Undang – Undang menetapkan ada dua keriteria bagi perubahan anggaran dasar yaitu pertama dikatakan bahwa perubahan anggaran dasar meliputi ”nama” dan
”kegiatan” yayasan harus mendapat persetujuan Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia. Kedua bagi perubahan anggaran dasar mengenai hal lain cukup
diberitahukan kepada Menteri.
40
Berdasarkan kedua kriteria yang disebutkan diatas maka dapat dikatakan bahwa perubahan anggaran dasar yayasan harus mendapat pengesahan dan atau
persetujuan Menteri sesuai dengan materi perubahan yang dilakukan. Akan tetapi apabila hanya perubahan – perubahan lainnya, cukup hanya diberitahukan saja
kepada Menteri Hukum Dan Hak Azasi Manusia tanpa harus dengan pengesahan. Pada yayasan yang akta pendiriannya belum disahkan sebagai badan hukum
berarti anggaran dasarnya juga belum mendapat pengesahan, berarti pengangkatan anggota Pembina, Pengurus dan Pengawas yayasan belum sah, karena belum
disahkan pada rapat Pembina.
3. Tanggung Jawab Pengurus Dalam Kegiatan Yayasan
Peranan Pengurus amat dominan pada suatu organisasi. Pada Yayasan Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan. Sebelum
adanya Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004, sering terjadi Pendiri merangkap sebagai Pengurus atau demikian
40
Gunawan Wijaya, Suatu Panduan Konprehensif Yayasan Di Indonesia,PT.Elex Media Komputindo,Jakarta,
2002, halaman 38
Universitas Sumatera Utara
sebaliknya. Hal ini mengakibatkan sering timbulnya kepentingan pribadi dari pengurus yayasan tersebut yang merugikan yayasan dalam menjalankan kegiatannya.
Peran Pengurus dalam Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan diatur dalam Pasal 31 sampai dengan Pasal 39. Pengurus tidak boleh
merangkap sebagai Pembina atau Pengawas. Larangan perangkapan jabatan dimaksud untuk meghindari kemungkinan tumpang tindih kewenangan, tugas dan
tanggung jawab antara Pembina, Pengurus, dan Pengawas yang dapat merugikan kepentingan Yayasan atau pihak lain.
Pengurus adalah organ yayasan yang melaksanakan kepengurusan yayasan baik didalam maupun di luar yayasan. Pengurus mempunyai tugas dan kewenangan
melaksanakan kepengurusan dan perwakilan yang harus dijalankan semata – mata untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Adapun yang dapat diangkat menjadi
pengurus yayasan adalah orang perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum.
Kewenangan pengurus meliputi : a.
Melaksanakan kepengurusan yayasan b.
Mewakili yayasan, baik di dalam maupun di luar pengadilan c.
Mengangkat dan memberhentikan pelaksanaan kegiatan yayasan. d.
Bersama – sama dengan anggota pengawas mengangkat anggota pembina jika yayasan tidak lagi mempunyai pembina
e. Mengajukan perpanjangan jangka waktu pendirian, jika yayasan didirikan untuk
jangka waktu tertentu
Universitas Sumatera Utara
f. Menandatangani laporan tahunan bersama – sama dengan pengawas.
g. Mengusulkan kepada pembina tentang perlunya penggabungan
h. Bertindak selaku likuidator jika tidak ditunjuk likuidator.
Disini nampak bahwa pengurus mempunyai tugas dan kewenangan yaitu melaksanakan kepengurusan dan mewakili yayasan. Sehubungan dengan tugas dan
kewenanagan tersebut, Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 menegaskan bahwa setiap anggota pengurus
bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan menjalankan tugasnya tidak mematuhi ketentuan anggaran dasar yayasan sehingga mengakibatkan
kerugian bagi yayasan atau pihak ketiga.
41
Ketentuan ini merupakan konsekwensi dari fidusiary relationship antara yayasan dengan pengurus selaku organ yayasan.
Dapat diketahui bahwa Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 memberi kebebasan kepada yayasan untuk
mengangkat anggota pengurus, yang tidak harus berasal dari dalam yayasan. Jika ada anggota pengurus yang diangkat dari luar yayasan sama sekali tidak dilarang. Undang
– Undang Yayasan dalam hal ini menganut azas bebas dan terbuka dalam pengangkatan pengurus. Pengurus tidak boleh merangkap sebagai pembina atau
pengawas.
42
Larangan merangkap jabatan ini. menurut penjelasan Pasal 31 Ayat 3 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 tersebut, untuk menghindari kemungkinan
41
Anwar Borahima, Op. Cit, Halaman 222
42
Pasal 31 ayat 3 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
Universitas Sumatera Utara
tumpang tindih kewenangan, tugas, dan tanggung jawab antara pembina, pengurus, pengawas yang dapat merugikan kepentingan yayasan atau pihak lain.
Ketentuan Pasal 31 ayat 2 maupun Pasal 40 ayat 3 menghendaki agar pengangkatan anggota pengurus maupun pengawas, syaratnya adalah orang
perseorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum. Namun bukan berarti semua orang dapat diangkat dengan mempertimbangkan berbagai aspek, seperti aspek
pendidikan dan pengalaman,aspek kemampuan dan tanggung jawab, aspek menejerial dan profesional.
Pembina, pengurus dan pengawas dilarang merangkap jabatan dan masing – masing harus bekerja secara profesional.
Pihak ketiga dapat mengawasi kerja dari organ yayasan tersebut, sebagai bagian pengawasan dari luar untuk menyelesaikan permasalahan yayasan secara
represif. Jadi lembaga pemerikasaan di sini sebenarnya juga untuk menilai profesionalitas personel organ yayasan.
Pengurus yayasan diangkat oleh Pembina berdasarkan keputusan rapat Pembina untuk jangka waktu selama 5 lima tahun dan dapat diangkat kembali
setelah jabatan pertama berakhir untuk masa jabatan 5 tahun dan ditentukan dalam anggaran dasar, dan tidak ditentukan untuk berapa kali pengangkatan. Pengurus yang
baru harus meberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia tentang pergantian pengurus sebelumnya.
43
43
Pasal 32 dan 33 Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004
Universitas Sumatera Utara
Pengangkatan, pemberhentian, atau penggantian Pengurus yang tidak sesuai dengan ketentuan anggaran dasar dapat dibatalkan oleh pengadilan, atas permohonan
yang berkepentingan atau atas permintaan kejaksaan yang mewakili kepentingan umum. Dalam hal pengurus selama menjalankan tugas melakukan tindakan yang oleh
pembina dinilai merugikan yayasan, maka berdasarkan keputusan rapat pembina, pengurus tersebut dapat diberhentikan sebelum masa kepengurusannya berakhir .
Ketentuan mengenai tata cara pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian pengurus diatur dalam anggaran dasar susunan pengurus sekurang kurang nya terdiri
dari atas : 1.
Seorang ketua 2.
Seorang sekretaris 3.
Seorang bendahara Dalam praktek, seorang ketua pengurus yayasan harus dapat menjadi penggerak
yayasan yang mendorong yayasan untuk bergerak mencapai maksud dan tujuannya. Oleh karenanya sebelum berlakunya Undang – Undang Yayasan, biasanya yang
diangkat menjadi ketua yayasan adalah para pencetus tujuan yayasan dan para pendiri yayasan dengan masa jabatan yang tidak dibatasi. Namun dengan berlakunya Undang
–Undang Yayasan, hal itu tidak dimungkinkan lagi oleh karena Undang – Undang Yayasan telah secara tegas mengatur pembatasan masa jabatan dan mekanisme
pemberhentian dan penggantian pengurus yayasan termasuk didalamnya adalah ketua pengurus yayasan.
Universitas Sumatera Utara
Pengurus yayasan mewakili yayasan didalam dan di luar pengadilan. Pengurus yayasan menerima pengangkatan berdasarkan kepercayaan atau
berdasarkan fiduciary duty. Hal ini terlihat dalam Pasal 35 ayat 2 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Undang – Undang ini pun membedakan
antara Pengurus dan Pelaksana Kegiatan Yayasan. Jika Pengurus tidak menerima gaji, upah, atau honorarium, maka terbuka kemungkinan pembayaran kontraprestasi
bagi pelaksana kegiatan Yayasan. Anggota Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan jika terjadi perkara
didepan pengadilan antara Yayasan dan anggota Pengurus yang bersangkutan. Juga dalam hal terdapat kepentingan yang berbeda antara anggota Pengurus dan
kepentinga yayasan.
44
Kewenangan Pengurus juga dibatasi dalam hal – hal yang mengikat yayasan sebagai penjamin hutang, pengalihan kekayaan Yayasan, atau
pembebanan atas kekayaan Yayasan untuk kepentingan pihak lain.
45
Jika pengurus melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Yayasan, anggaran dasar dapat membatasi kewenangan tersebut dengan menentukan bahwa
untuk perbuatan hukum tertentu diperlukan persetujuan terlebih dahulu dari Pembina dan atau Pengawas, misalnya untuk menjaminkan kekayaan Yayasan guna
membangun sekolah atau rumah sakit. Yayasan cakap melakukan perbuatan hukum sepanjang perbuatan hukum itu
tercakup dalam maksud dan tujuan yayasan yang dituangkan dalam anggaran dasar
44
Pasal 36 ayat 1 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
45
Pasal 37 ayat 1 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
Universitas Sumatera Utara
yayasan tersebut. Dalam hal yayasan melakukan perbuatan hukum ultra vires, yang diluar batas kecakapannya, maka perbuatan hukum tersebut batal demi hukum. Guna
menghindari pembatalan tersebut, maka diperlukan penafsiran atau rumusan maksud dan tujuan yayasan, berpegang pada pengertian yang lazim menurut kebiasaan, dan
memperhatikan sejauh mana perbuatan tersebut dapat menunjang kegiatan yayasan dalam rangka pencapaian maksud dan tujuan yayasan.
Undang – Undang Yayasan juga membuka kemungkinan Pengurus bertanggung jawab tidak terbatas atas kerugian yang diderita oleh Yayasan. Jika
kepailitan terjadi karena kesalahan Pengurus, Pengurus dapat bertanggung jawab secara tanggung renteng, kecuali Pengurus yang dapat membuktikan bahwa
kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya, pengurus yang dinyatakan bersalah oleh Pengadilan dalam mengurus suatu Yayasan, selama 5 lima tahun sejak
tanggal putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat menjadi Pengurus Yayasan manapun.
Pengurus dalam yayasan yang akta pendiriannya belum disahkan menjadi badan hukum, apabila melakukan perbuatan hukum yang dilakukannya atas nama
yayasan sebelum yayasan memperoleh status badan hukum menjadi tanggung jawab pengurus secara tanggung renteng, hal ini disebabkan kerena belum disahkannya
akata pendirian yayasan, berarti ketentuan tentang tata cara pengangkatan pengurus yang diatur didalam anggaran dasarnya belum sah.
