada rekannya. Sebagai gantinya,
rekanan tersebut akan memberikan suatu penghargaan yang sama atau senilai, seperti memilih
partai Patron atau menyumbang sejumlah uang ataupun sejumlah pekerja untuk diperkerjakan
dalam kampanye pemilihan umum. Hubungan antara Patron dengan rekanannya mempunyai
tipikal tidak seimbang dan selektif.
5

Soerjono Soekanto, Heri Tjandrasari dan Tien Handayani, Bantuan Hukum Suatu Tinjauan
Sosio Yuridis, Cet. ke-1, (Jakarta: Ghalia Indo, 1983), hlm. 11-12
6

Ibid., hlm. 12.


7

Bambang Sunggono dan Aries Hariyanto, Bantuan Hukum dan HAM, hlm. 11.

bantuan hukum ini kemudian mendorong tumbuhnya berbagai macam bentuk
organisasi dan wadah bantuan hukum di Indonesia

8

Dalam kurun waktu tersebut hingga sekarang, banyak hal yang menunjukkan
bahwa pemberian bantuan hukum bagi masyarakat tidak mampu sangat
diperlukan, dan diharapkan adanya peningkatan atau intensitas pelaksanaan
bantuan hukum dari tahun ke tahun. Arah kebijakan dari program bantuan hukum
itu sendiri yakni bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam bidang
hukum dan menjamin hak-hak masyarakat kurang mampu atau buta hukum agar
mereka memperoleh kedudukan yang sama di mata hukum.
Masyarakat miskin menghadapi hambatan utama dalam masalah keuangan
untuk mengakses Pengadilan Agama yang berkaitan dengan biaya perkara dan
biaya transportasi untuk datang ke pengadilan. Tetapi oleh Mahkamah Agung
diberikan kemudahan yakni dengan menyelenggarakan sidang keliling dan

pembebasan biaya perkara dengan proses prodeo.
Prodeo dan Sidang Keliling sudah mulai berjalan hampir di

seluruh

Pengadilan Agama di Indonesia. Namun demikian, bantuan hukum bagi
masyarakat kurang mampu tidak hanya sebatas pada pemberian kedua fasilitas
tersebut. Masyarakat miskin biasanya identik dengan tingkat pendidikan rendah
yang berimplikasi pada minimnya pengetahuan mereka terhadap masalah hukum
ketika harus membawa perkaranya ke pengadilan.
Masyarakat yang tidak mampu dan awam hukum dalam mengajukan
perkaranya ke pengadilan sering kali dihadapkan pada aturan dan bahasa hukum

8

Daniel S. Lev, Hukum dan Politik di Indonesia atau Kesinambungan dan Perubahan, alih
bahasa Nirwono dan AE Priyono (Jakarta: LP3ES, 1990), hlm. 495

yang kadang terkesan kaku dan prosedural. Baik dalam tahapan litigasi maupun
non litigasi semuanya harus dilakukan sesuai dengan aturan hukum itu sendiri

atau jika tidak permohonan atau gugatan yang diajukan akan ditolak pengadilan
padahal bisa jadi hanya karena tidak memenuhi aspek prosedural hukum.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 D (1) menyatakan dengan tegas bahwa
setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. Jaminan negara ini
kemudian dijabarkan dalam berbagai Undang-Undang dan peraturan yang
berkaitan dengan akses masyarakat terhadap hukum dan keadilan.
Pasal 56 UU No. 48/2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman dan dan pasal 60B
UU No. 50/2009 Tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 7/1989 Tentang
Peradilan Agama menyebutkan bahwa setiap orang yang tersangkut perkara
berhak memperoleh bantuan hukum dan negara menanggung biaya perkara bagi
pencari keadilan yang tidak mampu. Pasal 57 UU No. 48/2009 dan Pasal 60 (c)
UU No. 50/2009 juga mengatur bahwa di setiap Pengadilan dibentuk Pos Bantuan
Hukum untuk pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh bantuan
hukum. Dalam ayat berikutnya disebutkan bahwa bantuan hukum tersebut
diberikan secara cuma-cuma pada semua tingkat peradilan sampai putusan
terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Dalam konteks inilah pedoman pemberian bantuan hukum khususnya dalam
pembuatan surat gugatan/permohonan dan perkara jinayat, perkara prodeo serta
sidang keliling diperlukan sebagai bentuk pelaksanaan amanat Undang-Undang


dan rujukan dalam menjamin optimalisasi akses masyarakat miskin dan
termarjinalkan terhadap Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah.

9

Posbakum termasuk organisasi bantuan hukum yang resmi di Pengadilan
Agama berdasarkan SEMA No. 10 Tahun 2010. Pos Bantuan Hukum adalah
ruang yang disediakan oleh dan pada setiap Pengadilan Agama bagi pemberi
bantuan hukum dalam memberikan layanan bantuan hukum kepada pemohon
bantuan hukum dalam hal pemberian advis atau konsultasi hukum, bantuan
pembuatan surat gugatan/permohonan.
Pelaksanaan Pos Bantuan Hukum (Posbakum) belum dapat diterapkan di
seluruh Pengadilan Agama. Hal ini disebabkan belum tersedianya dana yang
memadai. Untuk langkah awal, Posbakum telah dilaksanakan secara serentak
sejak tanggal 1 Maret 2011 di 46 Pengadilan Agama di seluruh Indonesia. Ini
dapat dikatakan sebagai pilot projek yang nanti diharapkan seluruh Pengadilan
Agama di Indonesia juga telah dapat mengimplementasikan Posbakum tersebut.
Pengadilan Agama tersebut merupakan Pengadilan Agama di Ibu Kota Propinsi
dan beberapa Pengadilan Agama yang banyak perkaranya.


10

Pengadilan Agama Yogyakarta adalah salah satu pengadilan di Daerah
Istimewa Yogyakarta yang dijadikan sebagai pilot projek Pos Bantuan Hukum,
dalam

mengimplementasikannya.

Disini

Pengadilan

Agama

Yogyakarta

bekerjasama dengan lembaga Bantuan Hukum yang ada di Yogyakarta yakni
Rifka Annisa.

9

BAB I Lampiran B Pedoman Pemberian Bantuan Hukum Di Lingkungan Peradilan Agama

10

Wahyu Widiana Mediasi dan Bantuan Hukum di Lingkungan peradilan Agama, Agenda
dan Problematika. Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia, (Sabtu, 21 Januari
2012).

Berdasarkan gambaran di atas, Penulis tertarik membahas seberapa besar
implementasi dari Pemberian bantuan hukum, peran bantuan hukum di Pengadilan
Agama Yogyakarta dan pelaksanaannya, dilihat sesuai dengan ketentuan undangundang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman. Itulah yang melatarbelakangi penulis untuk mengkaji makalah
dengan judul Bantuan Hukum Golongan Tidak Mampu dalam Perkara Hukum
Keluarga di Pengadilan Agama Yogyakarta Tahun 2011-2012.

B. Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka pokok masalah
yang diteliti dalam penyusunan makalah ini dirumuskan dalam pertanyaanpertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan program Bantuan Hukum yang diberikan oleh
Pengadilan Agama Yogyakarta kepada pencari keadilan golongan tidak
mampu
2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam
praktik pelaksanaannya?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka tujuan yang akan dicapai dan sumbangan baru yang diharapkan dari
penelitian ini bagi perkembangan ilmu hukum adalah:
a. Menjelaskan pelaksanaan program Bantuan Hukum yang diberikan oleh
Pengadilan Agama Yogyakarta kepada pencari keadilan golongan tidak
mampu
b. untuk menggambarkan faktor-faktor yang menjadi pendukung dan
penghambat praktik pelaksanaan Bantuan Hukum
2. Kegunaan
Sejalan dengan tujuan penelitian yang dikemukakan di atas, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberi kegunaan diantaranya:
a. Dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu pengetahuan di bidang
hukum pada umumnya dan bidang pemberian bantuan hukum pada
khususnya.
b. dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan penulis dalam
bidang Ilmu Hukum/ Hukum Islam sebagai bekal untuk terjun ke
dalam masyarakat nantinya dan dapat memberikan suatu data.

D. Telaah Pustaka
Hingga kini masalah Bantuan Hukum telah dibahas secara luas oleh banyak
akademisi dan praktisi hukum dalam berbagai artikel, makalah, penelitian, dan
buku-buku. Namun, dalam pengamatan penulis terhadap penelitian dan kajian
terdahulu (prior research), pembahasan secara utuh dan spesifik tentang bantuan
hukum golongan tidak mampu dalam perkara hukum keluarga dan meninjau
secara kritis faktor-faktor yang mempengaruhi implementasinya di lingkungan
peradilan agama, belum pernah ada. Kalaupun ada, pembahasan tersebut tidak
dibahas secara mandiri dan mendalam. Melainkan dalam konteks sebagai sub-bab
dari buku, skripsi, tesis, dan disertasi, atau sebagai pengantar untuk masuk ke
pemahaman bantuan hukum itu sendiri. Penelitian ini berusaha mengisi
kekosongan tersebut. Namun demikian, ada beberapa karya penelitian terdahulu
yang sekiranya relevan untuk ditinjau secara kritis, yang berupa skripsi, tesis dan
disertasi, mengingat ada perbedaan antara buku teks dan hasil kajian ilmiah dalam
bentuk penelitian.

E. Kerangka Teoritik
Bantuan Hukum kepada orang yang membutuhkan bantuan dapat membantu
mengurangi beban. Orang yang berperkara itu belum tentu tahu tentang proses
berperkara di Pengadilan, khusunya pada Pengadilan Agama. Selain mengurangi
beban, Islam juga menganjurkan untuk saling tolong-menolong untuk
kebaikan.dalam Islam kita dianjurkan menolong seseorang dalam hal kebaikan,
dalam hal ini juga pemberian bantuan hukum dalam Islam juga diperbolehkan
karena pemberian bantuan hukum merupakan suatu kebaikan karena dalam hal ini
turut membantu seseorang

Pemberian bantuan, di dalam pasal 5 ayat (2) Undang-undang Nomor 4 tahun
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman jo. pasal 58 ayat (2) undang-undang nomor 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dinyatakan, bahwa “pengadilan membantu
para pencari keadilan dan berusaha sekeras-kerasnya mengatasi segala
hambatan dan rintangan untuk tercapainya peradilan yang sederhana, cepat,
biaya ringan”
Teori persamaan hak hukum (equality before the law) dan teori hak untuk
mendapatkan keadilan (Access to justice theory). Di Dunia barat teori persamaan
hak hukum (equality before the law) dan teori hak untuk medapatkan keadilan
(Access to justice theory) didasarkan kepada teori kebebasan (liberal-demokrasi)
dan teori konflik untuk pemenuhan kebutuhan materi (materialism).
Teori kebebasan demokrasi diperkenalkan oleh Alan C. Reiter yang
berkembang dalam sistem politik dan hukum di Negara-negara Eropa, Britania
Raya, Amerika Serikat, Canada dan Australia. Teori ini telah berkembang sejak
awal abad ke-17 ketika Thomas Hobbes, Jhon Finnis, Thomas Aquinus,
Montesquie dan Jhon Locke memperkenalkan ajaran kebebasan dan demokrasi
dalam filsafat hukum alam (lex naturalis atau natural law atau natural right).

19

Menurut teori ini, setiap orang diyakini memiliki persamaan hak dan kebebasan
berdasarkan prinsip persamaan di depan hukum (equality before the law) dan
persamaan hak keadilan di depan hukum (Access to justice theory) serta dilakukan
melalui advokasi dan bantuan hukum

19

Lihat penjelasan lengkap Allan C. Reiter dan Stam, Democracies at War (Princeton, USA:
Princeton University Press, 2002). Lihat pula Alan W. Houseman & Linda E. Perle, Securing
Equal Justice for all: A Brief History of Civil Legal Assistence in the United State, (Center for Law
and social Policy, November 2003) hlm. 10-29 dan Helaine M. Barnett, Documenting the justice
Gap in America: The Current Unment Civil Legal Need of Low-Income Americans, (USA: Legal
Services Corporation, September 2005) hlm. 4 dan 9 dalam http://en.wikipedia. org/wiki/Liberal
_democracy

Bantuan hukum menurut SEMA No. 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Pemberian Bantuan Hukum yakni bertujuan untuk:
a. Meringankan beban biaya yang harus ditanggung oleh anggota masyarakat
tidak mampu di pengadilan, Memberikan kesempatan yang merata pada
masyarakat tidak mampu untuk memperoleh pembelaan dan perlindungan
hukum ketika berhadapan dengan proses hukum di pengadilan
b. Meningkatkan akses terhadap keadilan; dan
c.

Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang hukum
melalui penghargaan, pemenuhan dan perlindungan terhadap hak dan
kewajibannya.

20

Tujuan di atas juga menunjukkan bahwa Negara juga menjamin hak dan
kewajiban masyarakat dan memberikan perlindungan hukum ketika berhadapan
dengan proses hukum dengan mendirikan Pos Bantuan Hukum (Posbakum) di
pengadilan-pengadilan yang ada, khususnya di Pengadilan Agama, dalam hal ini
diharapkan agar masyarakat kurang mampu dalam hal finansial maupun
kemampuan tidak lagi kesulitan ketika berperkara/mengahadapi perkara di
pengadilan, khsusnya Pengadilan Agama

F. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data yang lengkap, mendalam dan memberi jawaban yang
tepat serta menyeluruh terhadap permasalahan yang diajukan digunakan bentuk
penelitian hukum normatif empiris. Penelitian ini merupakan penggabungan
penelitian hukum normatif yang menggunakan data sekunder dan penelitian
hukum empiris yang menggunakan data primer. Data penelitian berasal dari data
sekunder bersumber dari penelitian kepustakaan dan data primer berasal dari

20

Pasal 2 Lampiran B SEMA No. 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan
Hukum.

penelitian lapangan. Cara mengumpulkan data dalam penelitian kepustakaan ini
adalah dengan metode dokumentasi dengan alat studi dokumen, sedangkan cara
pengumpulan data dalam penelitian lapangan dilakukan dengan wawancara
dengan alat pedoman wawancara.
1. Jenis penelitian
Metode penelitian berperan sangat urgen untuk mendapatkan hasil penelitian
yang terarah dan optimal karena metodologi penelitian merupakan ilmu mengenai
jenjang-jenjang yang harus dilalui dalam suatu proses penelitian. Adapun metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data primer sebagai
penunjang data sekunder (peraturan perundang-undangan), yaitu dengan cara
pengumpulan data (data collecting), dan penyeleksian data melalui wawancara
dengan pihak-pihak yang berkompeten di Pengadilan Agama dan Rifka Annisa
Yogyakarta selaku lembaga yang menanganai Posbakum di

Pengadilan

Agama Yogyakarta. Penelitian empiris ini dilakukan untuk memotret realitas
yang terjadi di lapangan tentang bantuan hukum(Posbakum) bagi golongan
tidak mampu di Pengadilan Agama.
2. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
normatif yuridis, yaitu penelitian yang menekankan pada data

sekunder,

mencakup keseluruhan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
bantuan hukum. Berdasarkan objek penelitian tersebut, maka penelitian

ini

dilakukan dengan mengkaji mekanisme perangkat pengaturan bantuan hukum
menurut peraturan perundang-undangan yang ada (statute approach), apakah
peraturan perundang-undangan tersebut telah memadai untuk menerapkan bantuan
hukum di pengadilan, khususnya di Pengadilan Agama, serta mengevaluasi faktorfaktor pendukung dan penghambat yang dihadapi.
3. Objek dan subjek penelitian
Objek dari penelitian ini adalah bantuan hukum untuk golongan tidak mampu
di Pengadilan Agama Yogyakarta tahun 2011-2012. Subjek penelitian ini adalah
staf/karyawan Posbakum(Rifka Annisa) dan hakim/karyawan Pengadilan Agama
Yogyakarta yang terkait dengan pemberian bantuan hukum di Pengadilan Agama
Yogyakarta tahun 2011-2012
4. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a.

Observasi (pengamatan) dilakukan untuk mengamati secara langsung
mengenai pelaksanaan Bantuan hukum di Pengadilan Agama Yogyakarta,
mulai dari proses, pelaksanaan, dan penyelesaian perkaranya.

b.

Interview (wawancara) dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan
sebagai

sarana

untuk

mengetahui

secara

mendalam

mengenai

implementasi Bantuan hukum (Posbakum) di Pengadilan Agama. Dalam
melakukan wawancara ini, terlebih dahulu menyiapkan pedoman
wawancara dan kemudian didiskusikan baik dengan mereka yang
mempelajari dan tahu tentang bantuan hukum, maupun dengan akademisi,

hakim, penerima bantuan hukum dan advokat yang pernah menangani
perkara melalui Posbakum di Pengadilan
c.

Studi Dokumen, dilakukan terhadap data sekunder untuk mendapatkan
landasan teoritis kebijakan hukum berupa pendapat atau tulisan para ahli
atau pihak lain yang mendapatkan informasi, baik dalam bentuk ketentuan
formil maupun data melalui naskah resmi dari Pengadilan Agama
Yogyakarta. Data yang sudah terkumpul akan diklasifikasi sesuai jenisnya
dan kemudian dianalisis secara kualitatif.

5. Analisis data
Karena pendekatan utama penelitian ini adalah kualitatif maka akan dianalisis
dengan cara analisis SWOT; strength (kekuatan), weakness (kelemahan),
opportunities (peluang) dan threats (tantangan).
SWOT analysis. Analisis ini digunakan untuk menguji bagaimana prospek
Posbakum di lingkungan peradilan agama sebagai bantuan hukum bagi golongan
tidak mampu di masa depan. Analisis ini adalah instrumen perencanaaan strategis
klasik yang memberikan cara terbaik dalam melaksanakan sebuah strategi dengan
kerangka kerja, terutama yang berkaitan dengan strength (kekuatan) atau faktor
pendukung bantuan hukum di Pengadilan Agama, weakness (kelemahan) yang
berhubungan dengan hambatan bantuan hukum di Pengadilan Agama,
opportunities (peluang) dan threats (tantangan) dari peradilan agama dalam
menerapkan Posbakum. Melalui analisis SWOT ini dapat dirancang perspektif

pemecahan masalah guna mendapatkan rumusan pengembangan Posbakum di
lingkungan peradilan agama pada masa yang akan datang.
Penulis menggunakan metode induktif, yakni berangkat dari data-data yang
diperoleh dari Posbakum dan Pengadilan Agama Yogyakarta kemudian menarik
kesimpulan umum mengenai kinerja Posbakum dalam menyelesaikan perkara di
Pengadilan Agama Yogyakarta Tahun 2011-2012.

G. Sistematika Pembahasan
Bagian ini mendeskripsikan alur penulisan skripsi yang disertai dengan logika
atau argumentasi penulis mengenai susunan bagian-bagian penelitian ini.
Menimbang luasnya kajian yang dilakukan penulis, secara keseluruhan, penelitian
ini terdiri atas lima (5) bab dan setiap bab dibagi dalam beberapa sub-bab. Sebagai
satu kesatuan karya penelitian, setiap bab diupayakan memiliki hubungan satu
sama lain, sehingga muatan penulisan ini merupakan satu jalinan makna yang
diupayakan untuk menjadi suatu hasil kerja ilmiah yang komprehensif dan utuh.
Untuk memberikan gambaran umum dari setiap babnya, maka disusun sistematika
pembahasan sebagai berikut:
Pada bab pertama, bab pendahuluan, menguraikan argumentasi terhadap
pentingnya penelitian ini. Bab ini mencakup latar belakang masalah sebagai
landasan pembahasan lebih lanjut, rumusan masalah yang berguna untuk
memfokuskan pembahasan, tujuan dan kegunaan penelitian yang mengetengahkan
alasan pentingnya penelitian ini dilakukan, tinjauan pustaka yang menjadikan
alasan penelitian ini belum pernah dilakukan, kerangka teori dan

metode

penelitian sebagai alat atau pisau analisis yang digunakan untuk melakukan
penelitian, serta sistematika pembahasan untuk memudahkan pengecekan bagianbagian penelitian.
Kemudian pada bab kedua, berisi gambaran umum tentang bantuan hukum
dan dasar hukum pemberlakuannya di lingkungan peradilan agama. Uraian
pembahasan dalam bab ini mencakup tentang pengertian,macama-macam bantuan
hukum dan tata caranya, prinsip dan asas-asas bantuan hukum, dasar hukum
pemberlakuan bantuan hukum(posbakum), tugas dan wewenang serta sejarah
kemunculan bantuan hukum di Indonesia.
Pada bab ketiga membahas tentang pelaksanaan/implementasi bantuan hukum
yang dilakukan oleh Posbakum Pengadilan Agama Yogyakarta tahun 2011-2012.
Dimulai dengan menjelaskan profil Pengadilan Agama Yogyakarta, perkaraperakara yang ada di Pengadilan Agama Yogyakarta serta peran dari Posbakum
dalam menyelesaikan Perkara di Pengadilan Agama Yogyakarta Tahun 20112012, serta faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaannya.
Bab keempat menganalisis penyelesaian perkara yang melalui Posbakum dan
optimalisasinya di lingkungan peradilan agama. Pembahasannya meliputi analisis
Pelaksanaan bantuan hukum di Pengadilan Agama, ditinjau dari undang-undang
yang berkaitan serta hukum Islam dan analisis SWOT penerapan bantuan hukum
(Posbakum) di lingkungan peradilan agama dalam pelaksanaannya.
Bab kelima sebagai penutup akan menyajikan kesimpulan dari pembahasan
pokok permasalahan. Bab ini kemudian diikuti dengan saran-saran dari penelitian
ini

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada penelitian dan analisis yang telah penulis lakukan di
Pengadilan Agama Yogyakarta maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pemberian bantuan hukum di Pengadilan Agama Yogyakarta
yang telah dilakukan oleh lembaga Rifka Annisa pada tahun 2011-2012
telah sesuai dengan peraturan yang ada, akan tetapi disatu sisi jika melihat
dari latar belakang yang berbeda antara Rifka Annisa yang lebih banyak
bergerak dibidang gender dan perjuangan hak-hak perempuan sedangkan
Pengadilan Agama Yogyakarta yang memang kewenangannya tidak hanya
menyangkut masalah perkawinan yang didalamnya menyangkut masalah
perempuan, tentunya ini terkadang membuat kesulitan dalam menjalankan
fungsinya sebagai pemberi bantuan kepada masyarakat golongan tidak
mampu karena Pengadilan Agama juga punya kewenangan di bidang lain
sesuai dengan pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama.
2. Faktor pendukung dan penghambat Posbakum, Petugas Posbakum yang
ada di Pengadilan Agama Yogyakarta juga sudah melaksanakan tugasnya
dengan baik ini ditandai dengan adanya tingkat kepercayaan masyarakat
yang meminta bantuan kepada petugas Posbakum dalam menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat golongan tidak mampu,
hanya saja dalam memberikan bantuan hukum petugas Posbakum
mempunyai format surat gugatan/surat permohonan yang berbeda dengan
format yang biasa dipakai oleh Pengadilan Agama Yogyakarta meskipun
keduanya tidak melanggar aturan yang ada. Dan keterbatasan petugas
Posbakum terhadap penguasaan materi ketika membantu golongan tidak
mampu dalam hal kewarisan.

B. Saran
1. Kepada Petugas Posbakum (Rifka Annisa)
a. Supaya data tentang Posbakum dimasukkan didalam website resminya
Rifka Annisa.
b. Agar dieprtahankan lagi dalam hal pelayanan kepada para masyarakat
golongan tidak mampu.
c. Memberikan keterbukaan akses informasi kepada mahasiswa yang
melakukan penelitian tanpa adanya biaya administrasi yang dapat
memberatkan mahasiswa.
d. Supaya petugas Posbakum lebih mendalami terkait masalah-masalah
yang menyangkut kewenangan Pengadilan Agama Yogyakarta.
2. Kepada Pengadilan Agama Yogyakarta
a. Supaya dipertahankan keramahan dan keterbukaan dalam memberikan
informasi.

b. Utuk websit resminya mohon dipertahankan dan segera di update jika
ada info terbaru terkait pengadilan agama Yogyakarta.
c. Dalam

melakukan

kerjasama

dibidang

Posbakum

sebaiknya

bekerjasama dengan lembaga yang memang latar belakangnya sama
dengan Pengadilan Agama sehingga dalam proses pelaksanaannya
tidak ditemukan lagi kesulitan dalam menangani perkara yang
dilaksanakan oleh Posbakum
3. Kepada pemeritah
a. Supaya

memberika

penjelasan

yang

jelas

dan

mempercepat

pelaksanaannya tentang pelaksanaan bantuan hukum berdasarkan UU
No. 16 Tahun 2011 yang akan dilaksanakan oleh Menkumham, yang
sebelumnya pemberian bantuan hukum Posbakum ada dibawah
mahkamah agung. Sehingga tidak ada kekosongan dalam pemberian
bantuan hukum yang dilakukan oleh Posbakum seperti sekarang ini.

DAFTAR PUSTAKA
AL-Qur’an/Tafsir Al-Qur’an
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Lubu Agung,
1989.
Fikih/ Usul Fikih
al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, I’lam al-Muwaqqi’in, sebagaimana dikutip oleh
Mukhlish Usman, Kaidah-kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyyah (Jakarta:
Gema Insani Press, 2000) dan Al-Syathibi, al-Muwafaqat fi Ushul alSyari’ah, Juz II, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.th.).
Amahzun, Muhammad, Tahqiq Mawaqif al-Shahabah fi al-Fitnah min Riwayat
al- Imam al-Tabari wa al-Muhadditsin (Riyadh: Dar al-Thayyib, 1999)
diterjemahkan oleh Rosihon Anwar, Meluruskan Sejarah Islam: Studi
Kritis Peristiwa Tahkim (Pustaka Setia, Bandung 1999).
Hazm, Ibnu, al-Muhalla (Kairo: Dar al-Maktab, t.th).
Hadis/ Ulumul Hadis
An Nawawi, Imam Yahya Ibn Syarofiddin, Arba'in An Nawawi (Karya Toha
Putra, Semarang).
Buku
Anonimous, Conception of the Natural Rights of Thomas Hobbes dalam Peter
Jones, Rights (Palgrave: Macmillan, 1994)
Barnett, Helaine M., Documenting the justice Gap in America: The Current
Unment Civil Legal Need of Low-Income Americans, (USA: Legal
Services Corporation, September 2005)
E. S, Green & Green J.A Legal Profession and the Processes of Social Change:
Legal Services in England and the US 21 Hasting Law Journal (tanpa
tahun).
Hassan, Rifaat “Human Rights and the Qur’anic Perspective,” in: Arlene
Swidler, ed., Human Rights in Religious Traditions (New York: The
Pilgrim Press, 1982).
Helaine M. Barnett, Documenting the justice Gap in America: The Current
Unment Civil Legal Need of Low-Income Americans, (USA: Legal
Services Corporation, September 2005)

Hellners, T.. Legal Services in Sweden for deprived person, particularly in urban
areas. Report presented to the sixth Colloquy on European Law, Council
of Europe, Strasbourg, 1976.
Houseman, Alan W. & Linda E. Perle, Securing Equal Justice for all: A Brief
History of Civil Legal Assistence in the United State, (Center for Law and
social Policy, November 2003)
Kant, Chandra, R.J. Equal Protection of Law and the Problems of the Poor
Singapore Law Review, Vol. 24. 1972.
Koentjaraningrat, The System and Spirit of Gotong Royong dalam Prisma, edisi
bahasa Inggris, no. 6, Juni 1977.
Kristianto, Austinus Edy dan Patra M. Zen, Panduan Bantuan Hukum di
Indonesia: Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah
Hukum. Jakarta:YLBHI. 2008.
Kusnadi, Didi. Bantuan Hukum dalam Hukum Islam Hubungannya dengan UU
Advokat dan Penegakan Hukum di Indonesia,(Jakarta: Kementrian Agama
RI, 2011).
Lev, Daniel S., Hukum dan politik di Indonesia atau Kesinambungan dan
Perubahan, alih bahasa Nirwono dan AE Priyono Jakarta: LP3ES, 1990.
Mahmasani, Subhi, Huquq al-Insani fi al-Islam (Cairo: Dar al-Maktabah, t.th)
, Adaption of Islamic Jurisprudence to Modern Social
Needs dalam J.J. Donohue and Jhon L. Esposito, eds., Islamic in
Transition: Muslim Perspectives (Oxford: Oxford University Press, 1982).
Makalah pada Seminar Nasional Mediasi dan Bantuan Hukum di Lingkungan
peradilan Agama, Agenda dan Problematika. Diselenggarakan oleh
Fakultas Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia, pada Tanggal 21
Januari 2012. Oleh Wahyu Widiana.
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2005.
An-Na’im, Abdullahi Ahmed Towards an Islamic Reformation: Civil Liberties,
Human Rights and International Law (Syracuse University Press 1994).
Pollock, S.. Legal Aid: The First 25 Years. (London: Oyez Publishing, 1975).
Praja, Juhaya S., Filsafat Hukum Islam (Bandung: UNISBA Press, 1996).

Reiter, Allan C. dan Stam, Democracies at War (Princeton, USA: Princeton
University Press, 2002).
Sa’adah, Ulfatus Efektifitas Bantuan Hukum dalam Proses Peradilan di
Pengadilan Agama Yogyakarta Tahun 1997-1998, skripsi tidak diterbitkan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
2001
Santosa, Mas Ahmad, Perjalanan ke Depan Bantuan Hukum da Access to Justice
dalam Bantuan Hukum di Indonesia: Akses Masyarakat Marjinal
Terhadap Keadilan (Ed. Gatot dan Virza) (Jakarta: LBH Jakarta 2007)
Schuyt, K., Groenendijk, K, & Sloot, B. De Weg Naar het Recht. (Deventer:
Kluwer, 1976).
Smith, Donald Eugene, Religion and Political Development (Boston: Little,
Brown and Co, 1978).
Soekanto, Soerjono, Heri Tjandrasari dan Tien Handayani, Bantuan Hukum Suatu
Tinjauan Sosio Yuridis, Cet I, Jakarta: Ghalia Indo, 1983.
Sumarja, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksaan perjanjian Pemberi Kuasa
Bantuan Hukum di LKBH Fakultas Hukum UII Yogyakarta, skripsi tidak
diterbitkan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, 2010
Sunggono, Bambang dan Aries hariyanto, Bantuan Hukum dan HAM,
III,Bandung: CV. Mandar Maju, 2009.

Cet.

Sutantio, Retnowulan, Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam
Teori dan Praktik, Cet.Ke-11,Bandung: Maju Mundur, 2009.
W. Montgomery Watt, Islamic Political Thought (Einburgh: Einburgh University
Press, 1960)
Zubaeri, Ahmad Tinjauan Hukum Islam Terhadap Peran Posbakum(Pos bantuan
Hukum) dalam Menyelesaikan Perkara di Pengadilan Agama Yogyakarta
Tahun 2011, skripsi tidak diterbitkan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2012.

Internet
http://en.wikipedia. org/wiki/Liberal _democracy.
http://en.wikipedia.org/wiki/Natural_right.
http://www.komisihukum.go.id/konten.php?nama=artikel&cop=detail_artikel&id
=165
http://www.pa-yogyakarta.net
http://www.solusihukum.com/artikel49.php
Peraturan Dasar dan Peraturan Pemerintah
Lampiran B SEMA No. 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan
Hukum.
SEMA No. 10 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pemberian Bantuan Hukum.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia1945.
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat.