Jika P0.0 diberi logika high 1, yang berarti basis pada transistor TIP 122 mendapat tegangan 5 volt, maka transistor akan aktip. Hal ini akan menyebabkan
terhubungnya kolektor dengan emitor, sehingga kolektor mendapatkan tegangan 0 volt dari ground. Hal ini menyebabkan arus akan mengalir dari sumber tegangan 12 volt ke
kumparan, sehingga kumparan akan menghasilkan medan magnet. Medan magnet ini akan menarik logam yang ada pada motor, sehingga motor mengarah pada kumparan
yang memiliki medan magnet tesebut. Jika kemudian P0.0 di beri logika low 0, yang berarti transistor tidak aktip
dan tidak ada arus yang mengair pada kumparan, sehingga tidak ada medan magnet pada kumparan. Dan disisi lain P0.1 diberi logika high 1, sehingga kumparan yang
terhubung ke P0.1 akan menghasilkan medan magnet. Maka motor akan beralih kearah kumparan yang terhubung ke P0.1 tersebut. Seterusnya jika logika high
diberikan secara bergantian pada input dari driver motor stepper, maka motor stepper akan berputar sesuai dengan arah logika high 1 yang diberikan pada inputnya.
Untuk memutar dengan arah yang berlawanan dengan arah yang sebelumnya, maka logika high 1 pada input driver motor stepper harus diberikan secara
bergantian dengan arah yang berlawanan dengan sebelumnya
3.6 Rangkaian Monostabil Timer 555
IC 555 digunakan sebagai basis dari sebuah rangkaian monostabil. Berikut ini adalah diagram rangkaian untuk rangkaian monostabil yang memanfaatkan IC NE555.
Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008. USU Repository © 2009
Gambar 3.6 Rangkaian Monostabil Timer 555
IC 555 ini beroperasi dengan tegangan catu 4,5 V hingga 16 V. IC ini membutuhkan kapasitor C1 yang disambungkan diantara pin 5 dan jalur catu 0 V.
Panjang pulsa yang dihasilkan ditentukan oleh resistor pewaktu timing R dan kapasitor pewaktu C. Untuk mengaktifkan panggilan cepat dibutuhkan panjang pulsa
minimal 1,5 detik. Input pemicu pada pin 2, dalam keadaan normal, berada pada level tegangan
catu positif. Dalam gambar diperlihatkan sebuah resistor pull-up R1 yang memungkinkan hal ini. Rangkaian timer pewaktu dipicu menjadi aktif oleh sebuah
oleh sebuah pulsa ‘rendah’ yang sangat singkat yang berasal dari saklar pemicu. Saklar ini berasal dari LDR.
Output dari rangkaian ini akan mengaktifkan relay selama lebih kurang dua detik, bertujuan untuk memicu tombol panggilan cepat pada hadphone.
Hand Phone
Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008. USU Repository © 2009
Output rangkaian pin 3 biasanya berada pada level 0 V. Output ini akan naik dalam sekejap hingga mencapai level tegangan catu positif, ketika timer dipicu
menjadi aktif . Output akan jatuh, juga dalam sekejap, ke titik 0 V di akhir pulsa.
3.7. Rancangan Sebuah Saklar Pemicu
Untuk merancang sebuah saklar dibutuhkan rangkaian yang dapat mengaktifkan sebuah relay ketika cahaya dari lingkungan sekitar mulai meredup. Rangkaian ini
merupakan satu bagian dari sebuah sistem keamanan, yang berfungsi untuk
mendeteksi datangnya tamu tak diundang.
Bagian sensor cahaya dapat berupa sebuah rangkaian pembagi tegangan, yang terdiri dari sebuah LDR dan sebuah resistor. Arus output dari sensor mengalir ke
bagian saklar, yang terdiri dari sebuah LED dan sebuah LDR yang tersambung ke sebuah rangkaian pemicu monostabil. Bagian ini berfungsi untuk menyambungkan
arus ke sebuah relay dan ke sebuah resistor lainnya yang terhubung seri ke relay.
Gambar 3.7 Rangkaian Sensor LDR
Akibat cahaya dari LED yang mengenai permukaan kondusif dari LDR, maka tahanannya menjadi lebih kecil dan arusnya menjadi lebih besar sehingga rangkaian
ini dapat dimanfaatkan sebagai input pemicu rangkaian monostabil timer 555, sedangkan bila tidak ada sinar yang mengenai permukaan maka nilai tahanannya akan
Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008. USU Repository © 2009
menjadi besar tergantung dari intensitas cahaya yang masuk pada permukaan kondusif dari LDR2.
Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008. USU Repository © 2009
BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PROGRAM
4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51
Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan baik, maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan
program sederhana pada mikrokontroller AT89S51. Programnya adalah sebagai berikut:
Loop: Setb P0.0
Acall tunda Clr P0.0
Acall tunda Sjmp Loop
Tunda: Mov r7,255
Tnd: Mov r6,255 Djnz r6,
Djnz r7,tnd Ret
Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P0.0 selama ± 0,13 detik kemudian mematikannya selama ± 0,13 detik secara terus
menerus. Perintah Setb P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika high yang menyebabkan transistor aktif, sehingga LED menyala. Acall tunda akan menyebabkan LED ini
hidup selama beberapa saat. Perintah Clr P0.0 akan menjadikan P0.0 berlogika low yang menyebabkan transistor tidak aktif sehingga LED akan mati. Perintah Acall
tunda akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah Sjmp Loop
Syarif Abdillah Sitorus : Sistem Keamanan Ruangan Dengan Sensor LDR Dan Handphone, 2008. USU Repository © 2009