8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Penerapan Multimedia sebagai Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media pembelajaran memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Media dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat
membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
„tengah‟, „perantara‟, atau pengantar. Media merupakan pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely mendefinisikan
media, yaitu bahan atau peristiwa-peristiwa yang dipakai untuk menimbulkan kegiatan belajar mengajar agar lebih efektif dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Gagne dan Briggs menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi
pembelajaran. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang
dapat merangsang siswa untuk
belajar.
1
1
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 3 —4.
2. Hakikat Multimedia Pembelajaran
a. Pengertian Multimedia Pembelajaran
Secara singkat akan peneliti berikan pemaparan mengenai multimedia yang jauh beberapa puluhan tahun yang lalu ternyata telah
„diramalkan‟ oleh seorang ahli bernama Guntram Vogt dalam suatu majalah industri dari tahun 1971 menggambarkan bahwa hari depan media
massa kita sebagai berikut: Sebagai titik pusat tempat tinggal di masa mendatang akan terdapat
yang disebut “ruang komunikasi” dengan kotak komunikasinya. Komponen-komponen pesawat multimedia itu akan terdiri atas:
1 Perangkat televisi beberapa layar gambar dilengkapi dengan telepon
kepala; berbagai program TV dapat sekaligus didengarkan oleh beberapa orang; televisi warna dalam tiga dimensi, dan lain-lain.
2 Kaset audiovisual;
3 Telepon-televisi;
4 Terminal komputer;
5 Mesin perekam suara;
6 Meja baca dengan penerangan khusus misalnya untuk melihat slide
2
Memang benar ternyata apa yang „diramalkan‟ oleh Guntram Vogt bahwa di zaman yang sekarang ini akan terdapat banyak media yang
seperti itu, bahkan sekarang lebih canggih dengan memanfaatkan berbagai media yang dalam satu kesatuan atau bisa juga disebut sebagai
multimedia. Berbagai pemahaman tentang multimedia terus berkembang
seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi baik untuk aspek software maupun hardware yang mendukungnya. Menurut
2
Kurt Franz dan Bernhard Meier, Membina Minat Baca, Bandung: CV Remadja Karya, 1986, hlm. 175.
sudut pandang ahli media, sebelum berkembangnya dunia Teknologi Informasi, bahwa multimedia dipandang sebagai suatu pemanfaatan
“banyak” media yang digunakan dalam suatu proses interaksi penyampaian pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan, salah
satunya dalam konteks pembelajaran antara guru dan peserta didik. Seiring
dengan perkembangan
dunia TI,
pemaknaan “multimedia” ini semakin bergeser pada aspek pengintegrasian sistem dan
jaringan serta prosedur komunikasi dalam sebuah perangkat khusus, seperti komputer, laptop, atau notebook.
Dalam salah satu buku referensi Multimedia in the Classroom, dijabarkan bahwa multimedia is the combination of the following
elements: text, color, graphics, animations, audio, dan video. Menurut Rosch multimedia dipandang sebagai suatu kombinasi antara komputer
dan video. Mc. Cormik juga menyatakan bahwa multimedia merupakan sebuah kombinasi tiga elemen yaitu, suara, gambar, dan teks. Sedangkan
Robin dan Linda menyebutkan multimedia sebagai alat yang dapat menciptakan
presentasi yang
dinamis dan
interaktif yang
mengombinasikan teks, grafik, animasi, audio, dan video. Dalam konteks komunikasi pembelajaran, Hofsteder menyebutkan bahwa multimedia
dapat dipandang sebagai suatu pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak video dan animasi
dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai untuk melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi.
3
3
Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011 hlm. 31 —32.
Sehingga dapat dikatakan bahwa multimedia dalam suatu konteks tersebut adalah multibahasa, yakni bahasa yang mudah dipahami oleh
indra pendengaran, penglihatan, penciuman, peraba dan lain sebagainya; atau dalam bahasa lain multimedia pembelajaran adalah media yang
mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama proses pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Dalam pembelajaran yang
utama adalah bagaimana siswa belajar. Belajar dalam pengertian aktivitas mental siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Dari uraian di atas, apabila kedua konsep tersebut digabungkan
maka multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain
untuk menyalurkan pesan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan yang belajar
sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan, dan terkendali. b.
Karakteristik Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran 1
Content Representation 2
Full Color and High Resolution 3
Melalui media elektronik 4
Tipe-tipe pembelajaran yang bervariasi 5
Respons Pembelajaran dan Penguatan 6
Mengembangkan prinsip Self Evaluation 7
Dapat digunakan secara klasikal atau individual
4
4
Ibid.
c. Prinsip Desain Multimedia
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Richard E. Mayer menunjukkan bahwa anak didik kita memiliki potensi belajar yang
berbeda-beda. Menurut Mayer ada 12 prinsip desain multimedia pembelajaran yang dapat diterapkan di pembelajaran.
