BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik
Dari segi pelayanan medis Rumah Sakit Umum Pemerintah RSUP H. Adam Malik memiliki pelayanan spesialisasi luas, dan pelayanan kesehatan
terhadap rawat jalan dan rawat inap. Selain itu juga Rumah Sakit Umum Pemerintah RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit dengan pelaksanaan
upaya rujukan untuk wilayah Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Berdasarkan Permenkes RI. No. HK. 02.02Menkes0682010 menyatakan
bahwa rumah sakit umum diharuskan memiliki formularium. Formularium ini berguna sebagai pedoman pemberian obat oleh para dokter dalam pemberian
kepada pasien, sehingga tercapai penggunaan obat yang aman, rasional, efektif dan efisien. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan bahwa formularium Rumah
Sakit Umum Pusat RSUP H. Adam Malik belum mengalami revisi. Hal ini mungkin disebabkan kinerja dari Panitia Farmasi dan Terapi yang belum optimal.
Berdasarkan pengamatan, formularium yang seharusnya digunakan untuk pasien umum, namun di dalam praktiknya tidak ada digunakan. Pelayanan obat untuk
pasien Jamkesmas mengacu kepada daftar obat yang diterbitkan oleh menteri kesehatan yang disebut dengan Pedoman Pelaksana Manlak. Manlak merupakan
suatu pedoman pelayanan obat di mana obat yang diberlakukan sudah terseleksi melalui suatu proses yang terstruktur sehingga dapat dipertanggungjawabkan,
baik dari sisi mutu maupun biayanya. Pemerintah menanggung semua biaya pengobatan dan perawatan untuk pasien Jamkesmas tanpa dipungut biaya
Universitas Sumatera Utara
sedikitpun. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien Askes mengacu kepadas Daftar Plafon dan Harga Obat DPHO yang diterbitkan oleh PT. Askes.
Rumah sakit hanya melayani pengobatan berdasarkan DPHO yang telah ditetapkan. Di dalam pengamatannya hanya DPHO yang digunakan didalam
pelayanan, sedangkan manlak belum secara keseluruhan di gunakan dalam proses pelayanan kesehatan kepada pasien.
4.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS 4.2.1 Pokja Perbekalan
Pokja perbekalan Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS pada Rumah Sakit Umum Pemerintah RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas menerima,
menyimpan, mendistribusikan perbekalan farmasi. Pokja perbekalan telah menerapkan Sistem Informasi Rumah Sakit SIRS
secara online sehingga mempermudah segala transaksi dan pemantauan persediaan perbekalan farmasi.
Perbekalan farmasi yang masuk diterima oleh Panitia Penerima Barang, bersama-sama dengan Bendaharawan Barang. Menerima, memeriksa dan meneliti
keadaan perbekalan farmasi, disesuaikan dengan surat pengantar barang SPB dan surat pesanan SP, bila sesuai perbekalan farmasi diserahkan ke Instalasi
Farmasi melalui Pokja Perbekalan. Kemudian dibuat berita acara, petugas Pokja Perbekalan menerima dan mencatat pada buku penerima perbekalan farmasi.
Selanjutnya perbekalan farmasi yang diterima, disimpan sesuai dengan sifatnya obat termolabil di lemari es, bentuk sediaan oral, injeksi, infus, salep, bahan
baku obat mudah menguapterbakar, obat narkotika dan psikotropika dalam lemari khusus dan terkunci, dan disusun secara alfabetis dengan sistem First In
Universitas Sumatera Utara
First Out FIFO dan First Expired First Out FEFO. Di dalam pengamatannya masih terdapat beberapa sediaan yang tidak disusun secara alfabetis dengan sistem
First In First Out FIFO dan First Expired First Out FEFO. Administrasi yang dilakukan oleh pokja perbekalan meliputi membuat
laporan mutasi barang, dan laporan narkotik. Sistem Informasi Rumah Sakit SIRS telah diterapkan sejak Januari 2009, yang tujuannya adalah untuk
mempermudah kegiatan pencatatan perbekalan farmasi yang masuk dan keluar ke buku penerimaan dan pengeluaran barang serta ke kartu stok, pencatatan stok
opname setiap bulannya dan diakhir tahunnya. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pemerintah RSUP H. Adam Malik
memiliki 7 gudang perbekalan untuk menyimpan perbekalan farmasi, yaitu: 1. gudang obat dan radiofarmasi
2. gudang reagensia, cairan repacking dan bahan baku. 3. gudang AKHP dan instrumen.
4. gudang floorstock 5. gudang perbekalan farmasi ASKES dan JAMKESMAS.
6. gudang perbekalan farmasi bantuan, perbekalan farmasi rutin yang masuk paket dan pasien umum.
7. gudang bahan berbahaya. Pokja perbekalan melakukan kegiatan produksi sediaan farmasi. Menurut
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit tahun 2004, yang dimaksud dengan produksi adalah kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali
sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kegiatan produksi yang dilakukan adalah membuat
Universitas Sumatera Utara
antara lain Aquadest, Alkohol 70 dan H2O2 3, mengubah menjadi kemasan yang lebih kecil repacking antara lain alkohol, talkum, tinctur iodium, dan
handscrub. Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan, seperti: 1. depo farmasi seperti Rindu A, Rindu B, CMU lantai III dan apotek.
2. instalasi seperti IPA, IDT, Instalasi Rehabilitasi Medik Beberapa instalasi lainnya seperti IPK, Hemodialisa, dan Radiologi telah memiliki kerja sama
operasional dengan pihak lain sehingga kebutuhan perbekalan farmasinya tidak lagi dilayani oleh Instalasi Farmasi.
3. User lainnya seperti poli-poli rawat jalan.
4.2.2 Pokja Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinis merupakan perwujudan keahlian profesional apoteker dalam bidang kesehatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan
keamanan, kemanfaatan, dan kerasionalan penggunaan terapi obat bagi pasien. Pelayanan ini memerlukan hubungan profesional antara apoteker, dokter, perawat
dan lain-lain yang terlibat memberikan perawatan kesehatan Siregar, 2004. Dari pengamatan yang telah dilakukan, kegiatan pelayanan farmasi klinis
yang telah dilakukan adalah melakukan visite, melakukan konseling, melakukan pelayanan informasi obat PIO, monitoring efek samping obat MESO,
melakukan pemantauan penggunaan obat PPO, bekerjasama dengan PKMRS melakukan penyuluhan rutin bagi pasien rawat jalan maupun rawat inap,
menyelenggarakan dan mengkoordinasikan serta bertanggung jawab terhadap pendidikan dan pelatihan di Instalasi Farmasi, melakukan pencampuran obat
Universitas Sumatera Utara
sitostatika kemoterapi. Untuk resep-resep sitostatika sebaiknya dilayani terlebih dahulu dibandingkan dengan resep-resep lainnya.
Namun, beberapa kegiatan pelayanan farmasi klinis seperti pencampuran obat suntik secara aseptik, penyiapan total parenteral nutrisi TPN, pemantauan
kadar obat dalam darah belum dilakukan. Banyak faktor yang menyebabkan kegiatan tersebut belum dilakukan oleh farmasi antara lain disebabkan, karena
keterbatasan sarana dan prasarana yang memadai maupun kurangnya tenaga ahli di bidang tersebut. Untuk di ruangan penyampaian informasi obat sebaiknya
dilakukan penambahan beberapa alat peraga yang kegunaannya adalah sebagai alat untuk menerangkan kepada pasien ataupun keluarga pasien tentang
penggunaan obat yang baik dan benar.
4.2.3 Pokja Perencanaan dan Evaluasi
Pokja Perencanaan dan Evaluasi Instalasi Farmasi IFRS pada Rumah Sakit Umum Pemerintah RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas
melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit, melakukan evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian, serta melaksanakan
pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja perencanaan.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, Pokja Perencanaan dan Evaluasi telah melakukan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan
Rumah Sakit Umum Pemerintah RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan metode kombinasi yaitu gabungan antara metode komsumtif dan
epidemiologi. Data yang diperlukan untuk perencanaan diperoleh dari laporan yang diberikan oleh depo-depo farmasi, laporan bulanan pokja perbekalan serta
Universitas Sumatera Utara
rencana tahunan rencana tahunan dari masing-masing depo farmasi. Pokja Perencanaan dan Evaluasi juga melakukan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi
dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja perencanaan. Evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian dan pelaksanaan administrasi Pokja Perencanaan dan
Evaluasi telah menerapkan sistem SIRS Sistem Informasi Rumah sakit walaupun didalam penggunaannya yang belum maksimal.
Hal ini erat kaitannya dengan upaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional, dimana profesi farmasis dapat berperan serta dalam hal
mengupayakan pelayanan kesehatan yang bermutu high quality, merata, dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat accessable and affordable.
Mengingat bahwa profesi farmasis merupakan tenaga kesehatan yang khusus dididik untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang
pengelolaan dan penggunaan obat, maka peran sertayang dapat disumbangkan oleh profesi farmasis dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan adalah:
“meningkatkan mutu pengelolaan dan penggunaan obat dengan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan., melalui pencegahan terhadap masalah-masalah yang
terjadi sehubungan dengan pengelolaan dan penggunaan obat”. Namun, dari pengamatan yang dilakukan pada Pokja Perencanaan dan Evaluasi terdapat
beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu keterbatasan stok obat, hal ini diakibatkan pihak distributor obat tidak dapat melayani permintaan obat karena
telah melewati waktu pembayaran yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Depo Farmasi
Depo farmasi merupakan perpanjangan tangan dari instalasi farmasi yang bertugas mengkoordinasikan, membina, melaksanakan perencanaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi ke pasien yang ada di instalasi Rindu A, Rindu B dan CMU lantai III. Perbekalan farmasi didistribusikan secara
sistem one day dose dispensing untuk obat injeksi, three day dose dispensing untuk obat oral dan floor stock.
Depo farmasi Rindu A melayani kebutuhan obat dan alat kesehatan habis pakai AKHP untuk pasien Jamkesmas dan Askes yang ada di ruangan Rawat
inap terpadu A. Sementara itu, Depo farmasi Rindu B melayani kebutuhan obat dan AKHP untuk pasien Jamkesmas dan Askes yang ada di ruangan Rawat inap
terpadu B. Depo CMU lantai III melayani pendistribusian perbekalan kesehatan untuk pasien Jamkesmas,Askes dan umum dan kebutuhan pada Instalasi Bedah
Pusat IBP dan Instalasi Perawatan Intensif IPI. CMU lantai III melayani kamar operasi, recovery room, pasca bedah, ICU dan ICU jantung.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, sistem ODDD diterapkan untuk pasien Askes dan Jamkesmas rawat inap, sedangkan untuk pasien Umum
dan pasien Askes yang obatnya di luar DPHO diterapkan resep individual.
Protap pelayanan obat pasien rawat inap
1. petugas depo menerima resep dokter. 2. petugas memeriksa resep mengenai kelengkapan administrasi seperti surat
jaminan perawatan dan wadah bekas tertentu serta protokol terapi untuk obat- obat yang memerlukan protokol terapi.
Universitas Sumatera Utara
3. jka memerlukan protokol terapi, resep tersebut ditandatangani oleh dokter ahli dan tim pengendali.
4. resep ditulis kedalam kartu kendali dan selanjutnya obat di kemas 5. obat di kemas untuk satu hari ke dalam plastik obatyang tertulis nama pasien,
waktu pemakaian, dan nama serta jumlahobat yang diberikan. Untuk injeksi, sirup, salep dan infus dibuat ditempat terpisah, selanjutnya dilakukan
pemeriksaan ulang. Selesai diperiksa, obat diberikan kepada pasien melalui perawat sesuai
dengan jadwal pemberiannya. Berdasarkan hasil pengamatan di Rindu B, sistem distribusi perbekalan farmasi yang digunakan adalah sistem ODDD, resep
individual, dan floor stock.
4.2.5 Apotek
Rumah Sakit H. Adam Malik memiliki dua apotek sebagai perpanjangan tangan instalasi farmasi dalam mendistribusikan obat di lingkunan rumah sakit.
a. Apotek Rawat Jalan Apotek I, melayani:
1. pasien Askes rawat jalan.
2. pasien umum rawat jalan.
b. Apotek Rumah Sakit yang buka 24 jam Apotik II melayani:
1. kebutuhan pasien IGD.
2. pasien umum rawat inap.
3. pasien jamkesmas rawat jalan;
4. pasien perusahaan;
5. pasien hemodialisa rawat jalan dan rawat inap.
6. pasien jamkesmas dan askes rawat inap di luar jam kerja.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Instalasi Central Sterilized Supply Department CSSD
Berdasarkan pengamatan, CSSD telah melaksanakan kegiatan pencucian, pengeringan, pengemasan, pemberian label, pemberian indikator, sterilisasi,
penyimpanan dan pendistribusian ke unit-unit yang membutuhkan perlengkapan steril. CSSD juga telah melakukan sterilisasi ruangan dengan
cara pengasapan fogging, juga sterilisasi dengan Etylen Oxyde untuk alat yang tidak tahan panas.
Jenis-jenis sterilisasi yang dilaksanakan di CSSD adalah: 1.
Sterilisasi Uap Panas Autoklaf Sterilisasi ini menggunakan suhu ± 132
o
C, tetapi tidak melebihi 145
o
C, tekanan steam 3 bar, selama ± 45 menit - 1 jam. Bahan-bahan yang disterilkan
adalah alatinstrumen dan linen untuk kebutuhan kamar operasi. Cara sterilisasi:
Alat atau instrumen dari ruang operasi direndam lebih dahulu dengan desinfektan Tablet Germicef, digunakan 3 tablet untuk ± 5 liter aquadest selama
20 menit, lalu ditiriskan dan kemudian dikirim ke CSSD menggunakan lift kotor, setelah itu alatinstrumen kotor dicuci kembali menggunakan zat kimia enzimatik
Multi-Zymc, kemudian dikeringkan. Setelah kering, alatinstrumen ditaburkan zat anti karat Surgical Milk Concentrate lalu dibungkus di-packing dan
dimasukkan ke dalam autoklaf. Bila proses sterilisasi sudah selesai, maka pintu belakang autoklaf terbuka secara otomatis dan alatinstrumen disimpan pada
ruang steril. Untuk membuktikan apakah alatinstrumen dan linen telah steril, digunakan indikator biologis yaitu bakteri tahan panas yang ditempatkan dalam
botol plastik kecil. Indikator ini dimasukkan ke dalam autoklaf bersamaan dengan
Universitas Sumatera Utara
alatinstrumen. Setelah itu, indikator biologis tersebut diinkubasi selama 24 jam. Bila indikator tidak berubah warna ungu, berarti alatinstrumen sudah steril,
tetapi bila indikator berwarna hijau kuning sama dengan warna bakteri pembanding, berarti alatinstrumen belum steril.
2. Sterilisasi Dingin
Sterilisasi ini menggunakan Gas Etilen Oksida, yang disterilkan adalah alatinstrumen yang tidak tahan panas seperti selang-selang anestesi.
Cara Sterilisasi: Selang dicuci dengan desinfektan, dikeringkan lalu dibungkus di-packing
dengan plastik lalu dimasukkan ke dalam kotak Etilen Oksida. Kemudian dimasukkan indikator biologis dan Gas Etilen Oksida yang telah dibuka tutup
tabungnya dan selang Etilen Oksida ke dalam plastik tersebut, lalu plastik diikat, diatur waktu dan suhu sterilisasi. Umumnya, bila selang disterilkan pada sore hari,
maka keesokan paginya selang sudah dapat diambil. 3.
Sterilisasi dengan UV-Lamp Sterilisasi ini digunakan untuk mensterilkan ruangan. Ruangan yang
disterilkan adalah ruangan kemoterapi, ruangan operasi, ruangan ICU, ruangan pasien tertentu seperti ruangan pasien penyakit diabetes dan ruangan pasien
terinfeksi Flu Burung. UV-lamp memiliki life time selama 2000 jam, bila sudah mencapai 2000 jam, maka lampunya diganti. Lamanya proses sterilisasi dengan
UV-lamp dimulai dari sore hingga pagi. Sterilisasi ruangan menggunakan UV- lamp dilaksanakan 1 kali dalam seminggu.
Universitas Sumatera Utara
4. Sterilisasi dengan fogging
Sterilisasi dengan cara ini menggunakan zat kimia berupa asapuap Aseptation Terminal Spore yang digunakan untuk ruangan yang lebih besar dan
mematikan spora bakteri. Cara sterilisasi:
Diatur lebar, panjang dan tinggi ruangan yang akan disterilisasi pada alat fogging, kemudian alat fogging dihidupkan. Jadi, lama sterilisasi tergantung
dengan luas ruangan yang akan disterilkan. Bila proses sterilisasi sudah selesai, maka alat akan berhenti secara otomatis.
Perlengkapan yang disterilkan di Central Sterilized Supply Department meliputi:
a. instrumen;
b. linen;
c. AKHP.
CSSD juga memberikan penyuluhan kepada petugas kesehatan, pasien dan keluarga pasien untuk menjaga kebersihan dalam upaya pencegahan infeksi
nosokomial dengan menempelkan poster himbauan di setiap unit-unit pelayanan kesehatan.
4.4 Instalasi Gas Medis