BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Krim Cremores
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini
secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak
dalam air Ditjen POM, 1995. Istilah krim secara luas digunakan dalam farmasi dan industri kosmetik,
dan banyak produk dalam perdagangan disebut sebagai krim tetapi tidak sesuai dengan defenisi yang ada.Banyak hasil produksi yang nampaknya seperti krim
tetapi tidak mempunyai dasar dengan jenis emulsi, biasanya disebut krim Ansel, 1989.
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60 air, dimaksudkan untuk pemakaian luar.Tipe krim ada 2,
yaitu krim tipe air-minyak AM dan krim tipe minyak-air MA.Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-surfaktan
anionik, kationik, dan nonionik Anief, 2006. Bahan pengemulsi krim harus disesuaikan dengan jenis dan sifat krim
yang dikehendaki.Sebagai bahan pengemulsi krim dapat digunakan emulgid, lemak bulu domba, setasium, setil alkohol, stearil alkohol, golongan sorbitan,
polisorbat, PEG, dan sabun. Sedangkan bahan pengawet yang sering digunakan
Universitas Sumatera Utara
umumnya metilparaben nipagin 0,12-0,18 dan propilparaben nipasol 0,02- 0,05 Syamsuni, 2006.
Stabilitas krim akan rusak jika sistem campurannya terganggu oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi disebabkan penambahan salah satu fase
secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika
diketahui pengencer yang cocok, yang harus dilakukan dengan teknik aseptis.Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu 1 bulan Ditjen
POM, 1979. Cara pembuatan krim dapat dilakukan dengan meleburkan bagian lemak di
atas tangas air kemudian ditambahkan bagian airnya dengan zat pengemulsi. Aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim Syamsuni, 2006.
Krim dikemas dan diawetkan dalam cara yang sama seperti pada halnya salep. Biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube. Tube dibuat dari
kaleng atau plastik, beberapa diberi tambahan kemasan dengan alat bantu khusus. Tube untuk pemakaian topikal lebih sering dari ukuran 5-30 gram Ansel, 1989.
Beberapa contoh krim pada dermatologi dengan kategori terapeutik, antara lain: krim betametason valerat 0,01 , 0,1 ; krim natrium deksametason posfat
0,1 ; krim fluosinolon asetonid 0,025 , 0,01 ; krim hidrokortison 0,5 , 1 , 1,5 ; dan krim triamsinolon asetonid 0,1 , 0,025 , 0,5 . Preparat-preparat
ini diindikasikan untuk mengurangi inflamasi sebagai manifestasi dari respons kulit terhadap kortikosteroid.Biasanya dipakai pada permukaan kulit yang
dipengaruhi 1-3 kali sehari Ansel, 1989.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Betametason Valerat