5
1 Prinsip Multimedia
Seseorang belajar akan lebih baik dengan menggunakan gambar dan kata daripada sekedar kata-kata saja. Karena
dinamakan multimedia, berarti wajib mampu mengombinasikan berbagai media teks, gambar, grafik, audionarasi, video, animasi,
simulasi, dll menjadi satu kesatuan yang harmonis. 2
Prinsip Kesinambungan Spasial Seseorang belajar akan lebih baik ketika kata dan gambar
disandingkan berdekatan dibandingkan apabila disandingkan berjauhan atau terpisah. Oleh karena itu, ketika ada gambar,
animasi, video, atau yang lainnya, yang dilengkapi dengan teks, maka teks tersebut harus merupakan satu kesatuan dari gambar
tersebut, jangan menjadi sesuatu yang terpisah. 3
Prinsip Kesinambungan Waktu Seseorang belajar akan lebih baik ketika kata dan gambar
disajikan secara simultan dibandingkan apabila disajikan bergantian atau setelahnya. Ketika Anda ingin memunculkan suatu
gambar dan atau animasi atau yang lain beserta teks, sebaiknya
5
Novi Ariyaniasparagus,
Prinsip-Prinsip Multimedia
Pembelajaran, http:novi-
ariyaniasparagus.blogspot.com201302.
munculkan secara bersamaan alias simultan. Jangan satu-satu, sebab akan memberikan kesan terpisah atau tidak terkait satu sama
lain. 4
Prinsip Koherensi Seseorang belajar akan lebih baik ketika kata-kata, gambar,
suara, video, animasi yang tidak perlu dan tidak relevan tidak digunakan. Banyak sekali pengembang media mencantumkan
sesuatu yang
tidak perlu.
Mungkin maksudnya
untuk mempercantik tampilan, memperindah suasana, atau menarik
perhatian mata. Akan tetapi, menurut Mayer, hal ini sebaiknya dihindari. Cantumkan saja apa yang perlu dan relevan dengan apa
yang disajikan. 5
Prinsip Modalitas Belajar Seseorang belajar akan lebih baik dengan menggunakan
animasi atau video ditambah narasi daripada sudah ada narasi ditambah pula dengan teks yang panjang. Hal ini sangat
mengganggu pembelajaran. 6
Prinsip Redudansi Sama dengan prinsip di atas. Jangan redudansi, kalau sudah
diwakili oleh narasi dan gambaranimasi, janganlah tumpang tindih pula dengan teks yang panjang.
7 Prinsip Personalisasi
Seseorang belajar akan lebih baik dengan menggunakan teks atau kata-kata yang bersifat komunikatif daripada kalimat
yang lebih bersifat formal. 8
Prinsip Interaktivitas Seseorang belajar akan lebih baik ketika ia dapat
mengendalikan sendiri apa yang sedang dipelajarinya manipulatif: simulasi, game, branching. Sebenarnya, orang belajar itu
tidak selalu linier alias urut satu persatu. Dalam kenyataannya lebih banyak loncat dari satu hal ke hal lain. Oleh karena itu, multimedia
pembelajaran harus
memungkinkan userpengguna
dapat mengendalikan penggunaan daripada media itu sendiri. Dengan
kata lain, lebih manipulatif dalam arti dapat dikendalikan sendiri oleh user akan lebih baik. Simulasi, branching, game, navigasi
yang konsisten dan jelas, bahasa yang komunikatif, dan lain-lain akan memungkinkan tingkat interaktivitas makin tinggi.
9 Prinsip Sinyal cue, highlight, ..
Seseorang belajar akan lebih baik ketika kata-kata, diikuti dengan cue isyarat, highlight menyoroti pokok-pokok,
penekanan yang relevan terhadap apa yang disajikan. Kita bisa memanfaatkan warna, animasi dan lain-lain untuk menunjukkan
penekanan, highlight atau pusat perhatian focus of interest. Karena itu kombinasi penggunaan media yang relevan sangat
penting sebagai isyarat atau kata keterangan yang memperkenalkan sesuatu.
10 Prinsip Perbedaan Individu
Sembilan prinsip tersebut berpengaruh kuat bagi mereka yang memiliki modalitas visual tinggi, kurang berpengaruh bagi
yang sebaliknya. Kombinasi teks dan narasi ditambah daya visual berpengaruh kuat bagi mereka yang memiliki modalitas auditori
tinggi, kurang berpengaruh bagi yang sebaliknya. Kombinasi teks, visual dan simulasi berpengaruh kuat bagi mereka yang memiliki
modalitas kinestetik tinggi, kurang berpengaruh bagi yang sebaliknya.
11 Prinsip Praktik
Interaksi adalah hal terbaik untuk belajar, kerja praktik dalam memecahkan masalah dapat meningkatkan cara belajar dan
pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang sedang dipelajari.
12 Pengandaian
Menjelaskan materi dengan audio akan meningkatkan belajar. Siswa belajar lebih baik dengan animasi dan narasi,
daripada hanya animasi dan teks pada layar. Kesimpulannya penggunaan multimedia kombinasi antara teks,
gambar, grafik, audionarasi, animasi, simulasi, video secara efektif dapat digunakan untuk mengakomodir perbedaan modalitas belajar.
3. Hakikat Multimedia Berbasis Komputer
a. Pengertian Multimedia Berbasis komputer
Kemajuan komputer untuk secara cepat berinteraksi dengan individu, menyimpan, dan memproses sejumlah besar informasi, dan
bergabung dengan media lain untuk menampilkan serangkaian besar stimulasi audio visual, menjadikan komputer media yang dominan dalam
bidang pembelajaran. Komputer adalah alat elektronik yang termasuk kategori
multimedia. Komputer bisa dikatakan sebagai sumber belajar yang menyediakan berbagai macam bentuk media yang memungkinkan peserta
didik membuat desain dan merekayasa suatu konsep dan ilmu pengetahuan, tidak hanya sebagai sarana komputasi menggunakan teknik
komputer dan pengolahan kata saja.
6
Dapat disimpulkan bahwa multimedia berbasis komputer adalah media yang mampu melibatkan banyak indera dan organ tubuh selama
proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan perangkat komputer.
b. Manfaat Multimedia Berbasis Komputer dalam Pembelajaran
Menurut Hannafin dan Peck dalam Hamzah dan Nina Lamatenggo potensi media komputer yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
efektivitas proses pembelajaran antara lain: 1
Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dengan materi pembelajaran.
6
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada Press, hlm. 148-149.
2 Proses belajar dapat berlangsung secara individual sesuai dengan
kemampuan belajar peserta didik. 3
Mampu menampilkan unsur audio visual untuk meningkatkan minat belajar.
4 Dapat memberikan umpan balik terhadap respons peserta
didikdengan segera. 5
Mampu menciptakan proses belajar scara berkesinambungan.
7
Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoretis digunakan dalam pembelajaran klasikal, baik untuk
kelompok kecil maupun besar. Pemanfaatan multimedia dalam presentasi ini biasanya menggunakan perangkat lunak yang paling tersohor, yakni
PowerPoint yang dikembangkan oleh Microsoft Inc. Pemanfaatan PowerPoint atau perangkat lunak lainnya dalam presentasi menyebabkan
kegiatan presentasi menjadi sangat mudah, dinamis, dan sangat menarik. 4.
Microsoft PowerPoint a.
Pengertian Microsoft PowerPoint Microsoft PowerPoint adalah sebuah program komputer untuk
presentasi yang dikembangkan oleh Microsoft di dalam paket aplikasi Microsoft Office. Aplikasi ini sangat banyak digunakan, kalangan
perkantoran, para
pendidik, siswa, dan trainer.
Dimulai pada
versi Microsoft Office System 2003, Microsoft mengganti nama dari sebelumnya Microsoft
PowerPoint saja menjadi Microsoft
Office PowerPoint. Versi terbaru dari PowerPoint adalah versi 12 Microsoft
7
Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo, Teknologi Komunikasi dan Informasi Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, hlm. 136
—137.
Office PowerPoint 2007, yang tergabung ke dalam paket Microsoft Office System 2007. Lebih terbaru kini hadir Microsoft Office PowerPoint
2010. Pengertian umum dari Microsoft PowerPoint 2010 merupakan program aplikasi untuk presentasi. Untuk membuat presentasi diawali
dengan membuat kerangka atau outline, kemudian menyiapkan slide yang baik dengan tampilan yang menarik.
b. Fungsi Microsoft PowerPoint
Fungsi dari Microsoft PowerPoint atau program presentasi adalah untuk pengajar atau pembicara seminar yang biasanya membahas materi
untuk dipresentasikan. Microsoft PowerPoint dapat juga digunakan untuk membantu merancang dan menyajikan presentasi. Presentasi yang dibuat
dapat berisi tampilan teks maupun grafis yang terbagi dalam slide.
8
c. Tahap-tahap Membuat Presentasi
Ada beberapa tahap yang harus dipersiapkan di dalam pembuatan presentasi yaitu :
1 Tahap Persiapan
Penggunaan presentasi diawali dengan membuat perencanaan terlebih dahulu apa yang akan dipresentasikan atau materi yang akan
dibahas untuk pembuatan slide. Adapun tahap ini meliputi :
Memilih tema atau konsep-konsep yang akan dipelajari
Mempersiapkan bahan pendukung misalnya dengan gambar, film, sound, dan animasi.
8
Abdu Rahman , Pemanfaatan Aplikasi Microsoft PowerPoint dalam Pembelajaran http:rahmanpai.blogspot.com201205pemanfaatan-aplikasi-microsoft.html.
2 Tahap Pelaksanaan
Membuka aplikasi Microsoft PowerPoint pada komputer, pada menu start kemudian membuat slide luncuran yang akan ditampilkan
untuk membantu di dalam menyampaikan materi pembelajaran tertentu. Hal yang perlu diperhatikan di dalam pembuatan slide:
Pertama pembuatan slide harus runtut dalam penyampaian materi
supaya pembelajaran tidak terkesan kembali ke materi awal.
Kedua penggunaan background hendaknya pemilihan warna atau gambar yang tepat. Agar tulisan atau hal yang akan dijelaskan
lebih terlihat.
Ketiga bahan pendukung seperti sound dan animasi supaya diperhatikan sesuai dengan materi agar terlihat serasi dan indah.
3 Tahap akhir
Untuk melihat hasil pembuatan menggunakan slide show yang merupakan tampilan seluruh halaman atau full screen presentasi.
Dalam tampilan ini semua efek dan komponen animasi dimainkan. Jadi tampilan pada slide show merupakan tampilan akhir presentasi.
9
d. Keunggulan Microsoft PowerPoint 2010
1 Membawa lebih banyak energi dan dampak visual presentasi.
9
Ibid.
Hemat waktu dan uang dengan menerapkan efek foto yang canggih tanpa menggunakan tambahan software photo-editing
program. Mengubah foto Anda menjadi menarik, bersemangat visual dengan menggunakan gambar yang baru dan fitur pengeditan yang
lebih baik seperti saturasi warna dan suhu, kecerahan dan kontras, dan alat potong gambar yang maju, bersama dengan filter artistik seperti
kabur, kuas, dan cat air. 2
Menambah pengalaman video pribadi.
Mengedit file video langsung dalam PowerPoint 2010. Mudah memangkas video untuk hanya menampilkan bagian-bagian yang
relevan. Bookmark poin kunci dalam sebuah video untuk akses cepat
atau memicu animasi untuk memulai secara otomatis ketika mencapai orang yang ditandai. Dapat juga mengatur video yang akan memudar
kedalam dan keluar pada interval tertentu dan menerapkan berbagai gaya dan efek video-seperti refleksi, bevels, dan 3-D putaran-untuk
membantu pengguna dengan cepat menangkap perhatian audiens. 3
Menyiarkan secara langsung presentasi Tayangkan secara langsung presentasi PowerPoint 2010 Anda
dengan mengirimkan URL sehingga orang dapat melihat presentasi Anda di Web. Audiens Anda melihat slide dalam kesetiaan tinggi,
bahkan jika mereka belum menginstal PowerPoint. Anda juga dapat mengubah presentasi Anda ke dalam sebuah video berkualitas tinggi
dengan narasi untuk berbagi dengan siapa saja melalui e-mail, melalui Web, atau di DVD.
4 Buat presentasi berkualitas tinggi dengan pemandangan grafis
Pengguna tidak perlu menjadi seorang ahli desain untuk menciptakan grafis yang tampak profesional. Gunakan tambahan
puluhan SmartArt ® layout untuk menciptakan berbagai jenis grafis
seperti bagan organisasi, daftar, dan gambar diagram. Mengubah kata ke visualisasi yang lebih mengesankan untuk menggambarkan ide-ide
Anda. Buat diagram semudah mengetik sebuah daftar bullet atau mengkonversi teks dan gambar untuk diagram hanya dalam beberapa
klik. 5
Memikat audiens Anda dengan transisi baru dan peningkatan animasi
PowerPoint 2010 memiliki penawaran baru, transisi slide yang dinamis dan animasi efek yang terlihat seperti grafik yang Anda lihat
di TV. Mudah diakses, dilihat, diterapkan, disesuaikan, dan untuk mengganti animasi. Dapat juga menggunakan pointer animasi baru
untuk dengan mudah menyalin animasi dari satu objek yang lain. 6
Mengatur dan mencetak slide Anda lebih efektif Mengatur dan menavigasi melalui slide menggunakan bagian
slide. Membagi presentasi ke dalam slide yang logis secara kelompok- kelompok, mengubah nama bagian untuk membantu Anda mengelola
konten seperti untuk menetapkan slide ke penulis tertentu atau dengan mudah mencetak hanya satu bagian dari slide.
7 Menyelesaikan pekerjaan lebih cepat.
PowerPoint 2010
menyederhanakan bagaimana
Anda mengakses fitur. Sehingga membuat pekerjaan bisa lebih cepat selesai.
8 Bekerja pada beberapa presentasi dan beberapa monitor.
PowerPoint 2010 memberi Anda jendela yang benar-benar terpisah untuk setiap presentasi yang Anda buka. Jadi, Anda dapat
melihat dan mengedit beberapa presentasi secara mandiri, sisi-by-sisi, atau bahkan pada monitor yang terpisah.
10
10
Tom Pun,
Manfaat dan
Keunggulan PowerPoint
2010, http:ilmuPowerPoint.blogspot.com201102.
B. Konsep Membaca Nyaring dan Pembelajaran Membaca
1. Konsep Membaca
a. Pengertian Membaca
Membaca merupakan suatu kemampuan yang sangat dibutuhkan, tetapi ternyata tidak mudah untuk menjelaskan hakikat
membaca. Membaca merupakan proses yang kompleks. Proses ini melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Menurut Burns dkk
dalam Farida Rahim, proses membaca terdiri atas sembilan aspek, yaitu sensori, preseptual, urutan, pengalaman, pikiran, pembelajaran,
asosiasi, sikap, dan gagasan.
11
Pendapat ahli di atas sejalan dengan Soedarso dalam Mulyono Abdurrahman yang berpendapat bahwa membaca merupakan aktivitas
kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan, dan
ingatan. Manusia tidak mungkin dapat membaca tanpa menggerakan mata dan pikiran.
12
Hodson dalam
Departemen Pendidikan
Nasional mengemu
kakan “membaca ialah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan
penulis melalui media bahasa tulis. Dalam hal ini, membaca selain sebagai suatu proses, juga bertujuan.”
13
11
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm. 12.
12
Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis, dan Remesdiasinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2012, hlm. 158.
13
Departemen Pendidikan Nasional, Pembelajaran Membaca, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009, hlm. 4.
Departemen Pendidikan Nasional menuliskan bahwa membaca ialah proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif yang dilakukan
dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan
dampak bacaan itu. Definisi ini sesuai dengan membaca pada tingkat lanjut, yakni membaca kritis dan membaca kreatif.
14
Selanjutnya, Anderson
dalam Departemen
Pendidikan Nasional berpendapat bahwa membaca adalah suatu proses kegiatan
mencocokkan huruf atau melafalkan lambang-lambang bahasa tulis. Hal ini sesuai dengan membaca pada level rendah.
15
Berdasarkan beberapa definisi tentang membaca menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas
kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan.
Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. b.
Tahap-Tahap Membaca Dalam kegiatan membaca terdapat beberapa tahap membaca,
yaitu:
16
Tahap I
Membaca bahan yang telah dipelajari, mengucapkannya dengan baik atau bahan yang mungkin telah diingat. Bahan-bahan
tersebut mungkin berupa percakapan, nyanyian, serangkaian kalimat
14
Ibid.
15
Ibid.
16
Ibid, hlm. 14 —15.
tindakan ataupun cerita sederhana mengenai hal-hal yang telah dipahami.
Dalam tahap ini, perlu ada bimbingan untuk mengembangkan atau meningkatkan responsi-responsi visual yang otomatis terhadap
gambaran-gambaran huruf yang akan dilihat pada gambaran cetakan. Selain itu, harus benar-benar memahami bahwa kata-kata tertulis itu
mewakili atau menggambarkan bunyi-bunyi.
Tahap II
Menyusun kata-kata serta struktur-struktur dari bahasa asing yang telah diketahui menjadi bahan dialog atau paragraf yang
beraneka ragam. Pada tahap ini perlu dibimbing dalam membaca bahan yang baru disusun.
Tahap III
Membaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur yang masih asing atau belum biasa. Pada tahap ini pembaca acapkali teks-
teks tata bahasa berisi paragraf-paragraf atau pilihan-pilihan yang sesuai untuk bacaan.
Tahap IV
Pada tahap ini, beberapa spesialis dalam bidang membaca menganjurkan penggunaan teks-teks sastra yang telah disederhanakan
atau majalah-majalah sebagai bahan bacaan.
Tahap V
Pada tahap ini seluruh dunia buku terbuka, dalam pengertian bahan bacaan tidak dibatasi.
2. Konsep Membaca Nyaring
a. Pengertian Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun pembaca bersama-sama
dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang.
17
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rothlein dan Meinbach menunjukkan bahwa membaca nyaring dapat meningkatkan
keterampilan berbahasa lainnya, membantu perkembangan anak mencintai buku, dan membaca ceritera sepanjang hidupnya. Anak-
anak cenderung meniru dan mengikuti jejak orang dewasa. Pendapat yang mirip disampaikan oleh Cox, membaca nyaring untuk anak-anak
yang dilakukan setiap hari merupakan sesuatu yang penting untuk mengajar mereka menyimak, berbicara, atau menulis. Pembacaan
ceritera yang dilakukan oleh orang tua akan membawa anak dalam perkembangan bahasa yang baik, melalui perkembangan kosa kata,
semangat membaca, dan sukses dalam belajar membaca permulaan. Anak yang sering dibacakan ceritera akan menolak jika didongengi.
18
Keterampilan membaca nyaring seharusnya telah mantap diberikan di sekolah dasar kelas IV. Jadi, di kelas III dan kelas IV
kegiatan membaca harus difokuskan pada membaca nyaring. Pada waktu kelas V anak sudah membaca intensif atau membaca dalam
17
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Ketereampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa Bandung, 2008, hlm. 23.
18
Supardi, BAB 5 Membaca Nyaring, http:supardi-uncen.blogspot.com201001bab-5- membaca-nyaring.html, 2010
hati. Hanya sekali-kali saja kegiatan membaca ini dilakukan, tetapi dengan penekanan tambahan, misalnya dengan perasaan. Kegagalan
pencapaian kompetensi membaca nyaring di kelas III dan kelas IV akan mengakibatkan kegagalan kompetensi membaca dalam hati di
kelas V dan VI dan tentunya kelas selanjutnya sampai di perguruan tinggi.
b. Aspek-Aspek dalam Membaca Nyaring
Menurut Kamidjan dalam Departemen Pendidikan Nasional ada lima aspek dalam membaca nyaring, yaitu:
1 Membaca dengan pikiran dan perasaan pengarang;
2 Memerlukan keterampilan menafsirkan lambang-lambang grafis;
3 Memerlukan kecepatan pandangan mata;
4 Memerlukan keterampilan membaca, terutama mengelompokkan
kata secara tepat; dan 5
Memerlukan pemahaman makna secara tepat.
19
c. Keterampilan yang Harus dimiliki Saat Membaca Nyaring
Dalam membaca nyaring, pembaca memerlukan beberapa keterampilan, antara lain:
1 Penggunaan ucapan yang tepat;
2 Pemenggalan frasa yang tepat;
3 Penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat;
4 Penguasaan tanda baca dengan baik;
5 Penggunaan suara yang jelas;
19
Departemen Pendidikan Nasional, Op Cit., hlm. 8.
6 Penggunaan ekspresi yang tepat;
7 Pengaturan kecepatan membaca;
8 Pengaturan ketepatan pernapasan;
9 Pemahaman bacaan; dan
10 Pemilikan rasa percaya diri.
d. Manfaat dan Keuntungan Membaca Nyaring
Gruber menyampaikan manfaat membaca nyaring untuk anak seperti disampaikan di bawah ini.
1 Memberikan contoh proses membaca secara positif.
2 Mengekspos siswa untuk memperkaya kosakata.
3 Memberi siswa informasi baru.
4 Mengenalkan kepada siswa berbagai aliran sastra.
5 Memberi siswa kesempatan menyimak dan menggunakan daya
imajinasinya.
20
Beberapa keuntungan yang dapat dipetik dari kegiatan membaca nyaring yang dilakukan oleh siswa seperti diuraikan di
bawah ini.
21
1 Membaca nyaring memberikan guru suatu cara yang tepat dan
valid dalam mengevaluasi kemajuan kemampuan keterampilan membaca dalam intonasi, tekanan kata, pemenggalan kata,
pemenggalan frasa, dan untuk menemukan kebutuhan pengajaran yang spesifik
20
Rahim, Op. Cit., hlm. 125.
21
Novi Resmini, Yayah Churiyah, dkk, Membaca dan Menulis di SD Teori dan Pengajarannya,Bandung: UPI PRESS, 2006, hlm. 3.16
2 Membaca nyaring memberikan latihan berkomunikasi lisan untuk
pembaca dan meningkatkan kemampuan menyimak untuk pendengarnya.
3 Membaca nyaring dipakai untuk latihan berdialog, memerankan
pelaku yang terdapat dalam ceritera. 4
Membaca nyaring adalah media guru dalam membimbing secara bijak, dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
penyesuaian diri pada anak yang pemalu. 3.
Konsep Pembelajaran Membaca a.
Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono, belajar adalah
suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun.
Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut: 1 Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pembelajar; 2
Respons si pembelajar; 3 Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.
22
Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.
Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal
dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.
23
22
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 9.
23
Ibid, hlm. 10.
Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar,
yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
24
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perilaku atau kegiatan yang kompleks dan
relatif menetap tentang pola berpikir dengan proses pembentukan refleks bersyarat untuk mencapai tujuan belajar itu sendiri.
Secara umum pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian latihan atau pengalaman terhadap seseorang atau
sekelompok orang agar terjadi perubahan tingkah laku yang relatif tetap pada orang atau orang-orang itu. Pembelajaran ini dapat
dilakukan pada suatu lembaga formal terstruktur maupun pada suatu lembaga formal terstruktur maupun pada suatu lembaga secara
insidental. Apabila dilaksanakan pada lembaga formal terstruktur maka pembelajaran ini dapat disebut sebagai suatu proses pembiasaan
atau pelaziman yang dilakukan untuk memperoleh suatu pola tingkah laku yang baru setelah mengikuti pembiasaan itu. Pembelajaran yang
dilakukan secara insidental biasa disebut sebagai sebuah pelatihan yang juga dilakukan untuk memperoleh kualitasnya tidak sebesar pada
lembaga formal terstruktur.
25
Pada hakekatnya pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut
24
Abdurrahman, Op Cit., hlm. 19.
25
Abdul Chaer, Psikolinguistik: Kajian Teoretik, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 83.
bersifat timbal balik. Proses transaksional juga terjadi antara siswa dengan siswa.
26
Pembelajaran merupakan keterpaduan antara dua proses, yaitu belajar dan mengajar. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku berkat pengalaman dan latihan.
Proses pembelajaran
merupakan suatu
proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu keterpaduan antara dua proses belajar dan mengajar.
Sedangkan pembelajaran yang efektif dapat dicapai manakala siswa memperoleh kemudahan untuk mempelajari sesuatu, dan efek
kemudahan tersebut memiliki pengakuan dari mereka yang berkompeten, dalam menilai suatu proses pembelajaran.
b. Karakteristik Pembelajaran Membaca
Secara garis besar, terdapat dua karakteristik yang penting dalam pembelajaran membaca, yaitu:
1 Keterampilan yang bersifat mekanis dapat dianggap berada pada
urutan yang lebih rendah. Hal ini mencakup: a pengenalan bentuk
huruf; b
pengenalan unsur-unsur
linguistik
26
Asep Heri Hernawan, dkk, Belajar dan pembelajaran Sekolah Dasar, Bandung: UPI PRESS, 2007, hlm. 3.
fonemgrafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain; c pengenalan hubungankorespondensi pola ejaan dan bunyi
kemampuan menyuarakan bahan tertulis; d kecepatan membaca ke taraf lambat.
2 Keterampilan bersifat pemahaman yang dapat dianggap berada
pada urutan yang lebih tinggi. Hal ini mencakup: a memahami pengertian sederhana leksikal, gramatikal, retorikal; b
memahami signifikansi atau makna maksud dan tujuan pengarang, relevansikeadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca;
c evaluasi atau penilaian isi, bentuk; d kecepatan membaca yang fleksibel, mudah disesuaikan dengan keadaan.
27
c. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca
Jika ingin mendorong siswa dapat memahami berbagai bahan bacaan, guru seharusnya menggabungkan kegiatan prabaca, saat baca,
dan pascabaca dalam pembelajaran membaca. Berikut ini dijelaskan berbagai kegiatan yang bisa dilakukan dalam prabaca, saat baca, dan
pascabaca. 1
Kegiatan prabaca Kegiatan prabaca adalah kegiatan pengajaran yang
dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Dalam kegiatan prabaca, guru mengarahkan perhatian pengaktifan
skemata siswa yang berhubungan dengan topik bacaan. Pengaktifan skemata siswa bisa dilakukan dengan berbagai cara,
27
Departemen Pendidikan Nasional, Op Cit., hlm. 17.
misalnya dengan peninjauan awal, pedoman antisipasi, pemetaan makna, menulis sebelum membaca, dan drama kreatif.
28
2 Kegiatan Saat Baca
Setelah kegiatan prabaca, kegiatan berikutnya ialah kegiatan saat baca during reading. Beberapa strategi dan
kegiatan bisa digunakan dalam kegiatan saat baca untuk meningkatkan pemahaman siswa. Akhir-akhir ini perhatian banyak
dicurahkan pada penggunaan strategi metakognitif siswa selama membaca.
Menurut Rubin dalam Farida Rahim menjelaskan bahwa secara literal harfiah, metakognisi adalah kegiatan berpikir kritis,
yang merujuk pada pengetahuan siswa tentang proses kognitif mereka sendiri.
29
3 Kegiatan Pasca Baca
Kegiatan pascabaca digunakan untuk membantu siswa memadukan informasi baru yang dibacanya ke dalam skemata
yang telah dimilikinya sehingga diperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi. Strategi yang dapat digunakan pada tahap ini
adalah belajar mengembangkan bahan bacaan pengajaran, memberikan pertanyaan, menceritakan kembali, dan presentasi
visual.
30
28
Rahim, Op Cit., hlm. 99.
29
Ibid, hlm. 102 —103.
30
Ibid, hlm. 105.
C. Konsep Dasar Disleksia
1. Pengertian Anak Disleksia
Ketika peneliti akan melakukan penelitian pada anak disleksia kegiatan yang peneliti lakukan pertama adalah melakukan diagnosis terhadap anak
yang mengalami disleksia kesulitan belajar membaca di lembaga bimbingan belajar Studia Center. Kegiatan diagnosis tersebut terdiri dari tiga langkah
yaitu: a
Mengidentifikasi kesulitan belajar, b
Menelaah atau menetapkan status siswa, dan c
Memperkirakan penyebab kesulitan belajar
31
Peneliti telah melakukan diagnosis tersebut jauh sebelum penelitian ini dimulai, karena peneliti merupakan tenaga pengajar di lembaga bimbingan
belajar tersebut yang juga sering mengajar anak tersebut. Disleksia dyslexia atau ketidakcakapan membaca adalah jenis lain
gangguan belajar. Semula istilah disleksia ini digunakan di dalam dunia medis, tetapi saat ini digunakan pada dunia pendidikan dalam mengidentifikasikan
anak-anak berkecerdasan normal yang mengalami kesulitan berkompetensi dengan temannya di sekolah.
32
Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- kesulitan untuk dan λέξις lexis huruf atau leksikal. Disleksia berarti suatu kesulitan pada
membaca. Sedangkan Hornsby menyatakan bahwa kata disleksia berarti kesulitan pada kata-kata atau bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
disleksia merupakan suatu kondisi atau bentuk kesulitan belajar membaca,
31
IG AK Wardani, Psikologi Belajar, Jakarta: Universitas Terbuka, 1999, hlm. 6.14
32
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: Refika Aditama, 2006, hlm. 204.
kesulitan belajar membaca kata atau bahasa yang disebabkan oleh gangguan saraf pusat.
Terdapat beberapa pengertian disleksia yang dikemukakan para ahli seperti berikut.
a. Disleksia merujuk pada anak yang tidak dapat membaca sekalipun
penglihatan, pendengaran, inteligensinya normal, atau keterampilan usia bahasanya sesuai. Kesulitan belajar tersebut akibat faktor neurologis.
b. Disleksia sebagai kesulitan membaca berat pada anak yang berinteligensi
normal dan bermotivasi cukup, berlatar belakang budaya yang memadai dan berkesempatan memperoleh pendidikan serta tidak bermasalah
emosional. c.
Disleksia adalah suatu bentuk kesulitan dalam mempelajari komponen- komponen kata dan kalimat, yang secara historis menunjukan
perkembangan bahasa lambat dan hampir selalu bermasalah dalam menulis dan mengeja serta berkesulitan dalam mempelajari sistem representasional
misalnya berkenaan dengan waktu, arah, dan masa. d.
Disleksia adalah bentuk kesulitan belajar membaca dan menulis terutama belajar mengeja secara betul dan mengungkapkan pikiran secara tertulis
dan ia telah pernah memanfaatkan sekolah normal serta tidak memperlihatkan keterbelakangan dalam mata pelajaran-mata pelajaran
lainnya. Jadi pengertian disleksia adalah suatu tipe atau bentuk kelainan
membaca yang disebabkan oleh faktor-faktor neurologis, genetika, dan psikologis dasar, tetapi umumnya mereka ini cukup cerdas yang ditandai oleh
skor IQ rata-rata normal atau di atas rata-rata. Untuk penanganannya membutuhkan keterlibatan para ahli selain guru yang bersangkutan, seperti
ahli pendidikan khusus dan psikolog, Wikipedia tahun 2007 menambahkan, anak disleksia memiliki kesulitan dalam mengasosiakan antara bentuk huruf
dengan bunyinya dan mereka juga sering terbalik atau kebingungan terhadap huruf-huruf tertentu.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa anak disleksia adalah anak yang mengalami kesulitan belajar membaca yang
disebabkan oleh faktor neurologis, genetika, dan psikologis dasar, serta sering menunjukkan kesulitan dalam mengasosiasikan antara bentuk huruf dan
bunyinya dan mereka juga sering terbalik atau kebingungan terhadap huruf- huruf tertentu, tetapi mereka memiliki kecerdasan di atas rata-rata bahkan ada
di atas rata-rata. 2.
Faktor Penyebab Anak Disleksia Penyebab utama disleksia adalah faktor internal, yaitu kemungkinan
adanya disfungsi neurologis. Disfungsi neurologis sering tidak hanya menyebabkan kesulitan belajar tetapi juga menyebabkan tunagrahita dan
gangguan emosional. Berbagai faktor yang dapat menyebabkan disfungsi neurologis yang pada gilirannya dapat menyebabkan kesulitan belajar antara
lain: a.
Faktor genetik b.
Luka pada otak karena trauma fisik atau karena kekurangan oksigen. c.
Biokimia yang hilang misalnya biokimia yang diperlukan untuk memfungsikan syaraf pusat.
d. Biokimia yang merusak otak misalnya zat pewarna pada makanan,
pencemaran lingkungan misalnya pencemaran timah hitam, gizi yang tidak memadai.
e. Pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan
anak deprivasi lingkungan. Dari berbagai penyebab tersebut dapat menimbulkan gangguan dari
taraf yang ringan hingga taraf berat.
33
3. Kemampuan Membaca Anak Disleksia
Kemampuan membaca erat kaitannya dengan kemampuan berbahasa, sementara
itu kemampuan
berbahasa berhubungan
dengan intelegensikecerdasan. Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa anak
disleksia ini memiliki kecerdasan rata-rata bahkan ada yang di atas rata-rata. Meskipun cerdas dan bicaranya cukup lancar mereka mengalami kesulitan
belajar membaca. Tingkat kemampuan membaca, menulis ekspresif dan mengejanya berada di bawah rata-rata teman seusianya.
Gejala nomor satu bagi siswa disleksia adalah bahwa membaca itu sulit, dan siswa yang menderita disleksia entah menghindari atau berjuang
keras untuk bisa membaca. Siswa yang menderita disleksia itu sering, tetapi tidak selalu, tidak mampu mengeja. Namun banyak pembaca baik yang
memiliki kemampuan rata-rata bahkan tidak mampu juga dalam mengeja.
