Mila Amelia : Pengaruh Swelling Indeks Compound Terhadap Tegangan Tarik Green Modulus 300 Pada Proses Benang Karet Count 37 Ns 40 Pt.Industri Karet Nusantara Medan, 2008.
USU Repository © 2009
4. Fraksi bawah, terdiri dari partikel-partikel lutoid yang bersifat gelatin,
mengandung senyawa nitrogen dan ion-ion kalsium serta magnesium. M. Ompusunggu, 1987
2.3. Bahan Baku Karet
Bahan baku karet yang dihasilkan dari perkebunan karet adalah lateks kebun dan serum. Serum merupakan komponen bukan karet non-rubber. Lateks kebun yang
dapat diolah untuk pembuatan lateks pekat.
Komposisi kimia lateks segar terdiri dari : 1.
Karet poliisopren : 25,0 – 40,0
2. Protein dan senyawa nitrogen
: 1,0 – 1,5 3.
Karbohidrat : 1,0 – 2,0
4. Lipid dan terpen
: 1,0 – 1,5 5.
Senyawa anorganik : 0,1 – 0,5
6. Air
: 60 – 75 7.
pH : 6,8 – 7,0
Komposisi kimia lateks dipengaruhi jenis klon tanaman, umur tanaman, sistem deres,
musim dan keadaan lingkungan kebun. Komposisi kimia lateks sangat cocok dan baik sebagai media tumbuh berbagai
mikroorganisme, sehingga setelah penyadapan dan kontak langsung dengan udara terbuka lateks akan segera dicemari oleh berbagai mikroba dan kotoran lain yang
berasal dari udara, peralatan, air hujan dan lain-lain. Mikroba akan menguraikan kandungan protein dan karbohidrat lateks menjadi asam-asam yang berantai molekul
Mila Amelia : Pengaruh Swelling Indeks Compound Terhadap Tegangan Tarik Green Modulus 300 Pada Proses Benang Karet Count 37 Ns 40 Pt.Industri Karet Nusantara Medan, 2008.
USU Repository © 2009
pendek, sehingga dapat terjadi penurunan pH. Bila penurunan pH mencapai 4,5 - 5,5 pH isoelektrik partikel karet maka akan terjadi proses koagulasi.
Prinsip penanganan bahan baku lateks dalam kaitan agar mutunya terjaga
sebaik mungkin dapat dilakukan : 1.
Menjaga Kebersihan Areal Kebun dan Peralatan yang Digunakan Areal kebun yang menghasilkan harus bersih dari semak belukar, lalang dan
gulma lainnya sehingga kelembaban lingkungan areal kebun tidak cocok untuk pertumbuhan mikroba. Peralatan yang digunakan, terutama yang kontak langsung
dengan lateks harus bersih dan kering seperti pisau deres, talang deres, mangkok sadap, ember tempat pengutipan tangki penerimaan dan sarana pengolahan dipabrik.
Tangki yang terbuat dari plat besi, bagian dalamnya yang kontak langsung dengan lateks harus dilapisi dengan lilin. Besi merupakan katalisator yang baik untuk oksidasi
molekul karet, sehingga bila lateks kontak langsung dengan besi, mutu lateksnya akan cepat menurun dan warnanya dapat berubah menjadi kelabu atau gelap.
2. Pemberian Bahan Pengawet Dengan Jenis dan Dosis yang Tepat
Penggunaan jenis dan dosis bahan kimia sebagai pengawet bahan baku lateks, tergantung jenis, mutu karet yang akan dihasilkan. Pemberian bahan pengawet kimia
pada bahan baku lateks kebun harus diusahakan sedini mungkin, terutama dalam keadaan cuaca mendung dan musim hujan. Pada keadaan cuaca normal, pemberian
pengawet kimia pada bahan baku lateks kebun harus diusahakan paling lambat 5 jam setelah penyadapan. Pemberian dilakukan setelah lateks terkumpul di tempat
pengumpulan hasil.
Mila Amelia : Pengaruh Swelling Indeks Compound Terhadap Tegangan Tarik Green Modulus 300 Pada Proses Benang Karet Count 37 Ns 40 Pt.Industri Karet Nusantara Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Prinsip penanganan bahan baku koagulum lum, mangkok dan skrep adalah menjaga agar tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan pengotor seperti tanah, daun
ranting kayu, pasir, batu dan lain-lain. Sebelum lateks dapat dipergunakan menjadi benang karet atau barang jadi
lainnya, lateks terlebih dahulu dipekatkan dan disebut lateks pekat untuk mendapatkan lateks pekat ada 4 empat metode yang digunakan yaitu:
a. Pemusingan Centrifuging Dengan menggunakan alat pemusing, lateks kebun dipusingkan dengan
kecepatan kira - kira 6000 - 7000 putaran tiap menit. Karena daya sentrifugal, lateks dipisahkan menjadi dua bagian, lateks pekat dan serum. Keuntungan cara ini adalah
lateks pekat yang diperoleh mengandung sedikit zat padat yang ada dalam serum dan juga kadar protein yang rendah, serta bebas dari kotoran dan endapan. Sering untuk
kebutuhan tertentu dilakukan pemusingan ulangan. b. Pendadihan Creaming
Prinsip dengan cara ini adalah bahwa kedalam lateks dibubuhkan bahan-bahan yang disebut dengan bahan pendadih. Setelah itu tidak lama kemudian lateks akan
terpisah menjadi dua lapisan. Lapisan atas terdiri dari lateks dadih, dan lapisan bawah terdiri dari serum. Lateks dadih yang dihasilkan dalam waktu yang baik, mempunyai
kadar jumlah zat padat sebanyak 62-63 . Pada umumnya lateks dadih mempunyai viskositas yang lebih bcsar dan masih mengandung bahan- bahan karet yang tidak
berasal dari bahan pendadihnya. c. Penguapan Evaporating
Cara pengambilan lateks dcngan menguapkan air yang ada didalam lateks lateks kebun dengan kata lain mengurangi kadar air dengan melakukan pemanasan.
Mila Amelia : Pengaruh Swelling Indeks Compound Terhadap Tegangan Tarik Green Modulus 300 Pada Proses Benang Karet Count 37 Ns 40 Pt.Industri Karet Nusantara Medan, 2008.
USU Repository © 2009
d. Dekantasi Listrik Pemekatan lateks dengan cara ini disebabkan karena pcngaruh medan listrik
yang diberikan diantara elektroda yang dimasukkan di dalam lateks. Oleh karena butir karet bermuatan negatif, maka akan ditarik elektroda positif. Dapat dikatakan, bahwa
cara dekantasi listrik ini serupa dengan pendadihan tanpa penambahan bahan pendadih.
Lateks pekat yang mengandung zat padat sejumlah ± 62-63. Lateks pekat dekantasi listrik mempunyai kemantapan mekanis yang lebih besar daripada lateks
pekat pusingan. Dari keempat cara tersebut di atas, yang paling banyak digunakan dalam industri adalah cara pemusingan centrifuge, karena kapasitas produksinya
tinggi, viskositas lateks rendah tidak kental dan hasil lateksnya murni tidak tercampur endapan dan kotoran. Mutu lateks pusingan ini ditentukan berdasarkan
pengujian yang ditetapkan oleh ASTM D.I976 - 1980 dan ISO 2004.
Mila Amelia : Pengaruh Swelling Indeks Compound Terhadap Tegangan Tarik Green Modulus 300 Pada Proses Benang Karet Count 37 Ns 40 Pt.Industri Karet Nusantara Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 2.1. Persyaratan Mutu Lateks Pekat Pusingan Centrifuge NR Concentrated Specification ASTM D. 1976-1980 dan ISO 2004
PARAMETER MUTU ASTMD. 1976-1980
HA LA ISO 2004
HA LA Jumlah zat padat TSC,min.
61,5 61,5
61,5 61,5 Kadar Karet Kering DRC,
Min 60
60 60 60
Kebasaan NH
3
, dalam air Min. 1,6
maks. 1,0 Min 1,6 maks 1,0 Kemantapan Mekanik MST
Min. detik 650
650 540 540
Bilangan VFA, maks. -
- 0,2 0,2
Bilangan KOH, maks. 0,80
0,80 1,0 1,0
Kadar Koagulan, maks dari jumlah padatan
0,10 0,10 0,08 0,08
Kadar endapan, maks dari jumlah padatan
0,10 0,10 0,10 0,10
Kadar Tembaga Cu maks. ppm 8 8 8 8
Kadar Mangan Mn maks. ppm 8 8
8 8 Warna sesuai visual
Tidak berwarna biru atau abu-abu
Tidak berbau busuk Bau setelah dinetralkan dengan
asam borat Keterangan :
HA : Lateks pekat jenis “High Ammonia”
LA : Lateks pekat jenis “Low Ammonia”
M. Ompusunggu, 1987
Mila Amelia : Pengaruh Swelling Indeks Compound Terhadap Tegangan Tarik Green Modulus 300 Pada Proses Benang Karet Count 37 Ns 40 Pt.Industri Karet Nusantara Medan, 2008.
USU Repository © 2009
2.4. Penyebab Terjadinya Prakoagulasi