BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Suatu kenyataan dalam keberadaan makhluk hidup di bumi adalah terdiri dari dua jenis laki-laki dan perempuan. Kedua jenis makhluk hidup itu baik segi
fisik maupun dari segi psikis mempunyai sifat-sifat berbeda. Namun secara biologis kedua jenis makhluk tersebut saling membutuhkan, sehingga mereka
menjadi berpasang-pasangan atau berjodohan, yang secara harfiah di sebut perkawinan: “Perkawinan merupakan salah satu sunnah yang umum berlaku pada
semua makhluk Tuhan baik bagi manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.
1
Allah SWT tidak mau manusia seperti makhluk lain yang hidupnya bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betina secara anarki tanpa
adanya suatu aturan. Tetapi demi menjaga martabat dan kehormatannya, Allah SWT adakan perinsip-perinsip dan hukum yang sesuai martabatnya sehingga
hubungan pria dan wanita diatur secara terhormat didasarkan saling ridho- meridhoi dengan ucapan ijab kabul
2
sebagai lambang dari adanya rasa ridho-
1
M. Tholib, 40 Petunjuk Menuju Perkawinan Islami, Bandung : Irsyad Baitu Salam, 1995, h. 21.
2
Ijab kabul adalah ikrar yang menyatakan kerelaan dan keinginan dari calon suami dan istri untuk mengikatkan diri masing-masing dalam pernikaahan. Ijab adalah pernyataan pihak
pertama dari salah satu pihak. Qabul adalah penerimaan sepenuhnya dari pihak ke dua atas pihak pertama.
meridhoi serta dihadiri oleh para saksi yang menyaksikan bahwa sepasang pria dan wanita itu saling terikat.
Dengan pernikahan manusia akan berkembang biak sehingga kehidupan umat manusia dapat dilestarikan. Sebaliknya tanpa pernikahan regenerasi akan
terhenti, kehidupan manusia akan terputus dan duniapun akan sepi dan tidak berarti.
Akan tetapi diketahui bahwa kedua belah pihak melangsungkan perkawinan terlebih dahulu harus ada persetujuan yang bebas dari kedua orang
tua ataupun kedua belah pihak yang akan mengadakan perkawinan yang telah disepakati karena menurut syari’at Islam perkawinan merupakan ikatan
persetujuan atas dasar keridhoan kedua belah pihak yang dilakukan oleh pihak wali perempuan maupun wakilnya.
Namun dalam pelaksanaannya perkawinan tidak menutup kemungkinan adanya ketidaksetujuan dari pihak perempuan. Dalam hal ini ayah kandung dari
wanita tersebut untuk menjadi wali nikah dengan berbagai alasan padahal pihak laki-laki telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dan tidak ada
halangan hukum bagi mereka untuk menikah terlebih antara mereka berdua tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun. Hal ini murni dari keinginan mereka
berdua karena adanya rasa cinta dan kasih sayang dari keduanya. Hadirnya wali dalam sebuah pernikahan merupakan suatu rukun dalam
sebuah pernikahan sehinggga apabila tidak ada wali maka pernikahan itu dapat dianggap tidak sah. Menurut Kompilasi Hukum Islam ditentukan rukun dan syarat
perkawinan, dalam pasal 14 disebutkan bahwa untuk melaksanakan perkawinan harus ada : calon suami, calon istri, wali nikah, dan dua orang saksi, dan ijab
kabul.
3
Tertarik terhadap masalah diatas maka Penulis akan mencoba mengangkat permasalahan dan menuangkannya dalam tulisan yang diberi judul
“PENYELESAIAN PERKARA WALI ‘ADAL DI PENGADILAN AGAMA
CIBINONG”
Pembatasan dan Perumusan Masalah
Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya kasus mengenai wali yang enggan menikahkan wali‘adal yang terjadi di masyarakat beberapa daerah dan atas pertimbangan
terbatasnya waktu, biaya dan tenaga yang dimiliki, dengan ini penulis membatasi diri untuk meneliti dan mengkaji suatu kasus yang berhubungan
dengan wali ‘adal yang terjadi di lingkungan Pengadilan Agama Cibinong.
Perumusan Masalah
Ketentuan wali dalam pelaksanaan suatu pernikahan adalah merupakan salah satu rukun sebuah pernikahan. Kenyataannya kadang terjadi
pernikahan tanpa persetujuan wali dimana akhirnya pihak-pihak yang ingin menikah terpaksa mencari wali dalam koridor yang dibenarkan oleh hukum
3
Departemen Agama R.I, Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 serta Kompilasi Islam di Indonesia, Jakarta:
Direktorat Jendral Agama Islam, 2004. h. 132.
Islam. Oleh karena itu penulis terpokus untuk mengetahui status perkawinan seorang wanita yang tidak mempunyai wali wali ‘adal.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa perumusan masalah yang dapat dirinci dalam bentuk pertanyaan sebagai
berikut: 1. Bagaimana status pernikahan wanita bila walinya menolak menikahkan
‘adal ? 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan timbulnya wali yang menolak
untuk menikahkan ‘adal ? 3.
Bagaimana cara penyelesaian apabila terjadi wali yang menolak menikahkan ‘adal ?
Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian: a.
Untuk mengetahui status pernikahan wanita bila walinya menolak menikahkan anaknya.
b. Untuk memberikan gambaran dan uraian mengenai faktor yang
menyebabkan timbulnya wali yang menolak untuk menikahkan. c.
Untuk memberikan gambaran atau uraian cara penyelesaian apabila terjadi wali yang enggan menikahkan.
2. Manfaatnya Penelitian: a.
Kegunaan akademik untuk memenuhi satu syarat guna memperoleh gelar S1 dalam bidang Hukum Islam.
b. Pengembangan dan pengaktualisasian dalam konteks Hukum Islam
Syariah umumnya dan Hukum Perkawinan pada khususnya. c.
Sumbangsih kepada masyarakat dalam memberikan pemahaman tentang wali ‘adal.
Kajian Terdahulu
Wali merupakan salah satu rukun sebuah pernikahan sehingga wali menjadi salah satu hal yang sangat penting. Permasalahan-permasalahan tentang
wali juga kadang kita temui di masyarakat. Dalam review terdahulu penulis meringkas skripsi yang ada kaitannya dengan wali. Dalam khazanah penelitian
hanya sedikit yang membahas wali diantaranya adalah: 1.
Lukmanul Hakim NIM. 0044219380. Pengangkatan Wali Hakim Bagi Anak Perempuan Yang Dilahirkan Diluar Nikah Studi Kasus di KUA Kebayoran
Baru. Skripsi ini membahas tentang pengangkatan wali hakim karena alasan bahwa pihak wanita tidak mempunyai wali karena merupakan anak luar nikah
yang mengakibatkan terputusnya hubungan nasab antara wali ayahnya. Sehingga wali hakimlah yang menikahkan. Bagi anak perempuan yang
dilahirkan di luar nikah hanya memiliki hubungan dengan ibunya saja. 2.
Neneng Soraya NIM. 0043219201. Kedudukan Wali Nikah Menurut KHI Dan Mazhab Empat. Skripsi ini membahas tentang masalah wali secara umum
menurut KHI dan beberapa pandangan mazhab empat. Di jelaskan bahwa terdapat perbedaan mengenai kedudukan wali dalam pernikahan menurut
beberapa mazhab. Manurut jumhur ulama nikah tanpa wali adalah tidak sah.
Sedangkan menurut mazhab Hanafi, wali tidak termasuk salah satu syarat sahnya suatu pernikahan. Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam wali
merupakan rukun dari suatu perkawinan sehingga apabila dalam suatu pernikahan tidak ada wali dari pihak wanita maka secara otomatis pernikahan
itu adalah tidak sah. 3.
Neng Irma Purnamasari NIM. 10204422512. Wali Angkat Dalam Pernikahan Presfetif Fiqih. Skripsi ini menerangkan tentang pernikahan yang
dilakukan oleh wali angkat presfektif fiqih yang terjadi di Desa Cibening Kecamatan Pamijahan Bogor. Menjelaskan tentang hukum perkawinan yang
diwakilkan oleh wali angkat dalam pernikahan anak angkatnya adalah dilarang atau tidak boleh, karena wali menyangkut dalam rukun nikah. Jika
memang keluarga kandung si anak yang berhak menjadi wali tidak ada atau tidak diketahui keberadaannya dari urutan pertama sampai akhir maka hak
perwalian diserahkan kepada wali hakim. Bapak angkat dapat menjadi wakil wali nasab bila bapak kandung si anak masih hidup tetapi tidak memenuhi
syarat menjadi wali dengan ketentuan ada keikhlasan dari wali nasab. 4.
Lukman Hakim NIM. 0044219379. Status Wali Nikah bagi Anak Perempuan yang Berbeda Agama Dengan Bapak Kandung. Skripsi ini
membahas tentang hukum haramnya perwalian beda agama sehingga pernikahannya adalah fasid atau tidak sah, karena Islam telah tegas tentang
perwalian dan urutan-urutan perwalian jika terjadi, maka yang menikahkan harus mencari saudaranya berdasarkan urutan wali yang masih muslim.
Apabila saudaranya yang boleh menjadi wali tidak ada yang muslim maka bisa mengangkat wali hakim.
Di samping karya-karya yang disebutkan di atas yang membahas tentang wali, menurut pengamatan penulis bahwa belum dijumpai karya
ilmiah yang membahas secara langsung tentang wali ‘adal secara detail. Skripsi ini akan memperdalam permasalahan wali ‘adal menyangkut status
pernikahan wanita yang walinya menolak menikahkan dan proses penyelesaian yang harus ditempuh apabila terjadi permasalahan tersebut
ditambah lagi menyangkut pemaparan beberapa kasus-kasus yang terjadi di masyarakat sehingga inilah yang membuat tulisan ini memiliki karakteristik
dan nuansa tersendiri yang pada akhirnya membedakan tulisan ini dengan karya-karya sebelumnya.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan oleh penulis dalam menyelesaikan skripsi ini adalah metode-metode yang umumnya berlaku dalam
penelitian, yaitu : 1.
Jenis Penelitian Dalam skripsi ini penulis menggunakan jenis penelitian lapangan field
research dan juga menggunakan penelitian kepustakaan library research. 2.
Pendekatan Penelitian Untuk memperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang
diangkat maka dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif. Menurut Bodgan dan Taylor metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata
tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang.
4
3. Jenis Data
Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah : a.
Data Primer yaitu data-data yang diperoleh langsung dari sumbernya, dalam hal ini data yang akan diperolah berasal dari para informan yang
terdiri dari hakim yang berwenang menangani kasus wali ‘adal dan putusan penetapan kasus wali ‘adal .
b. Data Skunder yaitu data-data yang memberikan penjelasan mengenai data
primer yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku dan literatur-literatur yang berhubungan dengan wali ‘adal.
4.
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Studi Dokumentasi library Research
Penulis melakukan pengumpulan data dengan cara menelusuri buku-buku dan literature yang berhubungan dengan permasalahan yang
dibahas.
4
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004, Ce Ke-18, h. 3.
b. Wawancara
Penulis mencoba melakukan penelitian melalui wawancara dengan pihak-pihak terkait guna memperoleh informasi tentang wali yang
menolak menikahkan. Pihak-pihak yang diwawancarai penulis adalah hakim yang berwenang terhadap permasalahan ini yaitu hakim Pengadilan
Agama Cibinong. 5.
Metode Pengelolaan Pengelolaan data dilakukan dengan cara pertama mengedit data yaitu
memeriksa data yang terkumpul, apakah jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan dalam wawancara sesuai atau tidak dengan yang dibutuhkan.
Kedua, mengklasifikasikan data berdasarkan masing-masing permasalahan yang dirumuskan.
Dari data yang diperoleh selanjutnya diolah dan di analisis secara kualitatif artinya menjabarkan dengan bahasa penulis sendiri sehingga
menghasilkan kesimpulan dengan menggunakan uraian kalimat yang mudah dimengerti.
Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis mengadakan penulisan yang secara keseluruhan bab terbagi menjadi lima bab dan tiap bab terbagi lagi kedalam
beberapa sub bab yang lebih kecil. Adapun pembagiannya sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN