sendiri perusahaan. Pada tahun 2012 Debt to Equity Ratio sebesar 131,3 berarti setiap 131,3 total hutang hanya mampu dijamin 100 dengan modal sendiri
perusahaan atau setiap Rp 1,313,- total hutang hanya mampu dibayar Rp 1,- dengan modal sendiri perusahaan.
Pada tahun 2013 Debt to Equity Ratio sebesar 170,6 berarti setiap 170,6 total hutang hanya mampu dijamin 100 dengan modal sendiri perusahaan atau
setiap Rp 1,706,- total hutang hanya mampu dibayar Rp 1,- dengan modal sendiri perusahaan. Persentase 170,6 pada tahun 2013 menunjukkan bahwa kondisi
perusahaan lebih buruk dibandingkan tahun 2009-2012, meskipun pada tahun tersebut persentasenya tinggi akan tetapi modal sendiri perusahaan masih mampu
menjamin seluruh kewajibannya. Kondisi ini terjadi disebabkan adanya peningkatan pada hutang lancar dan hutang jangka panjang dan menggambarkan
perusahaan dalam operasinya banyak menggunakan hutang.
3. Analisis Rasio Aktivitas
a. Rasio Perputaran Persediaan Inventory Turnover Ratio
Inventory Turnover Ratio
Kali 1
Persediaan Penjualan
Pokok Harga
× =
Kali 747,7
Kali 1
468 .
687 .
336 907
. 012
. 640
. 251
2009 Tahun
= ×
=
Kali 665,8
Kali 1
930 .
430 .
577 641
. 124
. 485
. 384
2010 Tahun
= ×
=
Kali 536,2
Kali 1
771 .
777 .
056 .
1 963
. 685
. 655
. 566
2011 Tahun
= ×
=
Kali 59
Kali 1
319 .
094 .
661 .
1 327
. 517
. 979
2012 Tahun
= ×
=
Kali 1,97
Kali 1
522 .
152 .
937 417
. 814
. 846
. 1
2013 Tahun
= ×
=
Rasio perputaran persediaan diperoleh sebesar 747,4 kali pada tahun 2009 yang berarti perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna
menghasilkan penjualan sebanyak 747,4 kali dalam satu tahun. Pada tahun 2010 rasio perputaran persediaan diperoleh sebanyak 665,8 kali yang berarti perusahaan
mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 665,8 kali dalam setahun. Inventory Turnover Ratio untuk tahun 2011 diperoleh
sebanyak 536,2 kali yang berarti perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 536,2 kali dalam setahun.
Pada tahun 2012 rasio perputaran persedian diperoleh sebanyak 59 kali yang berarti perusahaan mampu memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan
penjualan sebanyak 59 kali dalam setahun dan rasio perputaran persediaan diperoleh sebesar 1,97 kali pada tahun 2013 yang berarti perusahaan mampu
memutar dana dalam persediaan guna menghasilkan penjualan sebanyak 1,97 kali dalam setahun.
Jika dibandingkan rasio perputaran persediaan pada tahun 2011 dan 2012, maka dapat disimpulkan terjadi penurunan rasio perputaran persediaan sebesar
477,2. Hal ini disebabkan karena semakin rendahnya rasio berarti semakin besar persediaan. Jika dibandingkan tahun 2012 dengan tahun 2013 terjadi penurunan
rasio sebesar 57,03 dan tahun 2009 dengan tahun 2013 terjadi penurunan rasio
sebesar 745,43. Hal ini terjadi rendahnya perputaran yang menyebabkan penurunan penjualan dan menurunkan pendapatan yang diperoleh.
b. Rasio Perputaran Total Aktiva Total Asset Turnover Ratio
kali 1
Aktiva Total
Penjualan ×
= Turnover
Asset Total
Kali 117,8
Kali 1
928 .
964 .
559 .
3 350
. 034
. 459
. 419
2009 Tahun
= ×
=
Kali 172,4
Kali 1
473 .