Berlakunya Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, berarti telah terjadi reformasi terhadap yayasan terutama yang berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
anggaran dasar. Reformasi yang perlu dilakukan mencakup aspek organ yayasan pembina, pengurus dan pengawas serta wewenang masing – masing unsur organ
yayasan, pengelolaan kegiatan usaha yayasan menjadi jelas sehingga tidak menjadi tempat persembunyian harta oleh para pendirinya dan pengelolaan kegiatan usaha
yayasan haruslah dikelola secara profesional
46
Mengenai pertanggungjawaban pengurus terhadap kegiatan usaha yayasan berkaitan erat dengan prinsip fiduciary relationship antara yayasan dengan pengurus
selaku organ yayasan oleh karena adanya perbuatan ultra vires yang mengakibatkan kerugian bagi yayasan atau pihak ketiga. Kesalahan pengurus tersebut merupakan
kesalahan langsung karena telah menyebabkan kerugian maupun kesalahan karena ikut menyebabkan kerugian. Untuk itu maka tanggung jawab kegiatan usaha yayasan
sangat penting dilakukan oleh setiap pengurus berdasarkan prinsip kehati – hatian dan tanggung jawab. Pengelolaan kegiatan usaha yayasan berkaitan erat dengan
pengelolaan harta kekayaan yayasan, karena hasil kegiatan usaha merupakan salah satu bentuk pendapatan yang menjadi harta kekayaan yayasan.
Pengurus yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan yayasan untuk kepentingan dan tujuan yayasan.
47
Setiap pengurus menjalankan tugas dengan itikad baik, dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan tujuan yayasan.
48
Setiap pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan dalam
46
YB, Sigit Hutomo, Reformasi Yayasan Perspektif Hukum Dan Manajemen, The Jakarta Consulting Group Editor 360” Approach on Foundation, Andi, Yogyakarta, 2002, halaman 144
47
Pasal 35 ayat 1 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
48
Pasal 35 ayat 2 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
Universitas Sumatera Utara
menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan ketentuan anggaran dasar, yang mengakibatkan kerugian yayasan atau pihak ketiga.
49
Yayasan sangat bergantung pada organ pengurus sebagai organ yang dipercayakan untuk melakukan kegiatan dan
melaksanakan fungsinya. Sehingga antara yayasan dengan organ pengurus terdapat fiduciary relationship yang melahirkan fiduciary duties. Pengurus hanya berhak dan
berwenang bertindak atas nama dan untuk kepentingan yayasan serta dalam batas – batas yang ditentukankan dalam Undang – Undang Yayasan dan anggaran dasar
yayasan. Setiap tindakan yang dilakukan pengurus diluar kewenangan yang diberikan tersebut tidak akan mengikat yayasan. Hal ini berarti, pengurus dalam melakukan
tugasnya haruslah bertanggung jawab mempergunakan wewenang yang dimilikinya berdasarkan anggaran dasar yayasan, untuk tujuan yang patut yang sesuai dengan
maksud dan tujuan yayasan yang tertuang dalam anggaran dasar yayasan. Pengurus tidak boleh memperoleh keuntungan untuk dirinya pribadi bila
keuntungan tersebut diperoleh karena kedudukannya sebagai pengurus pada yayasan itu.
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001 dengan tegas menyatakan bahwa yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Dari
ketentuan Pasal 1 angka 1, maka pengurus mempunyai tanggung jawab agar dapat mengelola harta kekayaan yang dipisahkan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah
49
Pasal 35 ayat 5 Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001.
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan pada akta pendirian yayasan. Dalam melakukan pengelolaan harta tersebut sepenuhnya diarahkan untuk dapat mencapai tujuan pendirian yayasan dengan
melaksanakan pengelolaan kegiatan usaha yayasan yang sebaik mungkin. Pasal 5 ayat 1 Undang – Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004 mengatur
tentang harta kekayaan baik berupa uang, barang maupun kekayaan lain yang diperoleh yayasan berdasarkan Undang – Undang ini, dilarang dialihkan untuk
dibagikan secara langsung atau tidak langsung baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada pembina, pengurus
dan pengawas. Dengan adanya ketentuan ini maka dengan sendirinya setiap pengurus yayasan tidak dibenarkan menerima pengalihan harta yayasan dengan alasan apapun.
Ditinjau dari aspek manajerial, agar yayasan dapat tumbuh berkesinambungan dalam mencapai maksud dan tujuan yayasan, maka yayasan kiranya perlu
mempertimbangkan hal – hal berikut : 1.
Pendiri dan pengurus harus bersedia meninggalkan kepentingan pribadi secara sukarela menyumbangkan pikiran dan sumber daya lainnya bagi pencapaian
maksud dan tujuan yayasan. 2.
Visi dan misi yayasan harus dirumuskan dengan jelas dan tegas sebagai dasar untuk memberi arah dalam penyusunan rencana strategis dalam pencapaian
maksud dan tujuan yayasan. 3.
Pengelolaan yayasan harus dijalankan secara transparan, karena pemodal, masyarakat, dan pemerintah menuntut adanya keterbukaan dan akuntabilitas yang
baik.
Universitas Sumatera Utara
4. Profesionalisme pengelolaan yayasan akan menciptakan citra yang positif dimata
pemodal, masyarakat dan pemerintah. Dengan citra yang positif akan memudahkan yayasan menggalang dukungan dan partisipasi berbagai pihak
dalam menggali sumber perdanaan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. 5.
Pengelolaan yayasan dilakukan secara efektif dan efisien sebagaimana halnya suatu organisasi bisnis, namun dana yang dihasilkan diperuntukkan sepenuhnya
untuk pencapaian maksud dan tujuan yayasan. Pengelolaan yayasan dilakukan berdasarkan prinsip profesinalisme dan tidak cukup hanya dengan idealisme.
6. Manajer dan karyawan harus diberikan kompensasi yang layak kerena mereka
harus dituntut berprestasi sebagaimana layaknya maneger perusahaan biasa. Untuk menutupi pengeluaran yang tinggi yayasan harus menciptakan gagasan
yang kreatif dan kegiatan yang menghasilkan nilai tambahan added value sehingga dengan mudah mendapat dukungan dan simpati masyarakat serta
tentunya akan dapat menghasilkan dana bagi yayasan. 7.
Yayasan harus menciptakan kegiatan dan program yang kreatif yang berorientasi pasar. Program yang berorientasi pasar akan sangat disukai oleh konsumen
sehingga memudahkan yayasan menggali sumber pendanaan untuk mendukung kegiatanya. Untuk itu sudah layaknya yayasan mengimplementasikan strategi
pemasaran dalam upaya mengidentifikasi potensi pasar, menciptakan program yang dibutuhkan masyarakat dan melakukan promosi atas program – program
tersebut. Pemasaran bukan lagi dominasi dunia bisnis, tetapi sudah saatnya dilakukan oleh yayasan. Strategi pemasaran yang berhasil akan menciptakan
Universitas Sumatera Utara
kepuasan konsumen, meningkatkan partisipasi konsumen, meningkatkan dukungan publik, dukungan pemodal serta meningkatkan efisiensi.
8. Pengelolaan keuangan dilakukan secara profesional berlandaskan prinsip
transparansi, efisiensi dan akuntabilitas. Walaupun uang bukan segalanya, tetapi tanpa uang yayasan tidak dapat menjalankan kegiatannya. Oleh karena
itu,pembukuan harus diselenggarakan dengan tertib dan informasi keuangan dihasilkan tepat waktu sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengurus untuk tujuan
evaluasi. Pengawasan dan perencanaan. 9.
Pengurus harus meningkatkan pemahaman tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan serta berbagai aspek hukum lainnya yang
relavan untuk meyakinkan bahwa segala tindakan dan keputusan yayasan telah sesuai dengan ketentuan perundang – undangan yang berlaku.
50
Apabila yayasan memiliki kegiatan kegiatan usaha maka pendapatan dan biaya – biaya yang berkaitan dengan kegiatan usaha tersebut perlu dicatat secara
terpisah. Bahkan yayasan dapat membentuk badan usaha tersendiri yang mengelola kegiatan bisnis dari yayasan. Kegiatan usaha dari badan usaha yang dimiliki oleh
yayasan dapat mencakup antara lain, kesenian dan budaya, olahraga, perlindungan konsumen, pendidikan, lingkungan hidup, kesehatan dan ilmu pengetahuan. Kegiatan
usaha tersebut sebaiknya diserahkan kepada orang yang memiliki kompetensi dalam pengelolaannya, sehingga tidak dianggap merugikan oleh pembina, pengurus dan
pengawas yayasan.
50
HP.Pangabean, Op.cit, halaman 157
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan dari kegiatan komersial ini akan menjadi sumber penerimaan kas bagi yayasan dan keuntungan ini tidak boleh dibagikan kepada pembina, pengurus
dan pengawas yayasan. Hal ini bertentangan dengan kebiasaan pengurus yayasan di masa lalu, seringkali hasil usaha yayasan itu untuk pribadi, bahkan akta pendirian
yayasan seringkali dijadikan alasan untuk mengalihkan harta kekayaan yayasan kepada pengurus dan anak keturunnya.
51
Dalam mengelola kegiatan usaha yayasan pengurus harus selalu mengedepankan pengelolaan berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas yaitu
ikhtisar laporan tahunan disampaikan pengurus ke dalam rapat tahunan pembina dan apabila rapat tahunan pembina menyetujui ikhtisar laporan tersebut, berarti
memberikan perlunasan dan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada para anggota pengurus dan pengawas atau pengurusan dan pengawasan yang telah
dijalankan selama satu tahun buku.
52
Pertanggung jawaban dalam melaksanakan kegiatan usaha yayasan harus dilakukan secara transparansi dan akuntabilitas kepada publik. Untuk dapat
menentukan siapa yang dapat bertanggung jawab terhadap kerugian pada penyelenggaraan usaha yayasan, maka yang bertanggung jawab itu siapa yang
melakukan kesalahan, apabila pengurus yang melakukan kesalahan atau kelalaian maka penguruslah yang melakukan pertanggung jawaban, akan tetapi apabila
51
YB Sigit Hutomo, Op.cit, halaman 131
52
Ibid
Universitas Sumatera Utara
kesalahan itu merupakan kesalahan penyelenggara usaha maka penyelenggaralah yang bertanggung jawab.
53
Akan tetapi bagi pengurus yang dinyatakan bersalah dalam melakukan pengurusan yayasan yang menyebabkan kerugian bagi yayasan, masyarakat atau
negara berdasarkan putusan pengadilan, maka dalam jangka waktu 5 lima tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum yang tetap,
tidak dapat diangkat menjadi pengurus yayasan dimanapun. Namun tentang pertanggung jawaban pengurus terhadap kerugian penyelenggaraan kegiatan yayasan,
pengurus dapat juga dipersalahkan. Hal ini berdasarkan Pasal 1367 Ayat 1 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata yang menyebutkan bahwa seseorang tidak saja
bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang – orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang – barang yang berada
dibawah pengawasannya.
54
Setiap kerugian yang terjadi dalam penyelenggaraan kegiatan usaha yayasan harus dapat dipertanggung jawabkan pengurus, terutama
pertanggung jawaban ini akan disampaikan pada rapat Dewan Pembina setahun sekali. Apabila pembina bermaksud untuk mendirikan suatu kegiatan usaha yang
mempergunakan modal dari harta yayasan, maka pembina harus mengusulkan hal ini kepada pengurus, pembina tidak dibenarkan menyelenggarakan kegiatan usaha
yayasan tanpa sepengatahuan pengurus. Sebab dalam organ yayasan, pembina hanya berwenang untuk menetapkan kebijakan umum dan rancangan anggaran tahunan, hal
53
YB Sigit Hutomo, ibid
54
YB Sigit Purnomo,ibid
Universitas Sumatera Utara
ini dipertegas dalam Pasal 28 ayat 1 dan ayat 2 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 Jo Undang – Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004 yang
menyebutkan bahwa pembina adalah organ yayasan yang mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh Undang – Undang dan
kewenangan pembina meliputi : 1.
Keputusan untuk melakukan perubahan Anggaran Dasar Yayasan. 2.
Pengangkatan dan Pemberhentian anggota pengurus dan anggota pengawas yayasan.
3. Penetapan kebijakan umum yayasan berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan,
4. Penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran yayasan.
Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa Pembina hanya berwenang untuk menetapkan kebijakan – kebijakan umum sesuai dengan Anggaran Dasar Yayasan
bukan mengurusi operasional penyelengaraan kegiatan yayasan apalagi Pembina sampai merangkap jabatan sebagai penyelenggara kegiatan yayasan, maka hal ini
sangat bertentangan dengan Undang – Undang Yayasan yang ada. Dalam menjalankan tanggung jawab tugasnya seorang pengurus harus
berlandaskan pada prinsip : 1.
Fiduciary duty adalah prinsip yang lahir karena tugas dan kedudukan yang dipercaya oleh yayasan kepada pengurus.
2. Duty of skill and care adalah prinsip yang menunjuk kepada kemampuan serta
kehati – hatian tindakan Pengurus
Universitas Sumatera Utara
3. Statutory duty adalah prinsip yang berkaitan dengan kekuasaan dan wewenang
serta tanggung jawab Pengurus Yayasan. Ketiga prinsip ini menuntut Pengurus untuk bertindak secara hati – hati dan
disertai dengan iktikad baik semata – semata untuk kepentingan dan tujuan Yayasan. Sebagai badan yang berbadan hukum artificial Person yayasan tidak
bertindak sendiri dalam menjalankan segala kegiatannya. Untuk itu diperlukan orang – orang yang memiliki kehendak, yang akan menjalankan Yayasan tersebut, sesuai
dengan maksud dan tujuan pendirian Yayasan. Orang – orang yang akan menjalankan, mengelola dan mengurus yayasan dalam Undang – Undang Yayasan
pasal 2 disebut dengan istilah organ yayasan.
55
Fiduciary fidusia dalam bahasa latin dikenal sebagai fiduciaries yang berarti kepercayaan. Kepercayaan yang dipegang seseorang untuk kepentingan orang lain
Fiduciary duty adalah tugas yang dijalankan oleh Pengurus dengan penuh tanggung jawab untuk kepentingan benefit orang atau pihak lain yayasan.
Seseorang memiliki kepastian fiduciary duty jika bisnis yang ditransaksikannya, harta benda atau kekayaan yang dikuasainya bukan untuk kepentingan dirinya sendiri,
tetapi untuk kepentingan orang lain. Orang yang memberikan kewenangan tersebut memiliki kepercayaan yang besar kepadanya. Sebagai pemegang amanah, wajib
memiliki itikad baik dalam menjalankan tugasnya.
56
55
Pasal 2 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 menyatakan bahwa Yayasan mempunyai oragan yang terdiri atas Pembina, Pengurus, dan Pengawas.
56
Munir Fuady, Perseroan Terbatas-Paradikma Baru, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, halaman 33
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan fiduciary duty, pengurus dalam melakukan tugasnya haruslah berdasarkan kepercayaan yang diberikan oleh pembinapendiri, jadi harus berbuat
bonafide
57
, untuk kepentingan yayasan secara keseluruhan dan bukanlah untuk kepentingan pribadi organ Yayasan, serta harus sesuai dengan tujuan dan maksud
Yayasan. Pengurus bertanggung jawab sepenuhnya atas kepengurusan Yayasan, baik
untuk kepentingan maupun tujuan Yayasan serta mewakili Yayasan, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan azas persona standi in judicio. Pengurus
bertanggung jawab secara pribadi apabila yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan anggaran dasar.
Berdasarkan kewenangan yang ada, Pengurus harus mampu mengekspresikan dan menjalankan tugasnya dengan baik, agar Yayasan selalu berjalan pada jalur yang
benar atau layak. Hal ini ditegaskan dalam Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 Pasal 35 yaitu :
1. Pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan
untuk kepentingan dan tujuan Yayasan serta berhak mewakili Yayasan, baik di dalam maupun di luar pengadilan.
2. Setiap pengurus menjalankan tugas dengan iktikad baik dan penuh tanggung
jawab untuk kepentingan dan tujuan Yayasan. 3.
Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat 2, pengurus dapat mengangkat dan memberhentikan pelaksana kegiatan yayasan,
4. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengangkatan dan pemberhentian
pelaksana kegiatan Yayasan diatur dalam Anggaran Dasar Yayasan. 5.
Setiap pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar, yang mengakibatkan kerugian yayasan atau pihak ketiga.
57
Bonafide berarti : in or with good faith, honestly,opernly, and sincerely, withaout deceit or fraud, etc. Black’s Law Dictionary
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan dalam Pasal 35 ayat 1 artinya, kegiatan yang dilakukan dan keputusan yang diambil, harus dilakukan demi kepentingan dan tujuan Yayasan dan
Pengurus tidak boleh mengatasnamakan Yayasan untuk melakukan segala sesuatu di luar kepentingan dan tujuan Yayasan, kepentingan pribadi dan atau orang lain.
58
Dengan demikian Pengurus harus mampu menghindarkan Yayasan dari tindakan – tindakan ilegal, bertentangan dengan peraturan dan kepentingan umum serta
bertentangan dengan kesepakatan yang dibuat dengan organ yayasan lain. Pada Pasal 35 ayat 2 menunjukan bahwa pengurus dalam melakukan
tugasnya berdasarkan fiduciary duty. Bilamana pengurus berbuat untuk keuntungan bagi diri mereka sendiri, atau
pihak ketiga, atau merugikan yayasan, perbuatan tersebut memperlihatkan tidak adanya iktikad baik dari para pengurus tersebut. Ada 2 dua prinsip standar yang
harus dipenuhi oleh pengurus dalam membuat keputusan. Pertama, ia harus dilakukan dengan iktikad baik untuk kepentingan Yayasan, dan ke dua, harus dibuat untuk
tujuan yang benar sesuai dengan tujuan Yayasan. Pengurus juga berpedoman pada prinsip – prinsip dalam doktrin fiduciary
duty, yaitu:
59
58
Wahyono Darmabrata,” Implomentasi Good Corporate Govermance Menyikapi Bentuk – Bentuk Penyimpangan Fiduciary Duty Direksi dan Komisaris Perseroan Terbatas” Jurnal Hukum
Bisnis, Vol 22. Nomor 6 Tahun 2003 Halaman 31
59
Chatamarrasjid Ais, Badan Hukum Yayasan Edisi Revisi, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, halaman 108.
Universitas Sumatera Utara
a. Pengurus di dalam melakukan tugasnya tidak boleh melakukannya untuk
kepentingan pribadi ataupun kepentingan pihak ketiga, tanpa persetujuan dan atau sepengetahuan Yayasan the conflict rule
b. Pengurus tidak boleh memanfaatkan kedudukannya sebagai pengurus
untuk memperoleh keuntungan, baik untuk dirinya sendiri maupun pihak ketiga, kecuali atas persetujuan yayasan the profit rule
c. Pengurus tidak boleh mempergunakan atau menyalahgunakan milik
Yayasan untuk kepentingannya sendiri dan atau pihak ketiga the misappropriation rule
Prinsip di atas konsepnya berbeda satu sama lain,tetapi sering kali diterapkan secara bersamaan dan berhimpitan. Dalam hubungan dengan pengurus tidak boleh
memperoleh keuntungan pribadi karena posisi yang dijabatnya. Maka dari itu, diantara tindakan pengurus yang dapat merugikan Yayasan adalah melakukan
transaksi antara Yayasan dan dirinya sendiri ataupun mengambil kesempatan meperoleh keuntungan yang seharusnya untuk Yayasan, dilaksanakan sendiri bagi
kepentingan sendiri. Berdasarkan konsep tersebut, Pengurus harus menghindari konflik
kepentingan. Tidak seorang Pengurus pun boleh melibatkan diri dalam suatu kontrak, dimana ia memiliki kepentingan pribadi,yang dapat menimbulkan kemungkinan
terjadinya konflik kepentingan dengan kepentingan perusahaan yang harus dilindunginya. Kontrak yang melibatkan konflik kepentingan seperti ini disebut
dengan ”voidable”. Didalam fiduciary duty juga terdapat kewajiban bagi pengurus
Universitas Sumatera Utara
untuk melaporkan setiap keuntungan pribadi yang dimilikinya atau dimiliki keluarga., ketentuan ini dimaksud untuk mendeteksi kemungkinan adanya self dealing yaitu
mengetahui keuntungan yang dimiliki Pengurus atau keluarga karena posisi yang dijabatnya dengan melakukan transaksi antara Yayasan ataupun mengambil
kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya untuk yayasan, dilaksanakan sendiri bagi kepentingan sendiri.
60
Pengurus tidak hanya bertanggung jawab terhadap ketidak jujuran yang disengaja dishonesty.Tetapi juga bertanggung jawab secara hukum terhadap
tindakan kesalahan manajemen, kelalaian, kegagalan, atau tidak melakukan sesuatu yang penting bagi yayasanperseroan.
61
Dengan demikian, pengurus bertanggung jawab penuh atas pengurusan Yayasan, artinya secara Fiduciary harus melaksanakan
standartd of care. Sepanjang Pengurus bertindak dengan itikad baik, dan tindakan tersebut
semata – mata untuk kepentingan Yayasan, tetapi ternyata Yayasan tetap menderita kerugian, maka Pengurus tidak serta merta bertanggung jawab secara pribadi atas
kerugian tersebut. Sehubungan dengan hal ini Pasal 39 ayat 2 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 menyatakan bahwa pengurus tidak dapat
dipertanggung jawabkan atas kerugian tersebut, apabila dapat membuktikan : a.
Kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya b.
Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati – hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud yayasan.
60
Ibid, hal 109
61
Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru,Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003.halaman 82
Universitas Sumatera Utara
c. Tidak mempunyai benturan langsung maupun tidak langsung atas tindakan
pengurusan yang mengakibatkan kerugian. d.
Telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutan kerugian tersebut.
Ketentuan diatas memperlihatkan bahwa Pengurus tidak boleh menimbulkan
kerugian bagi yayasan, yang disebabkan ketidakcakapannya ataupun kelalaiannya. Pengurus Yayasan dalam menjalankan tugasnya berdasarkan prisip fiduciary
duties, harus melakukan pertimbangan sebagai berikut.
62
a. Pengurus harus mempertanggungjawabkan keuntungan pribadi karena
jabatannya kepada yayasan b.
Menghindari terjadinya konflik kepentingan dengan tidak terlibat dalam sebuah kontrak dimana satu pihak yang terlibat dalam kontrak tersebut adalah
yayasan c.
Menghindari posisi yang memprioritaskan kepentingan pribadi atau pihak lain.
Jika pengurus tidak melaksanakan ketiga prinsip tersebut dalam menjalankan tugasnya tentu yayasan dapat mengalami kerugian yaitu
63
: a.
Bertransaksi dengan yayasan b.
Keuntungan yayasan diambil untuk kepentingan pribadi c.
Melibatkan diri dalam perjanjian yang menimbulkan benturan kepentingan dengan yayasan.
d. Melakukan hal yang dapat memperoleh kontra prestasi dengan yayasan.
62
Rita M-L Law Firm, op,cid ,halaman 121
63
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui apakah seseorang Pengurus telah melakukan tugasnya secara baik dengan mengunakan kemampuan dan kepeduliannya duties of care and
skill, maka standar yuridis yang umum adalah bahwa Pengurus harus menunjukan derejat kepeduliannya care dan kemampuan skill seperti yang diharapkan secara
reasonable dari orang yang memiliki pengetahuan knowledge dan pengalaman experience.
Dengan demikian fiduciary duty dapat dikatakan sebagai tugas yang diemban oleh Pengurus, dengan penuh tanggung jawab dalam kapasitas dan fungsinya, demi
kepentingan Yayasan. Pengurus berkewajiban untuk mengelola Yayasan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab, serta mengutamakan kepentingan Yayasan
diatas kepentingan pribadi, atau bahkan kepentingan organ Yayasan sekalipun. Duty of skill and care ini dianut dalam Pasal 39 Undang – Undang Yayasan
Nomor 16 Tahun 2001. Tugas yang harus dilakukan dengan care and diligence timbul dari kepatutan atau kewajaran equity, sebagaimana tugas care and diligence
timbul dari hubungan trustee dengan beneficiary. Tugas – tugas pengurus tentu saja diatur menurut peraturan Perundang – Undangan yang berlaku serta anggaran dasar
Yayasan yang berlaku sebagai Undang – Undang bagi Yayasan tersebut. Kemampuan atau keahlian mengurus Yayasan merupakan persyaratan yang
harus dimiliki oleh Pengurus dan Pengawas. Sebagai puncak pimpinan, kualifikasi
Universitas Sumatera Utara
profesional ini menjadi persyaratan yang tidak dapat ditawar.
64
Pengurus harus mempunyai keahlian duty of skill dan pengetahuan knowlarge serta kehati – hatian
duty of care dengan derajat yang paling tinggi untuk mengelola suatu Yayasan. Oleh karena itu setelah diangkat, anggota Pengurus sudah harus mampu mengelola
Yayasan dengan sebaik – baiknya. Tugas dan kewajiban Pengurus dalam hubungan dengan duty of skill and care
bersumber dari kontrak, keputusankewajaran, peraturan Undang – Undang serta Anggaran Dasar. Tugas yang harus dilakukan tentu saja diatur menurut peraturan
perundang – undangan yang berlaku serta Anggaran Dasar Yayasan yang berlaku sebagai Undang – Undang bagi Yayasan tersebut.
Dengan adanya duty of cere, Pengurus diharuskan untuk bertindak dengan kehati – hatian dalam membuat segala keputusan dan kebijakan Yayasan. Kebijakan
yang dibuat harus tetap mempertimbangkan segala informasi – informasi yang ada secara patut dan wajar.
Berdasarkan kewenangan yang ada, Pengurus harus selalu waspada dan bertindak dengan perhitungan yang cermat. Dalam kebijakan yang dibuatnya dan
mempertimbangkan keadaan, kondisi, dan biaya pengelolaan yang benar.
65
64
Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas dalam Rangka Good Corporate Govermance, Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2002, halaman
144.
65
Ibid, halaman 140
Universitas Sumatera Utara
Apabila pengurus mengetahui perbuatan yang akan dilakukannya bertentangan dengan hukum atau peraturan yang berlaku, maka Pengurus Yayasan
tersebut sudah seharusnya tidak melakukannya. Berdasarkan doktrin business judgement rule, Pengurus tidak bertanggung
jawab atas kerugian yang timbul dari suatu tindakan pengembilan keputusan, apabila tindakan tersebut didasarkan pada itikad baik dan kehati – hatian serta jujur
honestly. Jika Pengurus memiliki benturan kepentingan dengan Yayasan ataupun
melakukan perbuatan curang, bertindak dengan itikad buruk atau jika mereka membuat keputusan yang ilegal. Pengurus akan diajukan kepengadilan.
Business judgement rule memberikan perlindungan bagi pengurus sepanjang Pengurus benar – benar telah melaksanakan tugasnya dengan itikad baik dan semata –
mata untuk kepentingan Yayasan. Standart of care merupakan suatu standar yang mewajibkan seseorang dalam
bertindak untuk memperhatikan segala resiko. Prinsip kehati – hatian dan ketelitian harus diditerapkan, supaya dapat menghindari segala kemungkinan – kemungkinan
yang tidak diinginkan. Kelalaian atau kealpaan Pengurus dapat dihubungkan dengan Pasal 1366
KUHPerdata ”Setiap oraang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau
kurang kehati – hatian.
Universitas Sumatera Utara
Seseorang pada dasarnya tidak dapat dinyatakan melakukan kesalahan karena kelalaian, besar atau kecil, kecuali dapat ditentukan sampai berapa jauh atau luas
tugas yang diduga telah dilalaikan. Duties of Loyalty merupakan sikap setia, yang harus ditunjukkan oleh
Pengurus dalam Yayasan yaitu sikap yang didasarkan pada pertimbangan rasional dan profesional. Dalam arti, Pengurus harus mampu bersikap tegas sesuai dengan visi
dan misi serta Anggaran Dasar Yayasan. Maksud dari kesetian adalah Pengurus harus selalu berpihak pada kepentingan Yayasan yang dipimpinnya.
Pengurus yang diberikan kepercayaan oleh PendiriPembina harus bertindak untuk kepentingan dan tujuan Yayasan, serta bertindak dengan mengutamakan
kepentingan Yayasan diatas kepentingan pribadi. Kepatuhan dan pengabdian kepada Yayasan, merupakan tugas dan kewajiban
utama dari seorang pengurus, Pengurus diwajibkan untuk menggunakan seluruh kemampuan, pengaruhnya, dan menggunakan seluruh sumber daya yang ada untuk
memberikan nilai tambah ke Yayasan. Tugas pengabdian loyalty, merupakan tugas yang menempatkan kepentingan
pribadi Pengurus di bawah kepentingan Yayasan dan PendiriPembina. Pengurus dilarang menggunakan posisinya untuk mengutamakan kepentingan pribadi atas
kepentingan Yayasan, yang telah memberikan kepercayaan dan segala perbuatan hukum yang menguntungkan pribadi Pengurus dan merugikan Yayasan.
Prinsip Statutory duty merupakan kekuasaan dan tanggung jawab Pengurus dalam menjalankan kegiatan serta mempunyai kewenangan tidak terbatas.
Universitas Sumatera Utara
Kewenangan Pengurus terlimitasi dengan Undang – Undang Yayasan dan Anggaran Dasar Yayasan.
Undang–Undang menganggap perlu memberikan pembatasan bahkan larangan bagi Pengurus Yayasan untuk melakukan tindakan pengurusan tertentu.
Karena tindakan – tindakan yang dilarang ditentukan secara tegas dalam Undang – Undang.
Ketentuan didalam Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 yang mengatur tentang kekuasaan dan wewenang serta tanggung jawab pengurus yayasan
ada pada Pasal 35 ayat 5 yang menyebutkan : setiap Pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya tidak
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar, yang mengakibatkan kerugian Yayasan atau pihak ketiga.
Dari ketentuan Pasal 35 ayat 5 diatas bahwa kekuasaan dan wewenang pengurus Yayasan didasarkan dan dibatasi oleh anggaran dasar Yayasan yang
bersangkutan. Kewenangan bertindak pengurus yayasan, seperti halnya kewenangan bertindak pengurus suatu badan hukum dirumuskan dalam anggaran dasarnya.
Anggaran dasar merupakan hukum positif yang mengikat semua organ Yayasan. Kekuatan mengikat anggaran dasar tidak dapat dikesampingkan. Dalam hal ingin
melakukan hal – hal yang bertentangan atau tidak sejalan dengan anggaran dasar sesuai dengan ketentuan dalam Undang – Undang Yayasan dan Aggaran Dasar itu
sendiri. Dengan demikian, pengurus Yayasan menjalankan apa yang dikenal sebagai perwakilan statuter yaitu perwakilan berdasarkan anggaran dasar.
Universitas Sumatera Utara
Anggaran dasar dapat membatasi kewenangan Pengurus dalam melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama Yayasan.
66
Dengan menentukan bahwa untuk melaksanakan perbuatan hukum tertentu diperlukan persetujuan terlebih dahulu dari
Pembina danatau Pengawas, misalnya untuk menjamin kekayaan Yayasan guna membangun rumah sakit.
Jadi wewenang Pengurus tidak timbul dari perturan perundang – undangan, jadi hanya berdasarkan anggaran dasar, tidak dapat dipaksakan oleh pihak ketiga atau
terhadap pihak lain. Anggota pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan dalam hal terjadi
perkara didepan pengadilan antara yayasan dengan anggota pengurus yang bersangkutan. Dan bila hal ini terjadi maka yang berhak mewakili Yayasan akan
ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
67
Yayasan sama sekali tidak diperkenankan,untuk mengikat Yayasan sebagai penjamin hutang, dan membebani kekayaan Yayasan, Pengurus dapat melaksanakan
tindakan tersebut, sepanjang telah mendapat persetujuan dari Pembina,
68
Pengurus juga dilarang, mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan
Yayasan, Pembina, Pengurus dan Pengawas Yayasan, atau seseorang yang bekerja
66
Pasal 37 angka 2 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
67
Pasal 36 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001.
68
Pasal 37 angka 1 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001.
Universitas Sumatera Utara
pada Yayasan.
69
Larangan tersebut tidak berlaku dalam hal perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.
70
Bila terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Pengurus dan kekayaan Yayasan tidak cukup untuk menutupi kerugian, maka setiap anggota pengurus secara
tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
71
Apabila Pengurus dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena kesalahan atau kelalaiannya,
maka pengurus tidak bertanggungjawab secara tanggung renteng atas kerugian tersebut.
72
Dalam hubungannya dengan laporan tahunan maka pengurus harus membuat dan menyimpan catatan dengan baik dan wajib membuat laporan.
73
Dan dalam jangka waktu 5 lima bulan terhitung sejak tanggal tahun buku Yayasan ditutup,
pengurus wajib menyusun laporan tahunan secara tertulis.
74
Setiap tindakan yang dilakukan Pengurus diluar kewenangan yang diberikan tidak akan mengikat Yayasan, artinya Pengurus dapat melakukan tugasnya, haruslah
bertanggungjawab mempergunakan wewenang yang dimiliknya berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan, untuk tujuan yang patut, yang sesuai dengan maksud dan
tujuan Yayasan yang tertuang dalam Anggaran Dasar Yayasan.
69
Pasal 38 angka 1 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
70
Pasal 38 angka 2 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
71
Pasal 39 angka 1 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
72
Pasal 39 angka 2 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001.
73
Pasal 48 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
74
Pasal 49 angka 1 Undang – Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001
Universitas Sumatera Utara
C. Kedudukan Yayasan Yang Tidak Didaftarkan
1. Yayasan Yang Belum Terdaftar