PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI VIRUS KELAS X SMA

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

BERBASIS

PROBLEM BASED LEARNING

PADA MATERI

VIRUS KELAS X SMA

skripsi

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh A’ida Fariroh

4401410034

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

(QS. Al-Baqarah: 286) Setiap kesulitan itu selalu disertai dengan kemudahan.

(QS. Al-Insyirah: 5-6)

Persembahan

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

Kedua orang tua tercinta, Ibu Sukiswati dan Bapak Tohari alm, yang senantiasa memberikan do’a, dukungan, semangat, cinta, dan pengorbanan yang tiada henti;

Kakak adikku tersayang, mba Nurul dan Ririn yang selalu memberi dukungan;

Dosen pembimbing yang sangat saya hormati, Bapak Yustinus Ulung Anggraito, M.Si, yang senantiasa sabar membimbing saya dalam pembuatan skripsi ini;

Sahabat dan teman-teman tersayang: Umam, Fitri, Etika, Ovita, serta semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuan, dukungan, dan semangat yang kalian berikan sehingga menguatkanku dan membuatku semangat menyelesaikan skripsi ini.


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning pada Materi Virus Kelas X SMA”. Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, antara lain:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan menyelesaikan studi strata 1 Jurusan Biologi FMIPA UNNES.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian.

3. Ketua jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan dalam hal administrasi.

4. Bapak Dr. Yustinus Ulung Anggraito, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

5. Ibu Dr. Siti Harnina Bintari, M.Si, selaku Dosen Penguji Utama dan ahli materi yang telah mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi dan memberikan masukan untuk pengembangan perangkat pembelajaran.

6. Ibu Ir. Tuti Widianti, M.Biomed, selaku Dosen Penguji kedua yang telah memberikan masukan serta mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi. 7. Bapak Ir. Tyas Agung Pribadi, M.Sc.St, selaku dosen wali yang telah

memberikan arahan kepada penulis selama menempuh studi.

8. Bapak Dr. Saiful Ridlo, M.Si selaku ahli media yang telah memberikan arahan dan masukan untuk pengembangan perangkat pembelajaran.

9. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bandar yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian.

10. Bapak Agus Sulistyo, S.Pd, guru biologi kelas X SMA N 1 Bandar yang telah memberi masukan dan kerjasama selama penelitian.


(6)

11. Seluruh dosen Jurusan Biologi yang telah memberikan bekal ilmu kepada penulis selama menempuh studi.

12. Kedua orang tuaku Bapak Tohari alm. dan Ibu Sukiswati, kakakku Nurul Aristin, serta adikku Arinta Setyani yang selalu mendoakan dan memberi semangat demi terselesaikan studiini.

13. Teman-teman tercinta, sahabat terbaikku Fitri, Etika, Ovita, Suyati, Umam yang selalu memberi dukungan, semangat untuk penulis.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih belum sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca.

Semarang, 11 Februari 2015


(7)

ABSTRAK

Fariroh, A’ida. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning pada Materi Virus Kelas X SMA. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang. Dr. Yustinus Ulung Anggraito, M.Si

Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan dalam abad ini agar mampu bersaing, oleh karena itu pembelajaran harus mampu memfasilitasi pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa. Namun hasil observasi di SMA N 1 Bandar menunjukkan bahwa pembelajaran maupun bahan ajar yang digunakan belum mampu mendukung perkembangan keterampilan berpikir kritis siswa. Keterampilan berpikir kritis siswa SMA cenderung masih rendah, khususnya siswa kelas X. Oleh karena itu dibutuhkan perangkat pembelajaran yang mampu memfasilitasi pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning (PBL) pada materi virus, dan mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran berbasis PBL pada materi virus untuk melatih keterampilan berpikir kritis siswa.

Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Research and Development (R&D), dengan dua uji coba lapangan, yaitu uji coba skala kecil dan uji coba skala besar yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bandar, pada kelas X MIA 1 dan X MIA 4 Semester Gasal tahun 2014/2015. Sampel uji coba skala besar diambil dengan metode random sampling dengan desain penelitian One Group Pretest Posttest Design.

Hasil penilaian ahli terhadap perangkat pembelajaran berbasis PBL menunjukkan perangkat pembelajaran hasil pengembangan layak digunakan dalam pembelajaran dengan presentase aspek kelayakan silabus memperoleh 92,25%, kelayakan RPP 88,75%, dan kelayakan LKS 87,7%. Hasil uji coba skala besar menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran berbasis PBL efektif dalam pembelajaran. Rata-rata persentase keterampilan berpikir kritis siswa yaitu 74,9% dengan nilai N-gain ternormalisasi sebesar 0,63 menunjukkan adanya peningkatan keterampilan berpikir kritis dengan kategori sedang. Hasil belajar meningkat sebesar 0,58 dengan kategori sedang berdasarkan analisis N-gain, rata-rata ketuntasan klasikal siswa mencapai 81,25% dan rata-rata sikap siswa mencapai 83%.

Berdasarkan hasil penelitian, pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning layak dan efektif diterapkan dalam pembelajaran Virus untuk melatih keterampilan berpikir kritis siswa.

Kata kunci: perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning, keterampilan berpikir kritis, virus


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Penegasan Istilah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Tinjaun Pustaka ... 7

1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 7

2. Problem Based Learning ... 10

3. Keterampilan Berpikir Kritis ... 12

4. Materi Virus ... 15

5. Penelitian yang Relevan ... 15

B. Kerangka Berpikir ... 18

BAB III METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian ... 19

B. Data dan Metode Pengumpulan Data ... 24

C. Metode Analisis Data ... 25

D. Indikator Kelayakan ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

B. Pembahasan ... 49

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 73

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Sintaks pembelajaran PBL ... 11

2.2 Indikator keterampilan berpikir kritis ... 14

3.1 Jenis, sumber, metode pengumpulan dan metode analisis data ... 24

3.2 Kriteria penilaian perangkat pembelajaran dengan deskriptif persentase ... 25

4.1 Perbandingan desain dan strategi pembelajaran yang digunakan guru dengan perangkat pembelajaran berbasis PBL ... 34

4.2 Analisis kelayakan perangkat pembelajaran ... 39

4.3 Saran validator dan perbaikan yang dilakukan ... 40

4.4 Saran hasil uji coba skala kecil dan perbaikan yang dilakukan ... 44

4.5 Peningkatan hasil pre-test dan post-test ... 46

4.6 Data ketuntasan belajar peserta didik ... 46

4.7 Data pencapaian keterampilan berpikir kritis peserta didik ... 47

4.8 Data keterampilan berpikir kritis peserta didik tiap indikator ... 47

4.9 Data analisis hasil LKS ... 48

4.10 Data sikap ilmiah peserta didik ... 48

4.11 Kesesuaian antara indikator berpikir kritis dan keterampilan dalam pendekatan saintifik ... 63


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Diagram alir langkah-langkah penyusunan LKS ... 9

2.2 Diagram alir kerangka berpikir ... 18

3.1 Langkah-langkah penelitian research and development (R&D) ... 19

4.1 Data keterampilan berpikir kritis siswa... 32

4.2 Perbedaan silabus dari Kemendikbud dengan silabus yang dikembangkan 36 4.3 Bagian indikator dan tujuan belajar ... 37

4.4 Bagian kegiatan pembelajaran ... 37

4.5 Sampul ... 38

4.6 Petunjuk belajar ... 38

4.7 Pertanyaan berpikir kritis pada rangkuman materi ... 38

4.8 Kasus PBL ... 38

4.9 Revisi bagian indikator pembelajaran ... 40

4.10 Revisi bagian penilaian ... 41

4.11 Revisi bagian gambar kasus dan kalimat pengantar ... 41

4.12 Revisi penggunaan data dalam kasus ... 42

4.13 Revisi penambahan aspek nilai religi ... 42

4.14 Revisi penambahan sumber pada gambar ... 43


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Wawancara Pembelajaran Biologi... 80

2. Hasil Angket Tanggapan Siswa (Observasi) ... 83

3. Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Siswa ... 85

4. Rekapituasi Hasil Angket Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 87 5. Hasil Wawancara Siswa ... 89

6. Silabus dari Kemendikbud 2013 materi virus kelas X ... 90

7. Hasil Validasi Silabus dan RPP ... 93

8. Rekapitulasi Hasil Validasi Silabus dan RPP ... 99

9. Kisi-kisi Validasi LKS Pakar Materi ... 101

10.Rubrik Penskoran Validasi Materi LKS Berbasis PBL ... 102

11.Hasil Validasi LKS Oleh Pakar Materi ... 106

12.Kisi-kisi Validasi LKS Pakar Media ... 108

13.Rubrik Penskoran Validasi Media LKS Berbasis PBL ... 109

14.Hasil Validasi LKS Oleh Pakar Media ... 113

15.Rekapitulasi Hasil Validasi Kelayakan LKS ... 115

16.Hasil Angket Tanggapan Peserta Didik pada Uji Coba Skala Kecil ... 117

17.Rekapitulasi Hasil Angket Tanggapan Peserta Didik ... 119

18.Hasil Tanggapan Guru pada Uji Coba Skala Kecil... 120

19.Rekapitulasi Hasil Tanggapan Guru terhadap Silabus dan RPP ... 122

20.Kisi-Kisi Soal Uji Coba dan Pre-test dan Post-test ... 124

21.Soal Uji Coba ... 125

22.Hasil Analisis Uji Coba Soal ... 128

23.Data Hasil Analisis N-gain Hasil Belajar ... 133

24.Data Hasil Analisis Nilai Akhir Peserta Didik ... 134

25.Contoh Hasil Post-test ... 135

26.Analisis Hasil Lembar Kerja Siswa ... 137

27.Rekapitulasi Analisis Hasil Lembar Kerja Siswa ... 138

28.Contoh Hasil Diskusi LKS Siswa ... 140

29. Rekapitulasi Pencapaian Berpikir Kritis Siswa (Analisis N-gain) ... 147


(12)

