Standardisasi Produk Aktivitas Kredit Aktivitas Riset, Pengembangan dan Paten

bar di berbagai daerah dan mempunyai banyak pesaing dengan produk yang relevan. Tetapi da- lam struktur industri yang sifatnya oligopoli, mungkin saja tindakan ini dapat dianggap seba- gai fasilitasi untuk berkolusi dengan lebih mudah. 4. Perhitungan Biaya Akunting Cost Account- ing Kegiatan asosiasi yang lain yang berhu- bungan dengan harga adalah apa yang disebut dengan cost accounting, 28 yang berarti bahwa pe- ngumpulan dan pendistribusian data mengenai biaya produksi dalam suatu industri. Biaya di- maksud dapat termasuk biaya buruh, bahan baku, promosi, pajak, pengemasan atau asuransi. Infor- masi ini umumnya dibutuhkan oleh pelaku yang mempersiapkan usahanya untuk masuk ke pasar, maka pelaku pasar dapat mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bersaingnya. Keuntu- ngan yang diperoleh dari adanya sistem cost accounting adalah: memberikan gambaran akurat mengenai perhitungan industri, memberikan gam- baran persaingan yang jelas, informasi akurat se- belum dilakukan pengaturan, informasi konsu- men, menunjukkan kepada manufaktur mengenai berbagai sistem yang ada dan memberikan gam- baran, pertimbangan kepada anggota asosiasi dan pelaku pasar. 29

5. Standardisasi Produk

Asosiasi juga dapat berperan dalam hal standarisasi produk pada industri mereka. Standarisasi ini diaplikasikan untuk jenis, tipe, ukuran produk sehingga diharapkan mampu untuk mengurangi biaya ekonomi yang timbul. Hal ini termasuk kegiatan inspeksi rutin yang dilakukan oleh asosiasi untuk menjaga kesepaka- tan industri tersebut. Dalam hal ini kegiatan asosiasi dapat diselaraskan dengan pengawasan dari departemen terkait, misalnya Deperindag.

6. Aktivitas Kredit

Kegiatan lain yang dapat difasilitasi melalui asosiasi adalah kredit. Asosiasi memberikan informasi mengenai kondisi kredit kepada anggota sebagai bahan masukan bagi pelaku usaha. Informasi mengenai kegiatan ini terbukti juga membawa manfaat bagi anggota asosiasi dalam hal mencermati posisi keuangan, mengurangi resiko keuangan dan mempersiapkan keputusan yang berdasarkan pada kondisi keuangan yang aktual.

7. Aktivitas Riset, Pengembangan dan Paten

Kegiatan asosiasi yang dianggap berman- faat lainnya adalah melakukan riset bersama de- ngan tujuan peningkatan standarisasi produk, keamanan, efisiensi dalam industri mereka. Riset yang dilakukan melalui kerjasama anggota asosi- asi memiliki beberapa keuntungan karena meng- hemat biaya serta mempunyai tujuan yang sama di antara mereka. Tetapi juga mengandung kele- mahan karena akses terhadap hasil riset tersebut dimiliki bersama sehingga akan sulit mengikuti persaingan karena semua pelaku mempunyai keunggulan yang sama dari hasil yang dipatenkan tersebut. 8. Boykot Refusal to Deal dan Tindakan Ber- sama Dalam kenyataannya, asosiasi juga dapat menggalang kebersamaan anggotanya untuk melakukan tindakan bersama berupa boikot atau keputusan lainnya yang wajib dipatuhi anggota- nya. Asosiasi dapat memutuskan untuk agar anggotanya hanya boleh melakukan hubungan bisnis ataupun asosiasi dapat menetapkan, me- ngontrol, menolak maupun menginstruksikan me- ngenai distribusi bahkan menetapkan waktu untuk melakukan bisnis penentuan jam buka usaha misalnya. Instruksi tersebut dapat juga sampai menetapkan untuk tidak melakukan hubungan usaha dengan pihak ke 3. Dalam Hukum Persai- ngan, maka hal hal semacam ini dapat dianggap sebagai hambatan dalam perdagangan restraint of trade. Tindakan bersama ini dapat dikategori- kan sebagai persetujuan ataupun perjanjian untuk melakukan sesuatu bersama sama concerted actions dan Hukum Persaingan akan memutus- kan apakah keputusan berakibat pada proses persaingan atau tidak. 9. Aktivitas Pembelian Bersama Cooperative Selling and Buying Asosiasi juga dapat berperan memfasili- tasi dalam hal pembelian maupun penjualan bersama yang dilakukan oleh anggotanya. Teruta- ma hal ini dilakukan untuk menghadapi persaing- an dengan bisnis yang sama dari pesaing pasar internasional. Asosiasi dapat bertindak sebagai agen pembelian dan penjualan selling or buying agent untuk anggotanya. Karena wewenangnya yang dapat bertindak sebagai agen, maka asosiasi akan dapat melakukan penetapan harga, maupun harga jual kembali yang merupakan tindakan riskan dalam Hukum Persaingan. 34

10. Penetapan Asosiasi dalam Basing Point

Dokumen yang terkait

Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut Uu No. 5 Tahun 1999

5 100 133

Perjanjian Pelaku Usaha Dengan Pihak Luar Negeri yang Bertentang Dengan Undang-Undang nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Prektik Monopoli Persaingan Usaha Tidak Sehat

2 69 130

Perjanjian Kartel Industri Minyak Goreng Sawit di Indonesia Sebagai Pelanggaran Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Studi Putusan KPPU Nomor 24/KPPU-I/2009)

3 59 116

Peranan Notaris Dalam Persekongkolan Tender Barang/Jasa Pemerintah Terkait Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

6 47 130

Analisis Terhadap Pengecualian Penerapan Undang-Undang No. 5 TAHUN 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Terhadap Perjanjian Yang Berkaitan Dengan Waralaba (Studi terhadap Perjanjian Kerjasama Yayasan Pendidikan Oxford

0 72 150

Sertifikasi & Akreditasi Oleh Asosiasi Dalam Perspektif Uu No. 5/1999 (Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat)

0 25 21

BAB II PENGATURAN INDUK PERUSAHAAN DAN ANAK PERUSAHAAN DI INDONESIA E. Sejarah Singkat Perusahaan Grup - Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut U

0 0 32

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut Uu No. 5 Tahun 1999

0 0 18

Hubungan Induk Perusahaan Dan Anak Perusahaan Dalam Kaitannya Dengan Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Indonesia Menurut Uu No. 5 Tahun 1999

0 0 11

Tinjauan Yuridis Terhadap Divestasi Kapal Tanker VLCC PT.Pertamina Menurut UU No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

0 1 160