Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Chlorpheniramin Maleat 2.1.1 Uraian umum Chlorpeniramin Maleat
Rumus Bangun : N
CH Cl o HC COOH
CH
2
CH
2
NCH
3 2
HC COOH
2-[P-Kloro-a-[2-dimetilaminoetil]benjil] piridina maleat 1:1[113-92-8] Chlorpheniramine maleat mengandung tidak kurang dari 98,0 dan tidak lebih
dari 100,5 C
16
H
19
ClN
2.
C
4
H
4
O
4
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Nama Kimia : Chlorpeniramine Maleat
Rumus molekul : C
16
H
19
ClN
2.
C
4
H
4
O
4
Berat molekul : 390,87 Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, larut dalam etanol dan
kloroform, sukar larut dalam eter dan dalam benzen. Baku pembanding : Chlorpheniramin maleat BPFI; pengeringan pada suhu 105
selama 3 jam sebelum digunakan Farmakope Indonesia Edisi IV
Identifikasi : Pada sejumlah tertentu serbuk tablet dalam tabung reaksi, dan ditambahkan beberapa tetes pDAB HCl terjadi warna biru
lemah.
Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009
2.2 Tablet 2.2.1. Tablet secara umum
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya tablet dpat digolongkan
sebagai tablet kempa dan tablet cetak. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja, sedangkan
tablet cetak dibuat dengan menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah kedalam lubang cetakan Ditjen POM, 1995.
Komposisi utama dari tablet adalah bahan berkhasiat, yang dapat dicetak langsung menjadi tablet atau ditambah bahan tambahan lain. Bahan tambahan
yang umum digunakan dalam pembuatan tablet yaitu bahan pengisi, bahan pengikat, bahan penghancur, bahan pelicin, dan bahan tambahan lain seperti
bahan pewarna dan bahan pemberi rasa Ansel, 1989. Tablet harus mempunyai bentuk dan ukuran yang sesuai dan bebas dari
bentuk-bentuk kerusakan tablet. Pengujian-pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kualitas dari tablet adalah ; keseragaman bobot, kekerasan tablet,
kerenyahan tablet, waktu hancur tablet, penetapan kadar zat berkhasiat, disolusi tablet. Ditjen POM, 1995.
2.2.2 Evaluasi Tablet
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, dan sumber-sumber lainnya, pengujian-pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kualitas dari tablet adalah
:
Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009
a. Uji Keseragaman Bobot Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini
ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat. Tablet- tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan bahan obat
yang sama, sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama. b. Uji Kekerasan
Tablet harus memiliki kekuatan atau kekerasan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan pada saat pengepakan, dan pengangkutan. Uji ini
dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut hardness testert, tablet diletakkan diantara alat penekan dan puch dan dijepit dengan memutar sekrup
pengatur sampai tanda lampu menyala, lalu ditekan tombol sehingga tablet pecah. Tekanan dapat ditunjukkan melalui skala yang tertera.
c. Uji Kerenyahan Uji kerenyahan dilakukan untuk mengetahui kerenyahan tablet, karena
tablet yang rapuh dan rusak akan berkurang kandungan zat berkhasiatnya sehingga akan mempengaruhi efek terapi. Kerenyahan ditandai sebagai massa
seluruh partikel yang berjatuhan dari tablet. Uji ini menggunakan alat yang disebut Roche Friabilator yang terdiri dari sebuah tabung yang berputar, kearah
radial disambungkan sebuah bilah lengkung. Tablet dimasukkan kedalam drum tersebut, dihidupkan alat maka drum berputar dan tablet bergulir jatuh sampai
pada putaran berikutnya dipegang kembali oleh bilah. Pengujian mengamati kerusakan dari tablet tersebut. Pemutaran dilakukan 100 kali dengan persyaratan
tablet tidak boleh kehilangan berat lebih dari 0,8 .
Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009
d. Uji Waktu Hancur Uji ini dimasukkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka
waktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas diantara periode pelepasan tersebut. Uji waktu hancur ini
tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya telarut sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila tidak ada sisa sediaan, yang tertinggal pada kasa
yang tidak larut. e. Uji Penetapan Kadar zat Berkhasiat
Uji penetapan kadar zat berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut
tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dan tidak layak dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan
cara-cara yang sesuai tertera pada monografi antara lain di Farmakope Indonesia. f. Uji Disolusi
Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan pada suatu medium. Uji disolusi digunakan untuk menentukan
kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam monografi pada sediaan tablet kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah atau
tidak memerluka n uji disolusi. Ada tiga kegunaan uji disolusi :
1. Menjamin tablet seragam dengan batch 2. Menjamin bahwa obat akan memeberikan efek terapi yang diinginkan
Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009
3. Uji disolusi diperlukan dalam rangka pengembangan suatu obat baru. Obat yang telah memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur,
kerenyahan, keseragaman bobot, dan penetapan kadar, belum dapat menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek terapi, karena itu uji disolusi harus dilakukan
pada setiap produksi tablet. Dalam monografi sediaan tablet pada Farmakope Indonesia,
mencantumkan persyaratan uji disolusi dengan persentase tertentu suatu zat aktif yang dikandung sediaan padat harus larut dalam waktu tertentu pula untuk
memberikan efek terapi.
2.2.3. Komponen-komponen alat uji disolusi
Komponennya terdiri dari : 1.
Motor pengaduk dengan kecepatan yang dapat berubah 2.
Keranjang baja stainless berbentuk silinder atau dayung untuk ditempelkan ke ujung pengaduk.
3. Bejana dari gelas atau bahan lain yang inert dan transparan dengan volume
1000 ml, bertutup ditengah-tengahnya ada tempat untuk menempelkan pengaduk, dan ada dua lubang satu tempat zat dan satu menempatkan
termometer. Penangas air yang sesuai untuk menjaga temperatur pada media disolusi alam bejana.
Voigh, R. 1994
Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009
2.2.4 Alat uji disolusi
Alat uji disolusi yang paling banyak digunakan saat ini adalah alat uji diolusi yang tertera dalam Farmakope Indonesia Edisi IV
Ada dua alat yang tertera dalam Farmakope Indonesia Edisi IV antara lain
A. Alat 1
Alat ini terdiri dari wadah bertutup yang terbuat dari kaca atau bahan transparan lain yang inert, dilengkapi dengan suatu motor atau alat penggerak, dan
keranjang berbentuk silinder. Wadah tercelup sebahagian dalam penangas air yang sesuai sehingga dapat mempertahankan suhu dalam wadah 37
± 0,5 C
selama pengujian berlangsung dan juga menjaga agar gerakan air dalam tangas air halus dan tetap. Wadah disolusi berbentuk silinder dengan dasar setengah bola,
tinggi 160 mm hingga 175 mm, diameter dalam 98 mm hingga 106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Pada bagian atas wadah ujungnya melebar, untuk
mencegah penguapan dapat digunakan suatu penutup yang pas. Batang logam berada pada posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada
tiap titik pada sumbu vertical wadah, berputar dengan halus dan tanpa goyangan yang berarti.
Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009
Gambar Alat Uji Disolusi - Alat 1 Pengaduk Bentuk Keranjang
A = Pada keadaan keranjang terpasang, bila berputar pada sumbu E, pergeseran
maksimum yang diperkenankan pada titik A adalah ± 1,0 mm. B = Penahan yang bentuknya melengkung 120
C = Lubang yang berdiameter 2,0 mm D = Kasa dengan sambungan dipatri, berukuran 40 mesh x 40 mesh, diameter
0,254 mm 0,01 inchi dengan bagian luar 0,015 inchi ; bila kasa dinyatakan berukuran 20 mesh, pergunakan 20 mesh x 20 mesh 0,016
inchi dengan bagian luar 0,034 inchi .
E
Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009
B. Alat 2
Alat ini sama dengan alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai pengaduk. Batang berada pada posisi
sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu vertical wadah dan berputar dengan halus tanpa goyangan yang berarti. Daun
melewati diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung memenuhi spesifikasi seperti pada gambar alat 2. Jarak 25 mm ± 2 mm antara
daun dan bagian dalam dasar wadah dipertahankan selama pengujian berlangsung. Daun dan batang logam yang merupakan satu kesatuan dapat disalut dengan suatu
penyalut yang inert dan sesuai. Sediaan dibiarkan tenggelam kedasar wadah sebelum dayung mulai berputar. Sepotong kecil bahan yang tidak bereaksi seperti
gulungan kawat berbentuk spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan.
Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009
- Alat 2 Pengaduk Bentuk Dayung
Catatan : 1.
Batang dan daun terbuat dari baja tahan karat 2.
Bila berputar pada sumbu E, besarnya A dan B tidak boleh menyimpang lebih dari 0,5 mm.
E 1
2
Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009
2.2.5 Prosedur pengujian disolusi
Pada tiap pengujian, volume dari media disolusi seperti yang dicantumkan dalam masing-masing monografi ditempatkan dalam bejana dan
dibiarkan mencapai temperatur 37 C, kemudian satu tablet atau lebih tablet yang
diuji dicelupkan kedalam bejana atau ditempatkan dalam keranjang, kemudian pengaduk diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam monografi.
Pada waktu-waktu tertentu contoh dari media diambil untuk analisis kimia dari bagian obat yang terlarut. Tablet harus memenuhi syarat seperti yang terdapat
dalam monografi untuk kecepatan disolusi.
2.2.6 Faktor yang mempengaruhi kelarutan zat aktif
Menurut Devissaguet, J., dkk. 1992, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelarutan zat aktif, antara lain :
a. Ukuran partikel Ukuran partikel mencapai ukuran minimum, artinya cukup kecil agar
permukaan kontak menjadi luas dan permukaan yang bersentuhan dengan medium disolusi sehingga semakin cepat zat aktif tersebut melarut.
b. Bentuk kristal amorp Zat aktif dalam bentuk amorp lebih mudah larut dibandingkan dengan
yang berbentuk kristal sehingga lebih mudah diabsorbsi dengan demikian memberikan efek terapi yang lebih cepat.
2.2.7 Faktor formulasi
Zat tambahan yang diperlukan untuk membentuk massa suatu sediaan tablet, memegang peranan penting dalam pelepasan zat aktif. Zat tambahan itu
terdiri atas :
Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009
a. Zat pengisi Untuk zat aktif yang sangat kecil jumlahnya, zat pengisi perlu dimasukkan
gunanya untuk memperbesar volume tablet tersebut. Zat pengisi memiliki pengaruh terhadap pelepasan zat aktif. Sebagai contoh zat pengisi yang bersifat
mengabsorbsi, dapat memperlambat proses pelepasan zat aktif. Demikian juga halnya dengan zat pengisi yang membuat tablet menjadi keras, dapat
memperlambat waktu hancur dan pelepasan zat aktif. Zat pengisi yang biasa digunakan adalah saccharum lactis.
b. Zat pengikat Zat pengikat ditambahkan dengan maksud agar tablet tidak mudah pecah
atau retak sehingga terjadi kekompakan dan memiliki daya tahan dari tablet. Tetapi zat ini dapat memperlambat dibebaskannya zat aktif pada konsentrasi yang
lebih besar. Telah terbukti bahwa peningkatan kekentalan karena pemakaian zat pengikat, dengan konsentrasi yang lebih besar pasti menghambat pelarutan.
Sehingga memperlambat disolusi zat aktif. Zat pengikat yang sering digunakan adalah mucilago gum arab10 - 20.
c. Zat penghancur Zat penghancur desintegran ditambahkan dengan maksud agar tablet
dapat segera hancur dalam air atau cairan lambung. Zat penghancur yang biasa digunakan adalah amilum manihot kering.
d. Zat pelicin Zat pelicin ditambahkan dengan maksud agar tablet tidak melekat pada
cetakan. Pada umumnya zat pelicinnya bersifat hidrofob sukar dibasahi. Apabila digunakan dalam jumlah yang besar dapat menghambat proses pelarutan obat.
Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009
Karena itu penggunaan zat ini cukup pada konsentrasi yang minimum saja, yang ditandai dengan aliran granul yan baik. Bahan pelicin yang sering digunakan
adalah magnesium stearat
2.3 Tablet Chlorpheniramine Maleat Tablet chlorpheniramine maleat memiliki diameter 8 mm, berbentuk
cembung dengan pinggiran bulat dan berwarna kuning. Tiap tablet mengandung 4 mg chlorpheniramin maleat.
Indikasi
Untuk mencegah reaksi alergi seperti gatal-gatal, yang pada umumnya berguna untuk melawan naiknya fermeabilitas kapiler. Dan dalam keadaaan
gawat, terjadi suatu reaksi shok anafilaksis dan mematikan Tan Hoan, 19782.
Dosis
1. Bayi : 3-4 kali sehari ½-1 tablet 2. Dibawah 12 tahun : 3-4 kali sehari ¼ tablet
3. Dewasa : 3-4 kali sehari ½ tablet
Farmakologi Chlorpheniramine Maleat
Chlorpheniramine Maleat adalah obat anti histamin H
1
yang sering digunakan sebagai obat pilihan pertama untuk mencegah atau mengobati gejala
reaksi alergi.
Efek farmakodinamika Chlorpheniramine Maleat
Efek umum dari chlorpheniramine maleat adalah efek sedasi, tetapi intensitas efek tersebut bervariasi diantara sub kelompok kimia dan juga diantara pasien.
Efeknya cukup besar pada beberapa pasien yang berguna sebagai bantuan tidur dan tidak sesuai untuk penggunaan pada siang hari. Selain itu juga mempunyai
Bintang Simbolon : Uji Disolusi Chlorpheniramine Maleat Secara Spektrofotometri Ultra Violet, 2008. USU Repository © 2009
efek anti mual dan anti muntah yang mempunyai aktifitas bermakna dalam mencegah terjadinya motion sickness mabuk kalau naik kenderaan.
2.4. Penetapan Kadar Secara Spektrofotometri 2.4.1. Spektrofotometri Ultra Violet