INTERROGATOR Studi Tentang Secondary Surveillance Radar (SSR) Untuk Menentukan Berbagai Informasi Pesawat Terbang Di PT. Angkasa Pura II Polonia Medan

lain yang berdekatan letaknya dengan stasiun radar. Sinyal pantulan ini dapat memperlemah sinyal masukan bagi perangkat penerima. 4. Fruit Dapat terjadi bila dua stasiun radar yang letaknya berdekatan, misalnya A dan B saat bersamaan memberikan interrogation kepada sebuah pesawat terbang yang sama. Maka akan terjadi kemungkinan jawaban yang seharusnya untuk stasiun A diterima oleh B, atau sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena jangkauan radar coverage dari kedua stasiun tersebut saling berpotongan overlap Kendala-kendala tersebut diatas pada prinsipnya disebabkan oleh dua masalah pokok, yaitu : 1. Kesalahan pendeteksian oleh transponder pesawat udara. 2. Kesalahan data pada pulsa jawaban yang diterima oleh stasiun radar.

2.3 INTERROGATOR

Pancaran sinyal oleh stasiun darat biasanya disebut sebuah interrogator. Dua pulsa P1 dan P3 dipancarkan oleh antenna dan jarak kedua pulsa ini akan ditentukan dan data berisi jawaban transponder. Selanjutnya pulsa P2 terpancar dari sinar pengontrol. Secondary surveillance radar SSR adalah sebuah identifikasi radar yang dapat memberikan petunjuk mengenai ketinggian, kecepatan, posisi, jarak dan kode pesawat terbang yang dideteksi di control. SSR mengirimkan pulsa yang berbentuk serial sebagai pertanyaan yang disebut dengan ”INTERROGATOR MODE”. Pertanyaan ini akan diulang terus-menerus pada setiap frekuensi ulangan dari radar, atau hal ini disebut dengan PULSE REPETITION FREQUENCY PRF. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara PRF ini amat penting karena dipergunakan untuk mengukur waktu yang memisahkan pertanyaan MODE dengan jawaban CODE mengingat jarak dari radar station yang cukup jauh dengan pesawat terbang. Gambar 2.4. Alat interrogator Untuk membedakan pertanyaan-pertanyaan maupun jawaban yang dipakai pada SSR kita mempergunakan pulsa-pulsa yang disusun secara serial atau berderet. Pulsa-pulsa ini disusun berdasarkan peraturan ICAO, sehingga kita mempunyai suatu standard pulsa yang dipakai pada SSR. Pertanyaan-pertanyaan yang akan dipancarkan oleh interrogator ke transponder pesawat terbanga adalah : • Pada jarak berapa NM pesawat itu berada? • Pada derajat berapa pesawat itu bergerak? • Pada ketinggian berapa pesawat itu terbang? • Apa jenis pesawat yang sedang terbang tersebut ? Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara • Berapa kecepatan pesawat terbang tersebut? Pertanyaan-pertanyaan yang dipancarkan oleh interrogator ini dipancarkan ke transponder pesawat dalam bentuk mode-mode, kemudian setelah mode-mode ini sampai ke transponder pesawat, maka transponder pesawat akan mengirimkan jawabannya dalam bentuk kode-kode ke stasiun darat SSR secondary surveillance radar agar dapat digunakan untuk pemantauan lalu lintas udara untuk keselamatan penerbangan. Dari kode-kode itulah kita akan mendapatkan berbagai informasi yang sangat berguna untuk transportasi udara. Interrogator SSR secondary surveillance radar mengirimkan deretan pulsa-pulsa ke udara secara periodik. Pulsa-pulsa yang dipancarkan tersebut terdiri dari tiga pulsa yaitu seperti gambar dibawah ini : Gambar 2.5. Pulsa interrogator Waktu interval P1 – P3 adalah merupakan pertanyaan dari interrogator yang disebut sebagai mode seperti berikut ini : MODE P1 – P3 μs TIPE INTERROGATOR 1 3 Militer 2 5 Militer 3A 8 Identifikasi kode pesawat B 17 Identifikasi kode pesawat C 21 Identifikasi ketinggian D 25 Sipil Tabel 1. Mode-mode interrogator Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Mode-mode yang digunakan saat ini adalah : - Mode 1 digunakan untuk keperluan militer - Mode 2 digunakan untuk identifikasi pesawat militer - Mode 3A digunakan untuk mengidentifikasi setiap pesawat didaerah jangkauan radar - Mode C digunakan untuk identifikasi ketinggian pesawat terbang. Pancaran side lobe Pulsa P2 digunakan untuk menghilangkan efek side lobe dari antenna. Selain memancarkan pulsa P1-P3 radar sekunder juga memancarkan pulsa P2 sebagai pengontrol dalam upaya untuk mencegah agar transponder tidak menjawab pulsa intterogation yang berasal dari pancaran side lobe. Jika pancaran dari side lobe ini tidak dicegah akan mengakibatkan kekeliruan informasi. Perlu diingat bahwa pancaran dari side lobe ini tidak dapat dihilangkan, namun dapat dicegah efeknya dengan upaya pengontrolan melalui pemancaran pulsa P2 tersebut. Side lobe ini sebenarnya tidak diinginkan karena dia dapat memberikan suatu pertanyaan yang palsu kepada pesawat dan tentunya pesawat udara akan menjawab pertanyaan palsu juga. Untuk menghindari ini kita buat suatu pancaran yang dapat menutup side lobe ini sehingga side lobe ini tidak akan terkirim ke pesawat terbang. Pancaran untuk menutupi side lobe ini dihasilkan dari adanya pulsa P2. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gambar 2.6. Pancaran pulsa P2 digunakan untuk menghilangkan efek side lobe Pada ketiga pulsa tersebut, sinyal interrogation P1-P3 dipancarkan satu arah directional, sinyal control P2 dipancarkan ke segala arah omni directional , dengan demikian semua side lobe akan terlingkupi oleh sinyal kontrol. Cara kerja pemancar interrogator Frekuensi carrier yang besarnya 1030 MHz itu dihasilkan oleh crystal pilot oscilator dan kemudian diperkuat oleh amplifier. Sedangkan pulsa-pulsa P1, P2 dan P3, yang akan dipergunakan sebagai mode itu dihasilkan oleh encoder , yang mana encoder ini diatur oleh selection of mode agar dapat menghasilkan mode-mode yang benar, yang sesuai dengan mode yang diinginkan. Kemudian pulsa-pulsa P1,P2 dan P3 yang sudah berbentuk mode ini dimasukkan pada modulator. Pada modulator inilah mode-mode tadi dimodulasikan ke dalam frekuensi carrier dan diteruskan ke power stage. Selanjutnya didalam power stage ini frekuensi carrier yang telah berisi mode-mode diberi power sebesar 2,5 KW agar cukup kuat untuk dipancarkan ke udara melalui circulator dan antenna sejauh 200 NM. Pancaran daripada interrogator ini tidak merupakan pancaran yang terus-menerus seperti pada pemancar biasa, tetapi merupakan pancaran yang terputus-putus sesuai dengan PRF yang dipergunakan yaitu 400 PRF. Atau dengan kata lain bahwa interrogator ini memancar kemudian berhenti sebanyak 400 kali dalam satu detik. Pada saat interrogator berhenti memancar, maka waktu ini dipergunakan oleh penerima untuk menerima kode-kode yang berasal dari transponder pesawat. Penerbangan sipil menggunakan menggunakan SSR secondary surveillance radar dengan menambah kemampuan untuk menghasilkan identifikasi pesawat yang positif dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara identifikasi ketinggiannya. Kegunaan SSR pada militer adalah untuk mengidentifikasi apakah pesawat tersebut teman atau lawan, maka militer menyebutnya dengan IFF identification friend or foe. Biasanya, setiap radar militer dan sipil juga dilengkapi dengan interogator IFF identification friends or foe yang sering disebut sebagai radar sekunder. Interogator ini mengirim sinyal pertanyaan yang disebut sebagai mode 1, mode 2 khusus pesawat militer, mode 3A identifikasi untuk semua pesawat, dan mode C pertanyaan tentang ketinggian terbang. Pesawat yang dilengkapi transponder IFF, setelah menerima sinyal pertanyaan mode 1, 2, 3A, dan C akan menjawab sesuai pertanyaannya secara otomatis. Data perbedaan waktu antara dikirimnya sinyal pertanyaan dan diterimanya kembali jawaban dari pesawat serta arah horizontal antena dikalkulasi oleh prosesing radar sekunder sehingga pesawat yang menjawab dapat ditentukan jarak dan arahnya bearing-nya dari radar. Pada system IFF tersebut peralatan didarat dioperasikan untuk memancarkan sinyal pertanyaan interrogation kepada pesawat terbang, dan setelah sinyal tersebut diproses, penerima di pesawat terbang memancarkan jawaban respons kembali ke stasiun darat. Pada radar modern, peralatan IFF telah ditingkatkan kemampuannya. Baik peralatan didarat maupun peralatan di pesawat udara. Pengelolaan penyajian dilakukan melalui penggunaan sandikode dalam mode 3A yang memungkinkan sasaran dapat disaring secara sistematis melalui penyaringan filtering sasaran. Oleh karena itu hanya sasaran yang memenuhi kriteria identitas atau ketinggian tertentu yang dapat disajikan pada layar radar. Dengan kata lain, untuk penerbangan sipil, radar sekunder banyak dipakai sebagai peralatan pendukung keselamatan penerbangan dengan kemampuan dapat melihat pesawat- pesawat yang harus dan bersedia diketahui posisinya demi keselamatan penerbangan. Adapun radar militer, selain memiliki kemampuan serupa, juga dapat mendeteksi pesawat yang tidak ingin diketahui keberadaannya. Radar militer menggunakan kemampuan radar sekunder sebagai alat bantu untuk mendeteksi dan menentukan pesawat milik kawan atau lawan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

2.4 TRANSPONDER