34
Lebih rincinya pada saat membaca mereka menunjukkan adanya tanda-tanda kesulitan membaca sebagai berikut:
33
Iim Imandala, Remedial Membaca dengan Metode Fernald bagi Anak Disleksia, http:pendidikankhusus.wordpress.com20090519remedial-membaca-dengan-metode-
fernald-bagi-anak-disleksia
34
Eric Jensen, Guru Super Super Teaching, Jakarta: Indeks, 2010, hlm. 98.
a. membaca lamban, turun naik intonasinya, dan kata-demi kata;
b. sering membalik huruf-huruf dan kata-kata, Contohnya b dengan d, p
dengan q, u dengan n, kuda dengan daku, palu dengan lupa, tali dengan ilat, papa dibaca dada;
c. pengubahan huruf pada kata, misalnya baju menjadi baja, batu menjadi
bata; d.
kacau terhadap kata-kata yang hanya sedikit berbeda susunannya, misalnya: bau, buah, batu, buta;
e. sering menebak dan mengulangi kata-kata dan frasa,
f. menghilangkan sebagian huruf omission;
g. menambah huruf addition;
h. terbalik huruf reversal;
i. tidak menguasai penggunaan tanda baca, misalnya tanda titik ., tanda
koma ,, tanda tanya ?, tanda seru ; dan j.
kesulitan dalam memahami isi bacaan. Beberapa hal gangguan fungsi neurologis yang dapat menyebabkan
gangguan fungsi inteligensia pada dasarnya dilakukan pengamatan pada gejala-gejala yang ditimbulkannya, menurut Aldenkamp dkk., dapat dibagi
menjadi: a.
Gangguan pada tempo urutan unit bahasa, yaitu gangguan pada pencandraan dan mengingat urutan huruf, suku kata, dan bunyian;
b. Gangguan pada diskriminasi auditif, yaitu pada membedakan bunyian;
c. Gangguan pada seleksi pencandraanseleksi perhatian, yaitu membedskan
mana latar belakang dan mana yang menjadi figur utama;
d. Gangguan pada visuo-spatial organisasi, misalnya kiri kanan, orientasi
ruang; e.
Gangguan pada pengenalan melalui pancaindra taktil, yaitu pengenalan figur melalui perabaan.
35
D. Konsep Penerapan Multimedia Berbasis Komputer dalam Pembelajaran
Membaca Nyaring pada Anak Disleksia Dari berbagai uraian tentang teori media, membaca, dan disleksia
maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penerapan multimedia berbasis komputer PowerPoint 2010 dalam pembelajaran membaca nyaring
pada anak disleksia adalah tingkat pencapaian penggunaan multimedia berbasis komputer dalam pembelajaran membaca nyaring yang memberikan
pengaruh efektif atau tidak efektifnya karena melibatkan unsur-unsur pancaindera sehingga keterlibatan tersebut mampu membangun suasana
belajar yang kondusif. E.
Penelitian yang Relevan Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti telah menelusuri beberapa
hasil penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan ini. Dari beberapa contoh judul penelitian terdahulu memang
memiliki keterkaitan dari segi masalah yaitu mencari tahu tentang hubungan dan pengaruh akan tetapi objek dan sasarannya yang berbeda. Seperti:
1. Skripsi Upaya Meningkatkan Belajar Anak Disleksia dengan Pendekatan
SAVI pada Bidang Studi PAI di SDN X; penelitian tersebut dilakukan untuk meningkatkan belajar anak disleksia dengan menggunakan
35
Julia Maria Van Tiel, Anakku Terlambat Berbicara, Jakarta: Prenada, 2008, hlm. 288.
pendekatan SAVI, berbeda dengan penelitian yang saya lakukan yaitu penerapan multimedia berbasis komputer dalam pembelajaran membaca
nyaring pada anak disleksia. 2.
Kemampuan Baca-Tulis Siswa Disleksia oleh Rifa Hidayah Fakultas Psikologi, UIN Malang; penelitian tersebut membahas mengenai
kemampuan membaca dan menulis siswa yang disleksia namun berbeda dengan penelitian yang saya lakukan karena saya hanya membahas
pembelajaran membaca nyaring saja dengan menerapkan mutimedia berbasis komputer.
3. Bimbingan Belajar pada Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan
Membaca di Kelas Rendah oleh Budi Kusbiyantoro Pendidikan Guru Kelas Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang. Penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan karena dalam penelitian yang dilakukan oleh Budi Kusbiyantoro
hanya membahas faktor-faktor penyebab anak mengalami kesulitan membaca kemudian kesulitan-kesulitannya dan tentang cara bimbingan
yang akan dilakukan oleh guru yang menangani anak-anak yang mengalami kesulitan membaca tidak seperti penelitian yang saya ambil
yaitu yang lebih dikhususkan untuk pembelajaran membaca nyaring pada anak disleksia.
4. Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Kesulitan Belajar
Melalui Metode Suku Kata di SD 09 Kecamatan Pauh oleh Dwi Indri Oktafiani, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang. Penelitian tersebut mengenai upaya untuk
meningkatkan kemampuan membaca permulaan yang dialami oleh anak yang mengalami kesulitan belajar dengan menggunakan metode suku
kata, berbeda halnya dengan penelitian yang peneliti lakukan mengenai pembelajaran membaca nyaring pada anak disleksia dengan menerapkan
multimedia berbasis komputer dalam pembelajaran membaca nyaring. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dipaparkan di atas, belum
ada yang membahas mengenai pembelajaran membaca nyaring dengan menggunakan multimedia berbasis komputer pada anak disleksia, maka
peneliti memilih masalah tentang efektivitas pemanfaatan multimedia berbasis komputer dalam bentuk multimedia presentasi menggunakan perangkat lunak
Microsoft Office PowerPoint 2010 dalam pembelajaran membaca nyaring pada anak disleksia kelas IV subjek tunggal di lembaga bimbingan belajar
Studia Center.
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN