Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintetis Pengujian Sifat Mekanisme Karet

Mila Amelia : Pengaruh Swelling Indeks Compound Terhadap Tegangan Tarik Green Modulus 300 Pada Proses Benang Karet Count 37 Ns 40 Pt.Industri Karet Nusantara Medan, 2008. USU Repository © 2009 sulfat. Bahan pengisi aktif atau penguat, contohnya karbon hitam, silikat, aluminium silikat, dan magnesium silikat. Bahan ini mampu menambah kekerasan ketahanan sobek, ketahanan kikisan, serta tegangan putus yang tinggi pada barang yang dihasilkan. Kadang - kadang bahan pengisi aktif dan tidak aktif diberikan dalam campuran sebagai alternatif penghematan biaya. Bahan pengisi yang digunakan pada pembuatan benang karet adalah titanium dioksida TiO 2 yang berbentuk tepung dan berwarna putih bersih. 5. Bahan Pemantap Pottasium hidroksida KOH adalah bahan yang digunakan sebagai bahan pemantap. Bahan pemantap ditambahkan agar lateks terlindung dari tegangan terhadap beberapa campuran dan berfungsi sebagai bahan pendispersi. 6. Antioksidan Bahan yang digunakan sebagai antioksidan adalah sunproof dan Wingstay L. Fungsi bahan ini adalah untuk melindungi benang karet dari kerusakan karena pengaruh oksigen maupun ozon diudara. Bahan kimia ini biasanya juga tahan terhadap pengaruh ion-ion tembaga, besi, dan mangan. Selain itu juga mampu melindungi terhadap suhu tinggi, retak-retak, dan lentur.

2.6. Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintetis

Walaupun karet alam sekarang jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh karet sintetis. Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki karet alam dibandingkan karet sintesis adalah: Mila Amelia : Pengaruh Swelling Indeks Compound Terhadap Tegangan Tarik Green Modulus 300 Pada Proses Benang Karet Count 37 Ns 40 Pt.Industri Karet Nusantara Medan, 2008. USU Repository © 2009 a. Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna b. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah c. Mempunyai daya arus yang tinggi d. Tidak mudah panas e. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan Walaupun demikian, karet sintesis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintesis dalam jumlah tertentu, maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan. Hal seperti ini sulit diharapkan dari karet alam. Harga dan pasokan karet alam selalu mengalami perubahan, bahkan kadang-kadang bergejolak. Tim Penulis PS, 1993

2.7. Pengujian Sifat Mekanisme Karet

Swelling adalah suatu ukuran masaknya kompon. Dengan kata lain swelling merupakan nilai yang menunjukkan perbandingan antara diameter pengembangan setelah dimasukkan ke dalam cairan organik dengan diameter awal. Sebagaimana kita ketahui bahwa lateks yang telah mengalami vulkanisasi akan mempunyai sifat tidak larut dalam suatu cairan organik, akan tetapi hanya mengembang. Pengembangan ini menunjukkan bahwa adanya peristiwa pemasakan lateks kompon yang mana hal ini memberi kesempatan kepada molekul karet bersatu. Pernyatuan ini erat hubungannya dengan peran sulfur sebagai vulkanisator. Vulkanisator adalah suatu proses reaksi partikel karet dengan sulfur yang berlangsung dengan adanya panas, aktivator, dan katalisator dimana dua atau lebih partikel karet bergabung yang dijembatani oleh ikatan rangkap sulfur. Mila Amelia : Pengaruh Swelling Indeks Compound Terhadap Tegangan Tarik Green Modulus 300 Pada Proses Benang Karet Count 37 Ns 40 Pt.Industri Karet Nusantara Medan, 2008. USU Repository © 2009 Tujuan dari proses vulkanisasi karet adalah agar sifat barang jadi dari karet yang akan dihasilkan menjadi kuat dan teguh serta tidak mudah teroksidasi. Sebelum diproses sangatlah penting untuk menguji sifat dari lateks kompon tersebut untuk memastikan keadaannya sehingga mengurangi gangguan pada proses produksi. Adapun maksud dilakukannya swelling yaitu untuk mengetahui seberapa besar kematangan dari lateks pekat yang digunakan sebagai bahan baku utama, dan bahan kimia sebagai bahan baku penolong. Sumber : Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan Penggunaan bahan polimer sebagai bahan teknik misalnya dalam industri suku cadang mesin, konstruksi bangunan dan transportasi, tergantung sifat mekanisnya, yaitu gabungan antara kekuatan yang tinggi dan elastisitas yang baik. Sifat mekanis yang khas ini disebabkan oleh adanya dua macam ikatan dalam bahan polimer, yakni ikatan kimia yang kuat antara atom dan interaksi antara rantai polimer yang lebih lemah. Pengujian sifat kekuatan-tarik σ, kemuluran ε dan kekuatan-bentur. Sifat mekanis biasanya dipelajari dengan mengamati sifat kekuatan-tarik σ t menggunakan alat pengukur tensometer atau dinamometer, bila terhadap bahan diberikan tegangan. Secara praktis, kekuatan tarik diartikan sebagai besarnya beban maksimum F maks yang dibutuhkan untuk memutuskan spesimen bahan, dibagi dengan luas penampang bahan. Karena selama di bawah pengaruh tegangan, spesimen mengalami perubahan bentuk deformasi maka defmisi kekuatan tarik dinyatakan dengan luas penampang semula A . σ t = F maks A o Mila Amelia : Pengaruh Swelling Indeks Compound Terhadap Tegangan Tarik Green Modulus 300 Pada Proses Benang Karet Count 37 Ns 40 Pt.Industri Karet Nusantara Medan, 2008. USU Repository © 2009 Selama deformasi, dapat diasumsikan bahwa volume spesimen tidak berubah, sehingga perbandingan luas penampang semula dengan penampang setiap saat, A o A = 11 , dengan 1 dan 1 masing-masing adalah panjang spesimen setiap saat dan semula. Bila didefinisikan besaran kemuluran ε sebagai nisbah pertambahan panjang terhadap panjang spesimen semula ε = ∆11 , maka diperoleh hubungan, A = A o 1 + ε Hasil pengamatan sifat kekuatan tarik ini dinyatakan dalam bentuk kurva tegangan, yakni nisbah beban dengan luas penampang adalah FA, terhadap perpanjangan bahan regangan, yang disebut dengan kurva tegangan-tegangan. Bentuk kurva tegangan-tegangan ini merupakan karakteristik yang menunjukkan indikasi sifat mekanis bahan yang lunak, keras, kuat, lemah, rapuh atau liat. Bila bahan polimer elastis dikenakan gaya tarikan dengan laju yang tetap, mula-mula kenaikan tegangan yang diterima bahan berbanding lurus dengan perpanjangan spesimen. Sampai dengan titik elastis bilamana tegangan dilepaskan maka spesimen akan kembali seperti bentuk semula, tetapi bila tegangan dinaikkan sedikit saja, akan terjadi perpanjangan yang besar. Kemiringan kurva pada keadaan ini disebut modulus atau kekakuan, sedang besarnya tegangan dan perpanjangan mencapai titik elastis ini masing-masing disebut tegangan yield dan kemuluran pada yield. Sifat mekanis yang lain adalah kekuatan bentur, yang didefenisikan sebagai energi yang diperlukan untuk memecahkan spesimen. Ada dua cara umum untuk mengukur kekuatan bentur. Dalam cara pertama, spesimen ditempatkan pada suatu “pemegang” dengan salah satu ujungnya vertikal di atas pemegang. Mila Amelia : Pengaruh Swelling Indeks Compound Terhadap Tegangan Tarik Green Modulus 300 Pada Proses Benang Karet Count 37 Ns 40 Pt.Industri Karet Nusantara Medan, 2008. USU Repository © 2009 Suatu pendulum dengan bobot dan sudut tertentu diayunkan pada spesmen sampai terjadi patahan. Cara kedua menggunakan beban, yang berupa bola atau batang logam, yang dijatuhkan pada spesimen dari ketinggian tertentu. Kekuatan bentur dihitung dari energi benda jatuh yang digunakan untuk memecahkan spesimen sampai setengah bagian. Basuki Wirjosentono, 1995 Parameter Sifat-sifat Fisik Karet di Laboratorium Fisika : 1. Count yaitu jumlah benang karet yang terdapat di dalam satu inci 25,4 cm dengan diameter benang yang sama. 2. Green modulus CA 300 dan 500 CA-300 dan CA-500 adalah tegangan tarik 300 dan 500 pada benang karet. 3. Schwartz value VRS yaitu nilai ketentuan benang karet. 4. Schwartz hysteresis ratio RIS yaitu hasil bagi tegangan tarik awal CA-300 dengan tegangan tarik akhir. 5. Ketahanan terhadap pemutusan resistant at break yaitu tegangan putus pada benang karet. 6. Perpanjangan terhadap pemutusan elongation at break yaitu tegangan perpanjangan putus pada benang karet min.3000 gmm 2 . 7. Uji retensi pada suhu 149°C retention test at 149°C yaitu pemasangan benang karet pada temperatur 149°C. 8. Permanen set yaitu elastisitas atau perpanjangan tetap benang karet. 9. Uji vulkanisasi vulcanization test T-50°C yaitu pengujian untuk mengetahui temperatur sampai dimana benang karet masih memilih kadar elastisitas. 10. Ekstrak air water extract yaitu pengujian untuk mengetahui pencucian pada benang karet cukup atau tidak. 11. Separability yaitu daya lengket benang karet dalam satu ribbon. Mila Amelia : Pengaruh Swelling Indeks Compound Terhadap Tegangan Tarik Green Modulus 300 Pada Proses Benang Karet Count 37 Ns 40 Pt.Industri Karet Nusantara Medan, 2008. USU Repository © 2009 12. Kandungan air moisture content yaitu besarnya kandungan air di dalam benang karet.

13. Kandungan talkum talcum content yaitu besarnya kandungan talkum di dalam

benang karet. Tabel 2.2. Parameter Sifat-sifat Fisik Benang Karet di Laboratorium Fisika No. Parameter Fisika untuk count 37 NS 40 Toleransi 1 Berat filamen mg 34,5 – 37,1 2 Exact count 37 ± 3,5 3 Separability g 110 - 160 4 Ketahanan terhadap pemutusan gmm 2 Min. 3000 5 Perpanjangan terhadap pemutusan Min. 650 6 Green modulus CA 300 g mm 2 262 - 427 7 Green modulus CA 500 g mm 2 750 - 1300 8 Schwartz value VRS g mm 2 123 - 164 9 Schwartz hyteresis ratio RIS 1,00 – 1,85 10 Uji vulkanisasi pada suhu 50°C °C -2 sampai -5 11 Uji retensi pada suhu 149°C Min. 50 12 Permanent set at 80 E.B 2-8 13 Kandungan talcum Maks. 3 - 5 14 Kandungan air 4 - 10 15 Ekstrak air 0,70 - 0,90 16 Kerapatan 0,900-1,100 Sumber : Standar Mutu Laboratorium Fisika Pabrik Benang Karet, PT. Industri Karet Nusantara, Medan Mila Amelia : Pengaruh Swelling Indeks Compound Terhadap Tegangan Tarik Green Modulus 300 Pada Proses Benang Karet Count 37 Ns 40 Pt.Industri Karet Nusantara Medan, 2008. USU Repository © 2009

BAB III METODOLOGI

3.1. Metodologi

Dalam penyusunan karya ilmiah ini metode penulisan yang digunakan penulis adalah metode : 1. Penelitian kepustakaan Library research Metode ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, menafsirkan dan mentransfer dari sumber-sumber bacaan atau bahan-bahan tertulis seperti karya ilmiah, buku-buku atau literatur, dan sebagainya yang mendukung terhadap penulisan karya ilmiah ini 2. Penelitian lapangan Field research Dalam metode ini penulis mengumpulkan data-data dan bahan-bahan dari tempat praktek kerja lapangan di Pabrik Benang Karet PT. Industri Karet Nusantara Medan keterangan yang telah diperoleh dalam penelitian tersebut.

3.2. Alat - Alat

Alat - alat yang digunakan dalam melakukan percobaan terdiri dari alat- alat dilaboratorium kimia dan laboratorium fisika

3.2.1. Alat di Laboratorium Kimia Kendali Mutu

Gelas Beaker 600 ml Plat Stainless steel