Menurut Murniati 2007, terdapat kecenderungan tingkat pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal, dimana ibu yang memanfaatkan
pelayanan antenatal cenderung adalah ibu yang memiliki pengetahuan yang baik mengenai pelayanan antenatal itu sendiri. Pengetahuan ini akan mambawa ibu
untuk berpikir dan berusaha supaya ia sehat tidak ada keluhan dalam kehamilannya dan berusaha agar ia dan bayinya sehat dan selamat sewaktu
melahirkan. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sadik 1996 yang menemukan bahwa pengetahuan merupakan
salah satu variabel yang memiliki hubungan dengan derajat pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil.
Menurut Agustini 2013, ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi memiliki kemungkinaan cakupan pelayanan antenatal lengkap daripada ibu yang
tingkat pengetahuannya rendah dengan
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan cakupan pelayanan antenatal, dimana p 0,05 p = 0,023.
Hasil penelitian ini juga memperkuat teori Rogers 1974 dalam buku Notoadmodjo2003, bahwa jika pengetahuan yang diperoleh tinggi maka setiap
orang lebih cendrung berperilaku mandiri untuk kesehatan dirinya dan sebaliknya jika pengetahuan yang diperoleh rendah maka orang lebih cenderung berperilaku
berperilaku kurang memperhatikan kesehatan dirinya.
2. Hubungan pendidikan ibu hamil dengan kunjungan pemeriksaan
antenatal
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 18 responden yang berpendidikan tinggi terdapat 14 responden 77,8 yang melakukan kunjungan
pemeriksaan antenatal sesuai dengan minimal frekuensi jadwal yang ditentukan dan 4 responden 22,2 melakukan kunjungan pemeriksaan antenatal tidak
Universitas Sumatera Utara
sesuai dengan minimal frekuensi jadwal yang ditentukan. Berpendidikan menengah 30 responden sebanyak 26 86,7 yang melakukan kunjungan
pemeriksaan antenatal sesuai dengan minimal frekuensi jadwal yang ditentukan dan 4 responden 13,3 yang melakukan kunjungan pemeriksaan antenatal tidak
sesuai dengan minimal frekuensi jadwal yang ditentukan. Berpendidikan dasar 16 responden sebanyak 6 responden 37,5 yang melakukan kunjungan
pemeriksaan antenatal sesuai dengan minimal frekuensi jadwal yang ditentukan dan 10 responden 62,5 yang melakukan kunjungan pemeriksaan antenatal
tidak sesuai dengan minimal frekuensi jadwal yang ditentukan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,002. Hal ini menunjukkan nilai
p=0,002 α=0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan ibu hamil dengan kunjungan pemeriksaan antenatal di Klinik
Cahaya Kelurahan Pulo Brayan Kecamatan Medan Timur Tahun 2013. Angka yang tercatat tersebut mendukung pernyataan Widyastuti,
Rahmawati, Purnamaningrum bahwa Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena tingkat pendidikan yang tinggi maka mereka dapat
meningkatkan taraf hidup, membuat keputusan yang menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri. Seorang wanita yang lulus dari pergutuan tinggi akan
lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu berperilaku hidup sehat bila dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan rendah.
Hasil penelitian ini juga memperkuat pernyataan Lawrence Green dalam Notoatmodjo yaitu perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor salah satunya
adalah faktor predisposisi, merupakan faktor-faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku seseorang. Pendidikan merupakan salah satu
Universitas Sumatera Utara
faktor predisposisi dengan adanya pendidikan yang tinggi maka mendorong orang untuk berperilaku sehat mengenai dirinya.
C. Keterbatasan Penelitian