PENDAHULUAN Penerapan Multimedia Berbasis Komputer Dalam Pembelajaran Membaca Nyaring Pada Anak Disleksia Di Lembaga Bimbingan Belajar Studia Center

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan kebutuhan individu yang amat penting dan menduduki posisi sentral bagi kehidupan manusia di era globalisasi. Tanpa membaca manusia akan miskin informasi, pengetahuan, dan tertinggal dari berbagai kemajuan dan perubahan zaman. Membaca merupakan proses ganda dan simultan yang mengandung dua proses dan merupakan perpaduan antara proses mental dan fisik. Selama kegiatan membaca berlangsung bukan artikulator saja yang terlibat, melainkan mental psikologis pun turut campur dalam menentukan kualitas dan hasil baca yang dilakukan individu. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar, pasal 3 dikemukakan bahwa pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah. Berkaitan dengan hal itu, dalam kurikulum pendidikan dasar dikemukakan bahwa pendidikan yang diselenggarakan Sekolah Dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca-tulis dan berhitung”, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembanggannya, serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SMP Sekolah Menengah Pertama. Membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh semua anak karena melalui membaca anak dapat belajar banyak tentang berbagai bidang studi. Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua mata pelajaran, karena mereka akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku penunjang dan sumber-sumber belajar tertulis yang lainnya. Siswa tersebut juga akan lamban sekali dalam menyerap pelajaran. Akibatnya, kemajuan belajar juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca. Oleh karena itu, membaca merupakan keterampilan yang harus diajarkan sejak anak masuk SD Sekolah Dasar dan kesulitan belajar harus secepatnya diatasi. Ketidakmampuan membaca pada anak sering digeneralisir sebagai kelemahan intelegensi. Padahal, bisa jadi ia mengalami disleksia. Disleksia atau gangguan berupa kesulitan membaca, pada dasarnya disebabkan kelainan neurologis. Gejalanya, kemampuan membaca si anak berada di bawah kemampuan yang semestinya dengan mempertimbangkan tingkat intelegensi, usia dan pendidikannya. Gangguan ini bukanlah bentuk dari ketidakmampuan fisik seperti kesulitan visual, ia lebih mengarah pada bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca anak tersebut. Pembinaan kemampuan membaca secara formal dilaksanakan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Menurut kurikulum berbasis kompetensi bahasa Indonesia 2004, standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya membaca permulaan, siswa dituntut untuk mampu membaca huruf, suku kata dan kalimat. Berbeda halnya dengan anak yang mengalami disleksia, pembelajaran membaca yang secara formal dilakukan di awal SD atau sebelum masuk SD dalam membaca huruf, suku kata, dan kalimat adalah hal yang ditakuti mereka. Secara karakteristik, anak disleksia kerap bingung membedakan antara arah kanan dan kiri sehingga hal itu akan memengaruhi mereka dalam membaca sehingga mereka cenderung tidak dapat membedakan huruf-huruf yang memiliki keserupaan bentuk seperti b, d dan p, atau E dan F, t dan j , m dan n, atau huruf-huruf yang serupa lainnya. Kesulitan mereka untuk mengingat dan membedakan huruf itulah yang membuat mereka mengalami kesulitan dalam membaca, sehingga pada kenyataannya, kesulitan membaca dialami oleh 2-8 anak sekolah dasar. Sebuah kondisi, dimana ketika anak atau siswa tidak lancar atau ragu-ragu dalam membaca; membaca tanpa irama monoton, sulit mengeja, kekeliruan mengenal kata, penghilangan, penyisipan, pembalikan, salah ucap, pengubahan tempat, dan membaca tersentak-sentak, kesulitan memahami tema paragraf atau cerita, banyak keliru menjawab pertanyaan yang terkait dengan bacaan; serta pola membaca yang tidak wajar pada anak. Mengenal anak yang mengalami disleksia kadang terlupakan oleh guru-guru, terutama guru-guru yang mengajar di pendidikan awal sekolah dasar. Keterlambatan atau kesulitan anak dalam membaca atau menulis sering dianggap hal yang biasa pada awalnya, namun jika sudah tingkatnya di SD naik, hal tersebut yang akan membuat anak disleksia dianggap bodoh. Oleh karena itu dalam pengajaran membaca awal, guru sebaiknya mengenali dan memahami siswa lebih dekat sehingga dapat terdeteksi siswa mana yang mengalami kesulitan dalam membaca atau anak-anak yang mengalami disleksia. Sebelum penelitian ini peneliti mendeteksi bahwa ada anak yang menderita disleksia di salah satu tempat peneliti mengajar, yaitu di sebuah lembaga bimbingan belajar. Selama pembelajaran berlangsung anak tersebut mengalami kesulitan dalam membaca. Ia tidak dapat membaca kata-kata dengan benar. Padahal seharusnya di umur tiga belas tahun ia sudah dapat membaca dengan lancar. Hasil diteksi peneliti yang lain juga menemukan bahwa anak tersebut sering mengalami kekeliruan ketika membaca terhadap huruh-huruf yang mirip. Seperti kata pipa, ia membacanya menjadi kata papi; kata qari, ia membacanya menjadi kata gari. Ia pun sering membalik susunan huruf vokal pada suku kata. Seperti kata rusa, ia membacanya menjadi kata rasu dan hal yang lainnya, yang menjadi kriteria anak-anak yang mengalami kesulitan membaca atau yang disebut juga sebagai disleksia, peneliti temukan pada anak tersebut. Sehingga peneliti memilih anak tersebut menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini. Pengajaran membaca yang dilakukan oleh peneliti pada anak disleksia kali ini menggunakan multimedia berbasis komputer dalam bentuk multimedia presentasi menggunakan perangkat lunak PowerPoint. Menggunakan multimedia presentasi tersebut merupakan pilihan yang digunakan peneliti karena anak yang mengalami disleksia biasanya terganggu pada proses visualnya, dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Office PowerPoint 2010 menjadi pilihan peneliti karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya memiliki animasi-animasi dan fitur-fitur yang menarik yang mudah diterapkan oleh peneliti serta memiliki kemampuan dalam menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi sehingga anak yang mengalami disleksia diharapkan akan memberikan perhatian penuh terhadap tiap-tiap huruf dalam kata atau kalimat dan tidak takut lagi melihat huruf-huruf yang berderet. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti melakukan penelitian deskripsi kualitatif di lembaga bimbingan belajar Studia Center dengan subjek tunggal untuk mendeskripsikan pembelajaran membaca nyaring anak disleksia di lembaga tersebut dengan penerapan multimedia berbasis komputer dalam bentuk multimedia presentasi menggunakan perangkat lunak PowerPoint, dengan tujuan agar anak tersebut dapat membaca dengan lancar dan tidak mengalami ketertukaran huruf. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian di atas, identifikasi masalahnya adalah: 1. Pembelajaran membaca nyaring dengan memanfaatkan multimedia berbasis komputer dalam bentuk multimedia presentasi menggunakan perangkat lunak PowerPoint, dapat dilakukan terhadap anak disleksia. 2. Masih banyak guru di bimbingan belajar ataupun di sekolah-sekolah yang belum dapat mengoperasionalkan multimedia berbasis komputer terhadap anak disleksia dalam pembelajaran membaca nyaring. 3. Masih banyak bimbingan belajar dan sekolah yang belum memanfaatkan mutimedia berbasis komputer, mengingat harga perangkatnya yang relatif mahal. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi di atas, maka peneliti membatasi masalah pada: Penerapan multimedia berbasis komputer dalam bentuk multimedia presentasi menggunakan perangkat lunak Microsoft Office PowerPoint 2010 dalam pembelajaran membaca nyaring pada anak disleksia kelas IV subjek tunggal di lembaga bimbingan belajar Studia Center. D. Rumusan Masalah Bagaimana penerapan multimedia berbasis komputer dalam bentuk multimedia presentasi menggunakan perangkat lunak PowerPoint dalam pembelajaran membaca nyaring pada anak disleksia di lembaga bimbingan belajar Studia Center? E. Tujuan Penelitian Untuk mendeskripsikan cara penerapan multimedia berbasis komputer dalam bentuk multimedia presentasi menggunakan perangkat lunak PowerPoint dalam pembelajaran membaca nyaring pada anak disleksia di lembaga bimbingan belajar Studia Center. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak: 1 Bagi guru  Agar dapat lebih kreatif dalam memberi pembelajaran membaca dengan menggunakan media pembelajaran.  Agar dapat mengenal lebih jauh murid-murid yang mengalami disleksia. 2 Bagi anak disleksia Agar dapat mengasah dan melatih kemampuannya dalam membaca dengan menggunakan multimedia berbasis komputer. 3 Bagi orang tua Agar dapat memberikan pendidikan di rumah dengan atraktif menggunakan multimedia berbasis komputer sehingga anak lebih senang dan lebih terlatih misalnya untuk mengingat kembali huruf-huruf, urutan- urutan atau yang lainnya. 4 Bagi peneliti Agar dapat menambah wawasan peneliti untuk menggunakan multimedia berbasis komputer dalam proses pembelajaran membaca pada anak disleksia. 8

BAB II LANDASAN TEORI