8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Penerapan Multimedia sebagai Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media  pembelajaran  memegang  peranan  penting  dalam  proses pembelajaran.  Media  dapat  diartikan  sebagai  segala  sesuatu  yang  dapat
dipergunakan untuk  menyalurkan pesan dan dapat  merangsang pikiran, dapat membangkitkan  semangat,  perhatian,  dan  kemauan  siswa  sehingga  dapat
membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.
Kata  media  berasal  dari  bahasa  Latin  medius  yang  secara  harfiah berarti
„tengah‟,  „perantara‟,  atau  pengantar.  Media  merupakan  pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely mendefinisikan
media, yaitu bahan atau peristiwa-peristiwa yang dipakai untuk menimbulkan kegiatan  belajar  mengajar  agar  lebih  efektif  dalam  rangka  mencapai  tujuan
pembelajaran.  Gagne  dan  Briggs  menyatakan  bahwa  media  pembelajaran meliputi  alat  yang  secara  fisik  digunakan  untuk  menyampaikan  isi  materi
pembelajaran. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang
dapat merangsang siswa untuk
belajar.
1
1
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 3 —4.
2. Hakikat Multimedia Pembelajaran
a. Pengertian Multimedia Pembelajaran
Secara  singkat  akan  peneliti  berikan  pemaparan  mengenai multimedia  yang  jauh  beberapa  puluhan  tahun  yang  lalu  ternyata  telah
„diramalkan‟  oleh  seorang  ahli  bernama  Guntram  Vogt  dalam  suatu majalah industri dari tahun 1971 menggambarkan bahwa hari depan media
massa kita sebagai berikut: Sebagai titik pusat tempat tinggal di masa mendatang akan terdapat
yang  disebut  “ruang  komunikasi”  dengan  kotak  komunikasinya. Komponen-komponen pesawat multimedia itu akan terdiri atas:
1 Perangkat  televisi beberapa layar  gambar dilengkapi  dengan telepon
kepala;  berbagai  program  TV  dapat  sekaligus  didengarkan  oleh beberapa orang; televisi warna dalam tiga dimensi, dan lain-lain.
2 Kaset audiovisual;
3 Telepon-televisi;
4 Terminal komputer;
5 Mesin perekam suara;
6 Meja baca dengan penerangan khusus misalnya untuk melihat slide
2
Memang benar ternyata apa yang „diramalkan‟ oleh Guntram Vogt bahwa  di  zaman  yang  sekarang  ini  akan  terdapat  banyak  media  yang
seperti itu, bahkan sekarang lebih canggih dengan memanfaatkan berbagai media  yang  dalam  satu  kesatuan  atau  bisa  juga  disebut  sebagai
multimedia. Berbagai  pemahaman  tentang  multimedia  terus  berkembang
seiring  dengan  perkembangan  Teknologi  Informasi  dan  Komunikasi  baik untuk  aspek  software  maupun  hardware  yang  mendukungnya.  Menurut
2
Kurt  Franz  dan  Bernhard  Meier,  Membina  Minat  Baca,  Bandung:  CV  Remadja  Karya,  1986, hlm. 175.
sudut  pandang  ahli  media,  sebelum  berkembangnya  dunia  Teknologi Informasi,  bahwa  multimedia  dipandang  sebagai  suatu  pemanfaatan
“banyak”  media  yang  digunakan  dalam  suatu  proses  interaksi penyampaian  pesan  dari  sumber  pesan  kepada  penerima  pesan,  salah
satunya dalam konteks pembelajaran antara guru dan peserta didik. Seiring
dengan perkembangan
dunia TI,
pemaknaan “multimedia” ini semakin bergeser pada aspek pengintegrasian sistem dan
jaringan  serta  prosedur  komunikasi  dalam  sebuah  perangkat  khusus, seperti komputer, laptop, atau notebook.
Dalam  salah  satu  buku  referensi  Multimedia  in  the  Classroom, dijabarkan  bahwa  multimedia  is  the  combination  of  the  following
elements:  text,  color,  graphics,  animations,  audio,  dan  video.  Menurut Rosch  multimedia  dipandang  sebagai  suatu  kombinasi  antara  komputer
dan  video.  Mc.  Cormik  juga  menyatakan  bahwa  multimedia  merupakan sebuah  kombinasi  tiga  elemen  yaitu,  suara,  gambar,  dan  teks.  Sedangkan
Robin  dan  Linda  menyebutkan  multimedia  sebagai  alat  yang  dapat menciptakan
presentasi yang
dinamis dan
interaktif yang
mengombinasikan teks,  grafik, animasi,  audio,  dan video. Dalam konteks komunikasi  pembelajaran,  Hofsteder  menyebutkan  bahwa  multimedia
dapat dipandang sebagai suatu pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, gambar bergerak video dan animasi
dengan menggabungkan link dan tool yang memungkinkan pemakai untuk melakukan navigasi, berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi.
3
3
Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011 hlm. 31 —32.
Sehingga  dapat  dikatakan  bahwa  multimedia  dalam  suatu  konteks tersebut  adalah  multibahasa,  yakni  bahasa  yang  mudah  dipahami  oleh
indra  pendengaran,  penglihatan,  penciuman,  peraba  dan  lain  sebagainya; atau  dalam  bahasa  lain  multimedia  pembelajaran  adalah  media  yang
mampu  melibatkan  banyak  indera  dan  organ  tubuh  selama  proses pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran  diartikan  sebagai  proses  penciptaan  lingkungan yang memungkinkan  terjadinya  proses  belajar.  Dalam  pembelajaran  yang
utama adalah bagaimana siswa belajar. Belajar dalam pengertian aktivitas mental  siswa  dalam  berinteraksi  dengan  lingkungan  yang  menghasilkan
perubahan perilaku yang bersifat relatif konstan. Dari  uraian  di  atas,  apabila  kedua  konsep  tersebut  digabungkan
maka  multimedia  pembelajaran  dapat  diartikan  sebagai  aplikasi multimedia  yang digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain
untuk  menyalurkan  pesan  pengetahuan,  keterampilan,  dan  sikap  serta dapat  merangsang  pikiran,  perasaan,  perhatian  dan  kemauan  yang  belajar
sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan, dan terkendali. b.
Karakteristik Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran 1
Content Representation 2
Full Color and High Resolution 3
Melalui media elektronik 4
Tipe-tipe pembelajaran yang bervariasi 5
Respons Pembelajaran dan Penguatan 6
Mengembangkan prinsip Self Evaluation 7
Dapat digunakan secara klasikal atau individual
4
4
Ibid.
c. Prinsip Desain Multimedia
Hasil  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Richard  E.  Mayer menunjukkan  bahwa  anak  didik  kita  memiliki  potensi  belajar  yang
berbeda-beda.  Menurut  Mayer  ada  12  prinsip  desain  multimedia pembelajaran yang dapat diterapkan di pembelajaran.
5
1 Prinsip Multimedia
Seseorang  belajar  akan  lebih  baik  dengan  menggunakan gambar  dan  kata  daripada  sekedar  kata-kata  saja.  Karena
dinamakan  multimedia,  berarti  wajib  mampu  mengombinasikan berbagai media teks, gambar, grafik, audionarasi, video, animasi,
simulasi, dll menjadi satu kesatuan yang harmonis. 2
Prinsip Kesinambungan Spasial Seseorang  belajar  akan  lebih  baik  ketika  kata  dan  gambar
disandingkan  berdekatan  dibandingkan  apabila  disandingkan berjauhan  atau  terpisah.  Oleh  karena  itu,  ketika  ada  gambar,
animasi,  video,  atau  yang  lainnya,  yang  dilengkapi  dengan  teks, maka  teks  tersebut  harus  merupakan  satu  kesatuan  dari  gambar
tersebut, jangan menjadi sesuatu yang terpisah. 3
Prinsip Kesinambungan Waktu Seseorang  belajar  akan  lebih  baik  ketika  kata  dan  gambar
disajikan  secara  simultan  dibandingkan  apabila  disajikan bergantian atau setelahnya. Ketika Anda ingin memunculkan suatu
gambar  dan  atau  animasi  atau  yang  lain  beserta  teks,  sebaiknya
5
Novi Ariyaniasparagus,
Prinsip-Prinsip Multimedia
Pembelajaran, http:novi-
ariyaniasparagus.blogspot.com201302.
munculkan  secara  bersamaan  alias  simultan.  Jangan  satu-satu, sebab akan memberikan kesan terpisah atau tidak terkait satu sama
lain. 4
Prinsip Koherensi Seseorang belajar akan lebih baik ketika kata-kata, gambar,
suara,  video,  animasi  yang  tidak  perlu  dan  tidak  relevan  tidak digunakan.  Banyak  sekali  pengembang  media  mencantumkan
sesuatu yang
tidak perlu.
Mungkin maksudnya
untuk mempercantik  tampilan,  memperindah  suasana,  atau  menarik
perhatian  mata.  Akan  tetapi,  menurut  Mayer,  hal  ini  sebaiknya dihindari. Cantumkan saja apa  yang perlu dan relevan dengan apa
yang disajikan. 5
Prinsip Modalitas Belajar Seseorang  belajar  akan  lebih  baik  dengan  menggunakan
animasi  atau  video  ditambah  narasi  daripada  sudah  ada  narasi ditambah  pula  dengan  teks  yang  panjang.  Hal  ini  sangat
mengganggu pembelajaran. 6
Prinsip Redudansi Sama dengan prinsip di atas. Jangan redudansi, kalau sudah
diwakili oleh narasi dan gambaranimasi, janganlah tumpang tindih pula dengan teks yang panjang.
7 Prinsip Personalisasi
Seseorang  belajar  akan  lebih  baik  dengan  menggunakan teks  atau  kata-kata  yang  bersifat  komunikatif  daripada  kalimat
yang lebih bersifat formal. 8
Prinsip Interaktivitas Seseorang  belajar  akan  lebih  baik  ketika  ia  dapat
mengendalikan sendiri apa yang sedang dipelajarinya manipulatif: simulasi,  game,  branching.           Sebenarnya,  orang  belajar  itu
tidak selalu linier alias urut satu persatu. Dalam kenyataannya lebih banyak loncat dari satu hal ke hal lain. Oleh karena itu, multimedia
pembelajaran harus
memungkinkan userpengguna
dapat mengendalikan  penggunaan  daripada  media  itu  sendiri.  Dengan
kata  lain,  lebih  manipulatif  dalam  arti  dapat  dikendalikan  sendiri oleh  user  akan  lebih  baik.  Simulasi,  branching,  game,  navigasi
yang  konsisten  dan  jelas,  bahasa  yang  komunikatif,  dan  lain-lain akan memungkinkan tingkat interaktivitas makin tinggi.
9 Prinsip Sinyal cue, highlight, ..
Seseorang  belajar  akan  lebih  baik  ketika  kata-kata,  diikuti dengan  cue    isyarat,  highlight  menyoroti  pokok-pokok,
penekanan  yang  relevan  terhadap  apa  yang  disajikan.  Kita  bisa memanfaatkan  warna,  animasi  dan  lain-lain  untuk  menunjukkan
penekanan,  highlight  atau  pusat  perhatian  focus  of  interest. Karena  itu  kombinasi  penggunaan  media  yang  relevan  sangat
penting sebagai isyarat atau kata keterangan yang memperkenalkan sesuatu.
10 Prinsip Perbedaan Individu
Sembilan  prinsip  tersebut  berpengaruh  kuat  bagi  mereka yang  memiliki  modalitas  visual  tinggi,  kurang  berpengaruh  bagi
yang  sebaliknya.  Kombinasi  teks  dan  narasi  ditambah  daya  visual berpengaruh  kuat  bagi  mereka  yang  memiliki  modalitas  auditori
tinggi, kurang berpengaruh bagi  yang sebaliknya. Kombinasi teks, visual  dan  simulasi  berpengaruh  kuat  bagi  mereka  yang  memiliki
modalitas  kinestetik  tinggi,  kurang  berpengaruh  bagi  yang sebaliknya.
11 Prinsip Praktik
Interaksi  adalah  hal  terbaik  untuk  belajar,  kerja  praktik dalam  memecahkan  masalah  dapat  meningkatkan  cara  belajar  dan
pemahaman  yang  lebih  mendalam  tentang  materi  yang  sedang dipelajari.
12 Pengandaian
Menjelaskan  materi  dengan  audio  akan  meningkatkan belajar. Siswa  belajar  lebih  baik  dengan  animasi  dan  narasi,
daripada hanya animasi dan teks pada layar. Kesimpulannya  penggunaan  multimedia  kombinasi  antara  teks,
gambar, grafik, audionarasi, animasi, simulasi, video secara efektif dapat digunakan untuk mengakomodir perbedaan modalitas belajar.
3. Hakikat Multimedia Berbasis Komputer
a. Pengertian Multimedia Berbasis komputer
Kemajuan  komputer  untuk  secara  cepat  berinteraksi  dengan individu,  menyimpan,  dan  memproses  sejumlah  besar  informasi,  dan
bergabung  dengan  media  lain  untuk  menampilkan  serangkaian  besar stimulasi  audio  visual, menjadikan  komputer  media  yang  dominan  dalam
bidang pembelajaran. Komputer  adalah  alat  elektronik  yang  termasuk  kategori
multimedia.  Komputer  bisa  dikatakan  sebagai  sumber  belajar  yang menyediakan berbagai macam bentuk media yang memungkinkan peserta
didik  membuat  desain  dan  merekayasa  suatu  konsep  dan  ilmu pengetahuan, tidak hanya sebagai sarana komputasi menggunakan teknik
komputer dan pengolahan kata saja.
