Pengaruh Metode Reading Aloud (Membaca Nyaring) Terhadap Pemahaman Bacaan Siswa Kelas Ii Mi Nurul Huda Curug Wetan Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh SITI RUKOYAH NIM 109018300064

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

(5)

Huda Curug Wetan Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014”.Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh metode reading aloud (membaca nyaring) terhadap pemahaman bacaan siswa kelas II MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian Pretest-Posttest Control Group Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah sembilan puluh siswa yang terdiri dari empat puluh lima siswa untuk kelas eksperimen dan siswa untuk empat puluh lima siswa untuk kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan berupa tes yang berbentuk soal pilihan ganda yang berjumlah 20 soal.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pemahaman bacaan siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode reading aloud (membaca nyaring) lebih baik dari pada yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 16.0 for Window.

Dengan teknik Paired Sampel T-Test diperoleh thitung sebesar 0,003 pada taraf signifikan >0,05. Dengan demikian , H1diterima dan H0 ditolak karena 0,003< 0,05, dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh metode reading aloud

(membaca nyaring) terhadap pemahaman bacaan siswa kelas II MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014.


(6)

The Second Grade of MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014”. Skripsi Elementary School Teacher Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2014.

This research purpose is to know the effect of reading aloud on student’s reading comprehension ability in 2nd class MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014.

This research uses the quasi experiment method with pretest-posttest control group design research. The sample is taken by purposive sampling technique. Sample in this research contains of 90 students, 45 students for experiment class, and 45 students for control class. The instrument of this research uses multiple choice test contains 20 questions. The result of this research revealed that student’s ability in reading comprehension using reading aloud method is better than convencional teaching method.

The technique of analysis data in this research uses the SPSS 16.0 for Windows type. With the Paired Sampel T-Test gets tcount as 0,001 on significant level > 0, 05. So, it can be concluded that H1 accepted and H0 refused because 0,001 < 0,05. Thus there is the effect of reading aloud method on students’ reading comprehension in 2nd class MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014.


(7)

telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Reading Aloud (Membaca Nyaring) terhadap Pemahaman Bacaan Siswa Kelas II MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014”.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan limpahkan kepada nabi besar Muhammad saw, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti ajarannya sampai akhir zaman.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis melalui banyak hambatan, namun dengan usaha, do’a dan keyakinan akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dukungan keluraga dan berbagai pihak yang sangat berarti dalam menumbuhkan semangat penulis yang terkadang meredup menjadi motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Ucapan terima kasih penulis samapaikan kepada:

1. Dra. Nurlena Rifai, M.A Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Fauzan, MA., selaku Ketua jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah


(8)

yang telah banyak memberikan ilmu selama dibangku perkuliahan.

5. Dindin Ridwanudin, M.Pd., yang telah banyak memberikan ilmu, memotivasi serta meluangkan waktu pada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Khaeroyaroh, S.Ag. selaku Kepala Sekolah MI Nurul Huda Curug Wetan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dalam pembuatan skripsi ini.

7. Seluruh guru, staf dan siswa-siswi MI Nurul Huda Curug Wetan khusunya kelas II yang membantu penulis dalam penelitian sehingga skripsi dapat terselesaikan.

8. Kedua orang tua tercinta, Abi M. Ma’mun Sidik dan Ummi Enok Hasanah yang tiada hentinya memberikan kasih sayang, selalu mendoakan, selalu menjadi motivasi dan inspirasi serta memberikan banyak dukungan moril dan materiil kepada penulis.

9. Kakak-kakakku tersayang Evi Nurjannah, Wawan, M. Safaat dan Ai Halimah yang selalu memberikan motivasi dan do’a kepada penuis serta keponakan-keponakanku tercinta Siti Nur Umiyah, Dewi Suroh, Azeng Salwa, terima kasih atas tawa canda kalian yang menjadi penyemangat dan penghilang penat penulis.

10.Keluarga besar Bapak Akub (Alm) dan keluarga besar Bapak Dading Furqoni khusunya Rida Firdaus dan Wiwin Windiana yang telah memberikan banyak motivasi, selalu mendoakan dan bersedia mengantar penulis ke kampus tercinta.

11.Dindin Kuswandi yang selalu bersedia meluangkan waktu, memberikan motivasi dan doa kepada penulis.


(9)

Terima kasih atas kebersamaan dan dukungan kalian selama ini, serta canda tawa yang menghiasi hari-hari penulis.

13.Serta semua pihak yang terkait dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. Atas segala bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulis dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dan dapat memberikan kontribusi bagi peninggkatan kualitas pendidikan. Amin ya rabbal alamin.

Jakarta, Maret 2014

Penulis


(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. PembatasanMasalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN KERANGKA BERPIKIR ... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Hakikat Membaca ... 7

a. Pengertian Pemahaman Bacaan ... 8

b. Taksonomi Bloom ... 9

2. Pengertian Metode ... 11

a. Metode ... 11

3. Metode Reading Aloud (Membaca Nyarinng) ... ` 12

a. Pengertian Reading Aloud (Membaca Nyaring) ... 12

b. Keterampilan-keterampilan yang Dituntut dalam Membaca Nyaring ... 15

c. Hal-hal yang Perlu Diingat dalam Membaca Nyaring ... 15

d. Hal-hal yang Harus Dihindari Waktu Membaca Nyaring ... 16

e. Keuntunngan dan Kesenangan Membaca Nyaring ... 16

f. Prosedur Membaca Nyaring ... 17

g. Manfaat Membaca Nyaring ... 18


(11)

C. Kerangka Berpikir ... 21

D. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Metode dan Desain Penelitian ... 23

C. Populasi dan Sampel ... 24

D. Variabel Penelitian ... 25

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 25

1. Teknik Penngumpulan Data ... 25

a. Observasi ... 25

b. Tes ... 26

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 26

a. Menyusun Kisi-kisi Instrumen ... 26

b. Uji Coba Instrumen ... 27

1) Uji Validitas ... 28

2) Uji Reliabilitas ... 29

3) Taraf Kesukaran ... 31

4) Daya Pembeda ... 32

F. Teknik Analisis Data ... 34

1. Uji Normalitas ... 34

2. Uji Homogenitas ... 34

3. Uji Hipotesis ... 34

G. Hipotesis Statistik ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Profil Sekolah ... 36

1. Lokasi MI Nurul Huda ... 36

2. Visi, misi dan tujuan MI Nurul Huda ... 36

3. Struktur Organisasi MI Nurul Huda ... 38

4. Guru dan Tenaga Kependidikan ... 39

5. Jumlah Siswa ... 40


(12)

B. Pelaksanaan Penelitian ... 40

C. Hasil Penelitian ... 41

D. Deskripsi Data ... 44

1. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 44

2. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol ... 51

E. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 56

1. Pengujian Persyaratan Analisis ... 57

a. Uji Normalitas ... 57

1) Uji Normalitas Pretest ... 57

2) Uji Normalitas Posttest ... 58

b. Uji Homogenitas... 59

1) Uji Homogenitas Pretest ... 59

2) Uji Homogenitas Posttest ... 60

2. Pengujian Hipotesis ... 60

F. Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran... 64


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Rancangan Desain Penelitian ... 24

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen Tes ... 26

Tabel 3.3 : Validitas Soal ... 29

Tabel 3.4 : Indeks Reliabilitas ... 30

Tabel 3.5 : Reliabilitas Soal ... 31

Tabel 3.6 : Tingkat Kesukaran ... 31

Tabel 3.7 : Daya Pembeda ... 32

Tabel 3.8 : Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 33

Tabel 4.1 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 41

Tabel 4.2 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... 43

Tabel 4.3 : Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen ... 45

Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelompok Eksperimen ... 46

Tabel 4.5 : Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol ... 48

Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelompok Kontrol ... 49

Tabel 4.7 : Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen ... 51

Tabel 4.8 : Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen . 52 Tabel 4.9 : Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol ... 54

Tabel 4.10 : Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Kontrol ... 55

Tabel 4.11 : Hasil Uji Normalitas Pretest ... 57

Tabel 4.12 : Hasil Uji Normalitas Posttest ... 58

Tabel 4.13 : Hasil Uji Homogenitas Pretest ... 59

Tabel 4.14 : Hasil Uji Homogenitas Posttest ... 60


(14)

Gambar 4.3 : Grafik Histogram Nilai Posttest Kelompok Eksperimen ... 53 Gambar 4.4 : Grafik Histogram Nilai Posttest Kelompok Kontrol ... 56


(15)

(16)

agar menjadi individu yang mandiri dan prosesnya dapat dimulai sedini mungkin. Penyelenggaraan pendidikan kearah yang lebih maju dapat menumbuh kembangkan potensi individu agar mampu memimpin kelangsungan hidup. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenjangnya. Keberhasilan dan peningkatan mutu pendidikan menjadi tujuan dan cita-cita bersama agar dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Untuk membentuk warga negara yang sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut maka warga negara dituntut untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua orang. Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Dengan pendidikan, kebutuhan manusia mengenai perubahan dan perkembangan dapat terpenuhi.

1

UUD RI Nomor 20 Tahun 2003, BAB II PASAL 3, Tentang Sisdiknas dan Peraturan PemerintahRI Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2008), cet. 1, h.6.


(17)

Namun pada faktanya, mutu pendidikan di Indonesia masih jauh dari sempurna. Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab, salah satu faktornya yaitu dari faktor guru. Sampai saat ini pembelajaran Bahasa Indonesia di beberapa sekolah masih didominasi oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan dan guru menjadi peran utama di dalam kelas, sehingga kurang memperhatikan kemampuan siswa.

Selama proses pembelajaran siswa tidak terlibat langsung, siswa hanya berperan secara pasif dan guru lebih aktif sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak mengalaminya sendiri melainkan hanya menerima informasi dari guru. Hal tersebut dapat berdampak negatif terhadap siswa itu sendiri. Informasi dari guru tidak akan tersimpan lama diingatan, sehingga siswa akan mudah lupa mengenai materi yang telah dipelajarainya.

Bahasa adalah suatu hal yang sangat penting bagi seseorang sebagai anggota masyarakat. Bahasa digunakan oleh seseorang untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Tanpa adanya bahasa, seseorang tidak mungkin bisa komunikasi dengan orang lain di sekitarnya. Oleh karena itu, keterampilan berbahasa sangat diperlukan bagi semua orang, serta dikembangkan sejak dini agar seseorang dapat berkomunikasi dan berinterkasi di masyarakat dengan baik.

Bahasa Indonesia dalam peranannya sebagai bahasa pemersatu dan bahasa ilmu, berfungsi sebagai bahasa pendukung ilmu pengetahuan yang dapat meningkatkan pembangunan nasional terutama di bidang pendidikan. Dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia juga dijadikan salah satu mata pelajaran wajib yang menjadi tolak ukur dalam kelulusan siswa di lembaga pendidikan (sekolah). Di lembaga pendidikan, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan agar siswa lebih mahir dalam menggunakan keterampilan berbahasa dengan baik, sehingga ketika siswa sudah menamatkan jenjang pendidikan di sekolah, mereka akan lebih terampil menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tertulis.


(18)

Secara umum, kemampuan berbahasa memiliki empat aspek keterampilan yang harus dimiliki serta dikuasai oleh siswa. Empat keterampilan tersebut adalah keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Empat keterampilan inilah yang menjadi dasar bagi pembuatan kurikulum pendidikan di Indonesia.

Dari empat keterampilan berbahasa, keterampilan membaca merupakan salah satu aspek yang sering dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, terutama di sekolah dasar. Pembelajaran membaca di SD/MI diselenggarakan dalam rangka pengembangan kemampuan membaca yang mutlak harus dimilki oleh setiap warga negara agar dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan. Melalui pembelajaran di SD/MI, siswa diharapkan memperoleh dasar-dasar kemampuan membaca di samping kemampuan menulis dan menghitung, serta kemampuan essensial lainnya. Dengan membaca siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi dirinya dimasa mendatang.

Selama ini dalam pembelajaran membaca, setelah membaca dan siswa ditanya oleh guru tentang apa yang ia baca, siswa tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Seharusnya, setelah membaca bahan bacaan, siswa dapat melakukan dan menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan sumber bacaan, tetapi pada kenyataannya siswa tidak dapat melakukan hal tersebut. Semua ini akan berpengaruh terhadap tingkat pemahaman bacaan siswa. Selain itu proses pembelajaran yang masih pasif dan guru merasa puas dengan menggunakan metode konvensional dalam melakukan pembelajaran, padahal metode pembelajaran dapat menentukan keberhasilan pembelajaran. Apabila guru menggunakan metode yang menarik, maka siswa akan tertarik untuk mengikuti pembelajaran, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar, suasana kelas menyenangkan, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.


(19)

Proses belajar-mengajar merupakan faktor penentu berhasil atau tidaknya pendidikan. Untuk memperoleh hasil pengajaran yang optimal maka diperlukan suatu perencanaan pengajaran yang baik mulai dari penggunaan metode, strategi dan pendekatan. Untuk itu agar dapat meningkatkan pemahaman bacaan pada siswa, serta dapat membuat siswa gemar dan tertarik untuk membaca, guru harus mencoba berbagai macam proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Banyak teknik, metode, dan strategi yang dapat digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran, khususnya pembelajaran yang berkaitan dengan tingkat pemahaman bacaan siswa. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah metode reading aloud (membaca nyaring), yaitu sebuah metode atau strategi belajar active learning (pembelajaran akif), dengan cara guru atau siswa membaca dengan suara yang keras atau lantang. Selain itu kegiatan membaca nyaring juga dapat dilakukan oleh guru untuk siswanya. Atau dengan kalimat lain guru membaca siswa mendengarkan. Pembelajaran membaca nyaring dapat diterapkan di kelas rendah. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau bahan bacaan lain. Guru membaca dengan suara yang cukup keras, dengan lafal dan intonasi yang baik sehingga seluruh siswa dapat mendengar dengan jelas dan menikmatinya. Kegiatan membaca nyaring sangat cocok dilakukan di SD/MI kelas rendah. Manfaat yang dapat dipetik dari jenis membaca ini adalah meningkatkan keterampilan menyimak, memperkaya kosa kata, membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan menumbuhkan minat baca pada siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “ Pengaruh Metode Reading Aloud (Membaca Nyaring) Terhadap Pemahaman Bacaan Siswa Kelas II (DUA) MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang”.


(20)

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Guru yang lebih mendominasi di dalam kegiatan pembelajaran. 2. Minat membaca siswa masih rendah

3. Tingkat pemahaman bacaan siswa rendah.

4. Guru belum menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif.

C.Pembatasan Masalah

Setelah penulis menguraikan permasalahan di atas, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti pada pengaruh metode reading aloud

(membaca nyaring) dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pengaruhnya dapat dilihat dari perbedaan kemampuan pemahaman bacaan siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan dengan menggunakan metode

reading aloud (membaca nyaring) dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Masalah yang akan diteliti yaitu:

1. Metode yang diterapkan adalah metode reading aloud (membaca nyaring).

2. Pemahaman bacaan siswa pada teks bacaan.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan permasalahannya adalah “Bagaimana pengaruh metode reading aloud

(membaca nyaring) terhadap pemahaman bacaan siswa kelas II MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan pengaruh metode

reading aloud (membaca nyaring) terhadap pemahaman bacaan pada siswa kelas II MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014.


(21)

F. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat : 1. Manfaat teoretis

Sebagai bahan referensi belajar bagi siswa atau pihak-pihak sekolah yang terlibat dalam pembelajaran.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, metode ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan dapat juga meningkatkan pemahaman bacaan siswa.

b. Bagi guru, dapat menjadi cerminan untuk pembelajarran selanjutnya untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran dan untuk memvariasikan metode yang digunakan.

c. Bagi penulis, hasil penelitian ini dapat memberikaan informasi dan meningkatakan keterampilan dalam mengajar untuk lebih memperhatikan metode yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal.


(22)

1. Hakikat Membaca

Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan symbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan.1

Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti tulisan. Membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan terpadu yang mencakup bebrapa kegiatan, seperti mengenali huruf-huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan.

Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Tanpa bisa membaca, manusia dapat dikatakan tidak bisa hidup di zaman sekarang ini. Sebab hidup manusia sangat bergantung pada pengetahuan yang dimilikinya. Dan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu, salah satunya dengan cara membaca.2

Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pikiran yang terkandung di dalam kata-kata tertulis. Tingkat pemahaman antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran atau interpretasi pembaca turut menentukan ketepatan membaca.3

1

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 4, h. 2.

2

Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa Dan Sastra Di Kelas Tinggi,

(Bandung : UPI Press, 2007), Cet. 1, h.73. 3

Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. 1, h. 99.


(23)

Dari berbagai pengertian membaca di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa muara akhir kegiatan membaca adalah memahami isi ide/gagasan baik tersurat, tersirat bahkan tersorot dalam bacaan. Dengan demikian, pemahamanlah yang menjadi produk membaca yang bisa diukur, bukan perilaku fisik duduk berjam-jam di ruang belajar sambil memegang buku. Hakikat atau esensi membaca adalah pemahaman.4 a. Pengertian Pemahaman Bacaan

Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti mengerti benar. Seseorang dapat dikatakan paham terhadap suatu hal, apabila orang tersebut mengerti benar dan mampu menjelaskan suatu hal yang dipahaminya. Pemahaman atau understanding mempunyai beberapa tingkat kedalaman arti yang berbeda. Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Menurut Driver “pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu tindakan”.5

Pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain.

