Wilayah Yuridiksi DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

1. Visi Pengadilan Agama Cibinong adalah mewujudkan citra dan wibawa serta kemandirian Pengailan Agama Cibinong dalam melaksanakan tugas pokok dan kewenangannya sebagai Peradilan negara yang sejajar dengan peradilan lainnya, bermartabat dan dihormati demi tegaknya hukum dan keadilan, ketertiban dan kepastianh hukum di tengan masyarakat Kabupatn Bogor yang religius menuju terlaksananya syariat Islam yang evektif. 2. Misi Pengadilan Agama Cibinong adalah a. Pemberdayaan peran, kedudukan dan kewenangan Peradilan Agama sebagai Peradilan Negara dan sebagai lembaga penegak hukum agar lebih mampu dalam memberikan pelayanan hukum dan kedilan terhadap masyarakat melalui putusan yang berkwalitas. b. Pembinaan moralitas dan pengangkatan profesionalisme sumber daya aparatur Peradilan Agama, sarana dan prasarana penegakan hukum. c. Pengembangan budaya dan kepastian hukum sehingga mampu menberikan kontribusi positif dalam membangum masyarakat yang religius berdasarkan syari’at Islam.

B. Wilayah Yuridiksi

Wilayah yuridiksi dimaksud di dalam pembahasan ini bermuara pada istilah memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan suatu perkara bagi pengadilan. Dalam istilah “kewenangan” sinonim dari kata “ kekuasaan”. Adapun yang dimaksud kewenangan dan kekuasaan itu terdapat dalam HIR yang dikenal dengan istilah kompetensi. Adapun pembahasan kopetensi ini terbagi pada dua aspek, yaitu: 1. Kopetensi absolut, yaitu kewenangan atau kekuasaan Pengadilan yang berhubungan dengan jenis perkara atau jenis Pengadilan perkara atau tingkatan Pengadilan, dalam perbedaannya dengan jenis perkara atau jenis Pengadilan atau Pengadilan lainnya 8 . Pada UU No. 3 Tahun 2006 jo UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama disebutkan BAB III mengenai Kekuasaan Pengadilan pasal 29 yang berbunyi : “Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang : a. Perkawinan; b. Waris; c. Wasiat; d. Hibah; e. Wakaf; f. Zakat; g. Infaq; h. Shadaqoh; i. Ekonomi syariah; Semua kompetensi yang disebutkan di atas diatur berdasarkan Undang- undang Perkawinan, Kewarisan dan Perwakafan yang berlaku, yaitu berdasarkan 8 H. Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Jakarta : Rajawali Pers, 1991, Cet ke- 1, h. 27. Undang-undang Perkawinan, Peraturan Pemerintah dan Kompilasi Hukum Islam KHI. Adapun pelaksanaan tugas-tugas pokok-pokok ini pembinaannya dilakukan oleh Mahkamah Agung. Khusus mengenai bidang perkawinan, maka dalam penjelasan pasal 49 ayat 2 UU No. 3 tahun 2006 jo. No.7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang dimaksud dengan perkawinan antara lain adalah: a. izin beristri lebih dari seorang; b. izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 tahun, dalam hal orang tua wali, atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat; c. dispensasi perkawinan; d. pencegahan perkawinan; e. penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah; f. pembatalan perkawinan; g. gugatan kelalain atas kewajuban suami dan istri; h. perceraian karena talak; i. gugatan percerain; j. penyelesaian harta bersama; k. penguasaan anak-anak; l. ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya; m. penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri. n. putusan tentang sah tidaknya seorang anak; o. putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua; p. pencabutan kekuasaan wali; q. penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan seorang wali dicabut ; r. penunjukan seorang wali dalam hal belum cukup umur delapan belastahun yang ditinggal kedua orang tuanya; s. pembentukan kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di bawah kekuasaannya; t. penetapan asal usul seorang anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam; u. putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan campuran; v. pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum undan- undang No. 7 tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan menurut peraturan lain 3. Kompetensi relatif, yaitu kewenangan atau kekuasaan untuk memeriksa, memutuskan dan menyelesaikan suatu perkara bagi pengadilan yang berhubungan dengan wilayah atau domisili pihak-pihak pencari keadilan. Hal demikian tersebut terdapat pada ketentuan sebagai berikut : a. HIR pasal 118 ayat 1 sd 4 142 R.B.g dan b. UU No. 3 Tahun 2006 jo UU No. 7 Tahun 1989 tentang Undang-Undang Peradilan Agama Pasal 66 ayat 1 sd 5 dan pasal 73 ayat 1 sd 3 tentang kompetensi relatif. Adapun kompetensi relatif Pengadilan Agama Cibinong adalah melingkupi 39 wilayah kecamatan, 423 Desa dan 7 Kelurahan. Wilayah kecamatan terdiri dari desa dan kelurahan sebagai berikut: 9 1 Kecamatan Ciawi 13 Desa 2 Kecamatan Cisarua 9 Desa 3 Kecamatan Caringin 11 Desa 4 Kecamatan Cijeruk 12 Desa 5 Kecamatan Taman Sari 18 Desa 6 Kecamatan Ciomas 11 Desa 7 Kecamatan Cibinong 12 Desa 8 Kecamatan Dramaga 10 Desa 9 Kecamatan Gunung Putri 10 Desa 10 Kecamatan Citeureup 12 Desa 11 Kecamatan Babakan Madang 3 Desa 12 Kecamatan Sukaraja 13 Desa 13 Kecamatan Mega Mendung 10 Desa 14 Kecamatan Suka Makmur 14 Desa 15 Kecamatan Jonggol 12 Desa 16 Kecamatan Cileungsi 9 Desa 17 Kecamatan Kelapa Nunggal 20 Desa 18 Kecamatan Cariu 9 Desa 19 Kecamatan Parung 10 Desa 9 Profil Pengadilan Agama Cibinong, h.10-11 20 Kecamatan Ciseeng 9 Desa 21 Kecamatan Kemang 16 Desa 22 Kecamatan Bojong Gede 6 Desa 23 Kecamatan Ranca Bungur 10 Desa 24 Kecamatan Gunung Sindur 19 Desa 25 Kecamatan Leuliang 15 Desa 26 Kecamatan Pamijahan 13 Desa 27 Kecamatan Rumpin 15 Desa 28 Kecamatan Cibungbulang 19 Desa 29 Kecamatan Ciampea 15 Desa 30 Kecamatan Jasinga 9 Desa 31 Kecamatan Tenjo 11 Desa 32 Kecamatan Parung Panjang 11 Desa 33 Kecamatan Nanggung 9 Desa 34 Kecamatan Sukajaya 9 Desa 35 Kecamatan Cigudeg 15 Desa 36 Kecamatan. Leuisedang 8 Desa 37 Kecamatan Tajur Halang 7 Desa 38 Kecamatan Tenjolaya 57 Desa 39 Kecamatan Cigombong 8 Desa

C. Susunan Pengadilan Agama CIbinong