Manfaat Penelitian Batasan Istilah

opera dengan iringan musik. Dalam melodrama, tokohnya dilukiskan menerima nasibnya seperti apa yang terjadi. Kualitas watak tokoh dalam melodrama bersifat unik dan individual. 5. Dagelan farce disebut juga banyolan. Dagelan dapat dikatakan sebagai drama yang bersifat karikatural, bercorak komedi, tetapi humor yang muncul ditampilkan melalui ucapan dan perbuatan. Ciri khas dagelan adalah hanya mementingkan hasil tawa yang diakibatkan oleh lakon yang dibuat selucu mungkin. Dagelan lebih menonjolkan segi “entertainment”. Jika dilihat dari pembagian drama di atas, drama Die Dreigroschenoper dapat dikatakan sebagai drama tragikomedi. Hal tersebut dapat dilihat dari akhir cerita yang membahagiakan, yaitu tidak dihukum matinya Mackie Messer, serta teori episches Theater yang merupakan antitesis dari teori drama Aristoteles. Di dalam episches Theater, penonton dituntut untuk berpikir kritis dan menyikapi isi cerita dengan bijak dan bukan mencapai katarsis perbaikan,penyucian jiwa. Unsur-unsur pokok dalam drama adalah lakon, pemain, tempat dan penonton. Jika salah satu dari unsur pokok ini tidak ada, maka tidak ada drama yang sesungguhnya Brahim, 1986: 60, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Kemudian, unsur-unsur plot atau alur cerita dalam drama menurut Gustav Freytag dalam Krell Fiedler, 1960 : 435 drama terdiri dari 1 Exposition, merupakan pengenalan tokoh yang biasanya pada babak pertama, 2 steigende Handlung, merupakan babak tujuan jalan dari tema tersebut terlihat, biasanya pada babak ke dua, 3 Höhepunkt, merupakan titik konflik puncak tertinggi yang menimbulkan sesuatu yang dramatis dan menegangkan yang biasanya pada babak ketiga 4 fallende Handlung, merupakan titik turun dari ketegangan yang terjadi, pada babak keempat 5 Kathastrophe, merupakan bagian terakhir yang menentukan penyelesaian drama tersebut biasanya pada babak kelima. Berikut adalah skema drama Gustav Freytag Krell Fiedler, 1960 : 435: c b d a e Keterangan: a = Exposition b = Steigende Handlung c = Höhepunkt d = Fallende Handlung e = Kathastrophe Apabila kita menyebut istilah drama, maka kita berhadapan dengan dua kemungkinan, yaitu drama naskah dan drama pentas. Keduanya bersumber pada drama naskah. Oleh sebab itu, pembicaraan tentang drama naskah merupakan dasar dari telaah drama. Menurut Waluyo 2001:2, dalam kehidupan sekarang drama mengandung arti yang lebih luas ditinjau apakah drama sebagai salah satu genre sastra, ataukah drama itu sebagai cabang kesenian yang mandiri. Lebih jelasnya, drama naskah merupakan salah satu genre sastra, sedangkan drama pentas adalah jenis kesenian mandiri yang merupakan integrasi dari berbagai jenis kesenian lain. Dalam drama pentas, naskah drama dipadukan dengan berbagai unsur untuk membentuk kelengkapan sebuah pertunjukan. Dasar cerita dalam sebuah drama adalah konflik manusia. Konflik tersebut biasanya lebih bersifat batin daripada fisik. Konflik yang dimunculkan dalam sebuah drama harus mempunyai motif. Konflik dan motif tersebut akan memunculkan kejadian-kejadian yang membangun suatu alur cerita dalam drama. Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa drama adalah suatu cabang seni sastra, yang dapat berbentuk prosa atau puisi. Drama juga mempunyai dua pengertian, yaitu drama naskah dan drama pentas. Drama pentas mementingkan dialog, gerak, dan perbuatan. Drama memerlukan ruang, waktu, dan penonton audience. Drama adalah hidup yang disajikan dalam gerak yang menggambarkan sejumlah kejadian yang memikat dan menarik hati. Di dalam sebuah alur terdapat beberapa babak yaitu: a Exposition, b Steigende Handlung, c Höhepunkt, d Fallende Handlung, e Kathastrophe.

B. Tokoh dan Penokohan dalam Drama

Dalam pembicaraan sebuah fiksi sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah-istilah tersebut sebenarnya tidak sama persis atau sering dipergunakan dalam pengertian yang berbeda, walaupun memang terdapat persamaan di antaranya. Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya atau pelaku cerita. Watak, perwatakan dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca dan lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh Nurgiyantoro, 1995:164- 165.