6 4.
Hipovontilasi, merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondiaoksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar
serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran disorientasi, atau ketidakseimbangan
elektrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis. 5.
Dispnea, merupakan perasaan sesal dan berat saat pernafasan. 6.
Orthopnea, merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang yang mengalami
kongestif paru. 7.
Cheyney stokes, merupakan sikluas pernafasan yang amplitudonya yang mula-mula naik, turun, berhenti, kemudian mulai dari siklus baru.
8. Biot, merupakan pernafasan degan irama yang mirip dengan cheyne stokes,
tetapi amplitudanya tidak teratur. 9.
Esteridor, merupakan pernafasan bising yang terjadi karena penyempitan pada saluran pernafasan.
2.2 Gangguan Oksigenasi
Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologi
dari organ respirasi. Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh karena
peradangan obstruksi, trauma kanker, degenerative, dan lain-lain. Gangguan tersebut akan menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat.
Secara garis besar, gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
2.2.1 Gangguan IramaFrekuansi Pernafasan
1. Gangguan irama pernafasan antara lain:
a. Pernafasan ‘cheyne-stokes’ yaitu siklus pernafasan yang amplitudonya mula-
mula dangkal, makin naik kemudian menurun dan berhenti. Lalu pernafasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis pernafasan ini biasanya terjadi pada klien
gagal jantung kongesti. Peningkatan tekanan intracranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis pernafasan ini terutama terdapat pada orang di ketinggian
12.000-15.000 kaki diatas permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
Universitas Sumatera Utara
7 b.
Pernafasan ‘biot’ yaitu pernafasan yang mirip dengan pernafasan cheyne-stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea, keadaan pernafasan ini kadang
ditemukan pada penyakit radang selaput otak. c.
Pernafasan ‘kussmaul’ yaitu pernafasan yang jumlah dan kedalaman meningkat sering melebihi 20 xmenit. Jenis pernafasan ini dapat ditemukan pada klien
dengan asidosis metabolik dan gagal ginjal.
2.2.2 Gangguan Frekuansi Pernafasan
1. Takipneahipernea, yaitu frekuensi pernafasan yang jumlahnya meningkat diatas
frekuensi pernafasan normal. 2.
Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana frekuensi pernafasan yang jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernafasan normal.
2.2.3 Insufisiensi Pernafasan
Penyebab insufisiensi pernafasan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: 1.
Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus. 2.
Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru. 3.
Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru ke jaringan.
2.2.4 Hipoksia
Hipoksia adalah kekurangan oksigen dijaringan, istilah ini lebih tepat dari pada anoksia. Sebab jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan. Hipoksia
dapat dibagi kedalam kelompok, yaitu: 1.
Hipoksemia Hipoksemia adalah kekurangan oksigen darah arteri. Terbagi atas dua jenis yaitu
hipoksemia hipotonik anoksia anoksik dan hipoksemia isotonic anoksia anemik. Hipoksemia hipotonik terjadi dimana tekanan oksigen darah arteri rendah karena
karbondioksida dalam darah tinggi dan hipoventilasi. Hipoksemia isotonik terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit.
Hal ini terdapat pada kondisi anemia, keracunan karbondioksida. 2.
Hipoksia hipokinetik stagnant anoksiaanoksia bendungan Hipoksia hipokinetik yaitu hipoksia yang terjadi akibat adanya bendungan atau
sumbatan.
Universitas Sumatera Utara
8 3.
Overventilasi hipoksia Overventilasi yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan
sehingga kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya. 4.
Hipoksia histotoksik Hipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler jaringan mencukupi,
tetapi jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida. Hal tersebut mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih
banyak dari pada normal oksigen darah meningkat.
2.2.5 Masalah Keperawatan Berkaitan dengan Kebutuhan Oksigen