986 .
587 .
4 220
. 749
. 933
. 790
2010 Tahun
= ×
=
Kali 229,9
Kali 1
091 .
548 .
007 .
6 518
. 263
. 046
. 381
. 1
2011 Tahun
= ×
=
Kali 0,22
Kali 1
244 .
417 .
946 .
10 889
. 413
. 446
. 2
2012 Tahun
= ×
=
Kali 0,25
Kali 1
567 .
082 .
428 .
14 761
. 239
. 684
. 3
2013 Tahun
= ×
=
Total Asset Turnover pada tahun 2009 sebesar 117,8 kali, hal ini berarti bahwa pada tahun 2009 kemampuan dana yang tertanam atau kemampuan modal
yang diinvestasikan untuk menghasilkan ”revenue” dalam keseluruhan aktiva dalam satu tahun berputar sebanyak 117,8 kali. Pada tahun 2010 Total Assets
Turnover sebesar 172,4 kali berarti setiap satu kali penjualan bersih aktiva berputar sebanyak 172,4 kali. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui
bahwa perusahaan telah mengalami peningkatan total asset turnover sebesar 54,6 kali karena perusahaan efektif dalam mengelola asetnya dan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki sangat baik.
Total Asset Turnover pada tahun 2011 sebesar 229,9 kali berarti setiap satu kali penjualan bersih aktiva berputar sebanyak 229,9 kali, sedangkan pada tahun
2012 total assets turnover sebesar 0,22 kali berarti setiap satu kali penjualan bersih aktiva berputar sebanyak 0,22 kali. Perputaran aktiva dari tahun 2011 ke
tahun 2012 menurun 229,68 kali. Hal ini menggambarkan kondisi perusahaan yang kurang baik karena semakin kecil perputaran aktiva maka semakin
berkurang aktiva menghasilkan laba bagi perusahaan atau selama tahun 2012 perusahaan kurang mengoptimalkan aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan
laba, jika dibandingkan perputaran aktiva yang terjadi di tahun 2012 ke tahun 2013 yang mengalami peningkatan 0,03 kali.
c. Average Collection Period Ratio
Hari 1
360 rata
- rata
Penjualan Dagang
Piutang ×
× =
Period Collection
Average
Hari 14,48
Hari 1
360 034
. 459
. 419
018 .
870 .
21 2009
Tahun =
× ×
=
Hari 3,98
Hari 1
360 749
. 933
. 790
452 .
339 .
11 2010
Tahun =
× ×
=
Hari 1,60
Hari 1
360 263
. 046
. 381
. 1
877 .
990 .
7 2011
Tahun =
× ×
=
Hari 1,01
Hari 1
360 889
. 413
. 446
. 2
409 .
930 .
8 2012
Tahun =
× ×
=
Hari 53,42
Hari 1
360 761
. 239
. 684
. 3
154 .
856 .
70 2013
Tahun =
× ×
=
Rata-rata pengumpulan piutang pada tahun 2009 adalah selama 14,48 hari, untuk tahun 2010 rata-rata pengumpulan piutangnya selama 3,98 hari kemudian
pada tahun 2011 rata-rata pengumpulan piutangnya adalah selama 1,60 hari dan tahun 2012 rata-rata pengumpulan piutangnya sebesar 1,01 hari. Berarti
mengalami penurunan sebesar 10,5 hari pada tahun 2009-2010 dan pada tahun 2011-2012 mengalami penurunan sebesar 0,95 hari. Jika dilihat dari penurunan
tersebut maka keadaan perusahaan cukup baik, karena semakin kecil resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang perusahaan.
Rata-rata pengumpulan piutang pada tahun 2012 adalah sebesar 1,01 hari dan untuk tahun 2013 adalah selama 53,42 hari. Jika dilihat dari kenaikan tersebut
maka keadaan perusahaan kurang baik karena semakin besar resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang perusahaan.
4. Analisis Rasio Profitabilitas