6
Dapat  disimpulkan  bahwa  multimedia  berbasis  komputer  adalah media  yang  mampu  melibatkan  banyak  indera  dan  organ  tubuh  selama
proses  pembelajaran  berlangsung  dengan  menggunakan  perangkat komputer.
b. Manfaat Multimedia Berbasis Komputer dalam Pembelajaran
Menurut Hannafin dan Peck dalam Hamzah dan Nina Lamatenggo potensi  media  komputer  yang  dapat  dimanfaatkan  untuk  meningkatkan
efektivitas proses pembelajaran antara lain: 1
Memungkinkan  terjadinya  interaksi  langsung  antara  peserta  didik dengan materi pembelajaran.
6
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah  Pendekatan Baru, Jakarta:  Gaung Persada Press, hlm. 148-149.
2 Proses  belajar  dapat  berlangsung  secara  individual  sesuai  dengan
kemampuan belajar peserta didik. 3
Mampu  menampilkan  unsur  audio  visual  untuk  meningkatkan minat belajar.
4 Dapat  memberikan  umpan  balik  terhadap  respons  peserta
didikdengan segera. 5
Mampu menciptakan proses belajar scara berkesinambungan.
7
Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoretis digunakan dalam pembelajaran klasikal, baik untuk
kelompok kecil maupun  besar. Pemanfaatan multimedia dalam presentasi ini  biasanya  menggunakan  perangkat  lunak  yang  paling  tersohor,  yakni
PowerPoint  yang  dikembangkan  oleh  Microsoft  Inc.  Pemanfaatan PowerPoint  atau  perangkat  lunak  lainnya  dalam  presentasi  menyebabkan
kegiatan presentasi menjadi sangat mudah, dinamis, dan sangat menarik. 4.
Microsoft PowerPoint a.
Pengertian Microsoft PowerPoint Microsoft  PowerPoint adalah  sebuah  program  komputer  untuk
presentasi  yang  dikembangkan  oleh  Microsoft  di  dalam  paket aplikasi Microsoft Office. Aplikasi ini sangat banyak digunakan, kalangan
perkantoran, para
pendidik, siswa, dan trainer.
Dimulai pada
versi Microsoft  Office  System  2003, Microsoft  mengganti  nama  dari sebelumnya Microsoft
PowerPoint saja menjadi Microsoft
Office PowerPoint.  Versi  terbaru  dari PowerPoint adalah  versi  12  Microsoft
7
Hamzah  B.  Uno  dan  Nina  Lamatenggo,  Teknologi  Komunikasi  dan  Informasi  Pembelajaran, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, hlm. 136
—137.
Office  PowerPoint  2007,  yang  tergabung  ke  dalam  paket Microsoft Office System 2007. Lebih terbaru kini hadir Microsoft Office PowerPoint
2010.  Pengertian  umum  dari Microsoft  PowerPoint  2010 merupakan program  aplikasi  untuk  presentasi.  Untuk  membuat  presentasi  diawali
dengan membuat kerangka atau outline, kemudian menyiapkan slide yang baik dengan tampilan yang menarik.
b. Fungsi Microsoft PowerPoint
Fungsi dari Microsoft PowerPoint  atau program presentasi adalah untuk  pengajar  atau  pembicara  seminar  yang  biasanya  membahas  materi
untuk  dipresentasikan. Microsoft  PowerPoint dapat  juga  digunakan  untuk membantu  merancang  dan  menyajikan  presentasi.  Presentasi  yang  dibuat
dapat berisi tampilan teks maupun grafis yang terbagi dalam slide.
8
c. Tahap-tahap Membuat Presentasi
Ada beberapa  tahap  yang  harus  dipersiapkan  di  dalam  pembuatan presentasi yaitu :
1 Tahap Persiapan
Penggunaan  presentasi  diawali  dengan  membuat  perencanaan terlebih  dahulu  apa  yang  akan  dipresentasikan  atau  materi  yang  akan
dibahas untuk pembuatan slide. Adapun tahap ini meliputi : 
Memilih tema atau konsep-konsep yang akan dipelajari 
Mempersiapkan bahan pendukung misalnya dengan gambar, film, sound, dan animasi.
8
Abdu  Rahman ,  Pemanfaatan  Aplikasi  Microsoft  PowerPoint  dalam  Pembelajaran http:rahmanpai.blogspot.com201205pemanfaatan-aplikasi-microsoft.html.
2 Tahap Pelaksanaan
Membuka  aplikasi Microsoft  PowerPoint pada  komputer,  pada menu start kemudian membuat slide luncuran yang akan ditampilkan
untuk  membantu  di  dalam  menyampaikan  materi  pembelajaran tertentu. Hal yang perlu diperhatikan di dalam pembuatan slide:
 Pertama pembuatan  slide  harus runtut  dalam penyampaian materi
supaya pembelajaran tidak terkesan kembali ke materi awal. 
Kedua  penggunaan background hendaknya  pemilihan  warna  atau gambar  yang  tepat.  Agar  tulisan  atau  hal  yang  akan  dijelaskan
lebih terlihat. 
Ketiga  bahan  pendukung  seperti  sound  dan  animasi  supaya diperhatikan sesuai dengan materi agar terlihat serasi dan indah.
3 Tahap akhir
Untuk  melihat  hasil  pembuatan  menggunakan slide  show yang merupakan  tampilan  seluruh  halaman  atau full  screen presentasi.
Dalam  tampilan  ini  semua  efek  dan  komponen  animasi  dimainkan. Jadi tampilan pada slide show merupakan tampilan akhir presentasi.
9
d. Keunggulan Microsoft PowerPoint 2010
1 Membawa lebih banyak energi dan dampak visual presentasi.
9
Ibid.
Hemat  waktu  dan  uang  dengan  menerapkan  efek  foto  yang canggih  tanpa  menggunakan  tambahan  software  photo-editing
program.  Mengubah  foto  Anda  menjadi  menarik,  bersemangat  visual dengan  menggunakan  gambar  yang  baru  dan  fitur  pengeditan  yang
lebih baik seperti saturasi warna dan suhu, kecerahan dan kontras, dan alat  potong  gambar  yang  maju,  bersama  dengan  filter  artistik  seperti
kabur, kuas, dan cat air. 2
Menambah pengalaman video pribadi.
Mengedit file video langsung dalam PowerPoint 2010. Mudah memangkas  video  untuk  hanya  menampilkan  bagian-bagian  yang
relevan.  Bookmark poin  kunci  dalam sebuah video untuk  akses cepat
atau memicu animasi untuk memulai secara otomatis ketika mencapai orang yang ditandai. Dapat juga mengatur video yang akan memudar
kedalam  dan  keluar  pada  interval  tertentu  dan  menerapkan  berbagai gaya  dan  efek  video-seperti  refleksi,  bevels,  dan  3-D  putaran-untuk
membantu pengguna dengan cepat menangkap perhatian audiens. 3
Menyiarkan secara langsung presentasi Tayangkan  secara  langsung  presentasi  PowerPoint  2010  Anda
dengan  mengirimkan  URL  sehingga  orang  dapat  melihat  presentasi Anda  di  Web.  Audiens  Anda  melihat  slide  dalam  kesetiaan  tinggi,
bahkan  jika  mereka  belum  menginstal  PowerPoint.  Anda  juga  dapat mengubah  presentasi  Anda  ke  dalam  sebuah  video  berkualitas  tinggi
dengan narasi untuk berbagi dengan siapa saja melalui e-mail, melalui Web, atau di DVD.
4 Buat presentasi berkualitas tinggi dengan pemandangan grafis
Pengguna  tidak  perlu  menjadi  seorang  ahli  desain  untuk menciptakan  grafis  yang  tampak  profesional.  Gunakan  tambahan
puluhan  SmartArt  ®  layout  untuk  menciptakan  berbagai  jenis  grafis
seperti bagan organisasi, daftar, dan gambar diagram. Mengubah kata ke visualisasi yang lebih mengesankan untuk menggambarkan ide-ide
Anda.  Buat  diagram  semudah  mengetik  sebuah  daftar  bullet  atau mengkonversi teks dan gambar untuk diagram hanya dalam beberapa
klik. 5
Memikat  audiens  Anda  dengan  transisi  baru  dan  peningkatan animasi
PowerPoint 2010 memiliki penawaran baru, transisi slide yang dinamis dan animasi efek yang terlihat seperti grafik yang Anda lihat
di  TV.  Mudah  diakses,  dilihat,  diterapkan,  disesuaikan,  dan  untuk mengganti  animasi.  Dapat  juga  menggunakan  pointer  animasi  baru
untuk dengan mudah menyalin animasi dari satu objek yang lain. 6
Mengatur dan mencetak slide Anda lebih efektif Mengatur  dan  menavigasi  melalui  slide  menggunakan  bagian
slide. Membagi presentasi ke dalam slide yang logis secara kelompok- kelompok, mengubah nama bagian untuk membantu Anda mengelola
konten seperti untuk menetapkan slide ke penulis tertentu atau dengan mudah mencetak hanya satu bagian dari slide.
7 Menyelesaikan pekerjaan lebih cepat.
PowerPoint 2010
menyederhanakan bagaimana
Anda mengakses fitur. Sehingga membuat pekerjaan bisa lebih cepat selesai.
8 Bekerja pada beberapa presentasi dan beberapa monitor.
PowerPoint  2010  memberi  Anda  jendela  yang  benar-benar terpisah  untuk  setiap  presentasi  yang  Anda  buka.  Jadi,  Anda  dapat
melihat dan mengedit beberapa presentasi secara mandiri, sisi-by-sisi, atau bahkan pada monitor yang terpisah.
10
10
Tom Pun,
Manfaat dan
Keunggulan PowerPoint
2010, http:ilmuPowerPoint.blogspot.com201102.
B. Konsep Membaca Nyaring dan Pembelajaran Membaca
1. Konsep Membaca
a. Pengertian Membaca
Membaca  merupakan  suatu  kemampuan  yang  sangat dibutuhkan,  tetapi  ternyata  tidak  mudah  untuk  menjelaskan  hakikat
membaca.  Membaca  merupakan  proses  yang  kompleks.  Proses  ini melibatkan  sejumlah  kegiatan  fisik  dan  mental.  Menurut  Burns  dkk
dalam  Farida  Rahim,  proses  membaca  terdiri  atas  sembilan  aspek, yaitu  sensori,  preseptual,  urutan,  pengalaman,  pikiran,  pembelajaran,
asosiasi, sikap, dan gagasan.
11
Pendapat ahli di atas sejalan dengan Soedarso dalam Mulyono Abdurrahman yang berpendapat bahwa membaca merupakan aktivitas
kompleks  yang  memerlukan  sejumlah  besar  tindakan  terpisah, mencakup  penggunaan  pengertian,  khayalan,  pengamatan,  dan
ingatan.  Manusia  tidak  mungkin  dapat  membaca  tanpa  menggerakan mata dan pikiran.
12
Hodson dalam
Departemen Pendidikan
Nasional mengemu
kakan  “membaca  ialah  suatu  proses  yang  dilakukan  serta digunakan  oleh  pembaca  untuk  memperoleh  pesan  yang  disampaikan
penulis  melalui  media  bahasa  tulis.  Dalam  hal  ini,  membaca  selain sebagai suatu proses, juga bertujuan.”
13
11
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm. 12.
12
Mulyono  Abdurrahman,  Anak  Berkesulitan  Belajar:  Teori,  Diagnosis,  dan  Remesdiasinya, Jakarta:  Rineka Cipta, 2012, hlm. 158.
13
Departemen  Pendidikan  Nasional,  Pembelajaran  Membaca,  Jakarta:  Departemen  Pendidikan Nasional, 2009, hlm. 4.
Departemen Pendidikan Nasional menuliskan bahwa membaca ialah  proses  pengolahan  bacaan  secara  kritis,  kreatif  yang  dilakukan
dengan  tujuan  memperoleh  pemahaman  yang  bersifat  menyeluruh tentang  bacaan  itu,  dan  penilaian  terhadap  keadaan,  nilai,  fungsi,  dan
dampak  bacaan  itu.  Definisi  ini  sesuai  dengan  membaca  pada  tingkat lanjut, yakni membaca kritis dan membaca kreatif.
14
Selanjutnya, Anderson
dalam Departemen
Pendidikan Nasional  berpendapat  bahwa  membaca  adalah  suatu  proses  kegiatan
mencocokkan  huruf  atau  melafalkan  lambang-lambang  bahasa  tulis. Hal ini sesuai dengan membaca pada level rendah.
15
Berdasarkan beberapa definisi tentang membaca  menurut  para ahli  dapat  disimpulkan  bahwa  membaca  merupakan  aktivitas
kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan  membaca  adalah  gerak  mata  dan  ketajaman  penglihatan.
Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. b.
Tahap-Tahap Membaca Dalam  kegiatan  membaca  terdapat  beberapa  tahap  membaca,
yaitu:
16
Tahap I
Membaca  bahan  yang  telah  dipelajari,  mengucapkannya dengan  baik  atau  bahan  yang  mungkin  telah  diingat.  Bahan-bahan
tersebut  mungkin  berupa  percakapan,  nyanyian,  serangkaian  kalimat
14
Ibid.
15
Ibid.
16
Ibid, hlm. 14 —15.
tindakan  ataupun  cerita  sederhana  mengenai  hal-hal  yang  telah dipahami.
Dalam  tahap  ini,  perlu  ada  bimbingan  untuk  mengembangkan atau  meningkatkan  responsi-responsi  visual  yang  otomatis  terhadap
gambaran-gambaran  huruf  yang  akan  dilihat  pada  gambaran  cetakan. Selain  itu,  harus  benar-benar  memahami  bahwa  kata-kata  tertulis  itu
mewakili atau menggambarkan bunyi-bunyi.
Tahap II
Menyusun  kata-kata  serta  struktur-struktur  dari  bahasa  asing yang  telah  diketahui  menjadi  bahan  dialog  atau  paragraf  yang
beraneka  ragam.  Pada  tahap  ini  perlu  dibimbing  dalam  membaca bahan yang baru disusun.
Tahap III
Membaca  bahan  yang  berisi  sejumlah  kata  dan  struktur  yang masih asing atau belum  biasa. Pada tahap ini pembaca acapkali teks-
teks  tata  bahasa  berisi  paragraf-paragraf  atau  pilihan-pilihan  yang sesuai untuk bacaan.
Tahap IV
Pada  tahap  ini,  beberapa  spesialis  dalam  bidang  membaca menganjurkan penggunaan teks-teks sastra yang telah disederhanakan
atau majalah-majalah sebagai bahan bacaan.
Tahap V
Pada  tahap  ini  seluruh  dunia  buku  terbuka,  dalam  pengertian bahan bacaan tidak dibatasi.
2. Konsep Membaca Nyaring
a. Pengertian Membaca Nyaring
Membaca  nyaring  adalah  suatu  aktivitas  atau  kegiatan  yang merupakan  alat  bagi  guru,  murid  ataupun  pembaca  bersama-sama
dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seorang pengarang.
17
Hasil  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Rothlein  dan  Meinbach menunjukkan  bahwa  membaca  nyaring  dapat  meningkatkan
keterampilan  berbahasa  lainnya,  membantu  perkembangan  anak mencintai  buku,  dan  membaca  ceritera  sepanjang  hidupnya.  Anak-
anak  cenderung  meniru  dan  mengikuti  jejak  orang  dewasa.  Pendapat yang mirip disampaikan oleh Cox, membaca nyaring untuk anak-anak
yang  dilakukan  setiap  hari  merupakan  sesuatu  yang  penting  untuk mengajar  mereka  menyimak,  berbicara,  atau  menulis.  Pembacaan
ceritera  yang  dilakukan  oleh  orang  tua  akan  membawa  anak  dalam perkembangan  bahasa  yang  baik,  melalui  perkembangan  kosa  kata,
semangat  membaca,  dan  sukses  dalam  belajar  membaca  permulaan. Anak yang sering dibacakan ceritera akan menolak jika didongengi.
18
Keterampilan  membaca  nyaring  seharusnya  telah  mantap diberikan  di  sekolah  dasar  kelas  IV.  Jadi,    di  kelas  III  dan  kelas  IV
kegiatan  membaca  harus  difokuskan  pada  membaca  nyaring.  Pada waktu  kelas  V  anak  sudah  membaca  intensif  atau  membaca  dalam
17
Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Suatu Ketereampilan Berbahasa, Bandung: Angkasa Bandung, 2008, hlm. 23.
18
Supardi,  BAB  5  Membaca  Nyaring,  http:supardi-uncen.blogspot.com201001bab-5- membaca-nyaring.html, 2010
hati.  Hanya  sekali-kali  saja  kegiatan  membaca  ini  dilakukan,  tetapi dengan  penekanan  tambahan,  misalnya  dengan  perasaan.  Kegagalan
pencapaian  kompetensi  membaca  nyaring  di  kelas  III  dan  kelas  IV akan  mengakibatkan  kegagalan  kompetensi  membaca  dalam  hati  di
kelas  V  dan  VI  dan  tentunya  kelas  selanjutnya  sampai  di  perguruan tinggi.
b. Aspek-Aspek dalam Membaca Nyaring
Menurut  Kamidjan  dalam  Departemen  Pendidikan  Nasional ada lima aspek dalam membaca nyaring, yaitu:
1 Membaca dengan pikiran dan perasaan pengarang;
2 Memerlukan keterampilan menafsirkan lambang-lambang grafis;
3 Memerlukan kecepatan pandangan mata;
4 Memerlukan  keterampilan  membaca,  terutama  mengelompokkan
kata secara tepat; dan 5
Memerlukan pemahaman makna secara tepat.
19
c. Keterampilan yang Harus dimiliki Saat Membaca Nyaring
Dalam  membaca  nyaring,  pembaca  memerlukan  beberapa keterampilan, antara lain:
1 Penggunaan ucapan yang tepat;
2 Pemenggalan frasa yang tepat;
3 Penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat;
4 Penguasaan tanda baca dengan baik;
5 Penggunaan suara yang jelas;
19
Departemen Pendidikan Nasional, Op Cit., hlm. 8.
6 Penggunaan ekspresi yang tepat;
7 Pengaturan kecepatan membaca;
8 Pengaturan ketepatan pernapasan;
9 Pemahaman bacaan; dan
10 Pemilikan rasa percaya diri.
d. Manfaat dan Keuntungan Membaca Nyaring
Gruber menyampaikan manfaat membaca nyaring untuk anak seperti disampaikan di bawah ini.
1 Memberikan contoh proses membaca secara positif.
2 Mengekspos siswa untuk memperkaya kosakata.
3 Memberi siswa informasi baru.
4 Mengenalkan kepada siswa berbagai aliran sastra.
5 Memberi  siswa  kesempatan  menyimak  dan  menggunakan  daya
imajinasinya.
20
Beberapa  keuntungan  yang  dapat  dipetik  dari  kegiatan membaca  nyaring  yang  dilakukan  oleh  siswa  seperti  diuraikan  di
bawah ini.
21
1 Membaca  nyaring  memberikan  guru  suatu  cara  yang  tepat  dan
valid  dalam  mengevaluasi  kemajuan  kemampuan  keterampilan membaca  dalam  intonasi,  tekanan  kata,  pemenggalan  kata,
pemenggalan  frasa,  dan  untuk  menemukan  kebutuhan  pengajaran yang spesifik
20
Rahim, Op. Cit., hlm. 125.
21
Novi  Resmini,  Yayah  Churiyah,  dkk,  Membaca  dan  Menulis  di  SD  Teori  dan Pengajarannya,Bandung: UPI PRESS, 2006, hlm. 3.16
2 Membaca  nyaring  memberikan  latihan  berkomunikasi  lisan  untuk
pembaca  dan  meningkatkan  kemampuan  menyimak  untuk pendengarnya.
3 Membaca  nyaring  dipakai  untuk  latihan  berdialog,  memerankan
pelaku yang terdapat dalam ceritera. 4
Membaca  nyaring  adalah  media  guru  dalam  membimbing  secara bijak,  dapat  digunakan  untuk  meningkatkan  kemampuan
penyesuaian diri pada anak yang pemalu. 3.
Konsep Pembelajaran Membaca a.
Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono, belajar adalah
suatu  perilaku.  Pada  saat  orang  belajar,  maka  responsnya  menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun.
Dalam  belajar  ditemukan  adanya  hal  berikut:  1  Kesempatan terjadinya  peristiwa  yang  menimbulkan  respons  pembelajar;  2
Respons  si  pembelajar;  3  Konsekuensi  yang  bersifat  menguatkan respons tersebut.
22
Menurut  Gagne  dalam  Dimyati  dan  Mudjiono  bahwa  belajar merupakan  kegiatan  yang  kompleks.  Hasil  belajar  berupa  kapabilitas.
Setelah belajar orang  memiliki  keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulasi yang berasal
dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar.
23
22
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 9.
23
Ibid, hlm. 10.
Belajar  merupakan  suatu  proses  dari  seorang  individu  yang berupaya mencapai tujuan belajar atau yang biasa disebut hasil belajar,
yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.
24
Berdasarkan  beberapa  pengertian  di  atas  dapat  disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perilaku atau kegiatan yang kompleks dan
relatif  menetap  tentang  pola  berpikir  dengan  proses  pembentukan refleks bersyarat untuk mencapai tujuan belajar itu sendiri.
Secara  umum  pembelajaran  dapat  diartikan  sebagai  suatu proses  pemberian  latihan  atau  pengalaman  terhadap  seseorang  atau
sekelompok  orang  agar  terjadi  perubahan  tingkah  laku  yang  relatif tetap  pada  orang  atau  orang-orang  itu.  Pembelajaran  ini  dapat
dilakukan  pada  suatu  lembaga  formal  terstruktur  maupun  pada  suatu lembaga  formal  terstruktur  maupun  pada  suatu  lembaga  secara
insidental.  Apabila  dilaksanakan  pada  lembaga  formal  terstruktur maka pembelajaran ini dapat disebut sebagai suatu proses pembiasaan
atau pelaziman  yang dilakukan untuk memperoleh suatu  pola tingkah laku yang baru setelah mengikuti pembiasaan itu.  Pembelajaran yang
dilakukan  secara  insidental  biasa  disebut  sebagai  sebuah  pelatihan yang juga dilakukan untuk memperoleh kualitasnya tidak sebesar pada
lembaga formal terstruktur.
25
Pada  hakekatnya  pembelajaran  adalah  proses  komunikasi transaksional  antara  guru  dan  siswa  dimana  dalam  proses  tersebut
24
Abdurrahman, Op Cit., hlm. 19.
25
Abdul Chaer, Psikolinguistik: Kajian Teoretik, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 83.
bersifat  timbal  balik.  Proses  transaksional  juga  terjadi  antara  siswa dengan siswa.
26
Pembelajaran merupakan keterpaduan antara dua  proses,  yaitu belajar  dan  mengajar.  Belajar  adalah  suatu  bentuk  pertumbuhan  atau
perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku berkat pengalaman dan latihan.
Proses pembelajaran
merupakan suatu
proses yang
mengandung  serangkaian  perbuatan  guru  dan  siswa  atas  dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai  tujuan  pembelajaran.  Tujuan  pembelajaran  akan  mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif.
Dari  uraian  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  pembelajaran adalah  suatu  keterpaduan  antara  dua  proses  belajar  dan  mengajar.
Sedangkan  pembelajaran  yang  efektif  dapat  dicapai  manakala  siswa memperoleh  kemudahan  untuk  mempelajari  sesuatu,  dan  efek
kemudahan  tersebut  memiliki  pengakuan  dari  mereka  yang berkompeten, dalam menilai suatu proses pembelajaran.
b. Karakteristik Pembelajaran Membaca
Secara  garis  besar,  terdapat  dua  karakteristik  yang  penting dalam pembelajaran membaca, yaitu:
1 Keterampilan  yang  bersifat  mekanis  dapat  dianggap  berada  pada
urutan  yang  lebih  rendah.  Hal  ini  mencakup:  a  pengenalan bentuk
huruf; b
pengenalan unsur-unsur
linguistik
26
Asep  Heri  Hernawan,  dkk,  Belajar  dan  pembelajaran  Sekolah  Dasar,  Bandung:  UPI  PRESS, 2007, hlm. 3.
fonemgrafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain; c pengenalan  hubungankorespondensi  pola  ejaan  dan  bunyi
kemampuan menyuarakan bahan tertulis; d kecepatan membaca ke taraf lambat.
2 Keterampilan  bersifat  pemahaman  yang  dapat  dianggap  berada
pada  urutan  yang  lebih  tinggi.  Hal  ini  mencakup:  a  memahami pengertian  sederhana  leksikal,  gramatikal,  retorikal;  b
memahami  signifikansi  atau  makna  maksud  dan  tujuan pengarang,  relevansikeadaan  kebudayaan,  dan  reaksi  pembaca;
c  evaluasi  atau  penilaian  isi,  bentuk;  d  kecepatan  membaca yang fleksibel, mudah disesuaikan dengan keadaan.
27
c. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca
Jika  ingin  mendorong  siswa  dapat  memahami  berbagai  bahan bacaan, guru seharusnya menggabungkan kegiatan prabaca, saat baca,
dan  pascabaca  dalam  pembelajaran  membaca.  Berikut  ini  dijelaskan berbagai  kegiatan  yang  bisa  dilakukan  dalam  prabaca,  saat  baca,  dan
pascabaca. 1
Kegiatan prabaca Kegiatan  prabaca  adalah  kegiatan  pengajaran  yang
dilaksanakan sebelum siswa melakukan kegiatan membaca. Dalam kegiatan  prabaca,  guru  mengarahkan  perhatian  pengaktifan
skemata  siswa  yang  berhubungan  dengan  topik  bacaan. Pengaktifan  skemata  siswa  bisa  dilakukan  dengan  berbagai  cara,
27
Departemen Pendidikan Nasional, Op Cit., hlm. 17.
misalnya  dengan  peninjauan  awal,  pedoman  antisipasi,  pemetaan makna, menulis sebelum membaca, dan drama kreatif.
28
2 Kegiatan Saat Baca
Setelah  kegiatan  prabaca,  kegiatan  berikutnya  ialah kegiatan  saat  baca  during  reading.  Beberapa  strategi  dan
kegiatan  bisa  digunakan  dalam  kegiatan  saat  baca  untuk meningkatkan pemahaman siswa. Akhir-akhir ini perhatian banyak
dicurahkan  pada  penggunaan  strategi  metakognitif  siswa  selama membaca.
Menurut  Rubin  dalam  Farida  Rahim  menjelaskan  bahwa secara literal harfiah, metakognisi adalah kegiatan berpikir kritis,
yang  merujuk  pada  pengetahuan  siswa  tentang  proses  kognitif mereka sendiri.
29
3 Kegiatan Pasca Baca
Kegiatan  pascabaca  digunakan  untuk  membantu  siswa memadukan  informasi  baru  yang  dibacanya  ke  dalam  skemata
yang  telah  dimilikinya  sehingga  diperoleh  tingkat  pemahaman yang  lebih  tinggi.  Strategi  yang  dapat  digunakan  pada  tahap  ini
adalah  belajar  mengembangkan  bahan  bacaan  pengajaran, memberikan  pertanyaan,  menceritakan  kembali,  dan  presentasi
visual.
30
28
Rahim, Op Cit., hlm. 99.
29
Ibid, hlm. 102 —103.
30
Ibid, hlm. 105.
C. Konsep Dasar Disleksia
1. Pengertian Anak Disleksia
Ketika peneliti akan melakukan penelitian pada anak disleksia kegiatan yang  peneliti  lakukan  pertama  adalah  melakukan  diagnosis  terhadap  anak
yang mengalami disleksia kesulitan belajar membaca di lembaga bimbingan belajar  Studia  Center.  Kegiatan  diagnosis  tersebut  terdiri  dari  tiga  langkah
yaitu: a
Mengidentifikasi kesulitan belajar, b
Menelaah atau menetapkan status siswa, dan c
Memperkirakan penyebab kesulitan belajar
31
Peneliti telah melakukan diagnosis tersebut jauh sebelum penelitian ini dimulai,  karena  peneliti  merupakan  tenaga  pengajar  di  lembaga  bimbingan
belajar tersebut yang juga sering mengajar anak tersebut. Disleksia  dyslexia  atau    ketidakcakapan  membaca  adalah  jenis  lain
gangguan belajar. Semula istilah disleksia ini digunakan di dalam dunia medis, tetapi  saat  ini  digunakan  pada  dunia  pendidikan  dalam  mengidentifikasikan
anak-anak  berkecerdasan  normal  yang  mengalami  kesulitan  berkompetensi dengan temannya di sekolah.
32
Kata disleksia berasal dari bahasa Yunani δυς- dys- kesulitan untuk dan λέξις lexis huruf atau leksikal. Disleksia berarti suatu kesulitan pada
membaca.  Sedangkan  Hornsby  menyatakan  bahwa  kata  disleksia  berarti kesulitan pada kata-kata atau bahasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
disleksia  merupakan  suatu  kondisi  atau  bentuk  kesulitan  belajar  membaca,
31
IG AK Wardani, Psikologi Belajar, Jakarta: Universitas Terbuka, 1999, hlm. 6.14
32
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: Refika Aditama, 2006, hlm. 204.
kesulitan  belajar  membaca  kata  atau  bahasa  yang  disebabkan  oleh  gangguan saraf pusat.
Terdapat  beberapa  pengertian  disleksia  yang  dikemukakan  para  ahli seperti berikut.
a. Disleksia  merujuk  pada  anak  yang  tidak  dapat  membaca  sekalipun
penglihatan,  pendengaran,  inteligensinya  normal,  atau  keterampilan  usia bahasanya sesuai. Kesulitan belajar tersebut akibat faktor neurologis.
b. Disleksia sebagai kesulitan membaca berat pada anak yang berinteligensi
normal  dan  bermotivasi  cukup,  berlatar  belakang  budaya  yang  memadai dan  berkesempatan  memperoleh  pendidikan  serta  tidak  bermasalah
emosional. c.
Disleksia  adalah  suatu  bentuk  kesulitan  dalam  mempelajari  komponen- komponen  kata  dan  kalimat,  yang  secara  historis  menunjukan
perkembangan bahasa lambat dan hampir selalu bermasalah dalam menulis dan mengeja serta berkesulitan dalam mempelajari sistem representasional
misalnya berkenaan dengan waktu, arah, dan masa. d.
Disleksia adalah bentuk kesulitan belajar membaca dan menulis terutama belajar  mengeja  secara  betul  dan  mengungkapkan  pikiran  secara  tertulis
dan  ia  telah  pernah  memanfaatkan  sekolah  normal  serta  tidak memperlihatkan  keterbelakangan  dalam  mata  pelajaran-mata  pelajaran
lainnya. Jadi  pengertian  disleksia  adalah  suatu  tipe  atau  bentuk  kelainan
membaca  yang  disebabkan  oleh  faktor-faktor  neurologis,  genetika,  dan psikologis dasar, tetapi umumnya mereka ini cukup cerdas yang ditandai oleh
skor  IQ  rata-rata  normal  atau  di  atas  rata-rata.  Untuk  penanganannya membutuhkan  keterlibatan  para  ahli  selain  guru  yang  bersangkutan,  seperti
ahli  pendidikan  khusus  dan  psikolog,  Wikipedia  tahun  2007  menambahkan, anak  disleksia  memiliki  kesulitan  dalam  mengasosiakan  antara  bentuk  huruf
dengan  bunyinya  dan  mereka  juga  sering  terbalik  atau  kebingungan  terhadap huruf-huruf tertentu.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa anak disleksia  adalah  anak  yang  mengalami  kesulitan  belajar  membaca  yang
disebabkan oleh faktor neurologis, genetika, dan psikologis dasar, serta sering menunjukkan  kesulitan  dalam  mengasosiasikan  antara  bentuk  huruf  dan
bunyinya  dan  mereka  juga  sering  terbalik  atau  kebingungan  terhadap  huruf- huruf tertentu, tetapi mereka memiliki kecerdasan di atas rata-rata bahkan ada
di atas rata-rata. 2.
Faktor Penyebab Anak Disleksia Penyebab  utama  disleksia  adalah  faktor  internal,  yaitu  kemungkinan
adanya  disfungsi  neurologis.  Disfungsi  neurologis  sering  tidak  hanya menyebabkan  kesulitan  belajar  tetapi  juga  menyebabkan  tunagrahita  dan
gangguan  emosional.  Berbagai  faktor  yang  dapat  menyebabkan  disfungsi neurologis  yang  pada  gilirannya  dapat  menyebabkan  kesulitan  belajar  antara
lain: a.
Faktor genetik b.
Luka pada otak karena trauma fisik atau karena kekurangan oksigen. c.
Biokimia yang hilang misalnya biokimia yang diperlukan untuk memfungsikan syaraf pusat.
d. Biokimia yang merusak otak misalnya zat pewarna pada makanan,
pencemaran lingkungan misalnya pencemaran timah hitam, gizi yang tidak memadai.
e. Pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan
anak deprivasi lingkungan. Dari berbagai penyebab tersebut dapat menimbulkan gangguan dari
taraf yang ringan hingga taraf berat.
33
3. Kemampuan Membaca Anak Disleksia
Kemampuan  membaca  erat  kaitannya  dengan  kemampuan  berbahasa, sementara
itu kemampuan
berbahasa berhubungan
dengan intelegensikecerdasan.  Seperti  telah  dikatakan  sebelumnya  bahwa  anak
disleksia  ini  memiliki  kecerdasan  rata-rata  bahkan  ada  yang  di  atas  rata-rata. Meskipun  cerdas  dan  bicaranya  cukup  lancar  mereka  mengalami  kesulitan
belajar  membaca.  Tingkat  kemampuan  membaca,  menulis  ekspresif  dan mengejanya berada di bawah rata-rata teman seusianya.
Gejala  nomor  satu  bagi  siswa  disleksia  adalah  bahwa  membaca  itu sulit,  dan  siswa  yang  menderita  disleksia  entah  menghindari  atau  berjuang
keras  untuk  bisa  membaca.  Siswa  yang  menderita  disleksia  itu  sering,  tetapi tidak  selalu,  tidak  mampu  mengeja.  Namun  banyak  pembaca  baik  yang
memiliki kemampuan rata-rata bahkan tidak mampu juga dalam mengeja.
34
Lebih  rincinya  pada  saat  membaca  mereka  menunjukkan  adanya tanda-tanda kesulitan membaca sebagai berikut:
33
Iim  Imandala,  Remedial  Membaca  dengan  Metode  Fernald  bagi  Anak  Disleksia, http:pendidikankhusus.wordpress.com20090519remedial-membaca-dengan-metode-
fernald-bagi-anak-disleksia
34
Eric Jensen, Guru Super  Super Teaching, Jakarta: Indeks, 2010, hlm. 98.
a. membaca lamban, turun naik intonasinya, dan kata-demi kata;
b. sering  membalik  huruf-huruf  dan  kata-kata,  Contohnya  b  dengan  d,  p
dengan  q,  u  dengan  n,  kuda  dengan  daku,  palu  dengan  lupa,  tali  dengan ilat, papa dibaca dada;
c. pengubahan  huruf  pada  kata,  misalnya  baju  menjadi  baja,  batu  menjadi
bata; d.
kacau  terhadap  kata-kata  yang  hanya  sedikit  berbeda  susunannya, misalnya: bau, buah, batu, buta;
e. sering menebak dan mengulangi kata-kata dan frasa,
f. menghilangkan sebagian huruf omission;
g. menambah huruf addition;
h. terbalik huruf reversal;
i. tidak  menguasai  penggunaan  tanda  baca,  misalnya  tanda  titik  .,  tanda
koma ,, tanda tanya ?, tanda seru ; dan j.
kesulitan dalam memahami isi bacaan. Beberapa  hal  gangguan  fungsi  neurologis  yang  dapat  menyebabkan
gangguan  fungsi  inteligensia  pada  dasarnya  dilakukan  pengamatan  pada gejala-gejala  yang  ditimbulkannya,  menurut  Aldenkamp  dkk.,  dapat  dibagi
menjadi: a.
Gangguan  pada  tempo  urutan  unit  bahasa,  yaitu  gangguan  pada pencandraan dan mengingat urutan huruf, suku kata, dan bunyian;
b. Gangguan pada diskriminasi auditif, yaitu pada membedakan bunyian;
c. Gangguan pada seleksi pencandraanseleksi perhatian, yaitu membedskan
mana latar belakang dan mana yang menjadi figur utama;
d. Gangguan  pada  visuo-spatial  organisasi,  misalnya  kiri  kanan,  orientasi
ruang; e.
Gangguan  pada  pengenalan  melalui  pancaindra  taktil,  yaitu  pengenalan figur melalui perabaan.
35
D. Konsep  Penerapan  Multimedia  Berbasis  Komputer  dalam  Pembelajaran
Membaca Nyaring pada Anak Disleksia Dari  berbagai  uraian  tentang  teori  media,  membaca,  dan  disleksia
maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penerapan  multimedia berbasis komputer PowerPoint 2010 dalam pembelajaran membaca nyaring
pada  anak  disleksia  adalah  tingkat  pencapaian  penggunaan  multimedia berbasis  komputer  dalam  pembelajaran  membaca  nyaring  yang  memberikan
pengaruh  efektif  atau  tidak  efektifnya  karena  melibatkan  unsur-unsur pancaindera  sehingga  keterlibatan  tersebut  mampu  membangun  suasana
belajar yang kondusif. E.
Penelitian yang Relevan Sebelum  melakukan  penelitian  ini,  peneliti  telah  menelusuri  beberapa
hasil  penelitian  terdahulu  yang  memiliki  keterkaitan  dengan  penelitian  yang peneliti lakukan ini. Dari beberapa contoh judul penelitian terdahulu memang
memiliki  keterkaitan  dari  segi  masalah  yaitu  mencari  tahu  tentang  hubungan dan pengaruh akan tetapi objek dan sasarannya yang berbeda. Seperti:
1. Skripsi Upaya Meningkatkan Belajar Anak Disleksia dengan Pendekatan
SAVI  pada  Bidang  Studi  PAI  di  SDN  X;  penelitian  tersebut  dilakukan untuk  meningkatkan  belajar  anak  disleksia  dengan  menggunakan
35
Julia Maria Van Tiel, Anakku Terlambat Berbicara, Jakarta: Prenada, 2008, hlm. 288.
pendekatan  SAVI,  berbeda  dengan  penelitian  yang  saya  lakukan  yaitu penerapan  multimedia  berbasis  komputer  dalam  pembelajaran  membaca
nyaring pada anak disleksia. 2.
Kemampuan  Baca-Tulis  Siswa  Disleksia  oleh  Rifa  Hidayah  Fakultas Psikologi,  UIN  Malang;  penelitian  tersebut  membahas  mengenai
kemampuan  membaca  dan  menulis  siswa  yang  disleksia  namun  berbeda dengan  penelitian  yang  saya  lakukan  karena  saya  hanya  membahas
pembelajaran  membaca  nyaring  saja  dengan  menerapkan  mutimedia berbasis komputer.
3. Bimbingan  Belajar  pada  Peserta  Didik  yang  Mengalami  Kesulitan
Membaca  di  Kelas  Rendah  oleh  Budi  Kusbiyantoro  Pendidikan  Guru Kelas  Sekolah  Dasar,  Fakultas  Ilmu  Pendidikan,  Universitas  Negeri
Semarang.  Penelitian  tersebut  berbeda  dengan  penelitian  yang  peneliti lakukan karena dalam penelitian yang dilakukan oleh Budi Kusbiyantoro
hanya  membahas  faktor-faktor  penyebab  anak  mengalami  kesulitan membaca  kemudian  kesulitan-kesulitannya  dan  tentang  cara  bimbingan
yang  akan  dilakukan  oleh  guru  yang  menangani  anak-anak  yang mengalami  kesulitan  membaca  tidak  seperti  penelitian  yang  saya  ambil
yaitu yang lebih dikhususkan untuk pembelajaran membaca nyaring pada anak disleksia.
4. Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Kesulitan Belajar
Melalui  Metode  Suku  Kata  di  SD  09  Kecamatan  Pauh  oleh  Dwi  Indri Oktafiani,  Jurusan  Pendidikan  Luar  Biasa,  Fakultas  Ilmu  Pendidikan
Universitas  Negeri  Padang.  Penelitian  tersebut  mengenai  upaya  untuk
meningkatkan  kemampuan  membaca  permulaan  yang  dialami  oleh  anak yang  mengalami  kesulitan  belajar  dengan  menggunakan  metode  suku
kata,  berbeda  halnya  dengan  penelitian  yang  peneliti  lakukan  mengenai pembelajaran  membaca  nyaring  pada  anak  disleksia  dengan  menerapkan
multimedia berbasis komputer dalam pembelajaran membaca nyaring. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dipaparkan di atas, belum
ada  yang  membahas  mengenai  pembelajaran  membaca  nyaring  dengan menggunakan  multimedia  berbasis  komputer  pada  anak  disleksia,  maka
peneliti memilih masalah tentang efektivitas pemanfaatan multimedia berbasis komputer dalam bentuk multimedia presentasi menggunakan perangkat lunak
Microsoft  Office  PowerPoint  2010  dalam  pembelajaran  membaca  nyaring pada  anak  disleksia  kelas  IV  subjek  tunggal  di  lembaga  bimbingan  belajar
Studia Center.
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN