4. Pengolahan Lanjut
Dari proses tahap pengolahan air limbah, maka hasilnya adalah berupa lumpur yang perlu dilakukan pengolahan secara khusus, agar lumpur
tersebut dapat dimanfaatkan kembali. Pengolahan lumpur yang masih sedikit mengandung bahan nitrogen dan mempermudah proses
pengangkutan, maka diperlukan beberapa tahapan pengolahan antara lain : a.
Proses pemekatan b.
Proses penstabilan c.
Proses pengaturan d.
Proses pengurangan air e.
Proses pengeringan f.
Proses pembuangan Asmadi dan Suharno, 2012.
2.5 pH
Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6 sampai 8, sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung
dari jenis buangannya. Sebagai contoh, air buangan pabrik pengalengan mempunyai pH 6.2-7.6, air buangan pabrik susu dan produk - produk susu
biasanya mempunyai pH 5.3–7.8, air buangan pabrik bier mempunyai pH 5.5–7.4, sedangkan air buangan pabrik pulp dan kertas biasanya mempunyai pH 7.6–9.5.
Perubahan keasaman pada air buangan, baik kearah alkali pH naik maupun kearah asam pH menurun, akan sangat menganggu kehidupan ikan dan hewan
air di sekitarnya. Selain itu, air buangan yang mempunyai pH rendah bersifat
Universitas Sumatera Utara
sangat korosif terhadap baja dan sering menyebabkan perkaratan pada pipa-pipa besi Fardiaz, 1992.
pH juga mempengaruhi toksiksitas suatu senyawa kimia. Senyawa amonium yang dapat terionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH rendah.
Amonium bersifat tidak toksik innocuous. Namun pada suasana alkalis pH tinggi lebih banyak ditemukan amonia yang tak dapat terionisasi unionized dan
bersifat toksik. Amonia tak terionisasi ini lebih mudah terserap kedalam tubuh organisme akuatik dibandingkan dengan amonium. Sebagian besar biota akuatik
sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi
akan berakhir jika pH rendah Effendi, 2003.
2.6 Sianida CN
-
Sianida adalah senyawa sian CN yang sudah lama terkenal sebagai racun. Didalam tubuh akan menghambat pernapasan jaringan, sehingga terjadi asphyxia,
orang merasa seperti tercekik dan cepat diikuti oleh kematian. Keracunan kronis menimbulkan malaise, dan iritasi. Sianida ini didapatkan secara alami di berbagai
tumbuhan. Apabila ada didalam air minum, maka untuk menghilangkannya diperlukan pengolahan khusus. Selain itu, hydrocyanida juga mudah
terbakarSlamet, 1994. Sianida diperairan terutama berasal dari limbah industri, misalnya industri
pelapisan logam, pertambangan emas, pertambangan perak, industri pupuk, dan
Universitas Sumatera Utara
industi besi baja. Sianida bersifat biodegradable dan mudah berikatan dengan ion logam, misalnya tembaga dan besi. Sianida dapat menghambat pertukaran oksigen
pada makhluk hidup. Sianida juga bersifat toksik bagi ikan, kadar sianida 0,2 mgliter sudah mengakibatkan toksisitas akut bagi ikan. Kadar sianida diperairan
yang dianjurkan adalah sekitar 0,005 mgliter. Toksisitas sianida akan meningkat dengan berkurangnya kadar oksigen terlarut Effendi, 2003.
Sianida dapat dihilangkan dengan pengasaman dan aerasi. Atau dengan pengendapan dengan ferro sulfat dan kapur. Klorinasi dalam larutan alkali dapat
mengubahnya menjadi toxic sianat yang lebih kecil seperti NaOCN. Penambahan asam kedalam limbah sianida membebaskan toksik tinggi dari hydrogen sianida
HCN Pair and John, 1963.
2.7 Spektrofotometri