antara lain Aquadest, Alkohol 70 dan H2O2 3, mengubah menjadi kemasan yang lebih kecil repacking antara lain alkohol, talkum, tinctur iodium, dan
handscrub. Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan, seperti: 1. depo farmasi seperti Rindu A, Rindu B, CMU lantai III dan apotek.
2. instalasi seperti IPA, IDT, Instalasi Rehabilitasi Medik Beberapa instalasi lainnya seperti IPK, Hemodialisa, dan Radiologi telah memiliki kerja sama
operasional dengan pihak lain sehingga kebutuhan perbekalan farmasinya tidak lagi dilayani oleh Instalasi Farmasi.
3. User lainnya seperti poli-poli rawat jalan.
4.2.2 Pokja Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinis merupakan perwujudan keahlian profesional apoteker dalam bidang kesehatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan
keamanan, kemanfaatan, dan kerasionalan penggunaan terapi obat bagi pasien. Pelayanan ini memerlukan hubungan profesional antara apoteker, dokter, perawat
dan lain-lain yang terlibat memberikan perawatan kesehatan Siregar, 2004. Dari pengamatan yang telah dilakukan, kegiatan pelayanan farmasi klinis
yang telah dilakukan adalah melakukan visite, melakukan konseling, melakukan pelayanan informasi obat PIO, monitoring efek samping obat MESO,
melakukan pemantauan penggunaan obat PPO, bekerjasama dengan PKMRS melakukan penyuluhan rutin bagi pasien rawat jalan maupun rawat inap,
menyelenggarakan dan mengkoordinasikan serta bertanggung jawab terhadap pendidikan dan pelatihan di Instalasi Farmasi, melakukan pencampuran obat
Universitas Sumatera Utara
sitostatika kemoterapi. Untuk resep-resep sitostatika sebaiknya dilayani terlebih dahulu dibandingkan dengan resep-resep lainnya.
Namun, beberapa kegiatan pelayanan farmasi klinis seperti pencampuran obat suntik secara aseptik, penyiapan total parenteral nutrisi TPN, pemantauan
kadar obat dalam darah belum dilakukan. Banyak faktor yang menyebabkan kegiatan tersebut belum dilakukan oleh farmasi antara lain disebabkan, karena
keterbatasan sarana dan prasarana yang memadai maupun kurangnya tenaga ahli di bidang tersebut. Untuk di ruangan penyampaian informasi obat sebaiknya
dilakukan penambahan beberapa alat peraga yang kegunaannya adalah sebagai alat untuk menerangkan kepada pasien ataupun keluarga pasien tentang
penggunaan obat yang baik dan benar.
4.2.3 Pokja Perencanaan dan Evaluasi
Pokja Perencanaan dan Evaluasi Instalasi Farmasi IFRS pada Rumah Sakit Umum Pemerintah RSUP H. Adam Malik mempunyai tugas
melaksanakan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rumah sakit, melakukan evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian, serta melaksanakan
pencatatan, pelaporan dan evaluasi dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja perencanaan.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, Pokja Perencanaan dan Evaluasi telah melakukan perencanaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan
Rumah Sakit Umum Pemerintah RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan metode kombinasi yaitu gabungan antara metode komsumtif dan
epidemiologi. Data yang diperlukan untuk perencanaan diperoleh dari laporan yang diberikan oleh depo-depo farmasi, laporan bulanan pokja perbekalan serta
Universitas Sumatera Utara
rencana tahunan rencana tahunan dari masing-masing depo farmasi. Pokja Perencanaan dan Evaluasi juga melakukan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi
dari setiap pelaksanaan tugas di lingkungan pokja perencanaan. Evaluasi kegiatan pelayanan kefarmasian dan pelaksanaan administrasi Pokja Perencanaan dan
Evaluasi telah menerapkan sistem SIRS Sistem Informasi Rumah sakit walaupun didalam penggunaannya yang belum maksimal.
Hal ini erat kaitannya dengan upaya pengelolaan dan penggunaan obat secara rasional, dimana profesi farmasis dapat berperan serta dalam hal
mengupayakan pelayanan kesehatan yang bermutu high quality, merata, dan dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat accessable and affordable.
Mengingat bahwa profesi farmasis merupakan tenaga kesehatan yang khusus dididik untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang
pengelolaan dan penggunaan obat, maka peran sertayang dapat disumbangkan oleh profesi farmasis dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan adalah:
“meningkatkan mutu pengelolaan dan penggunaan obat dengan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan., melalui pencegahan terhadap masalah-masalah yang
terjadi sehubungan dengan pengelolaan dan penggunaan obat”. Namun, dari pengamatan yang dilakukan pada Pokja Perencanaan dan Evaluasi terdapat
beberapa permasalahan yang dihadapi yaitu keterbatasan stok obat, hal ini diakibatkan pihak distributor obat tidak dapat melayani permintaan obat karena
telah melewati waktu pembayaran yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Depo Farmasi