gambaran mutu pelayanan. AVLOS yang ideal adalah 6-9 hari. Rumus perhitungan AVLOS adalah:
AVLOS= Jumlah lama dirawat Jumlah pasien keluar Hidup+ Mati 3. Bed Turn Over BTO: Angka perputaran tempat tidur.
Menurut Huffman BTO adalah “The net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. Menurut Departemen Kesehatan BTO adalah frekuensi
pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur diapakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata
dipakai 40-50 kali. Rumus perhitungan BTO adalah: BTO= Jumlah pasien keluar Hidup+Mati Jumlah tempat tidur
4. Turn Over Interval TOI: interval penggunaan tempat tidur Menurut Departemen Kesehatan TOI adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati dari telah diisi kesaat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat
tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. Rumus perhitungan TOI adalah: TOI= Jumlah tempat tidur X periode- hari perawatan Jumlah pasien
keluar hidup+ mati.
2.2 Rekam Medik
Rekam medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan
lain yang diberikan kepadaseorang penderita selama dirawat di rumah sakit, baik rawat jalan maupun rawat tinggal.
Rekam medik yang lengkap berisikan, data identifikasi dan sosiologis, sejarah famili pribadi, sejarah kesakitan yang sekarang, pemeriksaan fisik,
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan khusus, seperti: konsultasi, data laboratorium klinis, pemeriksaan sinar X dan pemeriksaan lain, diagnosis sementara, diagnosis kerja, penanganan
medik atau bedah, patologi mikroskopik dan nyata, kondisi pada waktu pembebasan, tindak lanjut dan temuan otopsi.
Adapun kegunaan dari rekam medik adalah: a.
dasar perencanaan dan keberkelanjutan perawatan penderita. b.
merupakan suatu sarana komunikasi antara dokter dan setiap profesional yang berkontribusi pada perawatan penderita.
c. melengkapi bukti dokumen terjadinya atau penyebab penyakit penderita dan
penanganan atau pengobatan selama dirawat di rumah sakit. d.
digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan yang diberikan kepada penderita.
e. membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan
praktisi yang bertanggung jawab f.
menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan g.
dasar perhitungan biaya karena dengan menggunakan data dalam rekam medik mempermudah bagian keuangan untuk menetapkan besarnya biaya
pengobatan seorang penderita Siregar dan Amalia, 2004.
2.3 Komite Medik dan Panitia Farmasi dan Terapi PFT
Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih dari Ketua Staf Medis Fungsional SMF atau yang mewakili SMF yang ada di
Rumah Sakit. Komite Medis berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Direktur Utama.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197MenkesSKX2004 bahwa Panitia Farmasi dan Terapi PFT adalah
organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-
spesialisasi yang ada dirumah sakit dan apoteker wakil dari Farmasi Rumah Sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Tujuan dari adanya Panitia Farmasi Dan Terapi
adalah: 1. menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat
serta evaluasinya. 2. melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru
yang berhubungan dengan obat sesuai dengan kebutuhan. Ketua Panitia Farmasi dan Terapi dipilih dari dokter yang ada di dalam
kepanitiaan dan jika rumah sakit tersebut mempunyai ahli farmakologi klinik, maka sebagai ketua adalah Farmakologi. Sekretarisnya adalah Apoteker instalasi
farmasi atau apoteker yang ditunjuk. Susunan anggota Panitia Farmasi dan Terapi PFT harus mencakup dari tiap SMF yang ada di rumah sakit. Fungsi dan ruang
lingkup Panitia Farmasi dan Terapi PFT adalah: 1.
mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan obat untuk dimasukkan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi
secara subyektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat
yang sama.
Universitas Sumatera Utara
2. panitia Farmasi dan Terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau
menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis.
3. menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang
termasuk dalam kategori khusus. 4.
membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat
dirumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional. 5.
melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi.
Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus penggunaan obat secara rasional.
6. mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat.
7. menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis
dan perawat.
2.4 Formularium Rumah Sakit