Tujuan Ubi Kayu Tapioka

sangat dipengaruhi oleh pH, oksigen terlarut, salinitas, dan keberadaaan ion lain. Sianida bersifat sangat reaktif. Sianida bebas menunjukkan adanya kadar HCN dan CN pada pH yang lebih kecil dari 8, sianida berada dalam bentuk HCN yang dianggap toksik bagi organisme akuatik dari pada CN - . Sianida berdampak negatif terhadap makhuk hidup, yakni mengganggu fungsi hati, pernafasan, dan menyebabkan kerusakan tulang Effendi.2003.

1.2 Permasalahan

Berapakah kadar sianida dan pH pada air limbah dari instalasi pengolahan air limbah industri pegolahaan tepung tapioka dan apakah kadar sianida tersebut memenuhi baku mutu limbah air sesuai dengan KEP-51MENLH101995 lampiran B VIII.

1.3 Tujuan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah kadar sianida dan pH pada air limbah industri pengolahan tapioka telah layak dibuang ke lingkungan sesuai dengan baku mutu air limbah menurut KEP-51MENLH101995 lampiran B VIII.

1.4 Manfaat

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang kadar sianida CN - dan pH pada air buangan limbah tapioka yang akan dibuang kelingkungan, serta bahaya yang dapat ditimbulkan, serta diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan selanjutnya. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ubi Kayu

Ubi kayu adalah tanaman dikotil berumah satu yang ditanam untuk diambil patinya yang sangat layak dicerna, yang terkandung didalam akar lumbung ubi yang secara salah kaprah disebut umbi Rubatzky dan Mas, 1995. Sifat fisika dan kimia ubi kayu sangat perlu diketahui apabila ubi kayu tersebut akan diolah. Ada beberapa jenis ubi kayu yang memiliki kadar asam sianida HCNAsam Biru tinggi yang apabila digunakan dalam pengolahan basah dari bahan ubi kayu segar,akan memberikan hasil yang kurang baik. Ubi kayu dengan kadar HCN tinggi dapat digunakan dalam industri pati ubi kayu, karena selama proses perendaman maupun pencucian, kadar HCN ini akan berkurang. Hal ini disebabkan oleh sifat HCN yang mudah larut dalam air Djaafar dan Siti, 2003.

2.2 Tapioka

Tapioka adalah pati yang terdapat dalam umbi ubi kayu, biasa disebut singkong. Umbi tanpa kulit mempunyai komposisi rata-rata dapat dilihat pada tabel : Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1. Komposisi Rata – Rata Umbi Ubi Kayu Air 65 Pati 32 Protein 1 Lemak 0,4 Serat 0,8 Abu 0,4 Selain pati, umbi singkong mengandung gula dan sedikit asam sianida dalam kadar rendah. Asam sianida ini sebagian ada dalam bentuk asam bebas dan sebagian lagi dalam bentuk senyawa kimia yang akan terbebaskan oleh asam enzim apabila selnya dipecahPotter, 1994.

2.2.1 Pengolahan Tepung Tapioka

Pada umumnya dalam pembuatan tepung tapioka dihasilkan tepung tapioka sebagai produk utama dan ampas onggok sebagai limbah padat, serta limbah cair. Urutan langkah kerja dalam proses pengolahan tepung tapioka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pemarutan Tujuan utama pemarutan adalah memperkecil volume agar lebih mudah dihancurkan dan diekstrak patinya. 2. Penghancuran Universitas Sumatera Utara Singkong yang telah diparut segera dihancurkan dengan blender atau mesin giling daging. Apabila perlu dapat ditambahkan sedikit air. 3. Ekstraksi pemisahan sari singkong Untuk memisahkan sari singkong dapat dilakukan dengan cara seperti pembuatan santan. Mula-mula ditambahkan air bersih sedikit demi sedikit sambil diremas dan diaduk-aduk, kemudian disaring dengan saringan kain yang ditopang dengan kalo atau iring saringan kasar yang terbuat dari bambu. Selanjutnya ampas dibungkus dengan kain dan dipres agar seluruh airnya keluar. Filtrat atau cairan hasil penyaringan bewarna putih atau kuning keruh. Kegiatan ekstraksi diulang 2-3 kali berturut-turut atau sampai cairan yang keluar menjadi jernih. 4. Pengendapan I – Pemisahan Air Filtrat dipindahkan kedalam bak-bak pengendapan dan didiamkan beberapa saat agar pati yang terdapat dalam filtrat aci basah dan cairan yang ada diatas menjadi lebih jernih. Pengendapan I ini membutuhkan waktu selama 1-3 jam, kemudian cairan dipisahkan dengan cara dituang. 5. Pencucian aci basah Aci basah dapat langsung dikeringkan dan digiling menjadi tepung tapioka yang kasar, berkualitas rendah, kadar HCN tinggi dan harga jual murah. Untuk meningkatkan kualitas, aci basah perlu dicuci 3-4 kali dengan cara sebagai berikut. Aci basah ditambah air bersih 1:1, diaduk- aduk hingga seluruhnya hancur dan tercampur rata larutan bewarna putih susu, kemudian didiamkan selama 15-30 menit agar pati mengendap kembali. Selanjutnya, cairan dituangkan secara berhati-hati Universitas Sumatera Utara agar pati tidak ikut terbuang. Dengan pencucian ini, semakin banyak asam sianida HCN yang ikut terbuang sehingga kandungan HCN berkurang. 6. Pemutihan Pemutihan dilakukan dengan menggunakan larutan garam setelah pencucian selesai. Konsentrasi larutan garam yang digunakan adalah 2 20 g per liter air perendaman sebanyak 1,5-2x volume aci basahSuprapti, 2005.

2.3 Air