4

Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, ( Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), Cet. 1, h. 65.

5

Gusni Satriawati, Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended untuk Meningkatkan

Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP”, dalam Algoritma Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, Vol.1, No. 1, Juni 2006, h.108


(24)

Pemahaman (comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses belajar mengajar. Menurut Bloom

“Here we are using the tern “comprehension“ to include those

objectives, behaviors, or responses which represent an understanding of the literal message contained in a communication.“ Artinya : Disini

menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi. Oleh sebab itu siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkan dengan hal-hal yang lain.6

Pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang bergulir, terus-menerus, dan berkelanjutan. Pemahaman ini menapaki tahapan yang berbeda dan terus berubah saat baris demi baris, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf dari bacaan mulai kita baca.7

Pemahaman bacaan yaitu pemahaman siswa terhadap suatu bacaan yang dipelajari dalam hal ini siswa tidak hanya sekedar membaca saja akan tetapi dituntut untuk memahami atau mengerti dengan yang dibacanya.

b. Taksonomi Bloom

Taksonomi bloom adalah struktur hirarki yang mengidentifikasikan skills mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya, untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga ranah kemampuan intelektual yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

6

http://ian43.wordpress.com/2010/12/17/pengertian-pemahaman/, diakses pada tanggal 5 Oktober 2013, Pukul 20:00 WIB.

7

Novi Resmini, dkk. Membaca dan Menulis di SD Teori dan Pengajarannya, (Bandung: UPI PRESS, 2006), Cet. 1, h. 93-94.


(25)

Ranah kognitif berisi perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan dan keterampilan berpikir. Ranah kognitif mengurutkan keahlian berpikir yang harus dikuasai siswa agar mampu mengaplikasikan teori kedalam perbuatan. Ranah kognitif ini terdiri atas enam level, yaitu knowledge (pengetahuan), comprehension

(pemahaman atau persepsi), application(penerapan), analysis(penguraian atau penjabaran), synthesis (pemaduan), evalution(penilaian).

1) Pengetahuan, yaitu kemampuan menyebutkan atau menjelaskan kembali.

2) Pemahaman, yaitu kemampuan memahami instruksi dan menegaskan pengertian/makna ide atau konsep yang telah diajarkan baik dalam bentuk lisan, tertulis, maupun grafik/diagram. Pemahaman ini juga bisa didapat dari sumber seperti pesan, bacaan, dan komunikasi.

3) Penerapan, yaitu kemampuan menggunakan konsep dalam praktek atau situasi yang baru.

4) Analisa, yaitu kemampuan memisahkan konsep kedalam beberapa komponen untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas atas dampak komponen-komponen terhadap konsep tersebut secara utuh.

5) Sintesa, yaitu kemampuan merangkai atau menyusun kembali komponen-komponen dalam rangka menciptakan pemahaman struktur baru.

6) Evaluasi, yaitu kemampuan mengevaluasi dan menilai sesuatu berdasarkan norma, acuan atau kriteria.

Ranah afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya perasaan, nilai penghargaan, semangat, minat, motivasi dan sikap.


(26)

Ranah psikomotorik meliputi gerakan dan koordinasi jasmani, keterampilan motoric dan kemampuan fisik. Keterampilan ini dapat diasah jika sering melakukannya. Perkembangan tersebut dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan, jarak, cara/teknik pelaksanaan.

2. Pengertian Metode a. Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.8

Metode juga merupakan sebuah prosedur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam pengajaran bahasa, metode digunakan untuk menyatakan kerangka yang menyeluruh tentang proses pembelajaran. Proses ini tersusun dalam rangkaian kegiatan yang sistematis, tumbuh dari pendekatan yang digunakan sebagai landasan. Adapun sifat metode adalah prosedural.9

Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok/klasikal, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.10

8

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorintasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2009), h. 145.

9

Iskandarwassid dan Dadang Suhendar, / Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 40.

10

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, SBM Strategi Belajar Mengajar Untuk Fakultas Tarbiyah Komponen MKDK, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), Cet. II, h. 52.


(27)

Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya metode pembelajaran merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.11

Dengan demikian metode adalah cara untuk mencapai sebuah tujuan dengan jalan yang sudah ditentukan, dalam konteks pendidikan metode dapat diartikan sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai kurikulum yang ditentukan dan penggunaanya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.

3. Metode Reading aloud (Membaca Nyaring)

a. Pengertian Reading Aloud (Membaca Nyaring)

Reading aloud berasal dari bahasa Inggris yang terdiri atas dua kata, yaitu read yang berarti membaca dan aloud yang berarti dengan (suara) nyaring .12

Dalam belajar bahasa kegiatan membaca nyaring atau bersuara sangat besar kontribusinya terhadap belajar berbicara. Melalui membaca bersuara murid belajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dipelajarinnya dengan benar. Bahkan, murid bukan hanya belajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dipelajarinya, tetapi juga belajar mengucapkan kelompok kata, kalimat, dan bahkan mengucapkan suatau wacana utuh dengan benar melalui membaca bersuara.13

11

Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), Cet. 1, h. 107.

12

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia, 2005), Cet. 26, h. 366 dan 467.

13

Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia Di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. 1, h. 113.


(28)

Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Orang yang membaca nyaring pertama-tama haruslah mengerti makna makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan.14

Membaca nyaring atau membaca bersuara keras merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menyimak. Dengan membaca nyaring, seluruh siswa yang ada di dalam kelas akan memperhatikan bahan bacaan sehingga ketika temannya membaca akan tahu kesalahannya.15

Membacakan buku dengan suara yang lantang/nyaring dapat diterapkan pada seluruh tingkatan kelas. Karena dengan membaca lantang dapat mengkondisikan otak anak untuk mengasosiasikan membaca dengan kebahagiaan, menciptakan informasi yang berfungsi sebagai latar belakang, membangun kosakata dan dapat memberikan sosok panutan yang gemar membaca.16

Membaca bersuara atau nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat, agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampikan oleh penulis.17

14

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, ( Bandung : Angkasa, 2008), h. 23.

15

Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi,

(Bandung: UPI Press, 2007), Cet. 1, h. 82. 16

Jim Trelease, Read Aloud Handbook Mencerdaskan Anak Dengan Membacakan Cerita Sejak Dini, (Jakarta: Hikmah PT Mizan Publika, 2008), Cet. 1, h. 23.

17

Kundharu Saddhono dan St. Y. Slamet, Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indonesia, (Bandung: Karya Putra Darwati, 2012), h. 83.


(29)

Membaca lantang/nyaring bisa diterapakan di rumah, yaitu dengan cara orangtua membiasakan membacakan buku kepada ananknya. Membacakan buku untuk anak-anak bermanfaat bagi kognitif dan emosional anak. Selain itu memperkaya kosakata, minat mereka pada buku. Kebiasaan guru dan orang tua membacakan buku kepada anak-anak juga akan mempengaruhi rasa ingin tahu anak-anak mengenai isi buku yang dibacakan dan hal ini akan memupuk minat anak untuk membaca.18

Membaca nyaring atau membaca bersuara merupakan jenis kompetensi membaca yang menuntut persyaratan yang ketat. Membaca nyaring bukan sekedar menyuarakan huruf. Jika hal ini yang terjadi maka pemahaman akan materi yang dibaca akan gagal diperoleh.

Membaca nyaring atau membaca bersuara merupakan kelanjutan dari membaca permulaan. Pada membaca permulaan tekanan ada pada kelancaran dan ketepatan penyuaraan huruf, pada membaca nyaring atau membaca bersuara difokuskan pada tekanan kata, lagu kalimat atau intonasi, jeda, dan menguasai tanda baca. Keempatnya harus tepat. Jika ketepatan ini diabaikan, maka murid akan mengalami kesulitan pada waktu membaca dalam hati atau membaca intensif. Mereka hanya bisa membaca tetapi sulit menemukan pemahaman yang dikandung dalam bacaan.19

18

Ibid., h. 7-13. 19

http://supardi-uncen.blogspot.com/2010/01/bab-5-membaca-nyaring.html, diakses pada tanggal 09 Oktober 2013. Pukul 22:19.


(30)

Membaca lantang/nyaring dapat memberi dasar untuk memupuk pemahaman anak. Semakin sering seorang anak dibacakan buku dengan suara nyaring, semakin banyak kata-kata yang anak dengar lebih mendorong pemahaman anak dan semakin mungkin anak dapat mengasosiasikan membaca dengan pengalaman harian yang menyenangkan. Membaca lantang juga dapat membangun angka membaca yang lebih tinggi, karena pemahaman dari mendengar datang sebelum pemahaman dari membaca.20

b. Keterampilan-keterampilan yang Dituntut dalam Membaca Nyaring

Di bawah ini, dikemukakan sejumlah keterampilan yang dituntut dalam memabaca nyaring pada sekolah dasar kelas II, antara lain yaitu:

1) Membaca dengan terang dan jelas. Dalam pembelajaran membaca nyaring siswa dituntut untuk membaca dengan terang dan jelas agar yang mendengarkan dapat memahami maksud dari bacaan yang dibacakan.

2) Membaca dengan penuh perasaan, ekspresi. Membaca harus dilakukan dengan penuh perasaan dan ekspresi agar orang yang menyimak dapat mengetahui makna yang dibacakan. Misalnya, ketika seseorang membaca cerita sedih maka pembaca harus mengekpresikan dengan mimik yang sedih.

3) Membaca tanpa tertegun-tegun, tanpa terbata-bata. Siswa kelas II dalam membaca diharuskan untuk dapat membaca dengan lancar tidak terbata-bata sehingga pendengar mengerti dengan yang dibacakan. 21

20

Ibid., h. 26.

21

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, ( Bandung : Angkasa, 2008), h. 23-26.


(31)

c. Hal-hal yang Perlu diingat dalam Membaca Nyaring Antara Lain Sebagai Berikut :

Dalam membaca nyaring terdapat beberapa hal yang perlu diingat diantaranya adalah sebelum melakukan membaca nyaring guru harus dapat meninjau buku yang akan dibacakan, ketika membacakan buku sebaiknya buku dibacakan secara pelan-pelan agar anak dapat memahami isi dari buku tersebut. Dalam membacakan buku juga seorang guru harus dapat memperhatikan panjang pendek mata pelajaran dan yang dibacakan hendaknya bervariasi agar anak tidak merasa jenuh, selain itu ketika membacakan buku cerita yang bergambar, guru harus dapat memastikan anak dapat melihat gambar dengan jelas, karena jika tidak dapat melihat gambar dalam buku tersebut dengan jelas anak akan kesulitan mengungkapkan isi dari cerita yang ada. Sesudah membaca selesai maka guru harus dapat menyediakan waktu untuk diskusi, dengan adanya diskusi siswa akan aktif dalam pembelajaran dan siswa dapat mengungkapkan pendapatnya.22

d. Hal-hal yang Harus dihindari Waktu Membaca Nyaring Antara Lain Sebagai Berikut:

1) Jangan membacakan cerita yang anda sendiri tidak menyukainya. Karena jika gurunya saja tidak menyukai cerita yang dibacakan tersebut pesan yang terkandung dalam cerita tidak akan tersampaikan kepada siswa.

2) Jangan teruskan membaca cerita jika ternyata buku tersebut pilihan yang salah. Karena apabila guru meneruskan cerita yang salah tersebut tidak akan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang di harapkan.

22

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), Cet. 4, h. 128.


(32)

3) Jangan bingung dengan pertanyaan yang diajukan siswa selama membaca, dan diskusikan dengan siswa pendapat dan kesimpulan mereka.

4) Ciptakan pertanyaan terbuka yang mengharuskan siswa memusatkan perhatian pada bagian tertentu dan sebuah buku.23 e. Keuntungan dan Kesenangan Membaca Nyaring

Dalam membaca nyaring terdapat beberapa keuntungan dan kesenangan diantaranya adalah guru harus dapat membacakan cerita pada awal pertama di kelas hal ini berguna untuk mengakrabkan keadaan dalam kelas, selain itu wacana yanng panjang sebaiknya diperpendek agar siswa tidak terlalu jenuh mendengarkan cerita yang cukup panjang.

Keuntungan dan kesenangan membaca nyaring lainya yaitu siswa dapat duduk senang dan santai dalam setengah lingkaran di sekitar guru. Kemudian guru duduk pada kursi rendah dekat dengan siswa, hal ini dapat menghidupakan suasana menjadi lebik asyik. Setelah pembacaan selesai berikanlah pertanyaan kepada siswa, hal ini dapat meningkatkan pemahaman dan minat membaca siswa. Selain itu guru dapat mendorong siswa untuk ikut berpartisifasi dalam membaca, misalnya siswa dapat menceritakan buku atau mendeklamasikan puisi.24

f. Prosedur Membaca Nyaring

1) Pilihlah teks yang cukup menarik untuk dibaca dengan suara yang nyaring. Batasi diri anda untuk memilih teks yang berisi kurang dari 500 kata.

2) Perkenalkan teks tersebut kepada siswa.

3) Bagilah teks tersebut berdasarkan paragarfnya atau dengan cara lain, tunjuklah sejumlah siswa untuk membaca dengan suara lantang atau nyaring.

23

Ibid., h. 128. 24


(33)

4) Ketika pembacaan sedang berlangsung, hentikan pada beberapa bagian untuk menentukan poin-poin tertentu, mengajukan pertanyaan, atau memberi contoh. Beri kesempatan untuk melakukan diskusi singkat jika siswa memperlihatkan minat terhadap bagian tertentu. Selanjutnya bahaslah apa yang dimuat dalam teks.25

g. Manfaat Membaca Nyaring

Manfaat membaca dan pentingnya membaca nyaring untuk anak-anak yaitu sebagai berikut :

1) Memberikan contoh kepada siswa proses membaca secara positif. Sebagai guru harus dapat mencontohkan proses membaca yang positif kepada siswa agar siswa dapat menirukan proses membaca positif tersebut.

2) Mengekspos siswa untuk memperkaya kosakatanya. Guru harus dapat memberikan kosakata-kosakata yang banyak agar siswa memperoleh kosakata yang belum dimilikinya dan dengan penambahahan kosakata yang diberikan oleh guru tersebut maka kosakata yang dimiliki oleh siswa akan bertambah.

3) Memberi siswa informasi baru. Sebagai guru harus update akan informasi baru, agar guru dapat memberikan informasi baru tersebut kepada siswa dengan adanya informasi baru yang diberikan oleh guru maka siswa tidak akan tertinggal dengan informasi yang baru.

4) Mengenalkan kepada siswa dari aliran sastra yang berbeda-beda. Sebagai guru harus dapat memberikan tentang sastra yang berbeda-beda agar siswa mengetahui sastra-sastra yang ada.

25

Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung :Nuansa, 2011), Cet. IV, h. 152.


(34)

5) Memberi siswa kesempatan menyimak dan menggunakan daya imajinasinya. Sebagai guru harus bisa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk menyimak dan mengguankan daya imajinasinya, karena dengan ada kesempatan yang diberikan guru tersebut siswa akan dapat berimajinasi sesuai dengan yang dipikirkannya.26

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Sebagai bahan penguat penelitian tentang Pengaruh Metode Reading Aloud (Membaca Nyaring) Terhadap Keterampilan Membaca Siswa peneliti mengutip penelitian yang relevan yaitu:

Penelitian yang dilakukan oleh Retno Nur Aisyah yang berjudul Penggunaan Metode Reading Aloud Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Anak Tuna Grahita Kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan metode

reading aloud adalah adanya peningkatan nilai rata-rata kelas. Nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa pada kondisi awal 51,00 kemudian pada siklus I meningkat menjadi 60,25 dan pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 70,75. Indikator ketercapaian yang digunakan dalam penelitian ini terdapat pada siklus terakhir saat pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca pemahaman untuk siswa tuna grahita Kelas X SMALB-C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011 dilihat dari ketuntasan belajar dihitung dari jumlah siswa yang mampu mendapat nilai ≥ 60 yaitu 3 siswa atau 75%.

26

Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),


(35)

Penelitian Retno Nur Aisyah memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang saya lakukan. Persamaannya terletak pada metode pembelajaran, mata pelajaran yang digunakan yaitu metode reading aloud

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Perbedaannya terletak pada metode yang digunakan dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan Retno Nur Aisyah menggunakan penelitian tindakan kelas pada anak tunagrahita kelas X SMALB-C Satya Darma Surakarta, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu penelitian quasi eksperimen yang dilakukan pada siswa kelas II MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang.

Penelitian yang dilakukan oleh Nuzulia Apriliani yang berjudul: “Penerapan Metode Reading Aloud (Membaca Keras) dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qura’an di SMP Negeri 10 Tambun Selatan (Penelitian tindakan kelas di kelas VIIA SMP Negeri 10 Tambun Selatan)”. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode reading aloud

(membaca nyaring) dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa yang ditandai dengan perolehan nilai rata-rata post test pada akhir siklus III yiatu pada aspek kelancaran dalam membaca Al-Qur’an sebanyak 31 (60,40%) siswa, pada aspek pelafalan makhorijul huruf sebanyak 36 (78,20%) siswa dan pada aspek pelafalan tajwid sebanyak 39 (84,70%) siswa dan pada tes akhir siklus III dari perhitungan korelasi product moment yaitu terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan membaca Al-Qur’an dengan pemahaman teoritik tajwid siswa.

Persamaan dari penelitian Nuzulia Apriliani dengan penelitian yang penulis susun terletak pada penggunaan Metode Reading Aloud sebagai solusi dalam menyelesaikan masalah. Hanya saja terdapat perbedaan penelitian antara yang dilakukan oleh Nuzulia Apriliani yaitu meneliti kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an yang dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 10 Tambun Selatan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas sedangkan penelitian yang penulis susun yaitu pemahaman bacaan siswa kelas II MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan penelitian quasi eksperimen.


(36)

Penelitian yang dilakukan oleh A. Hasan pada tahun 2012 yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al Qur’an Pada Mata Pelajaran BTA Melalui Metode Reading Aloud di Kelas III MI Kebondalem 01 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan membaca Al Qur’an pada pra siklus nilai rata-rata 68,94, ketercapaian klasikal 48,48%, selanjutnya setelah dilakukan tindakan hasil belajar pada siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi 71,45, ketuntasan belajar secara klasikal 63,64%. Pada siklus II nilai rata-rata 75,30 dan ketuntasan mencapai 87,88%. Kinerja guru pada siklus I dengan skor 31 (baik) dan pada siklus II dengan skor 39 (baik). Dari hasil tindakan dapat disimpulkan bahwa metode readingaloud dapat menjadi solusi dalam mengatasi kesulitan membaca Al Qur’an, dan metode reading aloud dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Baca Tulis Al Qur’an siswa kelas III MI Kebondalem 01 Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang. Dari hasil penelitian disarankan bahwa dalam proses pembelajaran hendaknya seorang guru tidak terfokus pada satu atau dua metode saja, tetapi harus kreatif dengan menyajikan metode yang variatif sehingga pembelajaran menjadi menarik dan tidak membosankan supaya siswa termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Guru dapat mengembangkan metode reading aloud

untuk materi yang lain sebagaivariasi penggunaan model pengajaran dalam mengajarkan mata pelajaran Baca Tulis Al Qur’an.

Persamaan dari penelitian A. Hasan dengan penelitian yang penulis susun terletak pada penggunaan Metode Reading Aloud sebagai metode dalam pembelajaran. Hanya saja terdapat perbedaan penelitian antara yang dilakukan oleh A. Hasan yaitu meneliti kemampuan baca tulis Al-Qur’an pada mata pelajaran BTA yang dilakukan pada siswa kelas III MI Kebondalem dengan menggunakan penelitian tindakan kelas sedangkan penelitian yang penulis susun yaitu pemahaman bacaan siswa kelas II MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan penelitian quasi eksperimen.


(37)

C. Kerangka Berpikir

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan berbahasa. Seperti halnya pada pembelajaran di sekolah dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, membaca merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki setiap siswa disamping tiga keterampilan yang lain yaitu menulis, keterampilan menyimak, dan keterampilan berbicara.

Pemahaman bacaan yaitu pemahaman pembaca terhadap suatu bacaan dan dalam kegiatan membaca pembaca tidak hanya sekedar membaca saja akan tetapi harus dapat memahami isi yang terkandung dalam bacaan tersebut.

Dalam kegiatan pelajaran membaca agar siswa tidak merasa jenuh dengan kegiatan pembelajaran yang monoton, maka seorang guru perlu memiliki metode yang tepat untuk membuat pembelajaran membaca menjadi lebih mudah dan lebih menyenangkan. Seiring dengan berjalannya waktu, metode-metode yang digunakan dalam pembelajaranpun terus berkembang. Salah satunya adalah metode reading aloud (membaca nyaring), yaitu sebuah metode atau strategi belajar active learning (pembelajaran akif), dengan cara guru atau siswa membaca dengan suara yang nyaring atau lantang.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teoretis yang ada peneliti berhipotesis bahwa :

H0: Tidak terdapat pengaruh metode reading aloud (membaca nyaring) terhadap pemahaman bacaan siswa.

H1: Terdapat pengaruh metode reading aloud (membaca nyaring) terhadap pemahaman bacaan siswa.


(38)

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil yaitu bulan Desember. Dilaksanakan di MI Nurul Huda Curug Wetan yang terletak di Jl. Madrasah Nurul Huda RT. 4/02 Desa Curug Wetan Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang pada kelas II semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan quasi eksperimen

(percobaan semu), yaitu desain yang mempunyai kelompok control, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Penelitian ini dilakukan dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan metode

reading aloud (membaca nyaring) dan kelompok kedua adalah kelompok kontrol yang tanpa diberikan perlakuan metode reading aloud (membaca nyaring).

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design.2 Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang dipilih yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian diberi Pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan.

1

Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 77.

2


(39)

Adapun rancangan desain penelitiannya sebagai berikut: Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

E O1 X1 O2

K O1 X2 O2

Keterangan :

E : Kelas Eksperimen K : Kelas Kontrol

XE : Kelas yang menggunakan metode reading aloud (membaca nyaring) XK : Kelas yang tidak menggunakan metode konvensional

O1 : Tes awal yang diberikan sebelum proses belajar mengajar dan diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

O2 : Tes akhir yang diberikan setelah proses belajar mengajar dan diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan pengamatan yang menjadi perhatian kita”.3

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MI Nurul Huda Curug Wetan tahun ajaran 2013-2014. Namun peneliti tidak akan mengambil jumlah populasi secara keseluruhan, melainkan hanya mengambil sampel saja, agar penelitian selesai berdasarkan rencana waktu penelitian.

3

Ronald E. Walpole, Pengantar Statistik, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), Cet. 3, h. 7.


(40)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi.4 Sampel ini diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu mengambil sampel pada kelas yang tersedia tanpa melakukan

simple random sampling. Sampel dari penelitian ini adalah kelas IIA MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang sebagai kelompok kontrol dan kelas IIB MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang sebagai kelompok eksperimen.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.5

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: 1. Variabel Independen (bebas)

Variabel independen (bebas) dalam penelitian ini yaitu meode reading aloud (membaca nyaring) yang disimbolkan dengan (x).

2. Variabel Dependen (terikat)

Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini yaitu pemahaman bacaan siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang disimbolkan dengan (y).

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati langkah-langkah pembelajaran yang berlangsung pada kelas eksperimen yang menggunakan metode reading aloud (membaca nyaring) dan pada kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional. Instrumen yang digunakan berupa lembar ceklist observasi yang diisi oleh guru kelas II MI Nurul Huda Curug Wetan.

4

Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung : Alfabeta, 2010), h. 62. 5

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: PT Alfabeta, 2009), h. 38.


(41)

b. Tes

Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas tugas yang harus dilaksanakan oleh oeang yang dites.6 Tes digunakan untuk mengukur kemampaun siswa. Dalam tes ini menggunakan pretest dan posttest. Pretest yaitu tes yang disusun atau dirancang untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran dilakukan, sedangkan posttest adalah tes yang dilakukan setelah melakukan pembelajaran untuk mengetahui seberapa jauh kompetensi dasar atau indikator disampaikan pada pembelajaran telah dikuasai oleh peserta didik. Posttest juga dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara tes yang dilakukan pada awal pembelajaran dengan tes yang dilakukan setelah pembelajaran. 2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Menyusun kisi-kisi instrumen

Kisi-kisi adalah sebuah cetak biru (blue print), perencanaan, yang dijadikan pedoman untuk pembuatan dan perakitan soal-soal ujian.7 Kisi-kisi dibuat sebelum peneliti melakukan tes kepada objek penelitian. Peneliti membuat 20 soal untuk mengukur keterampilan

(reading aloud) membaca nyaring siswa sesuai dengan indikator yang telah dikembangkan dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan.

6

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2012), h. 67.

7

Burhan Nurgiantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta), h. 79.


(42)

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrument Tes

No Indikator Tingkat Kemampuan Jumlah

Soal

C1 C2 C3

1. Menemukan informasi tersurat dari suatu bacaan

1, 2, 3, 4, 5, 14, 15, 16, 17, 18

10 soal

2. Menjawab pertanyaan dengan kata tanya (apa, siapa, bagaimana, atau mengapa)

8, 12, 20 3 soal

3. Menemukan rujukan kata suatu kalimat

6, 10, 2 soal

4. Menentukan antonim salah satu kata yang terdapat di dalam kalimat

7, 11, 2 soal

5. Membuat pertanyaan berdasarkan jawaban yang tersedia

9, 13, 19 3 soal

Jumlah total 3 15 2 20 soal

b. Uji Coba Instrumen

Sebelum diberikan kepada sampel, soal terlebih dahulu diuji cobakan kepada kelas yang lebih tinggi karena siswa tersebut dianggap sudah mempelajari materinya, pada penelitian ini soal diuji cobakan di kelas IIIA yang berjumlah 37 siswa. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengukur validitas, reliabilitas, dan taraf kesukaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui instrumen tersebut layak atau tidaknya sebagai pengumpul data.


(43)

1) Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan instrument.8

Data evaluasi yang baik adalah data yang sesuai dengan kenyataan atau asli yang biasa disebut valid. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur dengan yang diharapkan.

Pengujian validitas butir dalam penelitian ini menggunakan rumus product moment dari pearson.9

∑ ∑ ∑

√ ∑

Keterangan:

= koefisien antara variabel X dan variabel Y

banyak siswa = skor item = skor total

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka harus mengetahui hasil perhitungan rhit dibandingkan rtabel Product Moment pada = 0,05. Jika hasil perhitungan maka soal tersebut valid.Jika hasil penelitian maka soal tersebut dinyatakan tidak valid.

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas instrumen penelitian, dari 20 soal yang diuji cobakan semua soal valid.

8

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 211.

9


(44)

Tabel 3.3 Validitas Soal

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas terkait dengan keandalan alat ukur, seberapa jauh alat ukur dapat menghasilkan hasil yang kurang-lebih sama ketika diterapkan pada sampel yang sama.10

10

Sufren dan Yonathan Natanael, Mahir Menggunakan SPSS Secara Otodidak, (Jakarta: PT Elek Media Komputindo, 2013), h. 53.

No Soal Nilai Validitasnya Validitas

1 0.33 Valid

2 0.43 Valid

3 0.36 Valid

4 0.35 Valid

5 0.39 Valid

6 0.6 Valid

7 0.33 Valid

8 0.4 Valid

9 0.58 Valid

10 0.55 Valid

11 0.43 Valid

12 0.46 Valid

13 0.37 Valid

14 0.37 Valid

15 0.42 Valid

16 0.38 Valid

17 0.41 Valid

18 0.43 Valid

19 0.52 Valid


(45)

Adapun rumus yang digunakan utuk mengukur realibilitas dengan rumus Alpha Cronbach11

= reliabilitas instrumen

N = banyak butir item yang dikeluarkan

k = banyak butir soal yang valid

∑ = jumlah varian skor tiap-tiap item = varian total

Tabel 3.4 Indeks Reliabilitas12

Keterangan

< 0,20 Reliabilitas sangat rendah

0,20 – 0,40 Reliabilitas rendah 0,40 – 0,70 Reliabilitas sedang 0,70 – 0,90 Reliabilitas tinggi

0,90 – 1,00 Reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen, diperoleh sebesar 0.77. Dalam hal ini menunjukkan bahwa instrumen tersebut memiliki reliabilitas dengan kategori yang tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa butir soal instrumen tersebut reliabel (dapat dipercaya).

11

Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 109. 12

Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta: Multi Pressindo, 2012), h. 67.


(46)

Tabel 3.5 Reliabilitas Soal Jumlah

Varian Item

Jumlah

Varian Total r11

3.97 14.7 0.77

3) Taraf kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Untuk mengetahui tingkat kesukaran tiap butir soal digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes13

Tabel 3.6 Tingkat Kesukaran14

Berdasarkan hasil perhitungan uji tingkat kesukaran butir soal instrumen penelitian, diperoleh 10 butir soal dengan tingkat kesulitan “sedang”, dan 10 butir soal dengan tingkat kesulitan “mudah”.

13

Opcit., h. 207-208 14

Ibid., h. 182.

Tingkat Kesukaran Nilai P Sukar

Sedang Mudah

1,00 – 0,30 0,31 – 0,70 0,71 – 1,00 � ��


(47)

4) Daya pembeda

Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Adapun rumus untuk menentukan daya pembeda yaitu sebagai berikut:15

Dimana :

Daya pembeda

= Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar = Banyaknya peserta kelompok atas

= Banyaknya peserta kelompok bawah

= = proposi peserta kelompok atas yang menjawab benar

= = proposi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Dengan klasifikasi daya pembedanya sebagai berikut:

Tabel 3.7 Daya Pembeda16

Klasifikasi Daya Beda Kriteria 0,00 – 0,20

0,20 – 0,40 0,40 – 0,70 0,70 – 1,00

Jelek Cukup Baik

Sangat Baik

15

Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 109.h.211-213.

16


(48)

Berdasarkan hasil perhitungan uji daya pembeda butir soal instrumen, diperoleh 2 butir soal dengan daya beda “jelek”, yaitu soal no. 7 dan 13, 13 butir soal dengan daya beda “cukup” yaitu no. 1, 2, 3, 4, 5, 8 10, 11, 14, 15, 16, 17, 20, dan 5 butir soal dengan daya beda “baik” yaitu no. 6, 9, 12, 18 dan 19.

Tabel 3.7 Rekapitulasi Analisis Butir Soal No

Soal

Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda

Keterangan

1 Valid Sedang Cukup Digunakan

2 Valid Mudah Cukup Digunakan

3 Valid Sedang Cukup Digunakan

4 Valid Mudah Cukup Digunakan

5 Valid Mudah Cukup Digunakan

6 Valid Sedang Baik Digunakan

7 Valid Sedang Jelek Digunakan

8 Valid Mudah Cukup Digunakan

9 Valid Sedang Baik Digunakan

10 Valid Sedang Cukup Digunakan

11 Valid Sedang Cukup Digunakan

12 Valid Mudah Baik Digunakan

13 Valid Mudah Jelek Digunakan

14 Valid Mudah Cukup Digunakan

15 Valid Mudah Cukup Digunakan

16 Valid Mudah Cukup Digunakan

17 Valid Mudah Cukup Digunakan

18 Valid Mudah Baik Digunakan

19 Valid Sedang Baik Digunakan


(49)

Berdasarkan tabel diatas yaitu dari 20 soal yang diujikan semua soal valid, oleh karena itu peneliti menggunakan semua soalnya.

F. Teknik Analisis Data

Untuk mendapatkan hipotesis penelitian dari data yang diperoleh,dilakukan perhitungan statistik dan membandingkan keterampilan membaca siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Perhitungan statistik meliputi uji persyaratan analisis dan uji hipotesis. Uji persyaratan analisis terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.

Uji Prasyarat Analisiss 1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang dianalisa berdistribusi normal atau tidak. Analisis data ini menggunakan SPSS for Windows version 16.0 dengan menggunakan teknik Shapiro-Wilk. Syarat suatu data dapat dikatakan berdistribusi normal adalah jika signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Untuk mengetahui homogenitas suatu data, dalam peneliltian ini peneliti menggunakan bantuan program komputer SPSS 16.0 pada Analiyze-Compare Means-One-way ANOVA.

3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan uji normalitas dan homogenitas, apabila data populasi berdistribusi normal dan data populasi homogen maka dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh metode reading aloud

(membaca nyaring) terhadap pemahaman bacaan siswa dibandingkan dengan yang menggunakan model pembelajaran konvensional.


(50)

Untuk uji hipotesis, peneliti menggunakan SPSS 16.0 for Windows

yaitu dengan teknik analisis Paired Sample T-Test. Taraf signifikan uji sampel bebas Paired-Samples T Test adalah 0,05 sedangkan convidence interval 95%. Uji hipotesis dengan uji kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan antara hasil posttest dua sampel penelitian. Jika signifikansi (2-tailed) dibawah 0,05 maka hasilnya signifikan atau hipotesis diterima, akan tetapi sebaliknya jika signifikansi (2-tailed) lebih besar dari probabilitas diatas 0,05 maka hasinya tidak signifikan sehingga hipotesis ditolak.

G. Hipotesis Statistik

Dalam penelitian ini hipotesis statistik yang digunakan adalah: H0 = μ1 = μ2

H1 = μ1 ≠ μ2

Keterangan :

μ1 = Rata-rata pemahaman bacaan dengan menggunakan metode reading aloud (membaca nyaring)

μ1 = Rata-rata pemahaman bacaan dengan menggunakan model pembelajaran


(51)

1. Lokasi Madrasah

MI Nurul Huda Curug Wetan berdiri pada tahun 2004, yang memiliki luas tanah 840 M2 dan luas bangunan 250 M2. MI Nurul Huda Curug Wetan beralamat di Jalan Madrasah Nurul Huda RT. 04/02 Desa Curug Wetan Kecamatan Curug Kabupaten Tangerang Provinsi Banten dan sudah terakreditasi B sejak tahun 2008.

2. Visi, Misi dan Tujuan MI Nurul Huda Visi MI Nurul Huda

“Terwujudnya siswa yang berakhlaqul karimah, unggul dalam prestasi dan mandiri”

Misi MI Nurul Huda

Untuk mewujudkan visi diatas, ada beberapa misi yang menjadi komitmen Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Huda Curug Wetan, yaitu:

- Mengembangkan pemahaman, pengayatan dan pengalaman ajaran islam.

- Mendidik siswa agar memiliki akhlak mulia, iman yang mantap, iptek yang luas dengan pendekatan siswa aktif, Inovatif kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM).

- Mewujudkan lulusan yang cerdas, kompetitif dan berakhlakul karimah. - Mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berbudi

pekerti luhur.

- Meningkatkan mutu pendidikan yang mengintegrasikan sistem nilai, agama dan budaya dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. - Mengembangkan seluruh potensi siswa secara optimal dalam bidang

akademis maupun non-akademis.

- Membina siswa berfikir kreatif, kritis, pemberani dan tangung jawab dalam proses pembelajaran.


(52)

Tujuan Madrasah

Tujuan umum pendidikan nasional yaitu untuk mengembanngkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (Undang-undang No. 20 Tahun 2003). Adapun tujuan pendidikan MI Nurul Huda Curug Wetan adalah:

a. Tujuan Umum

Tujuan umum MI Nurul Huda Curug Wetan adalah mempersiapkan siswa berprestasi dalam berbagai hal dan dapat menghayati dan mengamalkan keteladanan akhlak Rasulullah SAW. b. Tujuan Khusus

1) Meraih prestasi di segala bidang. 2) Mencetak generasi muda yang Qur’ani.

3) Memiliki dasar-dasar pengetahuan umum dan agama.

4) Memiliki kemampuan dasar dalam mengembangkan kemandirian masa depan.

5) Memiliki budaya disiplin yang tinggi.

6) Memiliki kemampuan dalam membaca Al-Qur’an.

7) Melanjutkan pendidikan ke sekolah-sekolah lanjutan yang berkualitas.

8) Mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dalam pembiasaan kehidupan sehari-hari.

9) Mengembangkan potensi bakat dan minat yang dimiliki. 10)Memiliki kemampuan mengapresiasi dalam bidang seni. 11)Memiliki sikap kemandirian.


(53)

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi MI Nurul Huda Curug Wetan

Ketua Komite Ahmad Jamaludin

Kepala Madrasah Hj. Khaeroyaroh, S. Ag

Bendahara Agus Hidayat, S.Pd.I

PKM Kurikulum Rohimatul K, S.Pd.I

PKM Kesiswaan Arief Kurniawan,

S.Pd.I

PKM BK Okta Dwi Wulandari,

S.Pd.I

UR. Sarana Omah

Pem. Karate H.M. Hidayatul Husna, SE

Pem. Pramuka Ahmad Jazuli

Pem. Qasidah Dian Fitriana S.

Pem. Angklung & Pianika Juhaeni, S.Pd.I

Guru Kelas

Guru Bidang Studi

Siswa-siswi Ketua Yayasan


(54)

4. Guru dan Tenaga Kependidikan

Guru-guru di MI Nurul Huda Curug Wetan berjumlah 22 orang. Adapun data Guru MI Nurul Huda Curug Wetan adalah sebagai berikut:

No Nama Mata Pelajaran yang Diampu

1 Rohimatul Kholidah Guru Kelas

2 Hj. Khaeroyaroh Bahasa Arab

3 Hj. Siti Nikmah Guru Kelas

4 M. Hidayatul Husna Bahasa Arab 5 Tati Juliastati Qur’an Hadits

6 Agus Hidayat Penjaskes

7 Siti Rohyati Guru Kelas

8 Agus Adihardi Fikih & TIK 9 Dian Fitriana Sari Guru Kelas

10 Omah Penjaskes

11 Juhaeni Guru Kelas

12 Fasikha BTQ

13 Himatul Aliyah Guru Kelas

14 Riska Sakinah Bahasa Inggris

15 Nurma Hasanatunnisa Akidah Akhlak & B. Inggris 16 Okta Dwi Wulandari Guru Kelas

17 Diah Widiasari Guru Kelas

18 Arief Kurniawan Guru Kelas

19 Siti Sadiah Bahasa Arab

20 Rifkoh Guru Kelas

21 Listianti Mawadah Guru Kelas


(55)

5. Jumlah Siswa

Siswa-siswi di MI Nurul Huda Curug Wetan

No Kelas Jumlah Rombel Jumlah Siswa

1 I 2 84

2 II 2 90

3 III 2 87

4 IV 2 70

5 V 2 64

6 VI 2 75

Jumlah seluruh siswa 470 siswa

6. Sarana dan Prasarana

No Jenis Perpustakaan Jumlah Ruang

1 Ruang kelas 6

2 Mesjid/Musholla 1

3 Laboratorium Komputer 1

4 Tempat Olah Raga 1

5 Ruang Guru 1

6 Ruang Tata Usaha 1

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilalakukan di MI Nurul Huda Curug Wetan. Setiap kelas terdiri dari 2 rombel. Peneliti mengambil sampel penelitian yaitu pada kelas II yang terdiri dari 90 siswa. Kelas IIA dijadikan sebagai kelompok kontrol dan kelas IIB dijadikan sebagai kelompok eksperimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode reading aloud (membaca nyaring) terhadap pemahaman bacaan siswa kelas II MI Nurul Huda Curug Wetan Tangerang tahun pelajaran 2013/2014.


(56)

Sebelum peneliti melakukan proses pembelajaran terhadap kedua kelompok yang diberi perlakuan berbeda, peneliti memberikan pretest berupa soal pilihan ganda dengan jumlah 20 soal. Pretest yang dilakukan yaitu untuk menguji kesamaan varian antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dari kedua kelompok tersebut menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelompok ini memiliki kemampuan awal yang sama, terbukti dari varian yang tidak jauh berbeda diantara kedua kelas tersebut.

Kelompok kontrol merupakan kelompok yang melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode konvensional, sedangkan kelompok eksperimen adalah kelompok yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode reading aloud (membaca nyaring).

Setelah kedua kelompok selesai melaksanakan proses pembelajaran yang dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan, kemudian dilanjutkan dengan tahap akhir yaitu pemberian posttest terhadap kedua kelompok tersebut untuk mengetahui perbandingan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.

C. Hasil Penelitian

Adapun daftar nilai pretest dan posttest kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen No Nama Siswa Pretest Posttest

1 A 65 65

2 B 65 80

3 C 35 50

4 D 35 70

5 E 65 80

6 F 65 90

7 G 35 60


(57)

9 I 35 60

10 J 65 70

11 K 55 65

12 L 40 55

13 M 60 75

14 N 60 60

15 O 50 55

16 P 40 50

17 Q 35 50

18 R 70 75

19 S 65 70

20 T 55 70

21 U 65 70

22 V 50 55

23 W 55 80

24 X 35 55

25 Y 50 65

26 Z 65 85

27 AA 60 75

28 AB 65 70

29 AC 50 75

30 AD 30 35

31 AE 45 50

32 AF 60 70

33 AG 20 25

34 AH 70 75

35 AI 65 70

36 AJ 70 80

37 AK 55 60

38 AL 70 70

39 AM 55 60

40 AN 70 70

41 AO 40 55

42 AP 60 75

43 AQ 50 55

44 AR 55 60

45 AS 50 65

Jumlah 2405 2910


(58)

Tabel 4.2

Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol No Nama Siswa Pretest Posttest

1 A 50 50

2 B 25 40

3 C 70 65

4 D 25 45

5 E 65 60

6 F 45 55

7 G 45 60

8 H 40 50

9 I 55 60

10 J 60 65

11 K 20 30

12 L 50 60

13 M 65 75

14 N 40 40

15 O 65 70

16 P 55 65

17 Q 60 70

18 R 70 75

19 S 70 70

20 T 80 80

21 U 60 65

22 V 20 35

23 W 35 50

24 X 50 55

25 Y 25 30

26 Z 55 55

27 AA 60 60

28 AB 40 45

29 AC 60 70

30 AD 50 50

31 AE 55 70

32 AF 60 60

33 AG 50 50


(59)

35 AI 55 55

36 AJ 65 65

37 AK 60 65

38 AL 50 50

39 AM 30 35

40 AN 60 75

41 AO 65 70

42 AP 70 70

43 AQ 55 65

44 AR 70 75

45 AS 55 55

Jumlah 2370 2615

Rata-rata 52.667 58.111

D. Deskripsi Data

1. Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. Dalam penelitian ini dibagi dua kelompok yaitu kelopok eksperimen yang dalam proses pembelajaran menggunakan metode reading aloud (membaca nyaring), sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode pembelajaran konvensioanl. Sebelum masing-masing kelompok diberikan perlakuan yang berbeda kedua kelompok tersebut diberikan pretest berupa soal pilihan ganda. Hasil analisis deskripsi data pretest kelompok eksperimen dapat dilihat dari tabel dibawah ini.


(60)

Tabel 4.3

Deskripsi Data Pretest Kelompok Eksperimen

N Valid 45

Missing 0

Mean 53.44

Median 55.00

Mode 65.00

Std. Deviation 1.291

Variance 166.843

Range 50.00

Minimum 20.00

Maximum 70.00

Sum 2405

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa untuk hasil

pretest kelompok eksperimen, diperoleh data sebanyak 45 dengan jumlah data 2405. Nilai mean/rata-rata pretest eksperimen adalah 53.44 dengan varian 166.843 dan standar deviasi/simpangan baku sebesar 1.291. Nilai

maximum/terbesar adalah 70.00 dan nilai minimum/terkecil adalah 20.00, maka range/rentang nilai pada data pretest kelompok eksperimen adalah 50.00. Median pada data pretest kelompok eksperimen adalah 55.00 dan modus pada data pretest kelompok eksperimen adalah 65.00.


(61)

Data pretest kelompok eksperimen dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.4

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelompok Eksperimen Nilai Frekuensi Frekuensi %

20 1 2.2

30 1 2.2

35 6 13.3

40 3 6.7

45 1 2.2

50 7 15.6

55 6 13.3

60 5 11.1

65 10 22.2

70 5 11.1


(62)

Selain dalam bentuk tabel data pretest kelompok eksperimen, juga disajikan ke dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:

Gambar 4.1

Grafik Histogram Nilai Pretest Kelompok Eksperimen

Berdasarkan tabel distribusi dan grafik histogram di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai 20, 30 dan 45 masing sebanyak 1 orang, siswa yang memperoleh nilai 35 dan 55 masing-masing sebanyak 6 orang, siswa yang memperoleh nilai 40 sebanyak 3 orang, siswa yang memperoleh nilai 60 dan 70 masing-masing sebanyak 5 orang, siswa yang memperoleh nilai 50 sebanyak 7 orang dan siswa yang memperoleh nilai 65 sebanyak 10 orang.

0 2 4 6 8 10 12

Nilai 20

Nilai 30

Nilai 35

Nilai 40

Nilai 45

Nilai 50

Nilai 55

Nilai 60

Nilai 65

Nilai 70


(63)

Hasil analisis deskripsi data pretest kelompok kontrol dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.5

Deskripsi Data Pretest Kelompok Kontrol

Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa untuk hasil

pretest kelompok kontrol, diperoleh data sebanyak 45 dengan jumlah data 2370. Nilai mean/rata-rata pretest kontrol adalah 52.67 dengan varians 214.318 dan standar deviasi/simpangan baku sebesar 1.463 Nilai

maximum/terbesar adalah 80.00 dan nilai minimum/terkecil adalah 20.00, maka range/rentang nilai pada data pretest kelompok kontrol adalah 60.00. Median pada data pretest kelompok kontrol adalah 55.00 dan modus pada data pretest kelompok kontrol adalah 60.00.

N Valid 45

Missing 0

Mean 52.67

Median 55.00

Mode 60.00

Std. Deviation 1.463

Variance 214.318

Range 60.00

Minimum 20.00

Maximum 80.00


(64)

Data pretest kelompok kontrol dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelompok Kontrol Nilai Frekuensi Frekuensi %

20 2 4.4

25 3 6.7

30 1 2.2

35 1 2.2

40 3 6.7

45 2 4.4

50 6 13.3

55 7 15.6

60 9 20.0

65 5 11.1

70 5 11.1

80 1 2.2


(65)

Selain dalam bentuk tabel data pretest kelompok kontrol, juga disajikan ke dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:

Gambar 4.2

Grafik Histogram Nilai Pretest Kelompok Kontrol

Berdasarkan tabel distribusi dan grafik histogram di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai 30, 35, dan 80 masing-masing sebanyak 1 orang, siswa yang memperoleh nilai 20 dan 45 masing-masing sebanyak 2 orang, siswa yang memperoleh nilai 25 dan 40 masing-masing sebanyak 3 orang, siswa yang memperoleh nilai 65 dan 70 masing-masing sebanyak 5 orang, siswa yang memperoleh nilai 50 sebanyak 1 orang, siswa yang memperoleh nilai 55 sebanyak 1 orang dan siswa yang memperoleh nilai 60 sebanyak 9 orang.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nilai 20 Nilai 25 Nilai 30 Nilai 35 Nilai 40 Nilai 45 Nilsi 50 Nilai 55 Nilai 60 Nilai 65 Nilai 70 Nilai 80


(66)

2. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Setelah dilaksanakan pretest kemudian siswa diberikan posttest

yang dimaksudkan untuk melihat hasil pencapaian pembelajaran kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil analisis deskripsi data

posttest eksperimen dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 4.7

Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa untuk hasil

posttest kelompok eksperimen, diperoleh data sebanyak 45 dengan jumlah data 2910. Nilai mean/rata-rata posttest eksperimen adalah 64.67 dengan varians 159.545 dan standar deviasi/simpangan baku sebesar 1.263 Nilai

maximum/terbesar adalah 90 dan nilai minimum/terkecil adalah 25, maka

range/rentang nilai pada data posttest kelompok eksperimen adalah 65. Median pada data posttest kelompok eksperimen adalah 65.00 dan modus pada data posttest kelompok kontrol adalah 70.

N Valid 45

Missing 0

Mean 64.67

Median 65.00

Mode 70.00

Std. Deviation 1.263

Variance 159.545

Range 65.00

Minimum 25.00

Maximum 90.00


(67)

Data posttest kelompok eksperimen dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Eksperimen Nilai Frekuensi Frekuensi %

25 1 2.2

35 1 2.2

50 4 8.9

55 7 15.6

60 6 13.3

65 4 8.9

70 10 22.2

75 6 13.3

80 4 8.9

85 1 2.2

90 1 2.2


(68)

Selain bentuk tabel data posttest kelompok eksperimen, juga digambarkan ke dalam bentuk grafik histogram sebagai berikut:

Gambar 4.3

Grafik Histogram Nilai Posttest Kelompok Eksperimen

Berdasarkan tabel distribusi dan grafik histogram di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai 25, 35, 85 dan 90 masing-masing sebanyak 1 orang, siswa yang memperoleh nilai 50, 65 dan 80 masing-masing sebanyak 4 orang, siswa yang memperoleh nilai 60 dan 75 masing-masing sebanyak 6 orang, siswa yang memperoleh nilai 55 sebanyak 7 orang, dan siswa yang memperoleh nilai 70 sebanyak 10 orang.

0 2 4 6 8 10 12

Nilai 25

Nilai 35

Nilai 50

Nilai 55

Nilai 60

Nilai 65

Nilai 70

Nilai 75

Nilai 80

Nilai 85

Nilai 90


(69)

Tabel 4.9

Deskripsi Data Posttest Kelompok Kontrol

Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa untuk hasil posttest kelompok kontrol, diperoleh data sebanyak 45 dengan jumlah data 2615. Nilai mean/rata-rata posttest kontrol adalah 58.11 dengan varians 160.56 dan standar deviasi/simpangan baku sebesar 12.671 Nilai maximum/terbesar adalah 80.00 dan nilai

minimum/terkecil adalah 30.00, maka range/rentang nilai pada data

posttest kelompok kontrol adalah 50.00. Median pada data posttest

kelompok kontrol adalah 60.00 dan modus pada data posttest

kelompok kontrol adalah 65.00.

N Valid 45

Missing 0

Mean 58.11

Median 60.00

Mode 65.00

Std. Deviation 12.671

Variance 160.56

Range 50.00

Minimum 30.00

Maximum 80.00


(70)

Data posttest kelompok kontrol dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.10

Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelompok Kontrol Nilai Frekuensi Frekuensi %

30 2 4.4

35 2 4.4

40 2 4.4

45 2 4.4

50 6 13.3

55 6 13.3

60 6 13.3

65 7 15.6

70 7 15.6

75 4 8.9

80 1 2.2


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)