lain melalui sumber pembiayaaan pinjaman dan atau penerbitan obligasi daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Struktur APBD
Dengan dikeluarkannya kebijakan otonomi daerah, maka akan membawa konsekuensi terhadap berbagai perubahan dalam keuangan daerah, termasuk terhadap
struktur APBD. Sebelum UU Otonomi Daerah dikeluarkan, struktur APBD yang berlaku selama ini adalah anggaran yang berimbang dimana jumlah penerimaan atau
pendapatan sama dengan jumlah pengeluaran atau belanja. Kini struktur APBD mengalami perubahan bukan lagi anggaran berimbang, tetapi disesuaikan dengan
kondisi keuangan daerah. Artinya, setiap daerah memiliki perbedaan struktur APBD sesuai dengan kapasitas keuangan atau pendapatan masing-masing daerah.
Adapun struktur APBD berdasarkan Permendagri No.13 Tahun 2006, “Struktur APBD merupakan satu kesatuan terdiri dari: 1. Pendapatan Daerah, 2. Belanja Daerah,
dan 3. Pembiayaan Daerah”.
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan yang dianggarkan dalam APBD meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum Daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak
Daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan Daerah dikelompokkan sebagai berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah
Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas:
a. Pajak Daerah, b. Retribusi Daerah,
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan
Universitas Sumatera Utara
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek
pendapatan sesuai dengan Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang
perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Juncko peraturan Daerah Nomor 65 Tahun
2001 dan Kepmendagri Nomor 35 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
Jenis hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan sebagaimana dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:
1. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik DaerahBUMD,
2. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintahBUMN, dan
3. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.
Jenis laian-lain Pendapatan Asli Daerah yang dirinci menurut obyek pendapatan yang mencakup:
1 Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan, 2 Jasa Giro,
3 Pendapatan Bunga, 4 Penerimaan atas Tuntutan Ganti Kerugian Daerah,
5 Penerimaan Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan danatau pengadaan barang danatau jasa oleh Daerah,
Universitas Sumatera Utara
6 Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar Rupiah terhadap Mata Uang Asing,
7 Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, 8 Pendapatan denda pajak
9 Pendapatan denda retribusi, 10 Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan,
11 Pendapatan dari pengembalian, 12 Fasilitas sosial dan fasilitas umum,
13 Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, dan 14 Pendapatan dari angsurancicilan penjualan.
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan. a. Dana Bagi Hasil.
Jenis Dana Bagi Hasil dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup: 1 Bagi Hasil Pajak,
2 Bagi Hasil Bukan Pajak, b. Dana Alokasi Umum.
c. Dana Alokasi Khusus. 3.
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah dibagi menurut jenis pendapatan yang
mencakup: a. Hibah berasal dari Pemerintah, pemerintah Daerah lainnya,
BadanLembagaOrganisasi Swasta Dalam Negeri, kelompok MasyarakatPerorangan, dan Lembaga Luar Negeri yang Tidak mengikat,
Universitas Sumatera Utara
b. Dana Darurat dari Pemerintah dalam Rangka penaggulangan korbankerusakan akibat bencana alam,
c. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi kepada KabupatenKota, d. Dana Penyesuaian dan Dana Otonomi Khusus yang ditetapkan oleh
pemerintah, dan e. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari Pemerintah Daerah Lainnya.
2. Belanja Daerah