KEBIJAKAN LUAR NEGERI AUSTRALIA TERHADAP INDONESIA: PEMERINTAHAN JOHN HOWARD DARI ANALISA GAYA KEPEMIMPINAN JOHN HOWARD DARI PARTAI KOALISI LIBERAL DAN KEVIN RUDD DARI PENUTUP A.

viii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Transkrip Wawancara Lampiran 2: Defence White Paper 2009 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Australia dan Indonesia merupakan dua negara yang secara geografis dekat, namun memiliki banyak perbedaan, baik dalam segi sejarah, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Karena begitu banyaknya perbedaan yang ada di antara dua negara ini sehingga sulit untuk menemukan dua negara bertetangga lain seperti Australia dan Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Evans 1991: 1 bahwa tidak ada dua negara tetangga di belahan dunia manapun yang berbeda sejarah, budaya, penduduk, bahasa serta tradisi sosial dan politiknya seperti Australia dan Indonesia. Indonesia terletak di antara dua benua, yakni Asia dan Australia dan diapit oleh dua samudera, yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Hal ini menempatkan peran strategis Indonesia di mata internasional termasuk Australia. Indonesia setidaknya memiliki tiga selat yang menjadi lintas perdagangan internasional yang menghubungkan Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia, yaitu Selat Malaka, Selat Sunda dan Selat Lombok. Oleh karena hal inilah, Indonesia bernilai strategis secara politik Ibnudin, Pikiran Rakyat, 22 Maret 2010. Lebih jauh lagi, sebagai tetangga dekat, Indonesia menempati posisi penting bagi Australia. Oleh sebab itu secara geopolitik Indonesia menjadi salah satu 2 perhatian utama dalam kebijakan luar negeri Australia. Dengan demikian membangun kemitraan yang sehat antara Australia-Indonesia merupakan suatu tuntutan yang harus diciptakan oleh kedua negara Sulistiyanto 2010. Hubungan Australia dengan Indonesia diawali saat Indonesia berjuang untuk mencapai kemerdekaan pada tahun 1945. Pada masa itu, Australia bersimpati terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Australia di bawah pemerintahan Perdana Menteri Joseph Benedict Chifley dari Partai Buruh, menjadi negara yang sangat mendukung kemerdekaan Indonesia Bhakti 1992: 143. Evans 1991: 186 juga menyatakan bahwa Australia mendukung Indonesia dan sangat menentang kolonialisme Belanda. Dukungan Australia terhadap Indonesia terlihat ketika pada tahun 1947, Australia resmi menjadi wakil dari Indonesia dalam Komisi Jasa-Jasa Baik United Good Offices Committe serta mendukung Indonesia bergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB pada tahun 1950. Walaupun hubungan antara Australia-Indonesia awalnya berlangsung baik dan harmonis, bukan berarti hubungan tersebut bersifat statis. Sejarah mencatat hubungan kedua negara ini sering mengalami pasang surut. Adakalanya hubungan diplomatik Australia-Indonesia berjalan baik tanpa kendala yang berarti, namun tidak jarang hubungan keduanya memanas. Menurut Evans 1991: 186 hubungan Australia dan Indonesia dapat diibaratkan sebagai “roller coaster, yang suatu ketika mengalami peningkatan hubungan, namun juga selalu diikuti dengan penurunan. 3 Pergantian pemerintahan di Australia dari Partai Buruh kepada Partai koalisi Liberal yang dipimpin oleh Perdana Menteri Menzies untuk periode 1949-1966, mempengaruhi hubungan antara Australia dengan Indonesia pada kurun waktu tersebut. Di samping itu, situasi Perang Dingin juga membuat kebijakan luar negeri Australia di bawah pemerintahan koalisi Liberal harus mendukung politik global Amerika Serikat pada masa tersebut, yakni membendung penyebaran komunis containment policy. Hal ini menyebabkan Australia di bawah Pemerintahan koalisi Liberal lebih menginginkan kekuatan-kekuatan Barat ada di Asia Pasifik. Akibatnya, pemerintah Australia saat itu mendukung Irian Barat Papua dikuasai oleh Belanda. Permasalahan tentang Papua masih sering menjadi masalah dalam hubungan Australia-Indonesia hingga saat ini Bhakti, Wuryandari dan Muna 1997; Hamid 1999; Tewes 2004-05; Firth 2005. Selain kebijakan pemerintah koalisi Liberal yang mendukung “containment policy ”, perubahan sikap Australia terhadap Indonesia juga disebabkan oleh posisi Indonesia dan Papua New Guinea yang merupakan benteng pertahanan dan sekaligus titik kelemahan Australia Hamid 1999. Lebih jauh lagi, menurut Suryadinata 1998: 115 konfrontasi Indonesia-Belanda mengenai pembebasan Papua serta konfrontasi Indonesia-Malaysia pada 1965, membuat Australia menaruh curiga kepada Indonesia. Sikap Australia tersebut disebabkan pada saat itu, Partai Komunis mulai berpengaruh sehingga menyebabkan kekhawatiran Australia akan penyebaran komunis di kawasan Asia Pasifik. Oleh karena itu, antara tahun 1959-1965 hubungan Australia-Indonesia mengalami titik terendah