Lampiran Halaman

31. Rekapitulasi Pencapaian Berpikir Kritis Siswa (Analisis N-gain) ... 147

32. Hasil Angket Penilaian Keterampilan Berpikir Kritis ... 148

33. Data Hasil Analisis Angket Keterampilan Berpikir Kritis ... 150

34. Rekapitulasi Skor Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 153

35. Hasil Angket Penilaian Sikap ... 154

36. Rekapitulasi Skor Sikap Siswa ... 155

37. Rubrik Penilaian Poster ... 156

38. Hasil Penilaian Keterampilan dalam Membuat Poster ... 157

39. Rekapitulasi Nilai Keterampilan dalam Pembuatan Poster ... 158

40. Hasil Angket Tanggapan Peserta Didik pada Uji Skala Besar ... 159

41. Rekapitulasi Hasil Tanggapan Peserta Didik pada Uji Skala Besar ... 161

42. Hasil Angket Tanggapan Guru pada Uji Coba Skala Besar ... 163

43. Rekapitulasi Hasil Tanggapan Guru pada Uji Skala Besar ... 166

44. Surat Keterangan Penelitian ... 167


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad ke-21 sebagai era globalisasi merupakan masa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendorong manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Hal tersebut berimbas pada diperlukannya sumber daya manusia (SDM) dengan kualitas tinggi yang menuntut pola berpikir dan bersikap terhadap berbagai informasi dan tantangan. Trilling and Hood (1999), mengemukakan bahwa ada tujuh kemampuan yang diperlukan untuk sukses menghadapi tantangan pada abad ini yaitu mampu berpikir kritis dan bertindak, kreatif, kolaboratif, memahami berbagai budaya, kemampuan komunikasi, kemampuan komputer, dan mampu belajar mandiri. Kurikulum 2013 menekankan pendekatan saintifik yang dalam proses pembelajarannya harus memenuhi beberapa kriteria, salah satunya adalah mendorong dan menginspirasi siswa berpikir kritis dalam memecahkan masalah dan mengaplikasikan materi pembelajaran (Kemendikbud 2013a). Berdasarkan hal tersebut seharusnya pembelajaran dapat mengarahkan siswa untuk berpikir kritis.

Berdasarkan hasil observasi awal di beberapa sekolah di Kabupaten Batang, yaitu SMA N 1 Wonotunggal, SMA N 1 Batang, SMA N 2 Batang, dan SMA N 1 Bandar diperoleh informasi bahwa kemampuan berpikir kritis siswa untuk kelas X cenderung masih kurang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru dalam wawancara, hasil angket siswa, dan observasi kelas. Berdasarkan hasil angket pada Lampiran 2 diketahui hanya 12,9% siswa yang terbiasa mengajukan pertanyaan dan 9,7% yang terbiasa menyampaikan pendapat. Hanya 9,7% siswa yang senang mencari informasi sendiri, selebihnya lebih senang bila dijelaskan oleh guru, padahal seharusnya siswa diarahkan untuk dapat mencari dan membangun pengetahuannya sendiri terutama di era teknologi informasi sekarang ini. Hanya 32,2% siswa yang berani mengemukakan alasan dari jawaban yang diberikan dan hanya 22,6% siswa yang mampu membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran dengan baik. Kemampuan-kemampuan tersebut termasuk dalam keterampilan berpikir kritis.


(14)

Keterampilan berpikir kritis dapat terlatih bila didukung dengan pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis. Pembelajaran akan terlaksana dengan baik bila disertai dengan rencana pembelajaran yang baik, oleh karena itu diperlukan perangkat pembelajaran yang mendukung dalam melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa. Berdasarkan analisis perangkat pembelajaran yang digunakan guru dan hasil wawancara guru, perangkat pembelajaran yang digunakan guru sudah lengkap meliputi silabus, RPP, bahan ajar, dan alat evaluasi. Dalam kegiatan pembelajaran guru sudah menerapkan pembelajaran aktif, namun belum mengarahkan pengembangan keterampilan berpikir kritis peserta didik, dan masih cenderung sering menggunakan metode ceramah. Selain itu bahan ajar yang digunakan di beberapa sekolah di Kabupaten Batang berupa buku paket dan LKS, seperti di SMA N 1 Bandar dan SMA N 1 Wonotunggal menggunakan lembar kerja siswa (LKS) Biologi untuk SMA/MA kelas X dari MGMP yang berisi materi dan latihan soal. Pertanyaan lebih bersifat teoritis yang menguji konsep/teori, sangat sedikit pertanyaan dan kegiatan yang melatih siswa berpikir kritis. Hal tersebut menjadikan siswa tidak terdorong untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya dalam menemukan gagasan/konsep materi secara mandiri dan lebih sering menghafal materi tanpa mengetahui proses menemukan konsep.

Keterampilan berpikir kritis merupakan suatu keterampilan yang harus dilatihkan melalui pemberian stimulus yang menuntut seseorang untuk berpikir kritis. Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan berpikir secara logis dan reflektif dalam memecahkan masalah sehingga menghasilkan keputusan yang tepat tentang apa yang harus dipercayai dan dilakukan (Ennis 2011). Berpikir kritis memungkinkan seseorang dapat menganalisis pemikiran sendiri untuk memastikan bahwa ia telah menentukan pilihan yang cerdas. Sedangkan orang yang tidak berpikir kritis akan cenderung meniru orang lain, percaya dan menerima kesimpulan orang lain dengan pasif (Lambertus 2009). Oleh karena itu keterampilan berpikir kritis harus dilatihkan kepada siswa sehingga kelak mereka dapat menentukan pilihan cerdas dalam hidupnya.

Materi virus berkaitan erat dengan kehidupan dan permasalahan sehari-hari yang dihadapi siswa. Virus dikenal merugikan tapi juga mempunyai peran penting dalam kehidupan. Saat mempelajari materi virus siswa diharapkan dapat


(15)

memahami konsep virus, sehingga siswa dapat berpartisipasi dalam menanggulangi permasalahan yang disebabkan oleh virus. Namun pada pembelajaran materi virus guru belum menerapkan model yang memungkinkan siswa aktif dan mandiri mencari informasi untuk memecahkan masalah dan menemukan konsep. Padahal berdasarkan hasil angket pada Lampiran 2, 100% siswa menyatakan lebih tertarik dan termotivasi bila pembelajaran menyuguhkan permasalahan nyata. Adanya fasilitas yang memadai seperti laboratorium, perpustakaan, LCD, dan Wi-Fi memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri mencari informasi untuk menemukan konsep dan memecahkan masalah.

Salah satu model pembelajaran yang memberikan peluang bagi siswa untuk memiliki pengalaman menemukan suatu konsep dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis adalah model Problem-Based Learning (PBL). Menurut John Dewey (Trianto 2011), PBL merupakan model pengajaran yang menggunakan masalah dari lingkungan sebagai stimulus bagi siswa untuk belajar dengan menganalisis dan memecahkan masalah, sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan konsep yang mendalam dari materi pelajaran.

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik yang lebih mengutamakan sikap yang diperoleh melalui belajar aktif daripada pengetahuan, dengan penekanan pada struktur capaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Kemendikbud 2013a). Dalam kegiatannya PBL juga mengedepankan sikap melalui pembelajaran aktif untuk memperoleh pengetahuan. Pembelajaran berbasis PBL menyuguhkan masalah nyata dalam kehidupan yang menuntut siswa untuk aktif berpikir dan bekerjasama dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah sehingga siswa dapat menemukan konsep. Ketika siswa mempelajari sesuatu dengan diberikan masalah, hal tersebut memberikan tantangan untuk berfikir lebih dalam. Dengan begitu model PBL diaharapkan akan sesuai diterapkan dalam pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 dalam upaya mencapai kompetensi yang diharapkan.

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui efektivitas penerapan PBL dalam pembelajaran. Saeed & Sarah (2013) menunjukkan bahwa penerapan PBL dapat meningkatkan keaktifan dan keterampilan berpikir kreatif dan kritis siswa. Setyorini (2011), menunjukkan bahwa penerapan PBL dapat


(16)

meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Arnyana (2007), juga menunjukkan bahwa penerapan PBL pada pelajaran biologi dapat meningkatkan kompetensi dan kemampuan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan uraian di atas diperlukan suatu rancangan kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran efektif dengan menyajikan permasalahan nyata yang menuntut keaktifan dan mendorong keterampilan berpikir kritis siswa untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu berdasarkan permasalahan tersebut dan keberhasilan yang dicapai penelitian sebelumnya, menjadi titik acuan untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Problem Based Learning pada Materi Virus Kelas X SMA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu,

1. Apakah perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran?

2. Apakah perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning yang dikembangkan efektif digunakan dalam pembelajaran materi virus, khususnya untuk melatih keterampilan berpikir kritis siswa?

C. Penegasan Istilah

Penegasan istilah dimaksudkan agar tidak terjadi salah penafsiran istilah-istilah dalam penelitian ini. Istilah-istilah-istilah terkait adalah:

1. Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning (PBL).

Perangkat pembelajaran merupakan seperangkat alat yang harus dipersiapkan sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, yang meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran (Kemendikbud 2013b). Pengembangan dalam penelitian ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis PBL berupa silabus (menggunakan silabus dari kemendikbud yang disesuaikan dengan


(17)

pembelajaran yang akan dilakukan), RPP, bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa berbasis PBL yang dalam penggunaannya disertai buku paket dan alat evaluasi berupa soal-soal tes tertulis yang dibuat mengacu pada indikator berpikir kritis untuk mengukur penguasaan materi dan keterampilan berpikir kritis siswa.

2. Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning adalah suatu pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai titik awal dari proses pembelajaran (Graff and Kolmos 2005). Biasanya masalah yang disajikan didasarkan pada masalah dalam kehidupan nyata yang berfungsi penting sebagai dasar untuk proses pembelajaran. PBL merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar melalui pemecahan masalah, sehingga memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.

3. Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan/logis dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan (Ennis 2011). Berdasarkan indikator berpikir kritis yang diuraikan oleh Robert Ennis, indikator berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini ada lima yaitu kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan, mengobservasi dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi, membuat dan menentukan hasil pertimbangan, mengidentifikasi asumsi, dan menentukan suatu tindakan.

4. Materi Virus

Materi yang akan dikembangkan dalam perangkat pembelajaran ini adalah virus yang diajarkan pada kelas X semester gasal. Materi virus ini membahas mengenai ciri-ciri, struktur, dan perkembangbiakan virus, serta kasus-kasus penyakit yang disebabkan virus, peran virus, dan partisipasi remaja dalam menanggulangi permasalahan yang disebabkan virus.


(18)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk,

1. Menganalisis kelayakan perangkat pembelajaran berbasis PBL pada materi virus yang dikembangkan.

2. Menganalisis efektivitas perangkat pembelajaran berbasis PBL pada materi virus, khususnya dalammelatih keterampilan berpikir ktitis siswa.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat untuk:

1. Mendorong siswa belajar secara aktif dan berpikir kritis dalam menemukan gagasa-gagasan pemecahan masalah dan pemahaman terhadap konsep dari materi virus.

2. Menghasilkan inovasi perangkat pembelajaran yang telah tervalidasi.

3. Memberi sumbangan perangkat pembelajaran yang baik untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis.

4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam optimalisasi kualitas pembelajaran Biologi di sekolah.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A.Tinjauan Pustaka

1. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap kompetensi dasar (Devi dkk. 2009). Menurut Kemp J.E (Trianto 2011), dalam pengembangan perangkat pembelajaran terdapat sepuluh unsur rencana perancangan pembelajaran, yaitu identifikasi masalah, analisis siswa, analisis tugas, perumusan indikator, penyusunan evaluasi, strategi pembelajaran, media atau sumber belajar, merinci pelayanan penunjang, menyiapkan evaluasi hasil belajar, dan revisi perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah silabus, RPP, LKS, dan alat evaluasi.

a. Silabus

Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran dengan tema tertentu yang mencakup kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), materi pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk setiap satuan pendidikan (Kemendikbud 2013b). Pada Kurikulum 2013 silabus sudah disiapkan oleh pemerintah. Kurikulum 2013 yang dikembangkan saat ini adalah desain minimum, sekolah dapat mengembangkan lebih bagus lagi, guru dapat menyalurkan kreativitasnya dalam proses belajar mengajar (Kemendikbud 2013b).

b. Rencana proses pembelajaran (RPP)

Rencana proses pembelajaran merupakan rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih untuk mencapai kompetensi dasar yang dikembangkan dari silabus (Kemendikbud 2013b). Menurut Majid (2009), unsur-unsur penting yang harus ada pada suatu RPP adalah apa yang akan diajarkan, bagaimana mengajarkannya, dan bagaimana mengevaluasi hasil


(20)

kerjanya, yaitu dengan merancang jenis evaluasi untuk mengukur daya serap siswa terhadap materi yang mereka pelajari.

c. Lembar kerja siswa (LKS) sebagai sumber pembelajaran

Sumber belajar adalah segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku (Depdiknas 2008a). Sumber belajar dikategorikan menjadi enam yaitu lingkungan, benda, orang, bahan, buku, dan peristiwa (Direktorat Pembinaan SMA 2010).

Menurut Prastowo (2012), bahan ajar merupakan segala bahan, baik informasi, alat, maupun teks yang disusun secara sistematis yang menampilkan secara utuh kompetensi yang akan dikuasai siswa dan digunakan dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dapat berupa bahan ajar cetak yang meliputi handout, buku, modul, poster, lembar kerja siswa, dll, serta dapat berupa bahan ajar audio, audio visual, multimedia interaktif, dan bahan ajar berbasis web (Direktorat Pembinaan SMA 2010). Sumber maupun bahan ajar sebagai komponen sistem pembelajaran perlu dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Jenis bahan ajar yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah LKS yang berbasis problem based learning (PBL).

Lembar kerja siswa merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Lembar kerja siswa yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. Berdasarkan teknologi yang digunakan, LKS termasuk dalam bahan ajar kategori bahan cetak. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis sehingga siswa mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu (Majid 2009).

Lembar kerja siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya (Depdiknas 2008a).


(21)

Manfaat LKS bagi guru yaitu memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sedangkan bagi siswa yaitu siswa dapat belajar secara mandiri dan mampu memahami maupun menjalankan suatu tugas tertulis. Pemanfaatan LKS dapat menciptakan interaksi antara guru dan siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif.

Adapun langkah-langkah dalam penyusunan LKS sebagai berikut.

Gambar 2.1. Diagram alir langkah-langkah penyusunan LKS (Depdiknas 2008a)

Penyusunan LKS juga harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik yang mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal, syarat konstruksi yang mengatur tentang penggunaan bahasa dalam LKS, dan syarat teknik yang mengatur tentang penyajian LKS (Darmodjo & Kaligis 1992).

Agar LKS dapat dikatakan layak, maka LKS harus dinilai oleh para ahli. Adapun penilaian unsur-unsur dalam penyusunan sebuah bahan ajar mengacu pada tiga komponen yaitu kelayakan isi, kebahasaan, dan penyajian (BSNP 2013).

Analisis Kurikulum

(untuk menentukan materi yang memerlukan alat bantu)

Menyusun Peta Kebutuhan LKS

Menentukan Judul LKS

Penulisan LKS

Merumuskan KD

Menentukan Alat Penilaian (proses dan hasil kerja)

Menyusun Materi

Memperhatikan Struktur LKS

Prinsip relevansi/keterkaitan

Prinsip konsistensi/keajegan


(22)

d. Alat evaluasi

Menurut Kemendikbud (2013c), penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang. Penilaian dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, projek, penugasan, tes lisan, penilaian portofolio, jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar teman. Teknik penilaian dapat berupa teknik tes dan nontes, baik dalam bentuk tertulis maupun lisan, tergantung dari guru yang akan mengevaluasi. Teknik penilaian yang digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan dalam penelitian ini yaitu teknik tes yang berupa nilai hasil pretest dan posttest materi virus dan penugasan dalam LKS. Untuk mengukur kompetensi sikap digunakan penilaian diri dan untuk kompetensi keterampilan digunakan skala penilaian.

2. Problem Based Learning (PBL)

Problem based learning didasarkan pada hasil penelitian Barrow dan Tamblyn (Barret 2005) yang pertama kali diimplementasikan pada sekolah kedokteran di McMaster University Kanada pada tahun 60-an. Problem based learning sangat efektif untuk sekolah kedokteran karena mahasiswa dihadapkan pada permasalahan kemudian dituntut untuk memecahkannya. Hal tersebut diterapkan karena pada kenyataannya dokter selalu dihadapkan pada permasalahan pasien sehingga harus mampu menyelesaikannya.

Menurut Graff dan Kolmos (2005), PBL adalah suatu pendekatan pendidikan dengan menggunakan masalah sebagai sebuah titik awal dari proses pembelajaran. Biasanya masalah yang disajikan didasarkan pada masalah dalam kehidupan nyata yang berfungsi penting sebagai dasar untuk proses pembelajaran, karena akan menentukan arah proses pembelajaran yang menekankan pada perumusan pertanyaan daripada jawaban sehingga memungkinkan mendorong motivasi dan pemahaman siswa. Sedangkan Barrow (Huda 2013), mendefinisikan PBL sebagai pembelajaran yang dihasilkan melalui proses bekerja menuju pemahaman dari suatu masalah yang ditetapkan pada awal proses pembelajaran.


(23)

Pengalamam belajar merupakan bagian penting dari proses pembelajaran menggunakan PBL. Peserta didik diarahkan untuk membangun konsep dari pengalamannya sendiri. Hal ini dapat memotivasi dan memberikan siswa kesempatan untuk mendapatkan pembelajaran yang lebih dalam. Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Liu (2005) menjelaskan karakteristik dari PBL, yaitu: pembelajaran berpusat pada siswa, masalah otentik mengorganisir fokus belajar, informasi baru diperoleh melalui self-directed learning, belajar terjadi dalam kelompok kecil, dan guru bertindak sebagai fasilitator

Pelaksanaan PBL memiliki ciri tersendiri berkaitan dengan langkah pembelajarannya. Adapun langkah-langkah pelaksanaan PBL sebagai berikut (Chin & Chia 2008)

Tabel 2.1. Sintaks pembelajaran PBL

Tahap Perilaku Guru Perilaku Siswa

Identifikasi masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih

• Membaca dan mencermati kasus permasalahan yang diberikan • Menulis pokok permasalahan pada

problem logs

Mengeksplor permasalahan

Membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

• Mengorganisasikan pertanyaan mengenai permasalahan yang berfokus pada “Apa yang kamu ketahui?”, “Apa yang perlu kamu ketahui?”, dan “Bagaimana kamu bisa mengetahui apa yang perlu kamu tahu?”

• Mengidentifikasi sumber dan tugas untuk memecahkan masalah Melakukan

penyelidikan ilmiah

Mendorong dan mengarahkan siswa dalam mengumpulkan informasi untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan dari berbagai sumber

Mengumpulkan informasi bersama

Membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman

• Melakukan tukar informasi dan diskusi tentang apa yang telah dipelajari dan menyelesaikan tugas

Menyampaikan penemuan, evaluasi guru, dan evaluasi diri

Mengevaluasi hasil belajar tentang meteri yang telah dipelajari/meminta kelompok presentasi hasil kerja

• Menyajikan/ mempresentasikan penyelesaian masalah


(24)

Dalam pelaksanaannya, PBL memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat mendorong siswa untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata, membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar, menilai kemajuan belajarnya, dan melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka. Dengan menggunakan pendekatan PBL juga akan terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok, siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari perpustakaan, internet, wawancara dan observasi, dan kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.

Selain memiliki kelebihan, PBL juga memiliki kekurangan, yaitu dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas. Model PBL biasanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit, guru harus mampu mendorong motivasi kerja siswa dalam kelompok secara efektif, dan adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap.

3. Keterampilan Berpikir Kritis

Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan yang tidak bisa berkembang dengan sendirinya, namun perlu adanya upaya yang dapat mendorong pengembangan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis akan terbentuk bila seseorang didorong untuk menggunakan pemikirannya dalam memecahkan masalah (Huda 2013). Salah satu model pembelajaran yang memfasilitasi pengembangan keterampilan berpikir kritis melalui kegiatan pemecahan masalah adalah model PBL. Pembelajaran PBL berisi kegiatan yang berorientasi pada masalah. Ketika siswa dihadapkan dengan suatu masalah saat kegiatan pembelajaran, maka ia akan berpikir secara mendalam atau menggunakan kemampuan berpikir kritisnya untuk dapat memecahkan masalah. Oleh karena itu model PBL sangat tepat digunakan dalam upaya pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa.

Ada berbagai definisi mengenai berpikir kritis menurut para ahli seperti menurut Edward Glaser (Fisher 2009), mendefinisikan berpikir kritis sebagai


(25)

suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang dengan menerapkan metode-metode pemeriksaan dan penalaran logis. Sedangkan Ennis (2011), mendefinisikan bahwa berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif sehingga menghasilkan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif dengan menggunakan keterampilan berpikir tertentu berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan yang akan didapatkan.

Menurut Edward Glaser terdapat keterampilan-keterampilan berpikir sebagai landasan untuk berpikir kritis yaitu, mengenal masalah dan menemukan cara-cara dan informasi yang dapat dipakai untuk menangani permasalahan, mengenal asumsi dan nilai, memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, menganalisis data, menilai dan mengevaluasi pernyataan, mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah, menarik dan menguji kesimpulan, menyusun kembali pola-pola keyakinan berdasarkan pengalaman yang lebih luas, dan membuat penilaian yang tepat.

Penemuan indikator keterampilan berpikir kritis dapat diungkapkan melalui aspek-aspek perilaku yang diungkapkan dalam definisi berpikir kritis. Menurut Ennis (2011), terdapat lima aspek keterampilan berpikir kritis yang diuraikan menjadi 12 indikator.


(26)

Tabel 2.2. Indikator keterampilan berpikir kritis

No. Aspek Indikator

1. Memberikan

penjelasan sederhana

 Memfokuskan pertanyaan  Menganalisis pertanyaan

 Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan

2. Membangun keterampilan dasar

 Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

 Mengobservasi dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi

3. Menyimpulkan  Mendeduksi dan menganalisis mempertimbangkan hasil deduksi  Menginduksi dan mempertimbangkan

hasil induksi

 Membuat dan menentukan hasil pertimbangan

4. Memberikan penjelasan lanjut

 Mendefinisikan istilah dan

mempertimbangkan suatu definisi dalam tiga dimensi

 Mengidentifikasi asumsi 5. Mengatur strategi dan

taktik

 Menentukan suatu tindakan  Berinteraksi dengan orang lain

Kemampuan berpikir kritis dapat diukur dengan menggunakan instrument yang dikembangkan melalui aspek dan indikator berpikir kritis. Instrumen berpikir kritis dapat bertujuan untuk mengukur satu aspek atau lebih dari satu aspek berpikir kritis (Ennis 2001).

Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah dikemukakan, dari 12 indikator berpikir kritis yang dikemukakan oleh Robert Ennis, dirumuskan lima indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu (1) kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan, yang dilatihkan melalui kegiatan mengidentifikasi masalah dan membuat pertanyaan permasalahan kelompok, (2) Mengobservasi dan mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi, yang dilatihkan dengan mencermati dan mengkaji kasus yang disajikan, (3) membuat dan menentukan hasil pertimbangan, yang dilatihkan melalui kegiatan diskusi dalam menyelesaikan soal-soal permasalahan dan membuat kesimpulan, (4) mengidentifikasi asumsi, yang dilatihkan dengan cara mencari sumber-sumber informasi untuk mengasosiasi


(27)

antara pengetahuan awal siswa dengan teori saat mengerjakan soal permasalahan dan menyampaikan hasil diskusi dan, (5) menentukan suatu tindakan, yang dilatihkan dengan mendiskusikan peran generasi muda dalam upaya menanggulangi infeksi virus dan membuat poster pencegahan/ penanggulangan virus.

4. Materi Virus

Materi yang akan dikembangkan dalam perangkat pembelajaran ini adalah virus yang diajarkan pada kelas X semester gasal. Materi virus ini termasuk dalam Kompetensi Dasar (KD) 3. 3 yaitu menerapkan pemahaman tentang virus berkaitan tentang ciri, replikasi, dan peran virus dalam aspek kesehatan masyarakat dan KD 4. 3 yaitu menyajikan data tentang ciri, replikasi, dan peran virus dalam aspek kesehatan dalam bentuk model/charta. Materi virus meliputi ciri-ciri, struktur, replikasi virus secara litik dan lisogenik, peran virus dalam kehidupan baik peran positif maupun peran negatif, dan jenis-jenis partisipasi remaja dalam menanggulangi persebaran infeksi suatu virus.

Materi virus berkaitan dengan kehidupan dan permasalahan sehari-hari yang dihadapi siswa, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna bila menyajikan permasalahan dalam kehidupan nyata mengenai virus. Dalam pembelajaran menggunakan PBL siswa akan dihadapkan pada permasalahan tentang virus pada kehidupan nyata yang akan mengarahkan siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah sehingga menemukan konsep tentang virus.

5. Penelitian yang Relevan

Chin and Chia (2006), melakukan penelitian pada siswa kelas IX dengan materi makanan dan nutrisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa siswa awalnya mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi masalah, namun setelah dilakukan diskusi siswa mampu mengatasi hambatan tersebut dan kemudian dirumuskan masalah untuk penyelidikan. Masalah yang terstruktur merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mengarahkan pada penyelidikan independen.


(28)

Hasil penelitian Arnyana (2007), menunjukkan bahwa model PBL dapat meningkatkan pemahaman konsep biologi siswa, kemampuan memecahkan masalah biologi, kemampuan menerapkan konsep-konsep biologi, sikap positif siswa terhadap pelajaran biologi, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian Chin and Chia (2008), menjelaskan bagaimana menggunakan PBL pada kelas sembilan kelas biologi di Singapura. Dalam pembelajaran siswa diberikan beberapa kasus atau isu-isu mengenai gizi dan makanan untuk mengembangkan ide-ide permasalahan yang akan diangkat dan dipecahkan. Dalam penyelesaian masalah siswa mengacu pada pertanyaan “Apa yang anda ketahui?”, Apa yang perlu anda ketahui?”, dan “Bagaimana anda bisa mengetahui apa yang anda perlu tahu?”. Dengan menggunakan PBL membuat kelas menjadi lingkungan belajar aktif. Dalam hal tersebut guru memainkan peran penting dalam membantu siswa untuk merumuskan masalah yang layak, merencanakan tindakan, mengevaluasi, dan mensintesis.

Hasil penelitian Setyorini (2011), menunjukkan bahwa model problem based learning berpengaruh positif terhadap keterampilan berpikir kritis siswa. Pengukuran keterampilan berpikir kritis dilakukan dengan tes dan praktikum, pada kelas eksperimen diperoleh hasil 83% siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik dan sangat baik, nilai prikomotorik 82,75% siswa memiliki kategori sangat baik, dan nilai afektif 73,38% dengan kategori baik. Sedangkan pada kelas kontrol juga mengalami peningkatan namun tidak signifikan.

Penelitian Saeed and Sarah (2013), bertujuan untuk mengetahui pengaruh PBL terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan PBL berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Pada kelas eksperimen terjadi peningkatan yang signifikan antara skor pretest dan posttest. Saat diukur menggunakan rumus N-gain menunjukkan hasil perbedaan yang sangat signifikan pada kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa PBL membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian Gokhale (1995), bertujuan untuk menguji efektivitas pembelajaran individu dibandingkan pembelajaran kolaboratif dalam


(29)

meningkatkan keterampilan praktek dan keterampilan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kolaboratif mendorong pengembangan berpikir kritis melalui diskusi, klarifikasi ide, dan evaluasi ide. Pembelajaran kolaboratif lebih efektif digunakan untuk meningkatkan berpikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah.

Snyder L.G and Snyder M.J (2008), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pendidikan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa melalui penggunaan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam proses belajar daripada mengandalkan ceramah dan hafalan, memfokuskan instruksi pada proses belajar daripada hanya pada konten, dan menggunakan teknik penilaian yang memberikan tantangan intelektual pada siswa, bukan mengingat memori. Lingkungan yang secara aktif melibatkan para siswa dalam belajar penyelidikan informasi dan penerapan pengetahuan akan mendorong keterampilan berpikir kritis siswa. Siswa yang kritis dapat berpikir sendiri dan memecahkan masalah di dunia nyata.


(30)

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang dan uraian tinjauan pustaka di atas, kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Guru lebih sering menggunakan metode ceramah

LKS yang digunakan berisi ringkasan materi dan latihan soal

Keterampilan berpikir kritis siswa masih kurang (tidak terbiasa bertanya, berpendapat, memberikan penjelasan, dan menyimpulkan) Materi virus berkaitan dengan kehidupan dan permasalahan sehari-hari yang dihadapi siswa • Keterampilan berpikir kritis

diperlukan siswa untuk menghadapi abad-21

• Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik yang dalam proses pembelajarannya dituntut dapat mendorong dan

menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan

masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi

pembelajaran

• Model Problem Based Learning merupakan pembelajaran dengan menggunakan masalah sebagai sebuah titik awal dari proses pembelajaran (Graff and Kolmos 2005)

• Dengan berorientasi pada masalah siswa akan terdorong untuk berpikir kritis dalam memecahan masalah dalam situasi nyata sehingga siswa dapat membangun dan menemukan konsep materi yang diajarkan

.

Saeed & Sarah (2013), menunjukkan penerapan PBL dapat meningkatkan

keaktifan dan keterampilan berpikir kreatif dan kritis siswa Setyorini (2011), menunjukkan penerapan PBL dapat meningkatkan

keterampilan berpikir kritis siswa. Arnyana (2007), juga menunjukkan penerapan PBL pada pelajaran biologi

dapat meningkatkan kompetensi dan kemampuan berpikir kritis siswa

Perlu dikembangkan perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning pada materi virus

Menarik minat siswa untuk belajar Siswa aktif dan berpikir kritis

Siswa kurang terdorong berpikir kritis

Siswa terbiasa menghafal materi, cenderung menerima materi saja tanpa mengetahui proses menemukan konsep


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Prosedur Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai penelitian Research and Development (R&D) yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu (Sugiyono, 2012). Pelaksanaan penelitian sesuai dengan langkah-langkah penelitian R&D menurut sebagai berikut.

Gambar 3.1. Langkah-langkah penelitian Research and Development (Sugiyono 2012)

Langkah-langkah penelitian ditempuh sesuai alur jalur kerja pada Research and Development adalah sebagai berikut.

1. Potensi dan Masalah

Tahap ini merupakan tahap awal penelitian, dengan melakukan observasi pada beberapa sekolah di Kabupaten Batang untuk mengetahui potensi dan masalah, dengan cara pengumpulan data berupa wawancara guru, observasi kelas, dan angket siswa. Wawancara dilakukan pada Februari-Mei 2014 di SMA N 1 Bandar, SMA N 1 Batang, SMA N 2 Batang, dan SMA N 1 Wonotunggal dengan responden adalah Nurhayati, S.Pd, Ning Rahayu, S.Pd Yati Suharti, S.Pd, dan Yuli Eko Prasetyawan, S.Pd. Wawancara dilakukan untuk mengetahui permasalahan tentang pembelajaran.

Potensi dan masalah

Pengumpulan data

Desain produk

Validasi desain Revisi desain

Uji coba produk

Revisi produk

Uji coba pemakaian

Revisi produk


(32)

Masalah yang ditemukan adalah keterampilan berpikir kritis siswa masih kurang. Pembelajaran di sekolah kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Pembelajaran yang sering dilakukan guru adalah melalui tanya jawab dan ceramah, terkadang diskusi. Di sisi lain, sekolah memiliki potensi untuk dapat mendukung terjadinya pembelajaran yang mendorong keterampilan berpikir kritis siswa. Sekolah memiliki fasilitas berupa laboratorium, charta struktur dan replikasi virus, Wi-Fi, serta buku-buku penunjang pembelajaran Biologi di perpustakaan. Berdasarkan hasil angket siswa menyatakan lebih tertarik jika pembelajaran menyuguhkan permasalahan pada dunia nyata. Namun pada materi virus guru belum menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah.

2. Pengumpulan Data

Setelah mengetahui potensi dan masalah yang ada di beberapa sekolah di Kabupaten Batang, selanjutnya pengumpulan data dilakukan lebih mendalam pada salah satu sekolah yang akan digunakan dalam penelitian yaitu SMA N 1 Bandar. Berikut pengumpulan data yang dilakukan.

a. Melakukan wawancara dengan guru Biologi dan siswa untuk memperoleh data tentang permasalahan pembelajaran. Diperoleh data sebagai berikut. 1) Siswa kurang terbiasa mengajukan pertanyaan dan pendapat, meskipun

guru sering memberikan kesempatan, namun siswa cenderung menerima apa yang diberikan guru dan cenderung pasif, siswa kurang berani mengemukakan alasan terhadap alternatif jawaban, serta kesulitan untuk membuat kesimpulan.

2) Bahan ajar yang digunakan hanya berupa LKS yang menurut siswa tampilannya kurang menarik. Perangkat yang digunakan guru dalam materi virus terdiri dari silabus dan RPP dengan model pembelajaran gallery walk (pembelajaran berbentuk pameran karya siswa yang menimbulkan interaksi antar kelompok untuk saling memberi tanggapan) yang menurut guru pelaksanaannya masih kurang efektif.

b. Mencatat kekurangan yang ada pada perangkat pembelajaran dan LKS yang digunakan siswa yaitu kegiatan dalam LKS kurang mengarahkan siswa untuk


(33)

berpikir kritis. Lembar kerja siswa hanya berisi ringkasan teori dan latihan soal saja. Guru belum menggunakan model pemecahan masalah.

c. Mengumpulkan materi tentang virus dari buku mata pelajaran, buku yang relevan, dan referensi internet. Melakukan analisis KI, KD, dan indikator pencapaian, serta karakteristik, kelebihan, dan kekurangan PBL untuk dijadikan bahan kajian dalam pengembangan perangkat pembelajaran. Materi virus berkaitan dengan kehidupan dan permasalahan yang dihadapi siswa, sehingga akan tepat bila dalam pembelajaran disuguhkan permasalahan yang menuntut siswa untuk dapat memecahkannya

3. Desain Produk

Mendesain produk yang berupa perangkat pembelajaran meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), LKS berbasis PBL, dan soal evaluasi berupa tes tertulis pada materi virus yang dibuat berdasarkan indikator berpikir kritis.

Perangkat tersebut disusun dengan menyajikan permasalahan-permasalah dalam kehidupan nyata terkait materi virus, serta mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi masalah dan membuat pertanyaan permasalahan agar terampil berpikir dalam memecahkan masalah sehingga siswa dapat menguasai konsep-konsep serta melatih keterampilan bepikir kritis. Penyajian LKS dibuat semenarik mungkin dari segi tampilan dan bahasa yang digunakan lebih bersifat komunikatif sehingga dapat membangkitkan minat siswa untuk belajar.

4. Validasi Desain

Validasi dilakukan dengan cara menyerahkan produk awal untuk divalidasi. Desain perangkat pembelajaran berbasis PBL dievaluasi dan divalidasi oleh ahli media dan ahli materi. Ahli media yaitu dosen Jurusan Biologi, Dr. Saiful Ridlo, M.Si sedangkan ahli materi yaitu dosen Jurusan Biologi, Dr. Siti Harnina Bintari, M.S. Untuk menilai produk ini digunakan angket penilaian kelayakan perangakat pembelajaran PBL dan untuk menilai LKS digunakan standar kelayakan bahan ajar dari BSNP yang meliputi tiga aspek yaitu komponen kelayakan isi, kebahasaan, dan penyajian. Hasil penilaian terhadap produk perangkat pembelajaran berbasis PBL digunakan untuk


(34)

merevisi kekurangan agar perangkat yang dihasilkan layak dipakai dalam pembelajaran.

5. Revisi Desain

Revisi dilakukan berdasarkan hasil validasi dari pakar. Kekurangan produk dapat diketahui dari hasil validasi dan saran-saran dari pakar ketika validasi. Setelah desain produk divalidasi dan mendapat masukan dari validator, langkah selanjutnya adalah revisi atau perbaikan produk perangkat pembelajaran. Berdasarkan hasil validasi, diketahui perangkat pembelajaran yang dikembangkan memenuhi kriteria kelayakan, maka selanjutnya perangkat pembelajaran siap diujicobakan pada skala kecil.

6. Uji Coba Skala Kecil

Uji coba skala kecil melibatkan satu guru biologi kelas X dan 10 siswa kelas X MIA 1 di SMA Negeri 1 Bandar pada September 2014 yang diambil secara acak. Tujuan dari uji coba skala kecil adalah untuk menguji produk yang telah divalidasi dan direvisi untuk mengetahui tingkat keterbacaan LKS yang dikembangkan dari segi bahasa, penulisan, dan tampilan LKS, serta tanggapan guru mengenai silabus dan RPP yang dikembangkan. Dengan dilakukan uji coba skala kecil akan dapat diketahui kekurangan dari produk sehingga dapat dilakukan perbaikan sesuai tanggapan dan masukan dari siswa dan guru (Sugiyono 2012). Instrumen yang digunakan adalah angket. Dalam pengambilan data tanggapan siswa terhadap LKS yang dikembangkan dilakukan dengan dipandu oleh peneliti selama dua jam pelajaran (2x45 menit). Pada uji coba skala kecil siswa tidak diminta memberikan tanggapan mengenai silabus dan RPP, namun hanya diminta untuk memberikan tanggapan mengenai LKS, hal tersebut dikarenakan siswa belum mengenal tentang silabus dan RPP sehingga tanggapan terhadap silabus dan RPP yang dikembangkan diambil dari guru biologi kelas X.

Pada tahap ini juga dilakukan uji coba soal yang berupa tes tertulis bentuk uraian untuk menentukan soal-soal yang memenuhi syarat berdasarkan analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya beda soal.


(35)

7. Revisi Produk tahap 1 (ke-1)

Perangkat pembelajaran direvisi dengan mempertimbangkan hasil tanggapan guru dan siswa pada uji coba skala kecil beserta kritik dan saran yang diberikan. Bagian LKS yang masih kurang dapat dipahami siswa diperbaiki sebelum LKS diterapkan dalam pembelajaran serta silabus dan RPP yang kurang sesuai diperbaiki sesuai masukan dari guru.

8. Uji Coba Pemakaian Produk

Uji coba pemakaian perangkat pembelajaran berbasis PBL dilakukan di SMA Negeri 1 Bandar pada tanggal 1 Oktober–29 Oktober 2014. Populasi pada penelitian ini adalah kelas X Semester Ganjil tahun 2014/2015 yang terdiri dari enam kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara acak. Sampel pada penelitian ini adalah kelas X MIA 4. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menerapkan perangkat pembelajaran berbasis PBL yang telah divalidasi dan direvisi dalam kegiatan belajar mengajar pada materi virus. Dengan uji coba pemakaian produk dapat diketahui kekurangan atau hambatan yang muncul selama penggunaan perangkat pembelajaran yang dikembangkan untuk perbaikan lebih lanjut. Penerapan menggunakan bentuk penelitian Pre-Experimental Design dengan jenis One group pretest-posttest design.

Desain eksperimen yang digunakan dapat ditunjukkan sebagai berikut (Sugiyono 2012).

Keterangan:

X : perlakuan (pembelajaran dengan BPL) O1 : skor pre-test

O2 : skor post-test

Pengambilan data hasil belajar sebanyak dua kali yaitu sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) dilakukan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Soal tes berupa soal uraian yang mengacu pada indikator berpikir kritis. Perbedaan antara nilai pre-test dan post-test diasumsikan sebagai efek dari penerapan perangkat pembelajaran berbasis PBL dalam pembelajaran. Data pendukung yang diambil saat pembelajaran dalam uji coba skala besar adalah data keterampilan siswa dalam membuat poster. Setelah


(36)

pelaksanaan pembelajaran selesai, siswa diberikan lembar penilaian kemampuan berpikir kritis siswa untuk mengetahui kemajuan keterampilan berpikir kritis siswa setelah mengikuti pembelajaran berbasis PBL. Selain itu siswa juga diberikan angket tanggapan terhadap pembelajaran berbasis PBL untuk mengetahui produk perangkat pembelajaran masih perlu diperbaiki atau tidak. Guru juga diberikan angket tanggapan terhadap pembelajaran menggunakan perangkat berbasis PBL.

9. Revisi Produk Tahap II (ke-2)

Berdasarkan hasil tanggapan guru dan siswa beserta saran yang diperoleh pada uji coba skala besar, perangkat pembelajaran berbasis PBL sudah baik sehingga revisi tahap ke-2 hanya dilakukan dengan mengecek struktur, tata lis, dan tampilan perangkat pembelajaran yang perlu diperbaiki lagi.

10.Produk Jadi

Produk jadi berupa perangkat pembelajaran berbasis PBL yang telah disempurnakan dari revisi hasil uji coba pemakaian dan dinyatakan layak serta efektif digunakan dalam pembelajaran.

B. Data dan Metode Pengumpulan Data

Tabel 3.1. Jenis, sumber, metode pengumpulan dan analisis data Jenis Data Sumber Data Metode

Pengumpulan Metode Analisis Kelayakan perangkat pembelajaran Tanggapan siswa Tanggapan guru Hasil Belajar Keterampilan berpikir kritis Sikap

1. Ahli media 2. Ahli materi 1. Uji coba skala

kecil: 10 siswa 2. Uji coba skala

besar: 32 siswa 1. Uji coba skala

kecil: 1 guru 2. Uji coba skala

besar: 1 guru 32 siswa 32 siswa 32 siswa Angket Angket Angket Tes

1. Tes (Uraian) 2. Penilaian diri Penilaian diri Deskriptif persentase Deskriptif persentase Deskriptif persentase Deskriptif kuantitatif Deskriptif kuantitatif Deskriptif persentase Deskriptif persentase


(37)

C. Metode Analisis Data

1.Analisis Uji Kelayakan Perangkat Pembelajaran dan Tanggapan Siswa terhadap LKS yang Dikembangkan.

Data tentang instrumen penilaian kelayakan perangkat pembelajaran dan tanggapan siswa terhadap LKS dianalisis secara deskriptif persentase dengan rumus sebagai berikut (Sudijono, 2006).

� = � × % Keterangan:

P : skor yang diharapkan f : jumlah skor yang diperoleh N : jumlah skor maksimum

Persentase kelayakan perangkat pembelajaran yang diperoleh dikonversikan dengan persentase sesuai kriteria penerapan.

Cara menentukan kriteria penerapan adalah dengan menentukan persentase tertinggi dan terendah terlebih dahulu dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Persentase tertinggi:

∑ item x ∑ responden x skor nilai tertinggi

∑ item x ∑ responden x skor nilai tertinggi × % Persentase terendah:

∑ item x ∑ responden x skor nilai terendah

∑ item x ∑ responden x skor nilai tertinggi × %

Setelah diperoleh persentase tertinggi dan terendah langkah selanjutnya adalah menentukan interval kelas dengan rumus:

Interval kelas =% tertinggi − % terendahkelas yang diinginkan

Tabel 3.2. Kriteria penilaian perangkat pembelajaran dengan deskriptif persentase

Interval Kriteria

25 % < skor ≤ 43,75 % 43,75 % < skor ≤ 62,50 % 62,50 % < skor ≤ 81,25 % 81,25 % < skor ≤ 100 %

Tidak layak Cukup layak Layak Sangat layak


(38)

2. Data tentang tanggapan guru dan siswa tentang penggunaan perangkat pembelajaran dianalisis dengan uji deskriptif persentase dengan rumus berikut (Sudijono, 2006).

� = � × % Keterangan:

P : skor yang diharapkan f : jumlah skor yang diperoleh N : jumlah skor maksimum

Kriteria penskoran sebagai berikut. Sangat baik = 81,25% < P ≤ 100%

Baik = 62,5% < P ≤ 81,25% Cukup baik = 43,75% < P ≤ 62,5%

Tidak baik = 25% < P ≤ 43,75% 3. Analisis kelayakan soal

3.1. Analisis validitas soal

Sebuah soal dikatakan valid bila soal tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2006). Butir soal yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Validitas dihitung dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut.

2 2



2 2

) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rXY            Keterangan:

rXY : koefisien korelasi antara X dan Y N : jumlah peserta tes

∑x : jumlah skor butir soal

∑x2 : jumlah kuadrat skor butir soal ∑y : jumlah skor total

∑y2 : jumlah kuadrat skor total

∑xy : jumlah perkalian skor butir soal dengan skor total

Kemudian hasil rXY dibandingkan dengan r tabel product moment dengan α = 5%, jika rXY > rtabel maka butir soal valid (Arikunto 2006).

Kriteria koefisien korelasi adalah: 0,81-1,00 = sangat tinggi


(39)

0,41-0,60 = cukup 0,21-0,40 = rendah

0,00-0,20 = sangat rendah 3.2. Analisis Reliabilitas

Suatu soal dikatakan mempunyai nilai reliabilitas tinggi apabila tes tersebut mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur (Sukardi 2010). Reliabilitas soal bentuk uraian dihitung dengan menggunakan rumus Alfa Cronbach.

Rumus:

= − [ −∑ ���] Keterangan:

: reliabilitas yang dicari n : jumlah soal dalam tes �� : varians total

�� : jumlah varians butir tes

Harga r yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan harga r tabel dengan taraf signifikan 5%. Bila rhitung > rtabel maka soal tersebut reliabel (Arikunto 2009).

Kriteria koefisien reliabilitas: 0,00 – 0,20 = sangat rendah 0,21 – 0,40 = rendah

0,41 – 0,60 = sedang 0,61 – 0,80 = tinggi

0,81 – 1,00 = sangat tinggi 3.3. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar (Arikunto 2009). Rumus mencari tingkat kesukaran soal adalah

JS B P

Keterangan:

P : indeks Kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS : jumlah seluruh siswa peserta tes


(40)

Kriteria tingkkat kesukaran soal: 0,00 – 0,30 = soal tergolong sukar 0,31 – 0,70 = soal tergolong sedang

0,71 – 1,00 = soal tergolong mudah 3.4. Indeks pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan antara siswa yang telah menguasai materi dan siswa yang belum menguasai materi. Rumus untuk menentukan daya pembeda soal adalah

Jb Bb Ja Ba

DP 

Keterangan:

DP : daya pembeda

Ba : jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar soal Bb : jumlah siswa kelompok atas yang menjawab salah soal Ja : jumlah siswa pada kelompok atas

Jb : jumlah siswa pada kelompok bawah Kriteria daya pembeda soal adalah

0,00 – 0,20 = jelek 0,21 – 0,40 = cukup 0,41 – 0,70 = baik

0,71 – 1,00 = sangat baik (Arikunto, 2009)

4. Data efektivitas

a. Kemampuan berpikir kritis, sikap, dan keterampilan siswa

Data kemampuan berpikir kritis, sikap, dan keterampilan siswa dianalisis dengan uji deskriptif persentase dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2006).

� = � × % Keterangan:

P : skor yang diharapkan n : jumlah skor yang diperoleh N : jumlah skor maksimal

Kriteria penskoran sebagai berikut, 81.25< x <100 = sangat baik


(41)

62.5< x <81.25 = baik

43.75< x <62.5 = kurang baik 25< x <43.75 = tidak baik

b. Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa dilihat dari perbedaan antara nilai pretest dan posttest yang dihitung dengan menggunakan rumus N-gain sebagai berikut.

��� =S maksimal − S S − S

Untuk mengintepretasikan N-gain yang diperoleh menggunakan kriteria sebagai berikut.

0,00 - 0,29 = rendah 0,30 - 0,69 = sedang 0,70 - 1,00 = tinggi (Hake, 1999)

c. Ketuntasan klasikal siswa dihitung dari rata-rata nilai tugas (LKS) dan nilai posttest yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Akumulasi nilai akhir sebagai nilai hasil belajar siswa dinilai dengan rumus sebagai berikut (Arikunto, 2009).

NA =A + B Keterangan: NA : nilai akhir

A : rata-rata nilai LKS B : nilai posttest

Setelah didapatkan data nilai hasil belajar, data dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal. Persentase ketuntasan belajar secara klasikal dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

� = ∑ �∑ × % Keterangan:

P : ketuntasan belajar klasikal ∑ni : jumlah siswa yang tuntas ∑n : jumlah total siswa


(42)

Penilaian kualitas hasil belajar dilakukan dengan mengkonfirmasikan persentase ketuntasan klasikal dengan parameter sebagai berikut.

0% - 20% = jelek 21% - 40% = kurang 41% - 60% = cukup 61% - 80% = baik

81% - 100% = sangat baik

Ketuntasan klasikal kelas dicapai jika ≥ 75 % siswa mencapai nilai KKM. D. Indikator Kelayakan

1. Perangkat pembelajaran dikatakan layak digunakan apabila rata-rata validasi pakar mencapai >62,50% dengan kategori layak sesuai dengan instrumen penilaian yang digunakan.

2. Perangkat pembelajaran dikatakan dapat diterapkan dalam pembelajaran jika tanggapan guru dan siswa minimal baik dengan skor >62,50%.

3. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif apabila terdapat peningkatan hasil belajar dan keterampilan berpikir kritis dengan kategori sedang berdasarkan kriteria N-gain, ketuntasan klasikal minimal dengan kategori baik, yaitu ≥75% siswa mencapai nilai KKM 75, nilai sikap dan keterampilan berpikir kritis siswa mencapai > 62, 50% dengan kategori baik sampai sangat baik.


(43)

BAB V PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Perangkat pembelajaran berbasis Problem Based Learning (PBL) yang dikembangkan layak diterapkan dalam pembelajaran materi Virus. Skor kelayakan silabus mencapai 92,25%, kelayakan RPP mencapai 88,75%, dan kelayakan lembar kerja siswa mencapai 87,7% dengan kategori sangat layak. 2. Perangkat pembelajaran berbasis PBL berpengaruh positif terhadap

keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran, dengan rata-rata persentase keterampilan berpikir kritis secara klasikal mencapai 74,9% dengan peningkatan sebesar 0,63 berdasarkan analisis N-gain.

3. Perangkat pembelajaran berbasis PBL efektif digunakan dalam pembelajaran materi virus, dengan rata-rata nilai N-gain sebesar 0,58 yang menunjukkan peningkatan hasil belajar sedang, ketuntasan klasikal mencapai 81,25%, rata-rata sikap ilmiah siswa mencapai 83%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, diberikan beberapa saran sebagai berikut.

1. Pengembangan kegiatan pada LKS berbasis PBL selain menyajikan permasalahan terkini juga perlu diselingi dengan kegiatan yang lebih menarik seperti game kompetisi agar siswa tidak jenuh.

2. Frekuensi alokasi waktu pada pembelajaran menggunakan model PBL perlu dimaksimalkan agar hasil pencapaian tujuan pembelajaran maksimal.

3. Sebagian besar siswa dalam pembelajaran mengalami kesulitan dikarenakan siswa belum terbiasa memecahkan masalah, sehingga pembelajaran berbasis masalah masih perlu dilanjutkan.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z. 2013. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arnyana I.B.P. 2007. Penerapan model PBL pada pelajaran biologi untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri Singaraja. J Pendidikan dan Pengajaran. On line at

http://www.pasca.undiksha.ac.id [diakses 19 Mei 2014].

Azwar S. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

[BSNP] Badan Standar Nasional Pendidikan. 2013. Deskripsi Instrumen I Penilaian Buku Teks Pelajaran Biologi SMA/MA. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Barret T. 2005. Understanding Problem Based Learning. Galway: CELT. On line at http://www.aishe.org/readings/2005-2/chapter2.pdf [diakses 22 Januari 2014].

Berley D.E. 2000. A theory of human curiosity. British J of Psy 45(3): 180-190.

Bledsoe K.E dan Flick L. 2012. Concept development and meaningful learning among electrical enginering students enganged a problem based laboratoris experience. J Sci Edu Tech 2: 226-245.

Carlgren T. 2013. Communication, critical thinking, problem solving: a suggested course for all high school students in the 21st century. J Interch 44: 63-81.

Chin C and Chia L.G. 2004. Problem Based Learning: using students questions to drive knowledge construction. J. Sci Ed 88 (5): 707-727.

Chin C and Chia L.G. 2006. Problem Based Learning: using ill structured problems in biology projek work. J. Sci Ed 90: 44-67.


(45)

Chin C and Chia L.G. 2008. Problem Based Learning tools: Problem Based Learning pedagogy and strategies are used to implement project-based science. On line at http://www.sites.uci.edu [diakses 19 Mei 2014].

Corte .D, Verschaffel L, dan Masui C. 2004. The CLIA-model: a framework for designing powerful learning environments for thinking and problem solving. Eu J of Psy of Edu 19 (4): 365-384.

Darmodjo H & Kaligis J.R.E. 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud.

[Depdiknas] Departemen Pendidikan Nasional. 2008a. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

. 2008b. Panduan Umum Pengembangan Silabus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Devi K.P, Sofiraeni R, dan Khairuddin. 2009. Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk Guru SMP. Bandung: PPPPTK IPA.

Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis Pengembangan Bahan Ajar SMA. Direktorat Pembinaan SMA.

Ennis R.H. 2001. Critical thinking assessment. Jo Theory Practice 32 (3): 179-186.

Ennis R.H. 2011. The nature of critical thinking: An outline of ctitical thinking dispositions and abilities. Disampaikan pada Sixth International Conference on Thinking at MIT, Cambridge, MA, July 1994 (Last revised May, 2011). On line at

http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCritical Thinking 51711000.pdf. [diakses 23 Januari 2014].

Fisher A. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Terjemahan Benyemin Hadinata. Jakarta: Erlangga.

Graff E.D & Komlos A. 2003. Characteristics of Problem Based Learning. Int. J. Eng Ed 19 (5):657-662.

Gokhale A.A. 1995. Collaborative Learning Enhances Critical Thinking. J of Tech Ed 7 (1).

Hager P, Sleet R, Logan P, dan Hooper M. 2003. Teaching critical thinking ni undergraduate science courses. J Sci & edu 12: 303-313.


(46)

Hake R.R. 1999. Analyzing change/Gain scores. On line at

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf [diakses 18 Januari 2014].

Howard L.W, Tang T. L, dan Austin M. J. 2014. Teaching critical thinking skills: ability, motivation, intervention, and the pygmalion. J Bus Ethics.

Huda M. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isi-isu Metodis dan Paragdimatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jufri W A. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta

[Kemendikbud] Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013a. Analisis Materi Ajar Jenjang SD/SMP/SMA: Konsep Pendekatan Scientific. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

. 2013b. Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

. 2013c. Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

. 2013d. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMA Matematika. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kim J.S. 2005. The effect of constructivist teaching approach on student academic achievement, self Condet, and learning strategis. J Pacific Edu 6 (1): 7-19.

Kim K, Sharma P, Land S.M, dan Furlong K.P. 2013. Effects of active learning on enhancing student critical thinking in an undergraduate general science course. J Innov High Edu 38: 223-235.

Kurniasih I dan Sani B. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena.

Laird T. F. N. 2005. College students’ experiences with diversity and their effects on academic self-confidence, social agency, and disposition toward critical thinking. J Res Ni High Edu 46 (4): 365-387.

Lambertus. 2009. Pentingnya melatih keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran Matematika di SD. Artikel Forum Kependidikan 28 (2): 136-142.


(47)

Liu M. 2005. Motivating students through Problem-based Learning. Austin. On line athttp://www.ie.sullivan.edu [diakses 8 Februari 2014].

Majid A. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mayer R.E. 1996. Integration of informatif during problem solving due to a meaningful context of learning. J Memory & Cognitif 4 (5): 603-608.

Masek A dan Yamin S. 2011. The effect of problem based learning on critical thinking ability: a teoritical and empirical review. Int Rev of Soc and Human. 2 (1): 215-221.

Miri B, David B, Uri Z. 2007. Purposely teaching for the promotion of higher-order thinking skills: a case of critical thinking. J Res Sci Edu 37: 353-369.

Mulyani, D. 2013. Hubungan Kesiapan Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar. Jurnal Ilmiah Konseling 2 (1): 27-31.

Oostendorp H.V dan Mul S.D. 1999. Learning by exploration: thinking aloud while exploring an informationsystem. J Instr Sci 27: 269-284.

Prastowo A. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: DIVA Press.

Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

Rifa’i, Achmad & C.T. Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press. Rosdiana, Neneng. 2008. Motivasi belajar siswa ditinjau dari kecemasan akan kegagalan dalam belajar dan peran orang tua. Skripsi. Tersedia di http://eprints.unika.ac.id/2073/1/ [diakses 31-05-2014].

Savery R.J. 2006. Overview of problem based learning: definition and distinctions. the interdisciplinary J of Problem-Based Learning 1 (1): 9-20.

Saeed S.J.G.M and Sarah N.R. 2013. The effect of Problem Based Learning on critical thinking ability. J Acade ed Studies 3(7):1-14.

Setyorini U. 2011. Penerapan model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. J Pendidikan Fisika Indonesia 2 (7):52-56.


(48)

Slavin, R.E. 2009. Psikologi Pendidikan: Teori dan Praktik. Translated by Samosir, M. 2011. Jakarta: Permata Puri Media.

Snyder L.G and Snyder M.J. 2008. Teaching criticl thinking and problem solving skills. The Delta Pi Epsilon J 1 (2): 90-99.

Song H. D, Barabara L. G, Tiffany A. K, dan Harkness. 2006. Petterns of instructional-design factors prompting reflective thinking in middle-school and college level problem-based learning environment. J Instr Sci 34: 63-87.

Soyomukti N. 2010. Teori-teori Pendidikan. Yogyakarta: AR-Ruzz Media.

Sudijono A. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnnya. Jakarta: Bumi Aksara

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Trilling B & Hood P. 1999. Learning, technology, and education reform in the knowledge age or “we’re wired, webbed, and windowed, now what?”J Edu Technol. On line at http://www.wested.org/....pdf [diakses 8 Februari 2014].

Widjajanti, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah disampaikan pada Kegiatan Pelatihan Penyusunan LKS Mata Pelajaran Kimia Berdasarkan KTSP bagi Guru SMK/MK. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY: Yogyakarta 22 Agustus 2008.

Widyatmoko, A. 2008. Mengenal Laboratorium Biologi. Semarang: PT. Bengawan Ilmu.

Yu K.C, Fan.S.C, dan Lin K.Y. 2014. Enhancing strudents problem solving skills through context based learning. J of Sci and Math Edu.

Zain A.N, Samsudin M.A, Rohandi R, & Jusoh A. 2010. Improving students attitude toward Science pusing instructional congruence. J of Sci and Math Edu 33 (1): 39-64.


(49)

Lampiran 1.

Wawancara Pembelajaran Biologi di Beberapa SMA di Kabupaten Batang

A. Masalah Belajar di Sekolah

1. Bagaimana keaktifan siswa dalam pembelajaran biologi?

2. Bagaimana kemampuan siswa menggunakan media online dalam pembelajaran Biologi?

3. Bagaimana rasa ingin tahu siswa tentang fenomena Biologi?

4. Bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran menurut Bapak/Ibu?

5. Bagaimana kemampuan siswa dalam memecahkan masalah terkait materi pembelajaran?

6. Pembelajaran Virus:

a. Kesulitan apa yang dialami siswa saat pembelajaran virus?

b. Saat pembelajaran materi virus, model/metode apa yang biasa digunakan?

c. Media pembelajaran apa yang biasa digunakan? d. Sumber belajar apa yang biasa digunakan? e. Bagaimana hasil belajar untuk materi virus? B. Desain dan Strategi Pembelajaran di Kelas

1. Perangkat pembelajaran apa saja yang dipersiapkan guru sebelum pelaksanaan kegiatan pembelajaran?

2. Metode/model apakah yang sering digunakan guru dalam pembelajaran Biologi?

3. Media pembelajaran apakah yang digunakan guru? 4. Pernahkah menggunakan model PBL

C. Fasilitas Belajar


(50)

Hasil Wawancara Pembelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Wonotunggal

Waktu pelaksanaan : Mei 2014

Responden : Bpk Yuli Eko Prasetyawan, S.Pd. (guru Biologi) A. Masalah belajar di sekolah

1. Keaktifan kelas X memang masih kurang, kalaupun ada hanya 1 atau 2 orang saja. Yang lainnya kalau ditanya belum berani mengajukan pendapat, sehingga guru kesulitan mengetahui apakah siswa sudah paham atau belum.

2. Guru sering memberi tugas ke siswa dan sebagian besar siswa sering memanfaatkan fasilitas internet, disekolah pun ada fasilitas internet.

3. Siswa cukup antusias jika diberi contoh mengenai fenomena biologi, mereka sangat memperhatikan dan membuat siswa mau bertanya mengenai fenomena tersebut.

4. Kemampuan berpikir kritis siswa untuk kelas X memang masih kurang, kebanyakan disuruh bertanya tidak ada yang bertanya, di tanya tidak menjawab. Tapi untuk kelas XI sudah mulai bagus, apa lagi untuk kelas XII, terkadang apa yang mereka tanyakan saya tidak bisa menjawab.

5. Sama halnya seperti kemampuan berpikir kritis siswa, kemampuan memecahkan masalah pun masih kurang.

6. Pada pembelajaran Virus,

a. Metode yang digunakan sepenuhnya masih ceramah

b. Kesulitan dalam pembelajaran hampir tidak ada karena di jelaskan semuanya, tapi memang jadi membuat siswa cenderung menghafal materi c. Yang biasa digunakan adalah media Power Point

d. LKS dari MGMP dan buku-buku paket Biologi dari beberapa penerbit e. Untuk hasil belajar sudah cukup, meski masih ada yang mendapat nilai

kurang dari KKM

B. Desain dan strategi pembelajaran di kelas

1. Silabus, RPP, alat evaluasi berupa tugas yang akan diberikan siswa dan soal evaluasi


(51)

3. Media yang digunakan Power Point, video. Di Laboratorium Biologi ada beberapa torso seperti kerangka manusia, sistem pencernaan, charta-charta dan sebagainya.

4. Untuk model PBL belum pernah menggunakannya, tapi secara tidak langsung dalam pembelajaran juga menyampaikan masalah-masalah.

C. Fasilitas belajar

Terdapat perpustakaan dengan koleksi buku yang sudah cukup banyak, Laboratorium Biologi juga ada namum masih menjadi satu dengan kimia. Di laboratorium ada beberapa torso seperti torso sistem pencernaan, kerangka manusia, torso mata, dll, ada beberapa Charta, LCD,dan fasilitas Wi-Fi di sekolah.

Hasil Wawancara Pembelajaran Biologi di SMA Negeri 1 Batang

Waktu pelaksanaan : Mei 2014

Responden : Ibu Yati Suharti, S.Pd. (guru Biologi) A. Masalah belajar di sekolah

1. Keaktifan kelas X sudah cukup, walau hanya siswa itu-itu saja yang aktif, masih banyak yang belum aktif, seperi saat ditanya atau di suruh berpendapat jarang yang mau menjawab tau berpendapat, harus ditunjuk dulu

2. Guru sering memberi tugas ke siswa seperti presentasi, jadi siswa sering mencari informasi melalui internet, siswa juga diperbolehkan menggunakan smartphone atau laptop saat diskusi.

3. Siswa antusias jika diberi contoh mengenai fenomena biologi, mereka sangat memperhatikan dan cukup banyak siswa yang mau bertanya mengenai fenomena tersebut.

4. Kemampuan berpikir kritis siswa untuk kelas X cukup tapi masih perlu di dorong agar lebih berkembang lagi, kadang jika harus menyampaikan pendapat secara langsung siswa masih kesulitan

5. Kemampuan memecahkan masalah selama ini hanya dilatihkan melalui diskusi, misal saat membahas mengenai materi, kemudian guru memberikan pertanyaan dan siswa disuruh berdiskusi, jadi spontan saja saat pembelajaran. Jadi kalo untuk memecahkan masalah yang sederhana sudah cukup.


(52)

6. Pada pembelajaran Virus,

a. Metode yang digunakan pada materi virus biasanya disuruh browsing macam-macam bentuk virus dan peran virus, atau menggunakan metode Role Play

b. Kesulitan dalam pembelajaran materi virus biasanya siswa kesulitan mengingat nama-nama latinnya

c. Yang biasa digunakan adalah media Power Point

d. Buku paket dari penerbit Erlangga, untuk LKS belum menggunakan tapi kalau praktikum ada LKS yang bisa dibuat sendiri atau mengambil dari buku-buku

e. Untuk hasil belajar kalau dikatakan baik ya belum tapi jelek juga tidak, jadi masih cukup, karena ada yang dapat nilai sangat bagus tapi masih ada beberapa yang remidi

B. Desain dan strategi pembelajaran di kelas

1. Silabus, RPP, alat evaluasi, bahan ajar berupa buku paket dari penerbit Erlangga jadi guru tidak mempersiapkannya

2. Metode yang digunakan adalah ceramah, praktikum, ,diskusi, presentasi, observasi.

3. Media yang digunakan Power Point, video. Di Laboratorium Biologi ada beberapa torso seperti kerangka manusia, sistem pencernaan, charta-charta dan sebagainya.

4. Untuk model PBL belum pernah menggunakannya, tapi secara tidak langsung dalam pembelajaran juga menyampaikan masalah-masalah tepi belum sepenuhnya mengikuti prosedur PBL

C. Fasilitas belajar

Terdapat perpustakaan dengan koleksi buku yang sudah cukup banyak, ada buku paket dari beberapa penerbit seperti Erlangga, Yudhistira, Intan Pariwara. Buku-buka tentang Biologi juga cukup banyak dan bagus-bagus. Tinggal siswa mau memanfaatkannya atau tidak. Laboratorium Biologi juga ada. Di laboratorium ada beberapa torso seperti torso sistem pencernaan, kerangka manusia, ada beberapa Charta, LCD,dan fasilitas Wi-Fi di sekolah.


(53)

Lampiran 2.


(54)

(1)

(2)

(3)

Lampiran 42

Rekapitulasi Hasil Tanggapan Guru pada Uji Coba Skala Besar

No. Pertanyaan Skor

1 Apakah perangkat pembelajaran berbasis problem based

learning tepat digunakan untuk pembelajaran biologi khususnya materi virus?

3

2 Apakah pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran

yang dikembangkan dapat menarik minat belajar siswa?

3

3 Apakah pembelajaran menggunakan perangkat yang

dikembangkan dapat memebantu siswa memahami materi virus?

3

4 Apakah dengan adanya pembelajaran menggunakan perangkat

yang dikembangkan mampu mendorong keaktifan siswa?

3

5 Apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan mudah

digunakan?

3

6 Apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat

membantu pelaksanaan proses pembelajaran dengan baik?

3

7 Apakah kegiatan dalam perangkat pembelajaran yang

dikembangkan dapat membantu melatih keterampilan berpikir kritis siswa?

3

8 Apakah kegiatan-kegiatan dalam perangkat pembelajaran yang

dikembangkan dapat melatih siswa dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah?

3

9 Apakah kegiatan-kegiatan dalam perangkat pembelajaran yang

dikembangkan dapat melatih kemampuan komunikasi siswa?

3

10 Apakah alokasi waktu yang digunakan sesuai untuk mencapai

kompetensi?

3

Jumlah skor 30

Skor maksimal = 30

Persentase (%) 100

Kriteria Sangat


(4)

(5)

Lampiran 44.

Dokumentasi Pnelitian

Foto 1. Kegiatan Pretest

Foto 2. Kegiatan mencermati kasus dalam LKS Foto 3. Kegiatan mencari informasi pendukung

Foto 4. Kegiatan memecahkan masalah dalam Foto 5. Mempresentasikan hasil diskusi LKS


(6)

Foto 6. Antusias siswa bertanya saat kegiatan Foto 7. Siswa aktif maju ke depan untuk presentasi membaca grafik

Foto 8. Siswa mengurutkan urutan daur litik Foto 9. Siswa menunjukan poster virus di

dan lisogenik melalui gambar depan kelas